Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH

Disusun oleh :
Trie Vany Putri, S.Ked 04054821618008
Rolando Agustian H, S.Ked 04054821618010

Pembimbing:
dr. Ridhayani, SpA

DEPARTEMEN/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus yang berjudul


BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH

Oleh :
Trie Vany Putri, S.Ked 04054821618008
Rolando Agustian H, S.Ked 04054821618010
Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran Unsri.

Palembang, Agustus 2017


Pembimbing,

dr. Ridhayani, SpA

ii
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang
berjudul BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Ridhayani, SpA sebagai dosen pembimbing
2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam
membantu proses penyelesaian laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus
hingga laporan kasus ini selesai.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan
saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini,
penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Palembang, Agustus 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................5
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................6
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................15
BAB IV. ANALISIS KASUS .................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1000
gram sampai dengan 1500 gram, umumnya dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Sekelompok populasi bayi berat lahir sangat rendah yang dapat bertahan setelah perawatan dari
NICU, memerlukan kewaspadaan ekstra dari petugas kesehatan, dengan perhatian pada sekuele
medis dan skrining perkembangan.1 Permasalahan pada BBLSR yang mungkin timbul adalah
gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan terutama perkembangan kognitif, kemampuan
belajar, gangguan perhatian, bicara dan bahasa, gangguan neuromotor, dan perkembangan
neurobehaviour. Selain itu mungkin didapatkan gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
permasalahan gizi, pertumbuhan gigi, masalah gastrointestinal, meningkatnya risiko cerebral
palsy dan retardasi mental. Karena permasalahan yang mungkin timbul tersebut, maka perlu
pemantauan yang lebih ketat pada pasien BBLSR.2

Data epidemiologi BBLSR menunjukkan perkiraan insidensi BBLSR sekitar 4-7% dari
total kelahiran hidup dengan angka kematian 240 per 1000 kelahiran. Dalam dekade terakhir
angka kematian BBLSR cenderung turun dengan makin berkembangnya sistem dan alat
kesehatan.3 Beberapa faktor risiko BBLSR antara lain usia ibu yang terlalu muda untuk hamil,
kehamilan ganda dimana hampir 50% kehamilan ganda melahirkan BBLSR, kesehatan maternal
yang dipengaruhi oleh infeksi dan obat-obatan, jenis kelamin laki-laki, kelahiran prematur dan
primiparitas, sosial ekonomi rendah, antenatal care (ANC) yang tidak teratur, ruptur membran,
malnutrisi, serta fetal distress.2 Data pasien BBLSR di RSUD dr. Moewardi pada periode tahun
2014 terdapat total 52 pasien BBLSR yang dirawat di unit perinatologi dengan 15 pasien (28%)
yang dapat dipulangkan untuk perawatan lebih lanjut di rumah. Sedangkan 37 pasien BBLSR
meninggal dengan 9 bayi diantaranya meninggal dalam waktu kurang dari 48 jam. 3 Oleh sebab
itu perlu diketahui tatacara perawatan BBLSR agar dapat meningkatkan kesintasan pada bayi
yang menderita, dan mencegah komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang yang mungkin
terjadi di masa depan.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama : By. SA
Umur / Tanggal Lahir : 10 hari (21 Juli 2017)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. A ( 19 tahun)
Nama Ibu : Ny. A ( 18 tahun)
Alamat : Dusun III Desa Siju RT 03, Kelurahan Siju Rambutan
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Dikirim oleh : Datang sendiri
MRS : 21 Juli 2017 (23:00)

B. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 31 Juli 2017 pukul 15.00 WIB)
Keluhan Utama : BBLSR
Keluhan Tambahan : kesulitan bernapas

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 10 hari yang lalu, bayi laki-laki lahir ditolong bidan, di Puskesmas. Lahir secara
spontan dari Ibu G1P0A0, usia gestasi menurut Ibu 28 minggu, dirawat dengan keluhan
BBLSR, kurang bulan, dan kesulitan bernapas. Bayi lahir tidak langsung menangis dengan
APGAR skor tidak diketahui. BBL 1.350 gram, PB 33 cm, LK 26 cm. Riwayat ketuban
pecah sebelum waktunya disangkal, ketuban keruh hijau kental berbau tidak ada. Riwayat
demam selama kehamilan dan riwayat penyakit lainnya pada Ibu disangkal. Bayi tampak
kurang aktif, tangisan lemah, refleks hisap tidak ada. Lalu bayi dibawa ke IGD RSUD
Palembang BARI didiagnosis dengan BBLSR ec preamturitas, RDS dengan bradipneu ec
susp HMD, dan Hipotermia. Diberikan terapi IVFD D5% 100cc+Ca Glukonas 6,25cc+D4%

