Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Holistik memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata holy and healthy.
Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan
seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual,
moral, imajinasi ,intelektual, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Memahami
seseorang secara holistik, berarti memahami segala kebiasaan dan pola pikir mereka
mengenai sehat-sakit menurut definisi mereka, caring, maupun segala aspek yang
lain secara menyeluruh.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep berpikir orang lain tentang sehat-sakit.
2. Mengetahui bagaimana mereka mengatasi keadaan jika dalam kondisi sehat
maupun sakit.
3. Dapat merefleksikan informasi yang di dapat untuk menunjang profesi
keperawatan di masa yang akan datang.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Dalam makalah ini, ruang lingkup tulisan mencakup aspek holistik, yaitu
memahami klien secara menyeluruh, aspek rentang sehat-sakit, aspek komunikasi
secara terapeutik agar terjadi timbal balik yang positif antara klien dengan perawat,
dan aspek caring, yaitu aspek kepedulian yang ditunjukkan perawat sebagai
pembeda atau ciri khas keperawatan dalam merawat untuk kesembuhan klien.
Bab II

ILUSTRASI KASUS

Dalam kesempatan wawancara kali ini, saya mewawancarai seorang teman


berinisial F. Nn F adalah teman sekamar saya, dia juga berasal dari kota yang sama
dengan saya yaitu Kota Boyolali. Saya mengenal Nn F sudah cukup lama, karena
kami adalah teman satu SMA walaupun dari jurusan yang berbeda, Nn F adalah
seseorang yang introvert (tertutup) jika tidak bersama orang yang ia kenal, ia
cenderung cuek, meskipun begitu jika sudah mengenal lebih dalam Nn F adalah
seseorang yang aktif dan lincah, dahulu ia aktif dalam mengikuti kompetisi-
kompetisi dance. Walaupun ia aktif dan sering mengikuti berbagai kegiatan yang
memerlukan tenaga ekstra, ia juga sering jatuh sakit. Ia bercerita bahwa ia pernah
setelah mengikuti kompetisi dance dan mendapat gelar juara bersama teman-
temannya, keesokan harinya menerima trofi penghargaan, beberapa saat setelah
menerima trofi penghargaan ia langsung pingsan karena kelelahan. Setelah itu
langsung dilarikan ke rumah sakit, dan akhirnya harus menjalani rawat inap selama 3
hari. Nn F mengakui bahwa ia adalah tipikal yang sedikit susah untuk mendengar
nasehat orang lain, setelah ia keluar dari rumah sakit ia tetap banyak bergerak dan
menjalani aktifitas sehari-hari seperti biasa. Nn F mengaku bahwa sebenarnya
ketahanan fisik yang ia miliki tidak terlalu baik. Ia baru saja keluar dari rumah sakit
karena menderita tipus. Sebenarnya dari awal saya sudah menduga ada yang tidak
beres dengan kesehatannya, karena biasanya mukanya terlihat cerah, akan tetapi
akhir-akhir yang saya lihat dia begitu pucat dan terlihat sangat kelelahan. Waktu itu
saya sudah menegurnya, dan ia juga sudah mengeluh capek terus-menerus, sempat
saya minta dia untuk beristirahat tapi ia tetep keukeuh dan tidak mau beristirahat.
Selang beberapa hari, ia menelfon saya dan minta di kompres, karena waktu itu saya
masih berada di kampus, setelah saya kembali ke kos kondisinya sangat lemah dan
badannya panas. Pada malam harinya ia dijemput oleh seorang anggota keluarga
dan pagi harinya ia memeriksakan diri kedokter, diagnosa dokter adalah gejala tipus.
Setelah hasil lab keluar dia benar-benar dinyatakan sakit tipus dan ada 7 bakteri
salmonella yang bersarang di tubuhnya. Ia berkata, waktu itu rasanya pusing sekali,
untuk mengangkat kepala rasanya berat dan rasanya ingin langsung muntah. Dia
yang biasanya suka tertawa terbahak-bahak tiba-tiba saja hanya bisa tersenyum dan
jadi pendiam sekali. Setelah ia keluar dari rumah sakit ia merasa senang, akan tetapi
merasa sedih juga karena banyak sekali pantangan yang harus ia lewati, pada saat
itu ia ingin makan yang pedas tapi tidak boleh, dia mengeluh. Apalagi ia harus
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter, dia berkata, Uh rasanya
sungguh tidak enak. Sekarang ia memiliki masalah dengan wajahnya, karena kulit
wajah yang sensitif, salah penggunaan krim membuat wajahnya berjerawat.
Sebenarnya sudah sedikit berkurang, tapi karena dia yang belum bisa mengontrol
keinginan makan makanan yang rendah lemak seperti gorengan, wajahnya kembali
berjerawat. Ia mengatakan bahwa ia menyesal tidak mengikuti anjuran dokter untuk
tidak makan makanan yang berlemak. Saya bertanya kepada Nn F, apa
pandangannya tentang sehat-sakit. Ia berkata bahwa sehat adalah suatu keadaan
dimana seseorang merasa bahagia atas apa yang ia miliki, sehat juga berarti tidak
memiliki gangguan yang ada di bagian tubuh manapun. Sedangkan sakit adalah
suatu keadaan ketika seseorang merasa lemah dan tidak dapat melakukan
aktifitasnya seperti biasa.

