Anda di halaman 1dari 7

KURANGNYA PENGETAHUAN PADA PERGAULAN

REMAJA YANG SUDAH BERADA PADA TAHAP KRITIS

Nama : Ida Ayu Cahaya Dewanti


NIS : 21152
Tahun Angkatan : 2016
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Denpasar
Tahun Penulisan : 2016
KURANGNYA PENGETAHUAN PADA PERGAULAN
REMAJA YANG SUDAH BERADA PADA TAHAP KRITIS

Pembicaraan mengenai pergaulan pada remaja masa kini tidaklah akan ada
habisnya. Dilihat dari perkembangan segala aspek yang ada sangat
memungkinkan untuk remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Apalagi sudah ada banyak alat penghubung pemicu terjadinya pergaulan bebas
yang mengarah ke hal yang negatif seperti menikah di usia dini.
Pernikahan usia dini acapkali sudah tidak asing lagi terdengar di telinga
kita. Bagaimana tidak, pernikahan ini sudah sering dilakukan oleh masyarakat
sejak zaman dahulu. Apalagi kita semua sudah tahu bahwa pada zaman dahulu
khususnya untuk para perempuan tidak diperbolehkan mendapatkan pendidikan
layaknya laki-laki. Orangtua masih berpegang teguh pada pandangan kolot bahwa
anak perempuan tidak usah bersekolah terlalu tinggi, karena toh nanti akan masuk
dapur mengurus pekerjaan rumah. Pandangan seperti itulah yang marak membuat
pernikahan usia dini semakin merajalela di kalangan para masyarakat. Mereka
tidak memikirkan bagaimana nanti tahapan selanjutnya anaknya akan melanjutkan
hidup dengan menimang anak pada usia yang masih sangat belia.
Ibu kita yaitu Raden Ayu Kartini melalui gerakan pelopor penyemangat
perempuan Indonesia melakukan gerakan dalam mengubah pola pikir perempuan
Indonesia untuk mendapatkan hak pendidikan yang layak seperti laki-laki dengan
tidak hanya menggantungkan seluruh hidupnya menikah di usia belia dan
mengurus rumah tangga, tanpa mendapatkan hak pendidikan yang layak. Ia ingin
memajukan perempuan pribumi karena kedudukannya yang masih tertinggal jauh
dan memiliki status sosial yang cukup rendah dibanding dengan perempuan di
Eropa. Akhirnya, melalui tekad dan kerja keras, R.A Kartini mendapat pencerahan
dan motivasi dari sahabat penanya di Belanda dengan mendirikan sekolah wanita
pertama yang berdiri di sebelah Kantor Pemerintahan Kabupaten Rembang yang
sekarang dikenal dengan Gedung Pramuka. Cita-citanya dengan memajukan
perempuan pribumi akhirnya terwujud berkat usahanya yang tak pantang
menyerah. Karena perjuangan yang dilakukan oleh R.A Kartini, jasanya pun
dikenang dengan didirikannya sekolah wanita yang bernama Sekolah Kartini
dan dibuatkannya sebuah buku hasil dari surat-surat yang pernah ia tulis dengan
judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Setelah perjuangan yang dilakukan oleh R.A Kartini berjalan dengan
sukses, perempuan Indonesia pun sudah mulai melanjutkan pendidikannya sampai
jenjang tertinggi seperti sekarang ini. Sudah jarang kita temui orang yang menikah
pada usia dini, biasanya terpaut usia antara kurang lebih 24 tahun. Tetapi
semenjak kejadian tersebut, tak banyak juga masyarakat yang masih kurang akan
pengetahuannya mengenai dampak dalam menikah di usia dini. Ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor pribadi dan faktor keluarga.
Segi dari faktor pribadi remaja tersebut ialah karena ia ingin menghindari
dosa atau tabu. Dosa yang dimaksud ini adalah untuk menghidari adanya perilaku
seperti seks bebas akibat hawa nafsu yang tidak dapat tertahankan. Lebih baik
dilaksanakan pernikahan dini agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Adapun dari segi faktor pribadi yang lain, yaitu karena sudah kehilangan kendali
dengan melakukan seks bebas dan hamil di luar nikah, sehingga harus secepatnya
untuk melakukan pernikahan agar tidak menjadi dosa dan perbincangan buruk di
lingkungan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa jalan keluar terbaik untuk
menghindari dosa akibat hamil di luar nikah adalah dengan secepatnya
mengadakan pernikahan dengan tidak memandang usia berapa pun orang tersebut.