6
8cc / 108cc/24 jam, Inj. Ampicilin 34 mg/12 jam, Inj. Gentamisin 3,4 mg/18 jam, Inj
aminofilin 10 mg IV dilanjutkan 3x 2,6 mg IV setelah 24 jam, CPAP FiO2 pada 30%+PEEP
7 dengan target SPO2 88-92%.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai petani karet. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.
Kesan: riwayat sosial ekonomi menengah kebawah

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Kehamilan
GPA : G1P0A0
HPHT : 6 Januari 2017
Perawatan antenatal : 2 kali periksa di Bidan. USG antenatal
tidak dilakukan
Kebiasaan ibu sebelum kehamilan : Merokok (-), minum alkohol (-)
Makan obat-obat tertentu : Tidak ada
Penyakit atau komplikasi kehamilan : Tidak ada

Persalinan
Presentasi : bokong
Cara persalinan : pervaginam
KPSW : tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau bau : tidak ada
Keadaan bayi
Berat badan lahir : 1350 gram
Panjang badan lahir : 33 cm
Lingkar kepala : 26 cm

7
Langsung menangis : tidak
Nilai APGAR : ibu tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada
Inisiasi Menyusu Dini : tidak ada
Kesan : riwayat kelahiran kurang baik

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 31 Juli 2017
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : compos mentis
Berat Badan : 1100 gram
Panjang Badan : 33 cm
Lingkar Kepala : 26 cm
Lingkar Lengan Atas : 8,7 cm
Aktivitas : kurang aktif
Reflek Hisap : tidak ada
Tangis : lemah
Anemis : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Dispneu : ada
Nadi : 145 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 66 x/menit
Suhu : 36,9c
SpO2 : 95% via nasal kanul

Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normocephali, caput succadeneum (-), cephal hematom (-), UUB dan
UUK datar

8
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+, konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (+)
Telinga: kartilago (-), recoil (-)
Trauma lahir : Tidak ada
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Breast : budding (-), aeola datar
Paru-paru
- Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (+/+) di epigastrium
- Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : vesikuler (+) menurun, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
- Perkusi : tidak dilakukan
- Auskultasi : HR: 145 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar dan simetris
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : lemas, hepar dan lien tentu teraba, turgor kembali cepat
- Perkusi : tidak dilakukan
Lipat paha : pembesaran KGB (-)
Genitalia : laki-laki, skrotum rugae (-) warna terang, ambigu (-)
Ekstremitas : lipatan kaki 1/3 anterior

9
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Akral pucat -/- -/-
CRT <2 detik <2 detik
Oedem -/- -/-

Refleks Primitif
Oral : Tidak ada
Moro : Belum dapat dinilai
Tonic neck : Belum dapat dinilai
Withdrawal : Belum dapat dinilai
Plantar grasp : Ada
Palmar grasp : Ada

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal


Hb 20,2 14-16 g/dl
Leukosit 8.800 5.000-10.000
Trombosit 156.000 150.000-400.000
LED 2 <10mm/jam
Hematokrit 54% 40-48%
Diff. Count 0/3/2/42/43/10 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8%
CRP negatif Negatif
CRP Kuantitatif <5 mg/l <5 mg/l
Bilirubin Total 10,1 mg/dl <1,1 mg/dl

D. DAFTAR MASALAH
1. BBLSR
2. Kesulitan bernapas

E. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Awal (21 Juli 2017)
1. Neonatus : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
2. Ibu : G1P0A0 hamil 28 minggu JTH Presbo
3. Lahir: : Spontan pervaginam

10
4. Anak : Bayi BBLSR+ RDS dengan bradipneu ec Susp. HMD + Hipotermia
Diagnosis Sekarang (31 Juli 2017)
1. Neonatus : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
2. Ibu : G1P0A0 hamil 28 minggu JTH Presbo
3. Lahir: : Spontan pervaginam
4. Anak : Bayi BBLSR+ RDS ec Susp. HMD

F. TATALAKSANA
a) PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, Diff. Count, LED) dan CRP
- Pemeriksaan foto thoraks

b) TERAPI
Kebutuhan cairan = 230 cc
- ASI-PASI : 12 x 4 cc
- IVFD D7,5% NS 176 cc/24 jam 7 cc/jam via infus pump
- Aminofilin 3x3 mg
- Aminofusin 3,25 gr 6cc/24 jam
- Inj. Ampisilin 2 x 34 mg
- Inj. Gentamisin 3,4 mg
- Jaga kehangatan bayi

