Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TOKSIKOLOGI

Nama : Febriani Nurul Kholifah


NIM : 101411535023
Prodi : S-1 Kesehatan Masyarakat Banyuwangi

Soal :
1. Bagaimana absorbsi dan distribusi benzena melalui saluran pernafasan dan
ion timbal (Pb) pada saluran pencernaan?
2. Jelaskan bagaimana biotranformasi tahap I dan tahap II untuk benzena dan
biotransformasi tahap II untuk ion Pb2+!

Jawaban:
1. Absorbsi dan Distribusi
1.1 Benzena Melalui Saluran Pernafasan (Inhalasi)
Benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik rantai tertutup tidak
jenuh, mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene, phenyl hydride, atau
coal naphta
Absrobsi:
Benzena dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi dalam
bentuk uap. Benzena yang masuk melalui inhalasi apabila tidak segera
dikeluarkan melalui ekspirasi, maka akan diabsorpsi ke dalam darah. absorpsi
terutama melalui paru-paru, jumlah yang diinhalasi sekitar 40-50% dari
keseluruhan jumlah benzena yang masuk ke dalam tubuh.
Benzena mudah diabsorpsi melalui pernafasan, ketahanan paru-paru
mengabsorpsi benzene mencapai lebih kurang 50% untuk beberapa jam pada
paparan di antara 2-100 cm3/ m3
Benzena larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi sangat rendah dan
secara cepat dapat berakumulasi dalam jaringan lemak karena kelarutannya
yang tinggi dalam lemak. Uap benzena mudah diabsorpsi oleh darah, yang
sebelumnya diabsorpsi dengan baik oleh jaringan lemak.
Tempat utama bagi absorpsi di saluran napas adalah alveoli paru-paru. Hal
ini terutama berlaku untuk gas, misalnya CO, NO dan SO2; hal ini juga berlaku
untuk uap cairan misalnya BENZEN dan CCl4. Kemudahan absorpsi ini
berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan
dekatnya darah dengan udara alveoli.
Laju absoprsi bergantung pada daya larut gas dalam darah; semakin mudah
larut, semakin cepat absorpsi. Namun keseimbangan antara udara dan darah ini
lebih lambat tercapai untuk zat kimia yang mudah larut, misalnya etilen. Hal
ini terjadi karena suatu zat kimia yang lebih mudah larut akan lebih mudah
larut dalam darah. Karena udara alveolar hanya dapat membawa zat kimia
dalam jumlah terbatas, maka diperlukan lebih banyak pernapasan dan waktu
lebih lama untuk mencapai keseimbangan. Bahkan diperlukan waktu lebih
lama lagi kalau zat kimia itu juga diendapkan dalam jaringan lemak.
Efek toksik benzene dapat dirasakan dengan paparan pada jangka
pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek apabila terhirup uap
benzene dapat menyebabkan iritasi mata dan tenggorokan. Dalam
konsentrasi tinggi akan menyebabkan rasa mengantuk, pusing, sakit
kepala, bingung, tidak sadarkan diri bahkan mengakibatkan kematian. Pada
jangka panjang efek kesehatan akibat paparan benzene adalah pada
sumsum tulang yang merupakan tempat pembuatan sel-sel darah sehingga
dapat menyebabkan anemia, leucopenia dan thrombositopenia. Bahkan paparan
benzene dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker pada organ
pembuat darah atau disebut leukemia.
Distribusi:
Distribusi benzena ke seluruh tubuh melalui absorbsi dalam darah, karena
benzena adalah lipofilik, maka distribusi terbesar adalah dalam jaringan darah,
jarongan lemak, sumsum tulang urine mengandung benzena kira-kira 20 lebih
banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan organ 1-
3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah mengandung
benzena dua kali lebih banyak dari pada dalam plasma (Agency for Toxic
Subtance and Disease Registry, 2007)
1.2 Timbal (Pb) pada saluran pencernaan
Toksisitas logam berat timbal (Pb) dapat memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan, semakin lama pemaparan timbal dan semakin
tinggi konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan. Timbal (Pb)
dalam tubuh dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat aktivitas
enzim
Absrobsi:
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar. Absorpsi timbal di
dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar
keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal
yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis,
jantung dan otak. Pb memiliki sifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan
mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas, dan air
asam serta dapat larut dalam asamnitrit, asam asetat, dan asam sulfat pekat.
Selain toksisitas timbal (Pb) dapat terjadi pada orang yang hidup diperkotaan
dan industri, kasus keracunan timbal (Pb) ini juga sering terjadi didaerah
pedesaan di negara yang sedang berkembang.

Distribusi:

Dalam darah Pb2+ (timbal organik) berikatan oleh eritrosit lebih dari 95%.
Hal ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan mengganggu
sintesis Hb (menyebabkan anemia) Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang
dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool Pb tubuh
lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang,
sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi. Gigi
dan tulang panjang mengandung Pb yang lebih banyak dibandingkan tulang
lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada
perbatasan antara gigi dan gusi.Hal itu merupakan ciri khas keracunan Pb. Pada
jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan
kulit.Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
2. Biotransformasi
Biotransformasi dapat dibedakan menjadi dua fase reaksi yaitu
reaksi fase I (reaksi penguraian) dan reaksi fase II (reaksi konjugasi).
Reaksi penguraian meliputi pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi.
Reaksi penguraian akan menghasilkan atau membentuk zat kimia dengan
gugus polar yaitu gugus OH, -NH2 atau COON. Pada reaksi
konjugasi, zat kimia yang memiliki gugus polar akan dikonjugasi dengan
pasangan reaksi yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga berubah
menjadi bentuk terlarut dalam air dan dapat diekskresikan oleh ginjal
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

TOKSIN
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

Hidrofil polar lipofil Sangat lipofil stabil senyawa


terhadap biotransformasi pengalkilasi

Penimbunan di Pengikatan kovalen


jaringan lemak pada jaringan

Fase I
Produk an
Bioaktivasi atau bioinaktivasi oksidasi,
tara peng-
reduksi, hidrolisis
alkilasi
atau
elektrofilik

Polar
Fase II
Konjugasi

Sirkulasi darah

Eksresi empedu Sekresi renai aktif ultrafiltrasi

Reabsorpsi P Reabsorpsi
Konjugat
lipofil
terhidrolisis
hidrofil

proses intrasel
Urin
2.1 Biotransformasi benzena Tahap I dan II
Reaksi biotransformasi benzena fase I dan Fase II menghasilkan larutan
yang mudah diekskresikan lewat urin. Pada fase I benzena dioksidasi oleh
sitokrom P450 2E1 di dalam hati (liver), oksidasi benzena (golongan
aromatik) menjadi fenol

Benzena Fenol

Benzena oksida sebuah elektrofilik reaktif menengah, selanjutnya benzena


oksida dimetabolisme oleh tiga jalur yakni:
1. Penataan non-enzimatik untuk membentuk fenol
2. Hidrasi dengan epoksida hidrolase untuk 1,2-benzena dihydrodiol untuk
memebentuk cathecol
3. Glutathione konjugasi dengan glutation S-tranferase untuk membentuk
asam premercapturic yang diubah menjadi asam phenylmercapturic.
Biotransformasi benzena dalam tubuh berupa metabolit akhir yang utama
(Fase I) adalah fenol yang dieksresikan lewat urine dalam bentuk konjugasi
dengan asam sulfat atau glukuronat. Sejumlah kecil dimetabolisme menjadi
kathekol, karbondioksida dan asam mukonat.
Metabolit adalah bahan yang dihasilkan secara langsung oleh reaksi
biotransfusi. Setelah reaksi oksidasi ini, beberapa metabolit sekunder akan
terbentuk secara enzimatik dan non-enzimatik. Biotransformasi benzena
dalam tubuh berupa metabolit akhir yang utama adalah fenol yang diekskresi
lewat urin dalam bentuk terkonjugasi dengan asam sulfat atau glukuronat
Sejumlah kecil dimetabolisme menjadi kathekol, hidrokuinon, karbon
dioksida, dan asam mukonat.
Semua metabolit ini kemudian dapat menjalani metabolisme fase II, yang
menyebabkan ekskresi glukuronida dan konjugat sulfat, asam metabolic. Ada
dua kemungkinan pada proses biotransformasi
1. Menghasilkan senyawa yang lebih toksin (terjadi bioaktivasi) menjadi
produk perantara pengalkilasi yang elektrofilik dan pengikatan kovalen
pada jaringan
2. Menghasilkan senyawa yang semakin kurang toksik dan akan
mengalami fase II yaitu konjugasi.

Benzena Fenol

Fenol Ester fenosulfat

Metabolisme benzena yang mendiskripsikan jalur karsinogenitas benzena.


(P450=cytochrome P450; MPO = myeloperoxidase; NQO1, NAD(P)H = quinone
oxidoreductase)
2.2 Biotransformasi tahap II ion Pb2+ (Timbal)
Timbal bersifat mudah berikatan dengan gugus fungsi yang
terdapat pada protein, karbohidrat, dan lemak makhluk hidup.
Proses biotransformasi timbal pada saluran pencernaan dipengaruhi oleh faktor:
1. Pengosongan lambung
2. Peristaltik usus yang meningkat akan menghambat absrobsi zat kimia
melalui usus
3. Getah lambung dan pankreas mampu menghidrolisis dan mereduksi zat-
zat kimia berbahaya dan sebagainya
Logam berat mempunyai afinitas yang tinggi terhadap senyawa-senyawa
sulfida, seperti sulfihidril (-SH) dan disulfida (-S-S) gugus ini banyak terdapat di
enzim sehingga terkaitnya logam berat pada gugus ini dapat menghambat kerja
enzim tertentu. Timbal disebut juga timah hitam dinyatakan dalam bentuk tetra
etil (TEL) dengan rumus molekul (CH3)24 Pb.
Pada fase II proses konjugasi grup-grup polar akan ditambahkan pada reaksi pada
fase tertentu.
Reaksi konjugasi molekul normalnya dalam tubuhditambahkan pada
metabolit pada fase Iterkonjugasi(lebih hidrofilik)mudah dikeluarkan.
Reaksi utama pada fase II:
1. Glucuronide conjugation
2. Sulfate conjugation-important reaction
3. Acetylation
4. Amino acid conjugation
5. Glutathione conjugation
6. methylation

Anda mungkin juga menyukai