Faktor dari segi keluarga ialah karena paksaan dari orangtua. Minimnya
pengetahuan mengenai dampak dari pernikahan dini dan juga karena tidak
memiliki biaya dalam menyekolahkan anaknya, orang tua akhirnya melakukan
tindakan buruk tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Orangtua akhirnya
menikahi anaknya pada usia yang masih sangat muda dengan tujuan untuk
membantu perekonomian keluarganya.
Dilansir dari liputan6.com, Minggu (12/6), peristiwa menghebohkan
terjadi di Desa Gantarang, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi
Tenggara. Seorang bocah laki-laki dengan umur 13 tahun dan bocah perempuan
dengan umur 14 tahun resmi menikah di usianya yang masih belia. Kabar tersebut
beredar akibat seorang fotografer mengunggah foto pernikahan bocah tersebut
lewat akun facebooknya. Pernikahan ini terjadi karena memang dari keputusan
kedua anak tersebut dan kedua orangtuanya pun menyetujui karena kebelet untuk
menimang cucu. Berdasarkan data yang telah disurvei, jumlah pernikahan dini di
Sulawesi makin meningkat. Di Makassar contohnya, Pengadilan Agama kota ini
menyebutkan sejak Januari hingga Desember 2015 telah terjadi pernikahan usia
dini sebanyak 31 kasus.
Para remaja yang menikah di usia dini dirasa masih belum siap dari
berbagai sudut pandang yang ada. Dilihat dari kesiapan mentalnya, mereka belum
siap dalam menghadapi dunia yang baru dengan keluarga yang baru apalagi
ditambah dengan anak dan juga mengurus rumah tangga dengan tanggung jawab
penuh dan tinggi. Dari segi kesiapan materi, sang suami harus sudah bisa
menafkahi keluarganya yang baru dengan bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan dapat menjadi contoh di dalam keluarganya.
Dari segi aspek hukum, Paur Bankum Subbag Hukum Bag. Sumda Polres
Gianyar, Agus Tantrawan mengungkapkan bahwa pernikahan di bawah umur
melanggar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Dalam Undang-undang tersebut hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
Namun kelemahannya, tidak diberlakukannya sanksi jika melanggar Undang-
undang tersebut sehingga para masyarakat masih menganggap santai dan tidak
terlalu menghiraukan peraturan tersebut.
Banyak orang yang sudah tidak menerapkan pernikahan dini lagi karena
tau akan dampak negatif yang ditimbulkannya. Depresi berat atau neoritis depresi
merupakan salah satu dampak negatif dari pernikahan dini. Pada remaja yang
pribadinya terbuka (ekstrovert) memungkinkan akan melampiaskan amarahnya
pada objek yang ada di sekitarnya, seperti melemparkan barang dan juga bisa
berakibat pada kekerasan fisik terhadap anaknya nanti. Sedangkan, pada remaja
yang pribadinya tertutup (introvert) akan memperlihatkan dirinya yang lama
kelamaan menjauhkan diri dari dunia pergaulan. Dia menjadi pendiam dan sangat
menutup diri bahkan bisa menjadi seperti orang yang schizophrenia atau dikenal
dengan orang yang tidak waras atau gila.
Selain dampak buruk yang ditimbulkan dari pernikahan dini, seks pranikah
pun tidak kalah buruknya. Jika kita berbicara mengenai seks pranikah, pasti dalam
diri kita terlintas pemikiran budaya Barat yang biasanya sering melakukan aksi
vulgarnya di film atau di kehidupan nyata sekali pun. Bukan hanya di Negeri
Barat saja, sekarang di negeri kita pun sudah banyak remaja yang melakukan seks
pranikah dengan bebas karena sudah tidak bisa mengontrol hawa nafsunya sendiri.
Banyak remaja Indonesia yang hamil di luar nikah karena pengaruh dari sering
membuka situs porno di luar negeri yang gampang diakses oleh para remaja
Indonesia sehingga berakibat buruk bagi masa depannya.
Aktivitas seks pranikah di kalangan remaja tidak pernah turun tiap
tahunnya, bahkan sebaliknya selalu mengalami peningkatan. Kasus seks pranikah
tersebut gampang terjadi akibat dari meniru tayangan situs porno yang tersebar
luas dengan bebas dan terbuka serta mudah diakses di internet. Kurangnya