G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
H. FOLLOW UP
Tanggal
1 Agustus S : kesulitan bernapas, muntah A : BBLSR + RDS ec Susp. HMD
2017 O : BB = 1150 gram P : Kebutuhan cairan = 236 cc
Sens: CM - ASI-PASI : 12 x 2 cc
Aktivitas : kurang aktif
- IVFD D7,5% NS

11
Reflek Hisap : tidak ada 206 cc/24 jam 8,5
Tangis : lemah cc/jam via infus
Anemis : tidak ada
pump
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada - Aminofilin 3x3 mg
Dispneu : ada - Aminofusin 3,25 gr
Nadi: 141 x/menit, reguler, isi dan
6cc/24 jam
tegangan: cukup
Pernapasan: 62 x/menit - Inj. Ampisilin 2 x 34
Suhu: 36,6c mg
SpO2: 96% via nasal kanul
- Inj. Gentamisin 3,4
Kepala : Normocephali, caput
mg
succadeneum (-), cephal hematom
- Jaga kehangatan
(-), UUB dan UUK datar
bayi
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-)
Hidung : NCH (+)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (+)
epigastrium
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + menurun, rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tentu
teraba, BU(+) normal
Genitalia: laki-laki, ambigu (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3
2 Agustus S : sesak berkurang A : BBLSR + RDS ec Susp. HMD
2017 O : BB = 1150 gram P : Kebutuhan cairan = 243 cc
Sens: CM - ASI-PASI : 12 x 2 cc
Aktivitas : kurang aktif
- IVFD D7,5% NS
Reflek Hisap : tidak ada
Tangis : lemah 213 cc/24 jam 8,8
Anemis : tidak ada cc/jam via infus
Sianosis : tidak ada
pump
Ikterus : tidak ada
Dispneu : tidak ada - Aminofilin 3x3 mg
Nadi: 148 x/menit, reguler, isi dan - Aminofusin 3,25 gr
tegangan: cukup 6cc/24 jam
Pernapasan: 58 x/menit

12
Suhu: 37,0c - Inj. Ampisilin 2 x 34
SpO2: 96% pada udara bebas mg
Kepala : Normocephali, caput
- Inj. Gentamisin 3,4
succadeneum (-), cephal hematom
mg
(-), UUB dan UUK datar
- Jaga kehangatan
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera
bayi
ikterik (-)
Hidung : NCH (-)
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (+)
epigastrium
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + menurun, rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tentu
teraba, BU(+) normal
Genitalia: laki-laki, ambigu (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3
3 Agustus S : sesak berkurang A : BBLSR + RDS ec Susp. HMD
2017 O : BB = 1150 gram P : Kebutuhan cairan = 257 cc
Sens: CM - ASI-PASI : 12 x 2 cc
Aktivitas : kurang aktif
- IVFD D7,5% NS
Reflek Hisap : tidak ada
Tangis : lemah 227 cc/24jam 9
Anemis : tidak ada cc/jam via infus
Sianosis : tidak ada
pump
Ikterus : tidak ada
Dispneu : ada - Aminofilin 3x3 mg
Nadi: 152 x/menit, reguler, isi dan - Aminofusin 3,25 gr
tegangan: cukup 6cc/24 jam
Pernapasan: 54 x/menit
- Inj. Ampisilin 2 x 34
Suhu: 36,8c
SpO2: 95% via nasal kanul mg
Kepala : Normocephali, caput - Inj. Gentamisin 3,4
succadeneum (-), cephal hematom mg
(-), UUB dan UUK datar - Jaga kehangatan
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera bayi
ikterik (-)
Hidung : NCH (-)

13
Mulut : bibir kering (-)
Thorax : simetris, retraksi (+)
epigastrium
Cor : BJ I dan II N, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler + menurun, rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, lemas, H/L tentu
teraba, BU(+) normal
Genitalia: laki-laki, ambigu (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Masa gestasi
juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi
maka semakin baik pula kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim
dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960an. Hubungan antara
umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin.
Hubungan antara berat lahir dan atau umur kehamilan juga sangat membantu dalam
meramalkan masalah klinis BBL.2

Berat badan lahir rendah merupakan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi, di mana berat badan ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir.1 Berdasarkan berat lahir berat badan lahir rendah diklasifikan lagi menjadi:

1. Berat badan lahir amat sangat rendah : BB < 1000 g


2. Berat badan lahir sangat rendah : BB <1500 g
3. Berat badan lahir rendah : BB <2500 g

B. Klasifikasi

Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat diklasifikasikan
menjadi1:
1. SMK (Sesuai masa kehamilan)
2. KMK (Kecil masa kehamilan)
3. BMK (Besar masa kehamilan)
Klasifikasi berdasarkan sesuai, kecil, dan besar masa kehamilan maka digunakan grafik
Lubchenco sebagai panduan

15
Berdasarkan usia gestasi BBLR dibedakan menjadi:

1. Kurang bulan: Usia gestasi kurang dari 37 minggu


2. Cukup bulan: Usia gestasi >37 minggu atau lebih

BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(akibat intrauterine growth restriction/IUGR)4. BBLR masih cukup tinggi terutama di
negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia, 15.5% dari seluruh
kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematian 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir >2500
gram. Angka kejadian di Indonesia sendiri sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yang berkisar 9-30%3.

C. Manifestasi

Manifestasi yang sering timbul pada BBLR1,2,5:

1. Masalah pernafasan karena paru-paru yang belum matur. Defisiensi surfaktan paru
menyebabkan masalah pernafasan yang mengarah ke penyakit membran hialin. Pada
BBLR juga berisiko terjadinya aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk,
refleks menghisap dan refleks menelan. Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu
respirasi yang lemah menambah masalah pernafasan. Dan pada BBLR yang amat
prematur juga sering terjadi apnea yang bersifat periodik atau persisten,

16
2. Masalah pada kardiovaskular. Yang awam ditemui adalah PDA, hipotensi maupun
hipertensi.
3. Kelainan neurologis. BBLR berisiko mengalami perdarahan intraventrikel dan
leukomalasia periventrikel, pengaturan perfusi serebral yang buruk, HIE, kejang,
retinopati prematuritas dan hipotonia.
4. Fungsi hati yang belum sempurna. Konyugasi dan ekskresi bilirubin terganggu sehingga
bayi cenderung mengalami hiperbilirubinemia. Bayi berisiko mengalami perdarahan
akibat adanya defisiensi faktor pembekuan yang tergantung pada vitamin K.
5. Anemia atau polisitemia
6. Imaturitas ginjal. Pada BBLR ginjal mengalami ketidakmampuan untuk mengekskresi
solute load dalam jummlah besar sehingga terjadi akumulasi asam anorganik dengan
asidosis metabolik. Terjadi pula ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia
atau hipernatremia, hiperkalemia atau glikosuria ginjal.
7. Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahanakn suhu tubuh normal (hipo-
hipertermia). Ketidakstabilan suhu disebabkan karena pada bayi mengalami peningkatan
hilangnya panas, kurangnya lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan
yang besar, dan produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
belum adanya kemampuan untuk menggigil.
8. Masalah pencernaan/toleransi minum. Masalah pencernaan ditimbulkan oleh beberapa
masalah. Refleks isap dan telan buruk terutama sebelum usia 34 minggu. Pengosongan
lambung cenderung tertunda. Pencernaan dan absorbsi nutrisi berkurang akibat defisiensi
enzim pencerna pada brush border usus. Penurunan cadangan kalsium, fosfor, protein dan
zat besi dalam tubuh, dan pada BBLR waspadai terjadinya enterokolitis nekrotikans.

Risiko infeksi. Imaturitas imunologis disebabkan tidak banyaknya transfer IgG maternal
melalui plasenta selama trimester ketiga, fagositosis terganggu dan penurunan faktor
komplemen.

D. Faktor Risiko5,6

A. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

17
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
B. Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
C. Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan. Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

E. Diagnosis

Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan melakukan anamnesis untuk


mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR, melakukan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:1,5
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir

18
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik1,5
Melakukan pemeriksaan APGAR untuk menilai kondisi umum bayi sesaat setelah
kelahiran yang dilakukan pada menit pertama dan kelima pasca kelahiran dan untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Hal yang dinilai pada skor
APGAR adalah usaha napas, warna kulit, denyut jantung, tonus otot dan reaksi terhadap
rangsang. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasi penilaian dapat diketahui apakah
bayi normal (7-10), asfiksia ringan (4-6) atau asfiksia berat (0-3).

Pada pemeriksaan fisik, diketahui dari berat badan bayi < 2500 gram. Serta
dijumpai tanda-tanda prematuritas seperti tulang rawan telinga belum terbentuk, refleks
lemah, jaringan lemak bawah kulit sedikit, kulit tipis, merah dan transparan atau
terdapatnya tandatanda bayi KMK seperti tengkorak kepala keras, gerakan cukup aktif
dan tangisan cukup kuat, daya mengisap cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit
tipis.

19
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan skor ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui
penilaian neuromuskular dan fisik.6

Tabel Skor Ballard6

20
Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat ada
tidaknya sindrom gawat napas.
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan terjadi sindrom gawat napas.

USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 2 hari unutk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial.

F. Tatalaksana

Indikasi rawat5:
1. Semua bayi berat lahir kurang dari 1500 gram
2. Usia gestasi <35 minggu
3. Bayi dengan komplikasi
Perawatan bayi berat badan lahir rendah5:
Bayi dirawat di dalam inkubator, dijaga jangan sampai mengalami hipotermi, jaga suhu
bayi 36,5-37,5oC atau perawatan metode kangguru intermitten
Jika bayi mengalami distress pernafasan rawat sesuai dengan tatalaksana distres
pernafasan
Bayi-bayi kecil masa kehamilan diberi minum lebih dini (2 jam setelah lahir)
Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia
Kebutuhan cairan setiap kgBB/24 jam adalah:
Hari 1 : 80 cc
Hari 2 : 100 cc
Hari 3 : 120 cc
Hari 4 : 130 cc
Hari 5 : 135 cc
Hari 6 : 140 cc
Hari 7 : 150 cc
Hari 8 : 160 cc
Hari 9 : 165 cc
Hari 10 : 170 cc
Hari 11 : 175 cc
Hari 12 : 180 cc
Hari 13 : 190 cc
Hari 14 dst : 200 cc
Jenis cairan IVFD:
BB 2000 gram : dextrose 10% 500 cc + Ca gluconas 10%
BB <2000 gram : dextrose 71/2% 500 cc + Ca gluconas 10%
Kebutuhan Ca glukonas : 5cc/kgBB/hari
Mulai hari ke-2 baru ditambahkan NaCl 15% 6cc/kolf dan KCl sesuai kebutuhan

21
Hari kedua diberi protein 1 gram/kgBB/hari, dinaikkan perlahan-lahan 1,5 gram, 2 gram,
2,5 gram, 3 gram/kgBB/hari
Pada bayi tanpa distres pernapasan (RR <60x/menit) dapat langsung diberi minum per
oral dengan menghisap sendiri atau dengan nasogastrik drip. Bila bayi tidak mentolerir
semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya
dan sisanya diberikan dengan IVFD

Dalam hal pemberian minum, ASI merupakan pilihan utama. Apabila bayi
mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali. Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi. Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera
ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal5.
Pemberian minum dipandu dengan berat badan sebagai berikut5:
Berat lahir <1000 g
1. Minum melalui pipa lambung
2. Pemberian minum awal 10 mL/kgBB/hari
3. Asi perah/term formula/half-strenght preterm formula
4. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberian toleransi yang baik:
tambahan 0.5-1 mL, interval 1 jam setiap 24 jam
5. Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF/full strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g
Berat lahir 1000-1500 g
1. Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
2. Pemberian minum awal 10 mL/kgBB/hari
3. Asi perah/term formula/half-strenght preterm formula
4. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberian toleransi yang baik:
tambahan 1-2 mL, interval 2 jam setiap 24 jam
5. Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF/full strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g
Berat lahir 1500-2000 g
1. Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
2. Pemberian minum awal 10 mL/kgBB/hari
3. Asi perah/term formula/half-strenght preterm formula
4. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberian toleransi yang baik:
tambahan 2-4 mL, interval 3 jam setiap 12-24 jam

22
5. Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF/full strength preterm formula sampai
berat badan mencapai 2000 g
Berat lahir 2000-2500 g
1. Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral
2. ASI perah/term formula
Bayi sakit
1. Pemberian minum awal <10 mL/kgBB/hari
2. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 3-5 mL interval 3 jam setiap >8 jam

Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1500 gram secara sonde lambung,
kemudian dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari ibu, secara bertahap 1x/hari
dilanjutkan 2-3x/hari dan seterusnya akhirnya sampai penuh sampai bayi dipulangkan

Indikasi pemasangan nutri parenteral total yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC,
IUGR berat, dan berat lahir <1000 g.
Pada bayi yang mengalami distres nafas, asfiksia neonatorum, masa gestasi <32 minggu,
usia gestasi 33-34 minggu disertai apnu disertai bradikardi dan sianosis, maka diberikan :
Theophilin per oral dosis awal 6 mg dan dilanjutkan 1,5 mg/kgBB/kali tiap 8 jam sampai
masa gestasi 34 minggu atau kafein sitrat 5 mg/kgBB/hari maksimal 10 mg/kgBB/hari
Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan aminophylin IV dosis awal 7-8
mg/kgBB dilanjutkan dosis 2 mg/kgBB tiap 8 jam5
Pemantauan dilakukan terhadap tumbuh dan kembang pada bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah. Preparat besi sebagai suplementasi diberikan mulai usia 2 minggu.
Pantau berat bayi secara periodik. Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi berat lahir
<1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali terjadi
komplikasi5.
Tatalaksana suhu dan cara menghangatkan bayi dijelaskan sebagai berikut7,8:

Cara Penggunaan
Kontak Kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4) apabila cara lain tidak
mungkin dilakukan
KMC Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawat berkelanjutan bayi dengan

23
berat badan <1800 g dan usia gestasi <34 minggu
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC
Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Follow-up bayi setelah dipulangkan adalah hari ke-2, 10, 20 dan 30 setelah pulang yang
dilanutkan setiap bulan9. Diperiksa pertumbuhan dan perkembangan. Masalah jangka
panjang yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut10:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertmbuhan
3. Retinopati karena prematuritas
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronik
6. Kenikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

G. Komplikasi

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang
prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.Masalah pada
BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernapasan, susunan syaraf pusat,
kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologi, penglihatan, perkemihan.8
a. Sistem Pernapasan8
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernapas segera
setelah lahir disebabkan oleh jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru yang melapisi bagian dalam alveoli, sehingga alveoli
tidak kolaps pada saat respirasi), lumen sistem pernapasan yang kecil, kolaps atau
obstruksi jalan napas, insufisiensi kalsifikasi dari tulang thoraks.Hal-hal inilah yang
menganggu usaha bayi untuk bernapas dan sering mengakibatkan gawat napas (distres
pernapasan).Gangguan napas yang sering terjadi adalahSindrom Gangguang Napas
(SGN) dikenal juga sebagai penyakit Membran Hialin dan Asfiksia.Membran Hialin

24
dapat mengenai bayi dismatur yang preterm, terutama bila masa gestasinya kurang
dari 35 minggu.
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)9
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan syaraf pusat
yang disebabkan antara lain; perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang
rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan syaraf pusat yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi/iskemia.
c. Sistem Kardiovaskuler8
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah masalah yang sering terjadi pada bayi
prematur.Sebelum lahir, arteri besar yang disebut ductus arteriosus memungkinkan
darah tidak mengaliri paru-paru bayi.Ductus biasanya menutup setelah lahir sehingga
darah dapat mengalir ke paru-paru dan mengambil oksigen.Ketika ductus tidak
menutup dengan benar dapat menyebabkan gagal jantung.
d. Sistem Gastrointestinal8,10
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran
pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan. Hal ini diakibatkan
antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi
33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap
lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi, waktu
pengosongan lambung yang lambat dan penurunan/tidak adanya motilitas dan
meningkatkan risiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans).
e. Sistem Hematologi10
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi yaitu
gangguan pada sistem pembentukan darah. Penyebabnya terutama pada bayi prematur
adalah usia sel darah merahnya lebih pendek, pembentukan sel darah merah yang
lambat, pembuluh darah kapiler mudah rapuh yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia, hiperbilirubinemia, Hemmoragic Disease of the Newborn (HDN).
f. Sistem Penglihatan8,9
Sistem penglihatan bayi BBLR dapat terganggu karena ketidakmatangan retina
yang dapat menyebabkan Retinopathy Of Prematurity (ROP). ROP disebabkan karena
adanya pertumbuhan pembuluh darah retina abnormal yang dapat menyebabkan
perlukaan atau lepasnya retina. ROP dapat berlangsung ringan dan membaik dengan

25
sendirinya, tetapi bisa juga menjadi serius dan mengakibatkan kebutaan. Semua bayi
dengan berat lahir kurang dari 1500 gram atau usia kehamilan kurang dari 32 minggu
berisiko mengalami ROP. Semakin rendah berat lahir atau usia kehamilan maka
semakin tinggi pula risiko terjadinya ROP. Bayi dengan ROP berisiko besar terjadi
strabismus (juling), katarak, kelainan refraksi (rabun jauh) sampai kebutaan.
g. Sistem Perkemihan8
Terdapatnya masalah pada sistem perkemihan, dimana ginjal bayi tersebut belum
matang sehingga tidak mampu mengelola air, elektrolit dan asam-basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien dirawat dengan sebab utama berat badan lahir sangat rendah. Berat badan lahir
sangat rendah didefinisikan sebagai berat bada lahir <1500 gram, di mana berat badan lahir pada

26
pasien ini adalah 1350 gram. Keluhan tambahan yang menyertai pasien ini adalah kesulitan
bernafas. Dari hasil anamnesis didapatkan informasi bahwa usia kehamilan saat bayi ini lahir
adalah 28 minggu, yang membuat bayi ini termasuk bayi preterm atau bayi kurang bulan. Usia
kehamilan pasti sebenarnya harus ditegakkan melalui pemeriksaan USG antenatal, terbaik
dimulai pada trimester pertama, namun pasien hanya periksa kehamilan sebanyak dua kali, yaitu
ke bidan, sehingga tidak dapat diketahui usia kehamilan dengan pasti. Penentuan usia kehamilan
post-natal dengan skor Ballard juga tidak dapat dilakukan, karena waktu pemeriksaan sudah
lewat. Kami pertama kali memeriksa pasien ini saat usia pasien 10 hari, di mana penentuan usia
kehamilan akurat menggunakan New Ballard Score hanya dapat dilakukan sampai usia 96 jam
pasca lahir.

