PENDAHULUAN
sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur
bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan
didalamnya ada proses pembinaan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang handal dan berkualitas. Untuk itu segala upaya positif senantiasa harus terus
pendidikan dapat tercapai. Untuk merekayasa Sumber Daya Manusia berkualitas, yamg
mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan tenaga pendidik
dan diberikan penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi dan tugas yang
diembannya.
Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan
indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada tabel
1.1 di bawah ini (tahun 2010 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2011 peringkat
110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan dengan negara Cina yang
1
memiliki peringkat 111 pada tahun 2003 tetapi pada tahun 2011 sudah mencapai
Tebel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara tahun
2003, 2008, 2009, 2010, dan 2011
saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio 6,59
menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan Vietnam
(tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia tidak mampu
Tebel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga Kerja
pada 12 Negara Asia
No Negara Skor
...
7 Malaysia 4,41
8 Hongkong 4,72
9 Philipina 5,47
10 Thailand 5,96
11 Vietnam 6,21
12 Indonesia 6,59
Sumber : PERC dalam Kunandar 2013
adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti kelayakan mengajar
1.3 tampak jelas pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK)
2
persentase tenaga pendidik yang tidak layak mengajar masih cukup besar, terlebih pada
yang dikutif AKSI (2005:18) mendefinisikan pendidikan dengan jelas. Ayat (1) ;
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada pertenaga pendidikan tinggi. Ayat (2) : Tenaga Kependidikan bertugas
keberhasilan anak didik dalam melakukan proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi serta internalisasi etika dan moral. Oleh karenanya tenaga pendidik harus
senantiasa belajar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
dan keadaan zaman yang cepat berubah di berbagai bidang, menuntut sigapnya para
3
mempunyai kegemaran membaca yang kuat serta mengikuti informasi setiap saat. Baik
melalui membaca buku, surat kabar, televisi, jelajah internet serta mengikuti berbagai
pelanggan
secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
kemampuan tersebut.
pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari
4
para pengelola dan pelaksananya. Tenaga pendidik sebagai ujung tombak
kompetensi handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup
baik secara general maupun specific (general life skills dan specific life skills).
tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal itu akan mengakibatkan konsep dan
program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan yang optimal, bahkan cenderung
hanya menumpang lewat begitu saja, padahal pemerintah dan para pakar pendidikan
tangan, tetapi membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik pemerintah, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, tenaga pendidik
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan harapan tersebut. Tenaga
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal. Semua ini menujukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
5
anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan terhadap tenaga pendidik, agar
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan tenaga pendidik. Dalam kaitan ini
tenaga pendidik perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara
satu peserta didik dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Betapa besar jasa tenaga pendidik dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan
para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
Tenaga pendidik dan Dosen No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa tenaga
tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun 2007 telah melakukan ujian
sertifikasi bagi para tenaga pendidik secara bertahap, diharapkan dalam kurun waktu 10
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang tenaga pendidik dan dosen dalam
BAB III tentang Prinsip Profesionalitas dikatakan : Tenaga pendidik wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat (Pasal 9) Kompetensi
untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah.
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
efisien, tergantung pada kekuatan sebuah pengharapan dimana tindakan tersebut akan
diikuti dengan pemberian out come dan ketertarikan out come tersebut kepada individu
yang akan melakukan tindakan. Dengan pemberian out come yang dapat memotivasi
kinerjanya meningkat.
Faktor pemuas atau motivator yang merupakan kondisi intrinsik yang dapat
penghargaan atas hasil kerja yang baik, peluang untuk mencapai kemajuan,
7
Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Dalam hal ini tingkah laku yang dimaksudkan adalah tingkah
(Sunaryo dalam Rianto dkk, 1988 : 3). Berdasarkan konsep belajar diatas maka peran
juga menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, tenaga
tenaga pendidik selalu mendidik siswa baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah
agar sikap dan tingkah lakunya dapat berubah sesuai harapan masyarakat, bangsa dan
Negara.
disebut dengan hasil belajar. Netra (1976) mengemukakan prestasi belajar adalah
kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan
Berkaitan dengan masalah ini Nurkancana (1986) mengatakan bahwa prestasi belajar
diartikan sebagai hasil pengukuran serta dinyatakan dalam bentuk angka (skor) yang
Kategori hasil belajar yang lainnya dikemukakan oleh Gagne (1972: 66) yang
meliputi lima hal, yaitu : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
hasil belajar menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga dominan inilah
sekaligus menjadi tujuan belajar dan merupakan pedoman pada proses pendidikan dan
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan belajar dalam kurun
9
B. Perumusan Masalah
Kabupaten Bantaeng?
Kabupaten Bantaeng?
C. Tujuan Penelitian
Bantaeng.
10
2. Kontribusi kompetensi guru berupa pedagogik, profesional, sosial, kepribadian
Bantaeng
D. Manfaat Penelitian
efektif dan efisien sehingga Tenaga pendidik IPA SMP di Kabupaten Bantaeng
11
Pendidikan dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan
pembelajaran.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (pasal 1 ayat 1
bangsa.Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang tertulis dalam pasal yang sama
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia (Pasal 32). Ini berarti bahwa
dalam proses transformasi budaya, perilaku hidup sosial kemasyarakatan yang kelak
akan dilakoni oleh siswa; kedudukan sekolah sangatlah strategis untuk merealisasikan
13
tersebut di atas. Tetapi sayang sejak proklamasi sistem persekolahan kita belum
sepenuhnya diberi kemampuan untuk berperan sebagai pusat pembudayaan tetapi tidak
lebih dari tempat untuk mendengar, mencatat, dan menghafal. Suatu tradisi sekolah
Sekolah Desa, dan bukan tradisi sekolah yang melahirkan Sukarno, Hatta, Syahrir, dan
Memasuki abad ke-21 kita memiliki UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen
pendidik untuk berperanan ikut moulding the craracters and mind of the young
generation.
membangun peradaban, maka posisi tenaga pendidik sangat strategis untuk memainkan
peran dan tugas keprofesionalan untuk turut memodeling seluruh potensi peserta didik
dari berbagai latar belakang, suku, ras, budaya dan agama peserta didik.
Hal tersebut di atas oleh Soedijarto dalam materi perkuliahan dapat dijelaskan
14
5. Tenaga pendidik harus memiliki kemampuan mendiagnosis (membimbing,
Berangkat dari the learning proses tersebut di atas, diharapkan sekolah sebagai
kehidupan bangsa).
pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang
No. 14 tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No.
kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan
memperbaiki mutu tenaga pendidik di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh
perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers
do and think . atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi tenaga
pendidik.