kepedulian dari pemerintah untuk memblok situs terlarang tersebut membuat
angka berisiko terjadinya seks pranikah akan bertambah lagi tiap tahunnya. Peran
pemerintah pada kasus ini sangatlah penting guna memperbaiki masa depan
penerus bangsa Indonesia yang lebih baik lagi.
Dampak negatif dari seks pranikah tidak jauh berbeda dengan dampak
negatif dari pernikahan dini. Salah satunya yaitu dampak yang menimbulkan
penyakit kanker leher rahim atau biasa dikenal dengan kanker serviks. Ketua
Panitia YKI Cab. Badung Nyonya Ratna Gede Agung menyampaikan isu
perkembangan penyakit tidak menular khususnya kanker serviks sudah sangat
mengkhawatirkan. Dari Angka Statistik Nasional kanker serviks telah mencapai
100 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dimana Bali sudah mencapai 150
kasus per 100.000 penduduk pertahun. Dilihat dari angka statistik tersebut,
Kabupaten Badung melakukan tindakan segera dengan mengadakan sosialisasi
dan pelayanan vaksinasi. Untuk tahun 2012 lalu telah divaksin 1.500 siswi SMA
Negeri kelas I se-Badung, sehingga dengan adanya kegiatan vaksinasi, angka
kasus kanker serviks bisa diturunkan khususnya di Kabupaten Badung sehingga
terwujud Bali bebas kanker serviks pada tahun 2020.
HPV atau Human papilomavirus merupakan virus yang menular melalui
hubungan seks. Sifat virus ini seperti reseptor yang mengakibatkan mudah muncul
jika ada perlukaan di serviks. Risiko terkenanya virus HPV sangat rentan pada
remaja yang melakukam hubungan seks pranikah. Data survei Kisara Youth Clinic
di Denpasar per September lalu menyebutkan sekitar 11% remaja usia 14-17
tahun di Denpasar telah melakukan seks pranikah. Mereka yang menikah di usia
muda di bawah 21 tahun lebih berisiko terkena kanker serviks karena kondisi alat
reproduksi wanitanya masih belum matang.
Jika masalah remaja mengenai pernikahan dini dan seks pranikah belum
juga ada perkembangan karena pihaknya belum juga sadar, risiko dampak negatif
yang telah dijabarkan di atas bisa saja terjadi oleh siapa saja, di mana saja, dan
kapan saja akan terus semakin meluas. Masalah ini jika dibiarkan terus menerus
dan tidak ada pihak yang tegas untuk mengatasinya dapat membuat anak-anak
Indonesia terancam masa depannya yang seharusnya bisa membanggakan
bangsanya sendiri. Selektif dalam memilih budaya luar yang akan masuk ke
Indonesia juga harus diawasi dan lebih dipilah mana yang sesuai dan mana yang
tidak sesuai. Jangan sampai budaya dari luar yang seharusnya bisa menambah
pengetahuan dan kemajuan teknologi bangsa malah berpengaruh buruk terhadap
bangsa sendiri. Peran orangtua juga harus aktif dalam melakukan pencegahan dan
memberikan pengertian tentang bahaya anak menikah pada usia muda. Selain itu
juga harus bisa memberikan pengertian tentang pentingnya program Keluarga
Bencana (KB) dalam membina rumah tangga.
REFERENSI

Anonim. Tt. Biografi R.A Kartini Pahlawan Emansipasi Wanita. Tersedia di:
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-ra-kartini.html?m=1.
Anonim. 2016. Heboh Pernikahan Pasangan Bocah 13 Tahun di Sulawesi
Selatan. Tersedia di: http://m.liputan6.com/citizen6/read/2529285/heboh-
pernikahan-pasangan-bocah-13-tahun-di-sulawesi-selatan. Diakses pada:
12 Juni 2016.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Salisa, Anna. 2010. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja. Surakarta:
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
Andika, Rendhik. 2016. Pernikahan Dini Tingkatkan Resiko Kanker Serviks.
Tersedia di: http://m.antaranews.com/berita/551386/pernikahan-dini-
tingkatkan-resiko-kanker-serviks. Diakses pada: 22 Maret 2016.
Anonim. 2013. Badung Gelar Sosialisasi, Deteksi Pencegahan Kanker Serviks.
Tersedia di: http://www.badungkab.go.id/index.php/baca-
berita/175/Badung-Gelar-Sosialisasikoma-Deteksi-Dini-Pencegahan-
Kanker-Serviks. Diakses pada: 21 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai