Desa siaga didukung oleh sistem kesehatan formal berupa Poskesdes yang dikelola oleh
bidan. Desa siaga dikelola oleh pengurus desa siaga yang terdiri dari penduduk desa setempat
dan didukung oleh sejumlah kader desa siaga. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
Pengurus dan kader desa siaga melalui pelatihan dalam rangka untuk mampu melaksanakan
survailans masalah kesehatan yang berbasis masyarakat menggunakan hasil survailens
tersebut sebagai salah satu bahan dalam merumuskan rencana kegiatannya.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), bencana,
kecelakaan, dll dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Kriteria desa
siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (POSKESDES), minimal dengan 1 tenaga bidan dan 2 kader. Sejak dicanangkannya
Desa Siaga tahun 2006, sasaran pelatihan dalam rangka penyiapan desa siaga adalah Bidan
Poskesdes yang berada di desa siaga.
Hal ini yang menjadi perhatian pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan yang
mempunyai peran besar terhadap pembangunan kesehatan. Pembangunan yang dimulai dari
tingkatan dasar yaitu di desa melalui peran langsung masyarakat yaitu Kader Kesehatan Desa
dan juga Bidan Poskesdes yang mempunyai peran penting terhadap pembangunan kesehatan.
Pengembangan desa siaga merupakan sasaran dari proyek DHS-2.