Jika diamati lebih jauh tentang realita kompetensi tenaga pendidik saat ini
agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu
ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah tenaga pendidik belum mampu menunjukkan
kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja tenaga
15
memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan
tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui
suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being
to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
16
consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the standard of
penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam
or situation.
kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.
characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada
kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan.
benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan
seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional tenaga pendidik
kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai tenaga pendidik.
18
Dari kedua pendapat diatas, tampak bahwa kompetensi mengandung paling
Stone (1995), dalam Mulyasa (2008 : 25) mengemukakan Bahwa Kompetensi tenaga
tentang harkat perilaku tenaga pendidik yang penuh arti. Sementara Charles (1994)
meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang
Keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,dan dikuasai oleh tenaga
merujuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi
performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi
institsi yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan
dari suatu (analysis), mensintesa yaitu menyusun unsur-unsur menjadi konsep baru
(synthesis), sampai mampu menimbang baik buruk nilai sebuah konsep (evaluation).
bertindak secara mental, fisik dan emosi, tindakan yang masih belajar (guided
response), tindakan yang sudah terkuasai (mechanism), tindakan yang sudah otomatis
Jabaran aspek sikap dapat dibagi atas beberapa sub aspek yaitu ; kesiapan
dan kesediaan menyimak (receiving phenomena), ikut serta secara aktif (responding to
phenomena ), pembentukan nilai dalam diri seseorang dari sekedar ikut sampai bersedia
secara penuh, menyusun nilai-nilai dalam prioritas (organization), dan memiliki sistem
harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai denan unjuk kerja yang
yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang
diperlukan tenaga pendidik, menurut Ghufron (2005 : 89) antara lain : pedoman
memuat tata cara perancangan, implementasi dan evaluasi kegiatan. Dalam jurnal
penelitian Sugiarto (2003 : 117) menyatakan kualitas hasil belajar berkualitas menuntut
21
belajar, (8) mampu memecahkan kesulitan pembelajaran, dan (9) mampu menganalisis
kebijakan Diknas.
sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu,
Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa
kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat
dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
22
Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi
tenaga pendidik dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat
Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam
seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya
Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002)
telah merumuskan standar kompetensi bagi tenaga pendidik di Amerika, yang menjadi
dasar bagi tenaga pendidik untuk mendapatkan sertifikasi tenaga pendidik, dengan
rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima
1. Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup : (a)
tenaga pendidik terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi tenaga pendidik
atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d)
4. Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience
mencakup: (a) Tenaga pendidik secara terus menerus menguji diri untuk
dengan kalangan profesional lainnya, (b) tenaga pendidik bekerja sama dengan
tua orang siswa, (c) tenaga pendidik dapat menarik keuntungan dari berbagai
yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian
kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah
24
teramu dalam kompetensi profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab tenaga
pendidik pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga
penguasaan kompetensinya. Tenaga pendidik harus harus lebih dinamis dan kreatif
mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap
berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini. Di masa depan, tenaga pendidik bukan satu-satunya orang
yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika tenaga pendidik tidak memahami
mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk
secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari
tersebut, tenaga pendidik perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, tenaga
pendidik harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara
terus menerus.
pendidik adalah agen pembelajatan yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan
3. Kompetensi Profesional
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
4. Kompetensi Sosial
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
pendidik/tenaga pendidik yang masih bersifat umum dan perlu dikemas dengan
menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang beriman
dan bertaqwa, dan sebagai warga negara Indonesia yang memiliki kesadaran akan
tanggung jawab.
26
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Tenaga pendidik Dan
Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi tenaga pendidik meliputi kompetensi pedagogik,
1. Kompetensi Pedagogik
pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi,
(6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian,
program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut
siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tenaga pendidik harus
dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan
pembelajaran.
kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup
28
pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran
sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif
dan efisien.
pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4)
proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang
terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan
merugikan pendidikan.
tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat
proses belajar mengajar merupakan bagian tugas tenaga pendidik yang harus
peserta didik, meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu
(8) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu
30
mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan
dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun program
melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan
2. Kompetensi Pribadi
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
tenaga pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga tenaga pendidik akan tampil sebagai sosok yang patut
keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah
ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi
perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah).
31
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan tenaga pendidik
berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi
tertentu. Tenaga pendidik yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya
keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan
terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
seorang tenaga pendidik yang diperlukan agar dapat menjadi tenaga pendidik yang
baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan
Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik
sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan
tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan
kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
(7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi tenaga pendidik
secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung
jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63)
yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai tenaga pendidik, dan terhadap
kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya
sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan
sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh
3. Kompetensi Profesional
adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai
dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya,
rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat tenaga
pendidik lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik
filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai
dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata
pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat
menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat
pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8)
33
mampu menumbuhkan motivasi peserta didik. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar
keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan
memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar.
menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran,
(7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action
research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12)
kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami
hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan
pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang
34
menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian
materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang
tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan
penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan
4. Kompetensi Sosial
Tenaga pendidik yang efektif adalah tenaga pendidik yang mampu membawa
Tenaga pendidik dan Dosen kompetensi sosial adalah kemampuan tenaga pendidik
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama tenaga pendidik, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Surya
seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial tenaga pendidik adalah salah satu
daya atau kemampuan tenaga pendidik untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi tenaga
35
pendidik yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan
saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang
jabatan tenaga pendidik, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk
untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
pendidik memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama
tenaga pendidik, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota
melalui indikator (1) interaksi tenaga pendidik dengan siswa, (2) interaksi tenaga
pendidik dengan kepala sekolah, (3) interaksi tenaga pendidik dengan rekan kerja, (4)
interaksi tenaga pendidik dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi tenaga pendidik
dengan masyarakat.
D. Karakteristik Kompetensi
serta ciri atau karakteristik yang melatarbelakanginya, berikut ini akan dikemukakan
aspek yaitu
1. Motif, yaitu apa yang mendorong perilaku yang mengarah dan dipilih untuk
36
2. Sifat atau ciri bawaan, meliputi ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat tetap
3. Konsep diri, meliputi sikap, nilai atau self image dari orang-orang.
yang spesifik.
meliputi aspek fisik, psikhis, dan kontribusi kedua aspek tertentu untuk menyelesaikan
kompetensi bersifat umum, tetapi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang
Melalui studi literatur ditemukan bahwa ternyata terdapat begitu banyak faktor
yang berpengaruh terhadap kompetensi individu. Lazarus (1985), Hall (1978). Norton
(1987), dan More (1990) sepakat bahwa factor yang mempengaruhi kompetensi
individu meliputi: bakat, sikap, minat, motivasi, nilai, cita-cita, cara pandang,
pengetahuan, keterampilan, lingkunga (fisik dan non fisik), kesempatan, niat baik,
kesungguhan hati, kesetiaan terhadap visi pribadi atau impian yang ingin diwujudkan,
Menurut Mulyasa, (2008: 187-192) uji kompetensi tenaga pendidik, baik secara
teoritis maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam
37
rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga
pendidik. Yakni ;
tenaga pendidik, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa yang perlu
mendapat pembinaan secara kontinyu, serta siapa yang telah mencapai standar
kemampuan minimal.
kompetensi dasar yang perlu dipenuhi sebagai syarat untuk menjadi tenaga
pendidik.
meningkatkan kompetensinya.