Bayi lahir tidak langsung menangis, dengan APGAR score tidak diketahui, dicurigai
mengalami asfiksia neonatorum di saat lahir. Kesulitan bernafas yang terjadi dicurigai
disebabkan oleh penyakit membran hialin, yang merupakan penyebab respiratory distress paling
sering pada bayi dengan usia kehamilan preterm, akibat produksi surfaktan yang tidak adekuat.
Dengan berat lahir 1350, PB 33 cm dan LK 26 cm, jika di plot ke kurva Lubchenco, maka akan
didapatkan bahwa parameter pertumbuhan sesuai dengan masa kehamilan. Hal ini dapat
mengarahkan ke penyebab berat badan lahir sangat rendah pada pasien ini disebabkan murni
akibat prematuritas, bukan akibat dismaturitas yang biasa disebabkan oleh terhambatnya
pertumbuhan janin intrauterine (IUGR). Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya, ketuban
hijau kental berbau, demam pada ibu, dan penyakit lain saat kehamilan yang disangkal membuat
faktor risiko terjadinya distres pernafasan dan BBLSR pada pasien ini tidak ada, yang
mengarahkan penyebabnya kembali ke prematuritas murni.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda distress nafas yaitu pernafasan yang
cepat (>60 kali/menit), nafas cuping hidung, udara masuk yang menurun di kedua lapang paru,
dan tampak retraksi di intercostal dan epigastrium. Downe score setelah dihitung pada pasien ini
adalah 4, di mana termasuk respiratory distress sedang, dan skor ini nantinya akan
mempengaruhi tatalaksana akhir. Suara nafas yang berkurang, di mana didapatkan vesikuler
menurun pada kedua lapangan paru mengarahkan diagnosis respiratory distress akibat penyakit
membran hialin pada kasus ini.

27
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang normal, terutama pada hasil
leukosit (8.800), CRP (negatif), CRP kuantitatif (<5), LED (2) dan IT ratio yang >0.2.
Kecurigaan ke arah sepsis disebabkan oleh rentannya bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah untuk mengalami infeksi akibat sistem imunitas yang belum matur, ditambah dengan
klinis bayi yang hipotoni, letargi, dan mengalami distress nafas, yang dapat menjadi bagian dari
spektrum klinis sepsis.

Pada tanggal 31 Juli 2017, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan maka ditegakkan
diagnosis neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan dengan komplikasi BBLSR, Respiratory
Distress e.c. Susp HMD dan susp Asfiksia Neonatorum. Diagnosis neonatus kurang bulan
ditegakkan berdasarkan usia kehamilan dari HPHT ibu, sesuai masa kehamilan ditegakkan
berdasarkan plotting pada kurva Lubchenco. BBLSR ditegakkan berdasarkan berat badan lahir.
Diagnosis suspek HMD dibuat berdasarkan riwayat prematuritas, adanya tanda-tanda takipnu,
retraksi, vesikuler menurun, dan tanda-tanda bayi kurang bulan (kartilago telinga belum
terbentuk sempurna, recoil telinga tidak ada, lanugo yang masih banyak pada punggung,
payudara belum tumbuh dengan areola yang datar, testis yang belum turun dengan skrotum yang
belum berugae, dan lipatan telapak kaki yang terbatas pada 1/3 anterior) namun belum ditunjang
dengan pemeriksaan radiologis. Suspek asfiksia neonatorum dibuat berdasarkan kondisi pada
waktu lahir yang tidak bugar, tidak langsung menangis, sempat dilakukan resusitasi neonatus,
namun tidak ditunjang dengan data nilai APGAR, bukti asidosis metabolik, ataupun manifestasi
neurologik.

