Anda di halaman 1dari 10

KESTABILAN SISTEM KOLOID

Guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Koloid dan Permuakaan

Disusun oleh :
Lia Wijayanti
24030114120019

Departemen Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro
Tahun 2017
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel
sel makhluk hidup(1). Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa
produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur
secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur
secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Semua itu merupakan contoh sistem koloid(2).
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun
untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran
yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil
yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

1.2 Rumusan Masalah


apa yang dimaksud dengan sistem koloid ?
Apa saja penggunaan sustem koloid ?
Apa yang dimaksud dengan kestabilan sistem koloid ?
Apa saja aplikasi dalam kestabilan koloid ?

1.3 Tujuan Masalah


Mengetahui sistem koloid.
Menethaui penggunaan sistem koloid.
Mengetahui kestabilan sistem koloid.
Mengetahui aplikasi kestabilan koloid.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Koloid


Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100
nm), sehingga terkena efek Tyndall(3). Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
olehlarutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi)(4).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,
serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-
hari(5). Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya(6).
Apabila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran
secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut sistem dispersi atau
campuran(7). Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Contoh: susu bubuk
dimasukkan ke dalam air hangat membentuk sistem dispersi, air sebagai medium
pendispersi, dan susu bubuk sebagai zat terdispersi. (Analogikan dengan larutan, ada
zat terlarut dan medium pelarut) Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu suspensi, koloid, dan larutan(8).

2.2 Penggunaan Koloid


Dalam lingkungan di sekitar kita, banyak ditemukan sistem kolod, baik yang
berasal dari alam maupun yang dibuat manusia. Koloid-koloid tersebut ada yang
merugikan manusia, tetapi banyak juga yang menguntungkan manusia. Beberapa
manfaat dari koloid bagi kehidupan manusia antara lain:

1. Untuk menghilangkan kotoran


Koloid yang digunakan untuk menghilangkan kotoran adalah detergen dan
sabun(7). Dengan sifat khas dari sabun atau deterjen yang mempunyai dua kutub,
maka kotoran yang menempel pada badan, pakaian, atau peralatan lainnya dapat
dihilangkan.
Pada saat mandi atau mencuci, kita menggunakan sabun atau detergen.
Molekul-molekul sabun terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian
ekor. Bagian kepala merupakan bagian yang mudah bersatu dengan air, sedangkan
bagian ekor merupakan bagian yang sulit bercampur dengan air, tetapi mudah
bercampur dengan lemak(9). Pada saat mencuci, bagian ekor akan masuk pada
kotoran yang mengandung lemak, sedangkan bagian kepala akan ditarik oleh
molekul-molekul air. Akibatnya kotoran-kotoran yang melekat pada badan atau
pakaian akan dikelilingi oleh molekul sabun atau detergen, sehingga kotoran akan
lepas dan masuk ke dalam air(10).
Sabun dapat berfungsi sebagi emulgator, yaitu zat yang dapat menyatukan
campuran zat yang memisah, seperti campuran dengan air. Selain berfungsi sebagai
emulgator, sabun juga dapat berfungsi sebagai zat pembasah yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air(11).

2. Untuk mengurangi kadar pencemaran di udara


Udara merupakan gabungan dari beberapa bahan kimia. Bahan-bahan kimia
yang terdapat di udara jumlahnya bervariasi, tetapi secara umum ada yang dapat
menyebabkan terjadi pencemaran udara dan ada pula yang tidak menyebabkan
pencemaran udara.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh oksida karbon, oksida belerang, oksida
nitrogen, partikulat dan senyawa hidrokarbon. Bahan-bahan pencemar udara
kebanyakan berasal dari asap pabrik, asap kendaran bermotor, aktivitas gunung
berapi, dan pembakaran sampah. Asap yang dikeluarkan pabrik dapat dikurangi
kadar bahan pencemarnya dengan menggunakan alat Cotrell. Dengan menggunakan
alat ini, udara yang dilepaskan ke alam diharapkan sudah tidak banyak mengandung
bahan pencemar.

3. Untuk bahan kosmetik


Kosmetik merupakan bahan kimia yang banyak digunakan wanita. Kosmetik
dapat berupa padatan atau berupa cairan. Penggunaan kosmetik yang berupa cairan
dibuat dalam bentuk koloid dengan pelarut tertentu(12).