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini harus dijadikan
acuan oleh lembaga yang mempersiapkan calon tenaga pendidik atau calon
38
5. Merupakan alat pembinaan tenaga pendidik.
kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat diterima
Kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh
sebagian besar ditentukan oleh tenaga pendidik. Oleh karena itu, uji kompetensi
tenaga pendidik akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang
Secara garis besar terdapat dua elemen kompetensi tenaga pendidik yaitu dari
kondisi internal dan kondisi eksternal. Dari laporan penelitian Sutama (2005:160)
kondisikondisi yang berada di luar kendali tenaga pendidik. Menurut Slamet (1991)
disebutkan bahwa salah satu elemen yang memberi sumbangan besar terhadap sekolah
yang efektif adalah tenaga pendidik yang berkualitas yaitu tenaga pendidik yang
pendidik yang jarang dipermasalahkan adalah pengalaman, padahal ini soal yang
jam terbang dan sering dikaitkan dengan track record. Celakanya pengalaman
sering disalah artikan sebagai masa kerja. Orang yang lama masa kerjanya otomatis
dianggap banyak pengalamannya, dan lebih gawat lagi salah arti ini dilembagakan
dalam peraturan kepegawaian negeri sipil. Setiap 4 tahun PNS berhak naik pangkat
meskipun belum tentu dia menunjukkan pengalaman prestasi yang memadai. Padahal,
pengalaman sama sekali bukan masa kerja, melainkan nilai-nilai hasil observasi kritis
dikonsolidasikannya. Pengalaman tidak selalu tergantung pada masa kerja atau usia
seseorang.
kemampuan tenaga pendidik mengelola pembelajaran yang tinggi, harus didukung oleh
motivasi kerja, etos kerja, pengalaman mengajar yang banyak, jenis dan lama penataran
yang banyak dan tingkat pendidikan yang tinggi. Dari penelitian Sutama (2005:157
158) ditemukan bahwa partisipasi aktif dalam MGMP dapat meningkatkan kinerja atau
bahwa faktor penghasilan merupakan faktor utama bagi peningkatan kinerja atau
tenaga pendidik dalam pembelajaran. Menurut peneliti, ada beberapa faktor yang
strategis dalam arti sangat dominan mempengaruhi kompetensi tenaga pendidik yang
dapat diamati dan diukur, serta secara umum dimiliki dan dilakukan tenaga pendidik,
sekolah.
40
F. Standar Kompetensi Tenaga pendidik IPA Pada Sekolah Menengah
Dalam proses pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (child
terarah dalam lingkungan belajar yang kondusif. Untuk itu diperlukan tenaga pendidik
menguasai substansi bidang tertentu secara mendalam dan luas, dapat melaksanakan
dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik maupun berjiwa inovatif dan
berubah menurut dimensi ruang dan waktu, oleh karenanya dituntut untuk selalu
menggali informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari
sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian untuk
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam bidang pendidikan dan pembelajaran IPA. Jika mengacu kepada
empat kompetensi bagi Tenaga pendidik, maka kompetensi yang spesifik dan terkait
dengan tugas tenaga pendidik IPA adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional.
41
Kompetensi pedagogik bagi tenaga pendidik IPA adalah kemampuan mengelola
pendidikan IPA secara luas dan mendalam melalui penguasaan substansi keilmuan
studi IPA dan materi kurikulum mata pelajaran IPA, yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
bahwa setiap tenaga pendidik wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi tenaga pendidik yang berlaku secara nasional. Kompetensi tenaga pendidik
tenaga pendidik dan kompetensi tenaga pendidik dalam mata pelajaran adalah sebagai
berikut :
a. Kompetensi Pedagodik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
budaya
42
c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu
diampu
dipersyaratkan
43
e. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan
pembelajaran.
yang diampu.
yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta
didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b)
ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik
terhadap ajakan tenaga pendidik, dan (d) reaksi tenaga pendidik terhadap
b. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai
f. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan
ketuntasan belajar
kepentingan.
45
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang
beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
c. Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota masyarakat
di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi tenaga
c. Kompetensi Sosial
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
a. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan
b. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis
b. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun,
didik.
47
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
bersangkutan
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
pembelajaran.
d. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
diampu.
tindakan reflektif
G. Iklim Kerja
Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang
membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam
berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan
Menurut Davis, K & Newstrom J.W (1996) bahwa sekolah dapat dipandang
dari dua pendekatan yaitu pendekatan statis yang merupakan wadah atau tempat
orang berkumpul dalam satu struktur organisasi dan pendekatan dinamis merupakan
hubungan kerjasama yang harmonis antara anggota untuk mencapai tujuan bersama.
satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan tugas dan
49
tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang
melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk
dirasakan dari sistem formal, gaya informal pemimpin dan faktor-faktor lingkungan
Marray dan Kurt Lewin (dalam Sutaryadi, 1990) mengatakan bahwa Iklim kerja
individu lainnya yang dapat mempangaruhi perilaku individu itu sendiri, perilaku
suasana kehidupan pergaulan dan pergaulan di sekolah itu. Iklim itu mengambarkan
kebudayaan, tradisi-tradisi, dan cara bertindak personalia yang ada di sekolah itu,
1999).
Jadi Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi,
sosial dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam
harmonis dan kondusif antara Kepala Sekolah dengan pendidik, antara pendidik
dengan pendidik yang lain, antara pendidik dengan pegawai sekolah dan
menunjukkan hubungan yang akrab satu dengan lain dalam banyak hal terjadi
aktivitas berjalan dengan harmonis dan dalam suasana yang damai, teduh yang
memberikan rasa tenteram, nyaman kepada personalia pada umumnya dan pendidik
khususnya.
Terciptanya iklim positif di sekolah bila terjalinnya hubungan yang baik dan
pendidik dengan pegawai tata usaha, dan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan
terdiri dari (1). Ekologi yaitu lingkungan fisik seperti gedung, bangku, kursi, alat
elektronik, dan lain-lain, (2). Milieu yakni hubungan sosial, (3). Sistem sosial yakni
Budaya yakni nilai-nilai, kepercayaan, norma dan cara berpikir orang-orang dalam
organisasi.
(1). Struktur tugas, (2). Imbalan dan hukuman yang diberikan, (3). Sentralisasi
keputusan, (4). Tekanan pada prestasi, (5). Tekanan pada latihan dan
pengembangan, (6). Keamanan dan resiko pelaksanaan tugas, (7). Keterbukaan dan
Ketertutupan individu, (8). Status dalam organisasi, (9). Pengakuan dan umpan
51
balik, (10). Kompetensi dan fleksibilitas dalam hubungan pencapaian tujuan
Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor
pendidik berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas yang sedang
dilaksanakan.
Organisasi adalah suatu wadah bagi para pegawai berinteraksi clan bekerja
satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Kochler dalam Muhammad (2005:
23) organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha
suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Duncan dalam
ke arah tujuan yang bersifat umum dan hubungan kerjasamanya telah diatur sesuai
sebagai berikut. Pertama, organisasi dipandang sebagai kelompok orang yang bekerja
sama dengan tujuan yang sama Kedua, organisasi dibentuk untuk menyelesaikan jenis
fungsi dan aktivitas khusus untuk efisiensi tujuan. Ketiga, organisasi tersusun atas
Sub sistem yang paling penting dalam suatu organisasi adalah subsistem
manusia karena menurut Muhammad (2005: 39) manusia sebagai anggota organisasi
adalah merupakan inti organisasi. Faktor manusia dalam organisasi harus mendapat
perhatian dan tidak dapat diabaikan. Hal ini disebabkan berhasil atau tidaknya
ditentukan oleh faktor manusianya. Oleh sebab itu dalam melaksanakan aktivitasnya,
52
manusia yang bekerja pada organisasi tersebut perlu disubstitusi dengan berbagai
stimulus dan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi dan gairah kerjanya.
pegawai. Dengan demikian iklim organisasi harus diciptakan sedemikian rupa sehingga
yang kondusif akan mendorong pegawai untuk lebih berprestasi secara optimal sesuai
Owens dalam Burhanuddin, Ali dan Maisyaroh (2002: 91), mengatakan bahwa
reflect those norms, assumptions, and beliefs. Hal yang sama diungkapkan oleh Hoy
dan Miskel (1991: 221) bahwa iklim organisasi adalah : "perceptions of the general
work environtment of the school'. Sedangkan Gilmer dalam (Hoy dan Miskel, 1991:
221) menyatakan: "those characteristics that distinguish the organization from other
Rousseau (1990) mengungkapkan iklim organisasi adalah: the descriptive beliefs and
organisasi selalu berhubungan dengan (1) persepsi para anggota organisasi yang
bersangkutan. Dalam hal ini adalah sikap dan perasaan yang ditampilkan oleh pegawai
terhadap sifat-sifat atau karakteristik yang ada dalam organisasi; (2) hasil interaksi
seluruh komponen dalam organisasi, dan oleh karena itu mempengaruhi perilaku
Organizational climate is a set of values, often taken for granted, that help
people in an organization understand which actions are considered acceptable
and which are considered unacceptable. Often there values are communicated
53
through stories and other symbolic means (Moorhead and Griffin, 1989).
Organization climate is developed by the organization. It reflects the struggle,
both internal and external, the type of people who compose the organization,
the work process, the means of communication and the exercise of authority
within the individual organization. (www.calcutta.edu.org. Journal of the
Indian Academy of Applied Psychology, Goal Setting Tendencies, Work
Motivation and Organizational Climate as Perceived by the Employees
January 2006, Vol. 32, No.1, 61-65)
iklim oganisasi sebagai berikut: (1) rasa tanggung jawab; (2) standar atau harapan
tentang kualitas pekerjaan; (3) ganjaran atau reward; (4) rasa persaudaraan; dan (5)
semangat tim. Di sisi lain Davis dan Newstrom (1996:24) menyebutkan beberapa
unsur khas yang membentuk iklim yang menyenangkan adalah: (1) Kualitas
kepemimpinan; (2) Kadar kepercayaan; (3) Komunikasi, ke atas dan ke bawah; (4)
Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat; (5) Tanggung jawab; (6) Imbalan
yang adil; (7) Tekanan pekerjaan yang nalar; (8) Kesempatan; (9) Pengendalian;
Davis dan Nestrom, dan Campbell merupakan unsur-unsur iklim organisasi yang
positif, yang menyenangkan. Iklim yang menyenangkan bagi para pegawai (Davis
dan Newstrom, 2005: 24) adalah apabila mereka melakukan sesuatu yangbermanfaat
untuk berhasil, didengarkan dan diperlukan sebagai orang yang bernilai. Adanya
iklim yang positif, yang menyenangkan dapat membawa pengaruh positif pada
kinerja seseorang. Iklim yang berorientasi pada manusia akan menghasilkan kinerja
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi. Para pegawai merasa bahwa organisasi benar-
benar memperhatikan kebutuhan dan masalah mereka, bila mana iklim bermanfaat
a. Struktur organisasi,
Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000)
pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think . atau dengan kata
lain bergantung pada penguasaan kompetensi tenaga pendidik. Sejalan pendapat Epon
menjadi salah satu komponen pembelajaran yang harus memenuhi standar tenaga
pendidik, yakni memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) dan atau D4.
Kompetensi sifatnya dinamis, perlu dikembangkan dan ditingkatkan setiap saat, sesuai
Profesional Dan Produktivitas Tenaga pendidik Terhadap Hasil Belajar Siswa Program
disimpulkan bahwa: (1) tingkat kompetensi profesional tenaga pendidik berada pada
kategori yang tinggi, sebanyak 3 tenaga pendidik atau 42,9% memiliki kompetensi
profesional yang tinggi dan 4 tenaga pendidik atau 57,1% memilki kompetensi
profesional yang sangat tinggi; (2) tingkat produkivitas tenaga pendidik seluruhnya
atau 100% terkategorisasi dalam kelompok yang sangat inggi; (3) hasil belajar siswa
kategori tinggi sebanyak 14,3% dan sebanyak 85,7 berada dalam kategori sangat tinggi;
(4) ada pengaruh dari kompetensi profesional terhadap hasil belajar siswa, hal ini
dibuktikan dengan perbedaan rata-rata hasil belajar siswa, yaitu sebesar 8,004 untuk
kelompok kompetensi profesional sangat tinggi dan 7,611 untuk kelompok kompetensi
profesional tinggi; (5) ada pengaruh dari produktivitas tenaga pendidik terhadap hasil
belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan rerata hasil belajar siswa yang sudah tergolong
tinggi yang diajar oleh tenaga pendidik dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi
pula.