Tatalaksana pada pasien ini disesuaikan dengan usia pasien yang memasuki pada usia ke
10. Jumlah kebutuhan cairan pada hari ke-10 pada pasien dengan BBLSR adalah 170 cc x 1350
(berat tertinggi, untuk mengejar pertumbuhan) yaitu 230 cc selama 24 jam. Pasien sudah dapat
mentoleransi minum yang diberikan lewat OGT sebanyak 12x4 cc ASI (mulai diberikan feeding
dengan mempertimbangkan gejala kesulitan bernafas yang sudah berkurang, dan tidak terdapat
kontraindikasi lainnya seperti status kardiovaskular yang tidak stabil, fungsi usus abnormal dan
anomali saluran cerna, serta IUGR berat dan BB <1000 gram). Feeding awal juga diberikan
dengan tujuan merangsang enzim-enzim saluran cerna agar mulai bekerja dan mencegah atrofi
mukosa saluran cerna akibat puasa berkepanjangan. Pemberian feeding juga menguntungkan
karena pasien yang tidak mendapatkan asupan secara enteral cenderung akan lebih mudah

28
mengalami hiperbilirubinemia akibat adanya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Penambahan
jumlah feeding sendiri diberikan secara bertahap, biasa sebanyak 10-20 cc/kgBB/hari pada bayi
dengan berat normal atau bahkan 20-30 cc/kgBB/hari jika ditoleransi pada bayi kurang berat
badan untuk melakukan tumbuh kejar.

Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lain maka dibantu dengan nutrisi parenteral yaitu
diberikan aminofusin dengan dosis 3.25 gram per hari yang dinaikkan per 3 hari, dimulai dengan
1 gram/kgBB/hari. Dengan dosis 3.25 gram per hari maka jumlah cairan yang dimasukkan lewat
aminofusin adalah 65 cc selama 24 jam (diberikan lewat syringe pump), menyisakan cairan yang
dimasukkan lewat infus D7.5 1/5 NS (dipilih karena berat badan bayi <2000 gram) sebanyak 5
cc/jam yang diberikan lewat infus pump.

Pemberian obat-obatan perangsang pusat pernafasan yaitu aminophilin IV dengan dosis


lanjutan 2 mg/kgBB setiap 8 jam dengan dosis pemberian. Aminophilin IV diberikan dengan
indikasi bayi masa gestasi <32 minggu, ditambah dengan riwayat bayi mengalami kesulitan
bernafas, untuk mencegah terjadinya apnea yang sering terjadi pada bayi kurang bulan.
Aminophilin seharusnya diganti secepatnya dengan kafein sitrat di saat bayi dapat menoleransi
pemberian per oral, mengingat therapeutic window dari aminofilin yang sempit dan efek
sampingnya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kafein sitrat. Terapi antibiotika
diberikan sebagai terapi tambahan untuk mengatasi distres pernafasan, dengan terapi terpilih
antibiotika Ampisilin dan Gentamisin yang diberikan 10-14 hari. Dosis ampisilin yang digunakan
adalah 25 cc/kgBB setiap 8 jam (diberikan 34 mg) dan gentamisin 2.5 mg/kgBB setiap 8 jam
(3.4 mg).

Pemantauan terhadap pencegahan komplikasi BBSLR sangat penting untuk dilakukan. Bayi
BBSLR sangat rentan untuk mengalami hipotermia yang disebabkan oleh berbagai mekanisme
yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Karena bayi sakit berat, dan tidak stabil untuk
dilakukan Kangaroo Mother Care, maka inkubator merupakan pilihan yang tepat untuk menjaga
kehangatan pada bayi dan mencegah terjadinya hipotermia, karena inkubator yang hangat
mampu mencegah kehilangan panas lewat konduksi, konveksi, radiasi, maupun evaporasi. Suhu
inkubator yang dianjurkan pada usia bayi 1-10 hari dengan berat <1500 gram adalah 35 derajat
celcius.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, et al., editors. Buku Ajar Neonatologi, ed. 1. Jakarta:
IDAI, 2008
2. Proverawati A, Ismawati CS. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
NuhaMedika
3. Balitbangkes Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kemenkes
RI, 2013
4. Maryunani, Anik & Nurhayati, 2009. Asuhan Kegawatadaruratan dan Penyulit Pada
Neonatus, Trans Medika, Jakarta.
5. Departemen/SMF Kesehatan Anak RSUD Palembang BARI. Panduan Praktik Klinik
(PPK) Divisi Neonatologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Palembang BARI, 2017
6. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
7. Garna H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, ed. 3. Bandung: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad, 2005
8. Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC,
2003
9. Prawiroharjo, sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional .Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,Jakarta ,Balai Pustaka Sarwono Prawiroharjo
10. The Fetus and the Neonatal Infant, In: Nelson Textbook of pediatrics; 17 th ed.
California: Saunders. 2004; 550-8.

31

Anda mungkin juga menyukai