4. Untuk bahan makanan dan obat-obatan


Makanan yang ada berwujud padat dan ada yang berwujud cair. Beberapa
makanan yang berwujud padat lebih sukar dicerna, sehingga harus diubah dalam
bentuk cair. Makanan yang dibuat dalam bentuk cair yang berupa koloid,
diantaranya adalah susu.
Obat-obatan juga ada yang berwujud padat dan ada yang berwujud cair. Obat-
obatan untuk anak-anak umumnya berada dalam bentuk cair(sirup) yang merupakan
sistem koloid(13).
5. Untuk menghilangkan bau badan
Tubuh manusia setelah melakukan aktivitas akan mengeluarkan keringat.
Keringat banyak mengandung protein, sehingga bila diuraikan oleh bakteri akan
menimbulkan bau tidak sedap(14).Untuk mengendapkan protein yang ada dalam
keringat, maka digunakan sistem koloid berupa deodorant. Deodorant ini
mengandung Aluminium klorida, sehingga protein dalam keringat akan
mengendap.

2.3 Kestabilan Koloid


Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid,
yaitu sebagai berikut :
Gaya pertama ialah gaya tarik menarik yang dikenaln dengan gaya London
Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan akhirnya mengendap(15).
Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena
pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak menolak
tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil(16).
Gaya ketiga ialah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel
koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara
keseluruhan(17).
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.
Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit
dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi
tidak stabil(18)
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat
membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid
pelindung(19). Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air(20).

2.4 Aplikasi Kestabilan Sistem Koloid


Colloid and Surface Properties of Clay Suspensions
Efisiensi koagulasi kation untuk suspensi tanah liat meningkat dengan
meningkatnya pertukaran ion. Hal ini terkait dengan pelepasan spesies aluminium dari
lempung dan koagulasi yang selanjutnya oleh kompleks aluminium berair terbentuk
dalam larutan(21). Tambahan kation bermuatan tinggi mengurangi muatan partikel,
sehingga meningkatkan kerentanan tanah liat pembekuan. Bila kation muatan 1+ dan
2+ ditambahkan, stabilitas sampel tanah liat menurun dengan meningkatnya jumlah
aluminium yang dapat ditukar dalam lapisan ganda. Dengan muatan 3+, lempung yang
muatannya lebih mudah dikurangi menjadi kurang stabil. Dalam hal ini Na-
montmorilonit kurang stabil dibandingkan Cs-montmorillonit dan kaolinit dengan
adanya kation mono- dan divalen, dan sedikit lebih stabil di hadapan kation trivalen.
Hidrolisis ion logam tidak spesifik efek pada stabilitas koloid tanah liat, kecuali garam
AI (III); dalam kasus terakhir perilaku koagulasi Na-montmorilonit serupa dalam
beberapa hal terhadap sol liofobik yang khas. Kobalt trivalen khelat besar sebagai
kation sederhana dengan muatan yang sama(22). Tidak ada restabliisasi karena
pembalikan biaya itu diamati. Pengaruh pH pada stabilitas sol pada umumnya
mengikuti pengaruhnya terhadap muatan partikel. Dalam kisaran asam dimana ujung
partikel positif dan muatan negatif bersih pada partikel adalah yang terendah, suspensi
tanah liat kurang stabil dibanding pH yang lebih tinggi dimana biaya ujung dinetralkan
dan muatan partikel bersih lebih besa(10)(23).

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari untuk proses apapun.
Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi(24). Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid(25). Dapat
diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi(26).
Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang
menstabilkannya hilang(27).
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob(28). Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi.
Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium
dispersinya(29)
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan
detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak
ke dalam air(30).
DAFTAR PUSTAKA

1. Saha D, Deng S. Ammonia adsorption and its effects on framework stability of MOF-5
and MOF-177. J Colloid Interface Sci [Internet]. Elsevier Inc.; 2010;348(2):61520.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jcis.2010.04.078

2. Eastman J. Colloid Stability. In: Colloid Science: Principles, Methods and Applications.
2009. p. 3649.

3. Fendler J. Colloid chemical approach to nanotechnology. Korean J Chem Eng [Internet].


2001;18(1):113. Available from: http://link.springer.com/article/10.1007/BF02707191

4. Neidle M, Barab J. Studies in dialysis. I. The dialysis of A colloidal solution of hydrous


Chromic oxide in chromic chloride. J Am Chem Soc. 1916;38(10):196170.

5. Correia FM, Petri DFS, Carmona-Ribeiro AM. Colloid stability of lipid/polyelectrolyte


decorated latex. Langmuir. 2004;20(22):953540.

6. Tadros TF. Colloid Stability. Colloid Stab. 2010;12363.

7. Kim JW, Lee D, Shum HC, Weitz DA. Colloid surfactants for emulsion stabilization.
Adv Mater. 2008;20(17):323943.

8. Valleau JP, Ivkov R, Torrie GM. Colloid stability: The forces between charged surfaces
in an electrolyte. J Chem Phys. 1991;95(1):520.

9. Koopal LK, Goloub T, De Keizer A, Sidorova MP. The effect of cationic surfactants on
wetting, colloid stability and flotation of silica. Colloids Surfaces A Physicochem Eng
Asp. 1999;151(12):1525.

10. Karaman RMP and ME. Applied Colloid and Surface Chemistry. Appliied Colloid Surf
Chem. 2004;143:188.

11. Saha D, Deng S. Journal of Colloid and Interface Science. J Colloid Interface Sci
[Internet]. 2010;348(2):61520. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcis.2010.04.078

12. Hajd A, Ills E, Tombcz E, Borbth I. Surface charging, polyanionic coating and
colloid stability of magnetite nanoparticles. Colloids Surfaces A Physicochem Eng Asp.
2009;347(13):1048.
13. Bronstein L, Antonietti M. Colloid Chemistry. Gen Details [Internet]. 1926;117:2323.
Available from: http://www.nature.com/doifinder/10.1038/117023b0

14. Anderson VJ, Lekkerkerker HNW. Colloid Science. Entropy [Internet].


2002;416(April):8115. Available from:
http://www.springerlink.com/content/v467n27500064254/

15. Kamyshny A, Magdassi S. Colloid Stability. Colloid Stab Role Surf Forces - Part I
[Internet]. 2006;1(4):20733. Available from:
http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-
84885555793&partnerID=tZOtx3y1%5Cnhttp://doi.wiley.com/10.1002/97835276310
70

16. Gibson N, Shenderova O, Luo TJM, Moseenkov S, Bondar V, Puzyr A, et al. Colloidal
stability of modified nanodiamond particles. Diam Relat Mater. 2009;18(4):6206.

17. Texter J. Colloid and interface science applications. Curr Opin Colloid Interface Sci
[Internet]. 2004;9(34):199200. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cocis.2004.09.007

18. Huang JS, Varadaraj R. Colloid and interface science in the oil industry. Curr Opin
Colloid Interface Sci [Internet]. Current Science Ltd.; 1996;1(4):5359. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S1359-0294(96)80124-5

19. Rice SA. Structure in confined colloid suspensions. Chem Phys Lett [Internet]. Elsevier
B.V.; 2009;479(13):113. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cplett.2009.07.059

20. Krger M, Rauscher M. Colloid-colloid and colloid-wall interactions in driven


suspensions. J Chem Phys. 2007;127(3):19.

21. Zhou J, Ralston J, Sedev R, Beattie DA. Functionalized gold nanoparticles: Synthesis,
structure and colloid stability. J Colloid Interface Sci [Internet]. Elsevier Inc.;
2009;331(2):25162. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jcis.2008.12.002

22. Colloid A, Chemistry S. Introduction to the nature of colloidal solutions. 1:112.

23. Van Duijneveldt J. Effect of Polymers on Colloid Stability. In: Colloid Science:
Principles, Methods and Applications. 2009. p. 14358.
24. Bright RM, Musick MD, Natan MJ. Preparation and Characterization of Ag Colloid
Monolayers. Langmuir [Internet]. 1998;14(20):5695701. Available from:
http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/la980138j

25. Hiemenez PC, Rajagopalan R. Principles of Colloid and Surface Chemistry.


1997;70(2):90399.

26. Vollhardt D. Honorary note for Wolfgang Helfrich. Adv Colloid Interface Sci [Internet].
2014;208:viiix. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0001868614001092

27. Cai T, Wang Y, Dong Y, Li X, Liu Z, Yan Z. Synthesis of hierarchically ordered egg-
tray-like macroporous TiO 2-SiO2 nanocomposites with ordered mesoporous walls.
Mater Lett [Internet]. Elsevier; 2013;111:1736. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.matlet.2013.08.074

28. Fuchs M, Schweizer KS. Structure of colloid-polymer suspensions. 2002;239.

29. Ueno K, Ueno K, Kina K, Kina K. Colloid titration - a rapid method for the
determination of charged colloid. J Chem Educ. 1985;62(7):6279.

30. Lekkerkerker HNW, Poon WC-K, Pusey PN, Stroobants A, Warren PB. Phase
Behaviour of Colloid + Polymer Mixtures. Europhys Lett [Internet]. 1992;20(6):559
64. Available from: http://stacks.iop.org/0295-
5075/20/i=6/a=015?key=crossref.edbb40a622f4f72deefe1262f5518c55

Anda mungkin juga menyukai