56
Menurut Nawawi dalam Ahmad Barizi (2009:142) : Tenaga pendidik adalah
orang yang pekerjaanya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah atau didalam
kelas. Secara lebih khusus tenaga pendidik berarti orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
demikian, tenaga pendidik bukan hanya orang yang sekedar berdiri di depan kelas
untuk menyampaikan materi pengetahuan (mata pelajaran) tertentu, akan tetapi tenaga
pendidik adalah anggota masyarakat yang harus ikut dan berjiwa bebas serta kreatif
sebagai orang yang dewasa dan tenaga pendidik merupakan salah satu unsur di bidang
tenaga profesional. Patut diakui dan diterima bahwa berhubung posisi tenaga pendidik
kaitannya dengan tugas tenaga pendidik. Tugas dan tangung jawab tersebut erat
pendidik. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2006 tentang tenaga
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam
sesuai dengan tuntutan standart tugas yang diemban sehingga dapat memberikan efek
positif demi tercapainya tujuan pembelajaran seperti sikap siswa, ketrampilan siswa
sembarangan orang dapat melakukan tugas tenaga pendidik. Tetapi hanya orangorang
tertentu yang memenuhi persyaratan yang dipandang mampu, yakni: (1) bertaqwa
kepada Allah SWT. Dalam hal ini mudah difahami bahwa tenaga pendidik yang tidak
bertaqwa akan sulit atau tidak mungkin bisa mendidik peserta didiknya menjadi orang
yang bertaqwa kepada Allah SWT; (2) berilmu. Tenaga pendidik yang dangkal
penguasaan ilmunya, akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan para peserta
didiknya, apalagi untuk masa kini dan yang akan datang; (3) berkelakuan baik.
Mengingat tugas tenaga pendidik antara lain untuk mengembangkan akhlak mulia,
maka sudah barang tentu dia harus bias memberikan contoh akhlak mulia terlebih
dahulu kepada anak didiknya. Di antara akhlak mulia yang harus dicerminkan dalam
menunaikan tugas, jujur dalam menyelesaikan pekerjaan, bersikap adil kepada semua
orang, tidak pilih kasih, mampu menjalin kerjasama dengan orang lain, gembira
tinggi, dan lain-lain; (4) sehat jasmani. Kesehatan fisik atau jasmani sangat diperlukan
karena membantu kelancaran tenaga pendidik dalam mengabdikan diri untuk mengajar,
mendidik, dan memberikan bimbingan kepada para peserta didik. Tenaga pendidik
memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan, karena
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berpotensi untuk mendidik
dan dididik.
menentukan suatu sekolah menjadi berkualitas tinggi, tetapi berbagai penelitian tentang
mempunyai pengaruh yang sangat dominan terhadap pencapaian belajar siswa. Hal ini
58
dapat dipahami karena tenaga pendidik merupakan sumber daya yang aktif, sedang
sumber daya yang lain bersifat pasif. Sebaik-baik kurikulum, fasilitas, sarana prasarana
kecakapan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dari dasar itu diperlukan
Kompetensi tenaga pendidik dalam hal ini tidak hanya berperan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa agar lebih aktif dan gairah dalam belajar. Tenaga pendidik
merupakan sentral dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar,
interaksi antara tenaga pendidik dan anak didik merupakan kegiatan yang dominan.
Kegiatan itu melibatkan komponen-komponen yang antara satu dengan yang lainnya
saling menyesuaikan dan menunjang dalam pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.
Kehadiran seorang tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar tidak dapat
digantikan fungsinya oleh radio, mesin, tape recorder, ataupun oleh komputer yang
paling modern sekalipun masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap,
sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan
hasil proses pengajaran, akan tetapi tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut dan
tenaga pendidik masih tetap memegang peranan penting (Nana Sudjana, 1998:12).
Dari konsep di atas, jelaslah bahwa kompetensi tenaga pendidik adalah suatu
unsur yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian
kompetensi tenaga pendidik merupakan salah satu unsur yang tidak bisa diabaikan
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang lain. Tujuan dari penelitian deskripsi adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat,
akan digunakan adalah metode explanatory survey. Survei informasi dari sebagian
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang
sedang diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2008:82) bahwa:
Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang
Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode
pertanyaan penelitian.
1. Obyek Penelitian.
Sosial, Kepribadian) dan Iklim Kerja Terhadap Prestasi Belajar IPA SMP di
Kabupaten Bantaeng. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMP
Kabupaten Bantaeng, sedangkan sampel yang diambil adalah semua peserta didik
2. Variabel Penelitian
nilai, keadaan, kondisi atau kategori. Nilai dari variabel inilah yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian untuk diukur, diuji dan dijelaskan perbedaannya. Dengan
kata lain variabel adalah simbol/lambang yang padanya dilekatkan nilai yang berupa
angka.
konstruk atau sifat-sifat daripada konstruk yang mereka pelajari dalam rangka
karena yang menjadi bagian utama daripada ilmu pengetahuan adalah menjelaskan
adanya perbedaan.
Dilihat dari segi hubungan antar variabel, maka jenis variabel dalam penelitian
ini, meliputi :
diduga atau terjadi lebih dahulu. Variabel bebas (independen variable) adalah
61
variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya
memperkirakan nilai-nilai Y.
Dalam penelitian ini terdapat variabel pokok yang terbagi ke dalam variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah
variabel terikat (dependen) adalah iklim kerja (Y1) dan hasil belajar peserta didik (Y2).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap dalam Gambar 3.1.
62
Gambar 3.1
Variabel Penelitian
X1 e1 e2
Py1x1
Py2x1
X2
Py2x2
Py1x2 Y1 Y2
Py2x3
Py1x3
X3 Py2x4
Py1x4
X4
Keterangan :
X2 = kompetensi profesional
X3 = kompetensi sosial
X4 = kompetensi kepribadian
Y1 = iklim kerja
C. Definisi Operasional
digunakan dalam judul penelitian ini, dipandang perlu merumuskan definisi operasional
63
yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik,
2. Iklim Kerja: hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan
dengan pendidik yang lain, antara pendidik dengan pegawai sekolah dan
dalam kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam
64
Tabel 3.1
Operasionalilasi Variabel Kompetensi Tenaga pendidik IPA
65
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Menggunakan media pembelajaran Ordinal
dan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran yang diampu
untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara utuh
Mengambil keputusan transaksional Ordinal
dalam pembelajaran yang diampu
sesuai dengan situasi yang
berkembang
Memanfaatkan Memanfaatkan teknologi informasi Ordinal
teknologi dan komunikasi dalam pembelajaran
informasi dan yang diampu
komunikasi
untuk
kepentingan
pembelajaran.
Memfasilitasi Menyediakan berbagai kegiatan Ordinal
pengembangan pembelajaran untuk mendorong
potensi peserta peserta didik mencapai prestasi
didik untuk secara optimal
mengaktualisas Menyediakan berbagai kegiatan Ordinal
ikan berbagai pembelajaran untuk
potensi yang mengaktualisasikan potensi peserta
dimiliki didik, termasuk kreativitasnya
66
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Mengembangkan instrumen Ordinal
penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar
Mengadministrasikan penilaian Ordinal
proses dan hasil belajar secara
berkesinam-bungan dengan
mengunakan berbagai instrumen.
Menganalisis hasil penilaian proses Ordinal
dan hasil belajar untuk berbagai
tujuan
Melakukan evaluasi proses dan hasil Ordinal
belajar
Menggunakan informasi hasil Ordinal
penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar
Menggunakan informasi hasil Ordinal
penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan
pengayaan
Mengkomunikasikan hasil penilaian Ordinal
dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan
Memanfaatkan informasi hasil Ordinal
Memanfaatkan penilaian dan evaluasi pembelajaran
hasil penilaian untuk meningkatkan kualitas
dan evaluasi pembelajaran
untuk Melakukan refleksi terhadap Ordinal
kepentingan pembelajaran yang telah
pembelajaran dilaksanakan
Memanfaatkan hasil refleksi untuk Ordinal
perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu
Melakukan penelitian tindakan kelas Ordinal
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam mata pelajaran
Melakukan yang diampu.
tindakan Menghargai peserta didik tanpa Ordinal
reflektif untuk membedakan keyakinan yang
peningkatan dianut, suku, adat-istiadat, daerah
kualitas asal, dan gender.
pembelajaran Bersikap sesuai dengan norma Ordinal
agama yang dianut, hukum dan
sosial yang berlaku dalam
masyarakat, dan kebudayaan
nasional Indonesia yang beragam.
Bertindak sesuai Berperilaku jujur, tegas, dan Ordinal
dengan norma manusiawi
agama, hukum, Berperilaku yang mencerminkan Ordinal
sosial, dan ketakwaan dan akhlak mulia.
Kompetensi kebudayaan
Kepribadian nasional
Indonesia.
67
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Menampilkan Berperilaku yang dapat diteladan Ordinal
diri sebagai oleh peserta didik dan anggota
pribadi yang masyarakat di sekitarnya.
jujur, berakhlak
mulia, dan Menampilkan diri sebagai pribadi Ordinal
teladan bagi yang dewasa, arif, dan berwibawa
peserta didik
dan masyarakat
Menampilkan Menunjukkan etos kerja dan Ordinal
diri sebagai tanggung jawab yang tinggi.
pribadi yang
mantap, stabil, Bangga menjadi tenaga pendidik Ordinal
dewasa, arif, dan percaya pada diri sendiri.
dan berwibawa
Menunjukkan Bekerja mandiri secara profesional Ordinal
etos kerja,
tanggung jawab Memahami kode etik profesi tenaga Ordinal
yang tinggi, rasa pendidik
bangga menjadi
tenaga pendidik, Menerapkan kode etik profesi Ordinal
dan rasa tenaga pendidik. Berperilaku sesuai
percaya diri dengan kode etik profesi tenaga
pendidik
Bersikap inklusif dan objektif Ordinal
terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar
Menjunjung dalam melaksanakan pembelajaran.
tinggi kode etik Tidak bersikap diskriminatif Ordinal
profesi tenaga terhadap peserta didik, teman
pendidik sejawat, orang tua peserta didik dan
lingkungan sekolah karena
perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga,
dan status sosial-ekonomi
Bersikap Berkomunikasi dengan teman Ordinal
inklusif, ber- sejawat dan komunitas ilmiah
tindak objektif, lainnya secara santun, empatik dan
serta tidak efektif.
diskriminatif Berkomunikasi dengan orang tua Ordinal
karena peserta didik dan masyarakat secara
pertimbangan santun, empatik, dan efektif tentang
jenis kelamin, program pembelajaran dan
agama, ras, kemajuan peserta didik.
kondisi fisik,
latar belakang
Kompetensi keluarga, dan
Sosial status sosial
ekonomi
Berkomunikasi Mengikutsertakan orang tua peserta Ordinal
secara efektif, didik dan masyarakat dalam
empatik, dan program pembelajaran dan dalam
santun dengan mengatasi kesulitan belajar peserta
sesama pendi- didik.
dik, tenaga
kependidikan,
orang tua, dan
masyarakat
68
Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala
Berkomunikasi dengan teman Ordinal
sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas ilmiah lainnya melalui
berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran
Beradaptasi di Beradaptasi dengan lingkungan Ordinal
tempat bertugas tempat bekerja dalam rangka
di seluruh meningkatkan efektivitas sebagai
wilayah pendidik
Republik Melaksanakan berbagai program Ordinal
Indonesia yang dalam lingkungan kerja untuk
memiliki mengembangkan dan meningkatkan
keragaman kualitas pendidikan di daerah yang
sosial budaya. bersangkutan
Menguasai Membedakan pendekatan- Ordinal
materi, struktur, pendekatan IPA
konsep, dan
pola pikir
keilmuan yang
mendukung
mata pelajaran
yang diampu
Menguasai Menguasai materi IPA secara luas Ordinal
standar dan mendalam
kompetensi dan Menunjukkan manfaat mata Ordinal
kompetensi pelajaran IPA
dasar mata
pelajaran yang
diampu
Memahami standar kompetensi mata Ordinal
pelajaran yang diampu
Mengembang- Memahami kompetensi dasar mata Ordinal
kan materi pelajaran yang diampu
pembelajaran Memahami tujuan pembelajaran Ordinal
yang diampu yang diampu
secara kreatif Memilih materi pembelajaran yang Ordinal
diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Mengembang- Mengolah materi pelajaran yang Ordinal
kan diampu secara kreatif sesuai dengan
Kompetensi keprofesionalan tingkat perkembangan peserta didik
Profesional secara Melakukan refleksi terhadap kinerja Ordinal
berkelanjutan sendiri secara terus menerus
dengan Memanfaatkan hasil refleksi dalam Ordinal
melakukan rangka peningkatan keprofesionalan
tindakan
reflektif
Memanfaatkan Melakukan penelitian tindakan kelas Ordinal
teknologi untuk peningkatan keprofesionalan
informasi dan Mengikuti kemajuan zaman dengan Ordinal
komunikasi belajar dari berbagai sumber
untuk Memanfaatkan teknologi informasi Ordinal
mengembang- dan komunikasi dalam
kan diri berkomunikasi.
Memanfaatkan teknologi informasi Ordinal
dan komunikasi untuk
pengembangan diri
69
Tabel 3.2
Operasionalilasi Variabel Hasil Iklim Kerja Didik
70
Tabel 3.2
Operasionalilasi Variabel Hasil Belajar Peserta Didik
71
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek. subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga pendidik IPA SMP
yang baik adalah sampel yang representatif mewakili populasi. Berapa jumlah anggota
sampel yang akan digunakan sebagai sumber data tergantung pada tingkat kepercayaan
yang dikehendaki. Bila dikehendaki sampel dipercaya 100% mewakili populasi, maka
jumlah anggota sampel sama dengan jumlah anggota populasi. Bila tingkat
kepercayaan 95%, maka jumlah anggota sampel akan lebih kecil dari jumlah populasi.
Sehingga jumlah sampel Tenaga pendidik IPA yang akan diteliti dalam penelitian
yakni 50 orang.
Sesuai dengan gejala yang dikemukakan dalam penelitian ini maka untuk
pengukuran data variabel kompetensi tenaga pendidik yang digunakan adalah skala
interval, yaitu skala yang mentenaga pendidiktkan nilai atau skor dari tingkat paling
Dalam penelitian ini, digunakan nilai interval dengan 5 (lima) jenjang yang
72
Tabel 3.4. Kategori & Skor Jawaban Responden
Angket yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup yang berskala lima
atau dengan kata lain jawaban atas kuesioner diberi skor 1 sampai 5. Pemberian skor
sesuai dengan alternatif jawaban yang disediakan pada setiap pertanyaan kuesioner.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer (langsung) dan data sekunder
(tidak langsung). Dalam pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian, maka
dan dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.
73
Mengingat penelitian ini untuk pengumpulan datanya dilakukan dengan
penelitian ini. Dalah hal ini, keabsahan dan kesahihan di dalam penelitian sosial
ditentukan oleh suatu alat ukur yang digunakan yaitu apabila alat ukur tersebut tidak
valid atau tidak dipercaya maka hasil yang diperoleh tidak akan menggambarkan
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.
2002:146).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah di
susun benar-benar mengukur apa yang perlu di ukur. Dengan kata lain apakah test
maksud test tersebut, sehingga data yang terkumpul merupakan data yang dapat
dipercaya.
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen
itu sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan
pembentukan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan
74
kualitas hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas pada
program SPSS (Statistical Product for Service Solution) 20.0 for windows.
Validitas data merupakan suatu proses penentuan apakah suatu wawancara dalam
survei atau observasi dilakukan dengan benar dan bebas dari bias. Berdasarkan
kemampuan alat ukur untuk mengukur secara benar (bebas dari bias). Instrumen yang
sahih memiliki validitas yang tinggi. Untuk memperoleh instrumen yang valid
variabel menjadi sub variabel dan indikator, setelah itu memasukannya ke dalam
bahwa instrumen tersebut memiliki validitas yang logis. Dikatakan logis karena
validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar
sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
75
Peneliti juga perlu menguji validitas instrumen yang sudah disusun
yang digunakan adalah validitas konstruk yang menentukan validitas dengan cara
pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari
penjumlahan semua skor item. Korelasi antar skor item dengan skor totalnya harus
signifikan. Berdasarkan ukuran statistik, bila ternyata skor semua item yang disusun
dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas. Untuk menguji validitas
N XY (X ) (Y )
rXY
N X 2
(X ) 2 N Y 2 (Y ) 2
Dimana :
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
X = Skor untuk pernyataan yang dipilih
Y = Skor total
n = Jumlah responden
Tabel 3.4
Koefisien korelasi
Besarnya Nilai Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Agak Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto (2002:245)
76
Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah
dengan tolak ukur yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas
tersebut signifikan pada taraf signifikasi tertentu, artinya adanya koefisien validitas
tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistik t sebagai
berikut:
2
=
1 2
signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai
konsistensi akurasi dan prediktabilitas suatu alat ukur. Berdasarkan pendapat para ahli
ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur karena instrumennya sudah baik.
77
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui keajekan kuesioner yang diberikan
kepada responden dan indek yang diperoleh dari perhitungan menunjukkan sejauh
mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Menurut Sugiyono (2008) Untuk uji reliabilitas ini dapat dilakukan dengan
internal consintency dengan teknik belah dua yang maksudnya adalah butir-butir
instrumen dibagi menjadi dua kelompok yaitu butir-butir instrumen yang bernomor
ganjil dikelompokkan menjadi satu dan butir intrumen nomor genap dikelompokan
menjadi satu. Kemudian masing-masing kelompok skor tiap butirnya dijumlahkan yang
menghasilkan skor total. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari
korelasinya.
k 2
1 - 2
r = k -1
Di mana :
r = Koefisien reliabilitas
k = Jumah butir pertanyaan
i2 = varian butir pertanyaan
2 = varian skor tes
78
I. Konversi Data
penyebaran kuesioner kepada responden . Data yang disebarkan adalah data dalam
bentuk skala ordinal, dan untuk menganalisa hasil penelitian ini maka peneliti perlu
melakukan konversi data. Proses transformasi data dari skala pengukuran ordinal ke
skala pengukuran interval sering dijumpai pada saat melakukan analisis data, terutama
Interval). Menurut Riduwan (2012: 30) bahwa terdapat beberapa langkah transformasi
b. Pada setiap butir, tentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5
proporsi
f. Tentukan niloai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
79
) ( )
=
( ) ( )
= + 1 + | |
analitik. Statistic deskriptif berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek yang
diteliti melalui data sampel atau populasi, dengan cara penyajian melalui modus, mean,
dan simpangan baku serta mendeskriptifkan dalam bentuk tabel (Sugiyono, 2000:21).
Sedangkan analitik dimaksudkan pada penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis
penelitian dan membuat generalisasi dalam hal ini menggunakan analisis regresi dan
korelasi
Dalam melakukan pengolahan data dan analisis data dari instrument yang sudah
a. Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran dari data yang sudah terkumpul, maka dilakukan
2007.
rumus.
= Furqon (1997:36)
80
angan
x = rata-rata (mean)
X = jumlah seluruh data
n = jumlah responden (sampel)
(1 )2
2 = (varian sampel)
1
Atau
(1 )2
= ( simpangan baku) Sugiyono (2000:50)
1
b. Analitik Statistik
uji coba instrumen penelitian. Uji coba dari butir-butir instrumen pada kedua variabel
Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier ganda.Teknik
ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh
koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, X2, X3,
X4 terhadap Y1 dan Y2. Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan
sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi
variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.
81
X1 e1
e2
Py1x1
Py2x1
X2
Py2x2
Py1x2 Y1 Y2
Py2x3
Py1x3
X3 Py2x4
Py1x4
X4
82
DAFTAR PUSTAKA
Akadum. 1999. Potret IPA Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.Suara Pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7
Juni 2001).
Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Macmillan
Publishing Co., Inc
Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian Tugas
dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP Negeri 1
Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.
Arsip Nilai Ujian Akhir SMP Negeri 3 Banjar Tahun 2005. Dokumen NUAN Siswa
yang Tidak Dipublikasikan.
Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPA pada
Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan
dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September
2003.
Badrun, A. 2005. Prospek Pendidikan dan tenaga kerja (IPA) di kabupaten Dompu.
Orasi Ilmiah disampaikan pada saat wisuda mahasiwa Diploma Dua program
PGSD/MI-PGTK/RA STAI Al-Amin Domp.
Brent D. Ruben. 1988. Communication and Human Behavior. New York: Macmilland
Publishing Company.
83
Budiadnya, Made. 2004. Ujicoba Model Pembelajaran Generatif dalam Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMP Negeri 5
Singaraja. Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.
Davis, K. & Newstrom, J.W,. 1996. Perilaku dalam Organisasi, Edisi ketujuh.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dedi Supriyadi, 1999. Mengangkat Citra dan Martabat IPA.. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa
Denny Suwarja, 2003. KBK, tantangan profesionalitas IPA. 19 Juli 2003. Artikel.
Homepage Pendidikan Network
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Djamarah, S.B. 1994. Prestasi belajar dan Kompetensi IPA. Surabaya. Usaha Nasional.
84
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research
in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
Freud,S., 1950. The ego and the id. London: The Hogarth Press.
Furkan, Nuril, 2006. Perubahan Paradigma IPA dalam Konteks KBK. Orasi Ilmiah
pada Wisuda Diploma Dua Program PGSD/MI-PGTK/RA dan Dies Natalis
STAI Al-Amin Dompu.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt,
Reinhart and Winston.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGraw-
Hill, Inc.
Hoy & Miskel, 1987. Education Administration.: Theory, Research and Practice. New
York: Random Hause.
Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa
Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di SMU
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.
Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku -edua). Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
85
Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom. Edina,
Minnesota: A publication Interaction Book Company.
- et al. 1984. Circles of Learning. Fairfax, Va.: Association for Supervision and
Curriculum Development.
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the
PAT Journal. April/Mei 2001. (Online),
http://www.members.aol.com/PTRFWEB/journal1040., diakses 7 Juni 2001)
Junaidin, Akh, 2006. Kepuasan Kerja IPA, Al-Fikrah Jurnal Studi Kependidikan dan
Keislaman, Ed. I thn. I hal. 45-66.
Kohler, Jerry. W., Anatol, karl W. E dan Applbaum, Ronald L. 1981. Organizational
Communication: Behavioral Perspective. New York: Holt Rinehart and
Winstons.
Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
86
Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat
Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia.
Nainggolan H, 1990. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: IPA dan Siswa Yang Berperan
Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online),
http://www.suarapembaruan.com/News/081998/08Opini
Nur Syam, 2005. Pendidikan di era Globalisasi Tantangan dan Strategi. Orasi
Ilmiah dalam wisuda Perdana STAI Al-Amin Dompu.
Oemar Hamalik, 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar baru
Algensindo.
_______, 1999. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1984. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis.
Diterjemahkan Oleh R.H. Dj. Sinurat et al. Yogyakarta: Kanisius.
87
Raka Joni, T, 1992. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Pendidikan IPA. Jakarta : Ditjen
Dikti Depdiknas.
Sardinian, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi guru
dan Calon guru. Jakarta: Rajawali. Pers.
Supriadi, 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adi Cita Karya
Nusa.
Suparlan, 2004. Beberapa Pendapat tentang Guru Efektif dan Sekolah Efektif.
Fasilitator : Edisi I Thn 2004(23-28).
Sutadipura, 1994. Kompetensi IPA dan Kesehatan Mental. Bandung: Penerbit Angkasa.
88
S. Karim A. Karhami, 2005. Mengubah Wawasan dan Peran Guru dalam era
kesejahteraan . Akses Internet.
Uno, B. Hamzah, el. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta:
Delima Press.
Uzer usman, Moh. 2002. Menjadi Guru yang Profesional. Edisi kedua. Bandung:
Remadja Rosdakarya.
Wijaya, C. Dan Rusyan A.T, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zahera Sy, 1997. Hubungan konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap Guru dalam
proses belajar mengajar, Ilmu Pendidikan, jilid 4 Nomor 3 hal. 183-194.
89
KUESIONER B
KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu:
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK : Sangat Kurang
NO PERTANYAAN SB B C K SK
Kompetensi pedagogik
1 Kemampuan dalam menyusun renccana pembelajaran
2 Kemampuan dalam menyampaikan pelajaran
3 Kemampuan dalam menggunakan metode mengajar
4 Kemampuan dalam menggunakan alat bantu/media
pembelajaran
5 Kemampuan menguasai kelas dalam proses
pembelajaran
Kompetensi kepribadian
6 Memiliki kepribadian yang mantap
7 Memiliki akhlak mulia
8 Memiliki sikap yang arif/bijaksana
9 Memiliki kewibawaan yang mantap
10 Menjadi teladan bagi peserta didik
Kompetensi profesional
11 Kemammpuan dalam menguasai materi pelajaran
12 Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap
peserta didik
13 Memiliki kemampuan yang luas dalam menyampaikan
materi pelajaran
14 Kemampuan dalam melatih peserta didik
15 Kemampuan dalam membimbing peserta didik
Kompetensi sosial
16 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
peserta didik
17 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
sesama IPA
18 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang tua murid
19 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitar
90
20 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
kepala sekolah
KUESIONER C
HASIL BELAJAR
PETUNJUK PENGISIAN
Kuesioner ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu:
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK : Sangat Kurang
NO PERTANYAAN SB B C K SK
Pengembangan sikap
1 Perubahan sifat dan sikap anda dalam belajar
2 Perubahan sifat dan sikap anda dalam proses
pembelajaran
3 Hubungan komunikasi anda denga IPA
4 Hubungan komunikasi anda dengan siswa lain
5 Pengaruh IPA dalam memotivasi anda
6 Pengaruh siswa lain dalam memotivasi anda belajar
Peningkatan keterampilan
7 Kemampuan anda dalam menggunakan alat
peraga/media pembelajaran
8 Kemampuan anda dalam berolahraga
9 Kemampuan anda dalam seni
10 Kemampuan anda dalam mempraktekkan teori
11 Kemampuan anda dalam pratikum
12 Kemampuan anda dalam menulis karya ilmiah
13 Kemampuan anda dalam menulis laporan
14 Kemampuan anda dalam menyelesaikan tugas
Peningkatan pengetahuan
15 Memperoleh wawasan dalam proses belajar mengajar
16 Memperoleh pengetahuan baru dalam proses belajar
mengajar
17 Kemampuan dalam memahami materi pelajaran
18 Kesesuaian materi pelajaran dengan kondisi yang ada
19 Kemampuan IPA dalam menyampaikan pelajaran
20 Peningkatan terhadap pola pikir siswa
91
92