Soal :
1. Bagaimana absorbsi dan distribusi benzena melalui saluran pernafasan dan
ion timbal (Pb) pada saluran pencernaan?
2. Jelaskan bagaimana biotranformasi tahap I dan tahap II untuk benzena dan
biotransformasi tahap II untuk ion Pb2+!
Jawaban:
1. Absorbsi dan Distribusi
1.1 Benzena Melalui Saluran Pernafasan (Inhalasi)
Benzena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik rantai tertutup tidak
jenuh, mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene, phenyl hydride, atau
coal naphta
Absrobsi:
Benzena dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi dalam
bentuk uap. Benzena yang masuk melalui inhalasi apabila tidak segera
dikeluarkan melalui ekspirasi, maka akan diabsorpsi ke dalam darah. absorpsi
terutama melalui paru-paru, jumlah yang diinhalasi sekitar 40-50% dari
keseluruhan jumlah benzena yang masuk ke dalam tubuh.
Benzena mudah diabsorpsi melalui pernafasan, ketahanan paru-paru
mengabsorpsi benzene mencapai lebih kurang 50% untuk beberapa jam pada
paparan di antara 2-100 cm3/ m3
Benzena larut dalam cairan tubuh dalam konsentrasi sangat rendah dan
secara cepat dapat berakumulasi dalam jaringan lemak karena kelarutannya
yang tinggi dalam lemak. Uap benzena mudah diabsorpsi oleh darah, yang
sebelumnya diabsorpsi dengan baik oleh jaringan lemak.
Tempat utama bagi absorpsi di saluran napas adalah alveoli paru-paru. Hal
ini terutama berlaku untuk gas, misalnya CO, NO dan SO2; hal ini juga berlaku
untuk uap cairan misalnya BENZEN dan CCl4. Kemudahan absorpsi ini
berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan
dekatnya darah dengan udara alveoli.
Laju absoprsi bergantung pada daya larut gas dalam darah; semakin mudah
larut, semakin cepat absorpsi. Namun keseimbangan antara udara dan darah ini
lebih lambat tercapai untuk zat kimia yang mudah larut, misalnya etilen. Hal
ini terjadi karena suatu zat kimia yang lebih mudah larut akan lebih mudah
larut dalam darah. Karena udara alveolar hanya dapat membawa zat kimia
dalam jumlah terbatas, maka diperlukan lebih banyak pernapasan dan waktu
lebih lama untuk mencapai keseimbangan. Bahkan diperlukan waktu lebih
lama lagi kalau zat kimia itu juga diendapkan dalam jaringan lemak.
Efek toksik benzene dapat dirasakan dengan paparan pada jangka
pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek apabila terhirup uap
benzene dapat menyebabkan iritasi mata dan tenggorokan. Dalam
konsentrasi tinggi akan menyebabkan rasa mengantuk, pusing, sakit
kepala, bingung, tidak sadarkan diri bahkan mengakibatkan kematian. Pada
jangka panjang efek kesehatan akibat paparan benzene adalah pada
sumsum tulang yang merupakan tempat pembuatan sel-sel darah sehingga
dapat menyebabkan anemia, leucopenia dan thrombositopenia. Bahkan paparan
benzene dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker pada organ
pembuat darah atau disebut leukemia.
Distribusi:
Distribusi benzena ke seluruh tubuh melalui absorbsi dalam darah, karena
benzena adalah lipofilik, maka distribusi terbesar adalah dalam jaringan darah,
jarongan lemak, sumsum tulang urine mengandung benzena kira-kira 20 lebih
banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan organ 1-
3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah mengandung
benzena dua kali lebih banyak dari pada dalam plasma (Agency for Toxic
Subtance and Disease Registry, 2007)
1.2 Timbal (Pb) pada saluran pencernaan
Toksisitas logam berat timbal (Pb) dapat memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan, semakin lama pemaparan timbal dan semakin
tinggi konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan. Timbal (Pb)
dalam tubuh dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat aktivitas
enzim
Absrobsi:
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar. Absorpsi timbal di
dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar
keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal
yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis,
jantung dan otak. Pb memiliki sifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan
mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas, dan air
asam serta dapat larut dalam asamnitrit, asam asetat, dan asam sulfat pekat.
Selain toksisitas timbal (Pb) dapat terjadi pada orang yang hidup diperkotaan
dan industri, kasus keracunan timbal (Pb) ini juga sering terjadi didaerah
pedesaan di negara yang sedang berkembang.
Distribusi:
Dalam darah Pb2+ (timbal organik) berikatan oleh eritrosit lebih dari 95%.
Hal ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan mengganggu
sintesis Hb (menyebabkan anemia) Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang
dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool Pb tubuh
lainnya. Yang dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang,
sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi. Gigi
dan tulang panjang mengandung Pb yang lebih banyak dibandingkan tulang
lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada
perbatasan antara gigi dan gusi.Hal itu merupakan ciri khas keracunan Pb. Pada
jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan
kulit.Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
2. Biotransformasi
Biotransformasi dapat dibedakan menjadi dua fase reaksi yaitu
reaksi fase I (reaksi penguraian) dan reaksi fase II (reaksi konjugasi).
Reaksi penguraian meliputi pemutusan hidrolitik, oksidasi dan reduksi.
Reaksi penguraian akan menghasilkan atau membentuk zat kimia dengan
gugus polar yaitu gugus OH, -NH2 atau COON. Pada reaksi
konjugasi, zat kimia yang memiliki gugus polar akan dikonjugasi dengan
pasangan reaksi yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga berubah
menjadi bentuk terlarut dalam air dan dapat diekskresikan oleh ginjal
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN
TOKSIN
BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN
Fase I
Produk an
Bioaktivasi atau bioinaktivasi oksidasi,
tara peng-
reduksi, hidrolisis
alkilasi
atau
elektrofilik
Polar
Fase II
Konjugasi
Sirkulasi darah
Reabsorpsi P Reabsorpsi
Konjugat
lipofil
terhidrolisis
hidrofil
proses intrasel
Urin
2.1 Biotransformasi benzena Tahap I dan II
Reaksi biotransformasi benzena fase I dan Fase II menghasilkan larutan
yang mudah diekskresikan lewat urin. Pada fase I benzena dioksidasi oleh
sitokrom P450 2E1 di dalam hati (liver), oksidasi benzena (golongan
aromatik) menjadi fenol
Benzena Fenol
Benzena Fenol