Bab III

PEMBAHASAN

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan
fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Berdasarkan kasus diatas, dapat dijabarkan bahwa Nn F memiliki suatu keadaan
dimana dia merasa masih bisa mengatasi dirinya dengan baik walaupun sebenarnya
keadaan fisiknya tidak mendukung. Ketika Nn F merasa bahwa ia masih mampu
melakukan semua kegiatannya dengan begitu baik ia yakin bahwa ia adalah
seseorang yang sehat dan tidak memerlukan istirahat ataupun obat untuk ia tetap
bergerak. seperti teori yang disebutkan oleh Neuman tentang teori rentang sehat-
sakit, dimana sehat adalah suatu keadaan yang dinamis yang sesuai dengan proses
adaptasi individu terhadap berbagai lingkungan eksternal dan internal untuk
membangun keadaan fisik, spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan
perkembangan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana
fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Teori ini pada
dasarnya sama dengan apa yang telah dijabarkan Nn F, akan tetapi model ini
memiliki kekurangan, kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat
kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada
rentang itu(kesejahteraan tingkat tinggi-kematian). Model ini efektif jika digunakan
untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan
sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan
pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Apa yang
dialami Nn F juga dapat dikaitkan dengan teori agen penjamu lingkungan yang
disampaikan oleh Leavell at all. Model ini menyatakan bahwa sehat sakit ditentukan
oleh faktor agen, pejamu, dan lingkungan.
1. Agen : berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya
dapat timbul suatu penyakit. Pada kasus Nn F bakteri salmonella
menyebabkan ia sakit tipus, dan gorengan menyebabkan wajahnya
meradang.
2. Pejamu : individu atau kelompok yang rentan terhadap penyakit. Nn F
merupakan individu yang sering jatuh sakit
3. Lingkungan : seluruh faktor yang ada diluar pejamu

Menurut Bauman (1965), seseorang akan menggunakan 3 kriteria untuk


menentukan apakah mereka sakit:

1. Adanya gejala: nyeri, perubahan temperatur


2. Persepsi tentang bagaimana mereka mengekspresikan rasa sakit yang di
derita
3. Kemampuan mereka untuk beraktifitas seperti biasa,

Secara garis besar menurut teori ini seseorang dapat mengkaji diri mereka
sendiri apakah mereka sakit, akan tetapi Nn F masih kurang dalam mengkaji
dirinya sendiri. Walaupun orang lain mulai meragukan kesehatannya ia masih
saja mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Bab IV

KESIMPULAN dan REFLEKSI DIRI

Memahami seseorang berdasarkan cara pandangnya bukan merupakan hal yang


mudah. Jika kita melihat ada sesuatu yang kurang baik namun klien merasakan hal yang
sebaliknya bukan tidak mungkin akan timbul kontra antara perawat dengan klien. Untuk
itu, sebagai calon perawat profesional sudah saatnya untuk memandang dan mengkaji
individu secara menyeluruh dan tidak sungkan untuk memberikan edukasi jika klien
masih saja mengelak. Karena tiap individu memiliki respons yang berbeda dalam
menghadapi rasa sakitnya ditentukan oleh faktor emosi yang mereka miliki.
Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung
berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawa-
tirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons
emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan
tidak mau menjalani pengobatan. Contoh:seseorang dengan napas yang terengah-engah
dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak
dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang
yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan
yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan
menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa
penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan menga-
kui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat. Selain
banyaknya respons yang ada dalam diri individu dalam menghadapi sakitnya, sakit juga
melalui berbagai tahapan, yaitu:
1. Tahap 1 (mengalami gejala)
Klien menyadari ada yang tidak benar dengan keadaannya, namun kebanyakan
masih menyangkal dan menganggap kondisinya baik-baik saja. Jika keadaan klien tidak
kunjung membaik, biasanya klien akan menanyakan keadaannya pada anggota keluarga
atau orang-orang terdekatnya.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan
dan stress hidupnya.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan
lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

Walaupun tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi
perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat
rencana perawatan yang efektif dengan mendampingi klien dalam melewati tiap
tahapnya, atau jika dihubungkan dengan Nn F, dapat memberinya edukasi tentang
perubahan fisik jika akan mengalami sakit sehingga ia akan tanggap terhadap
perubahan fisiknya dan akan melakukan perawatan diri dengan segera.
Dalam keperawatan menggunakan prinsip caring yang berbeda dengan curing,
berikut penjabarannya:
Perilaku caring identik dengan tindakan asuhan keperawatan, sedangkan curing
identik dengan penyembuhan klien.
Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder
perawat
Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang
diderita sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi
masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.
Caring, adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu
cerminan perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan
dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring adalah inti dari
keperawatan. Jika kita peduli terhadap apa yang tejadi disekitar kita akan
memudahkan untuk mrngambil tindakan. Pada Nn F jika diberi perhatian yang lebih
pasti akan membuatnya merasa menjadi bagian kita, sehingga akan merespons
secara positif dan akan membuatnya mau untuk memperhatikan lebih dalam apa
yang terjadi pada dirinya.
Untuk melakukan pendekatan dengan klien, dapat juga menggunakan 10 faktor
karatif Watson:
1. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.
Selain menimbulkan rasa puas karen dapat memberikan sesuatu, kita
juga dapat memberikan edukasi terhadap klien.
2. Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik.
Perawat mampu meningkatkan perilaku klien untuk mencari
pertolongan kesehatan.
3. Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga
ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada
orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap
empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
klien.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan
dan perasaan klien.
6. Penggunaan sistematis metode penyelesaian masalah untuk
pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir
dan pendekatan asuhan kepada klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan
asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan
kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal
klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih
ketingkat selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yg bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Terkadang seorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran
yang bersifat profokatif agar dpt meningkatkan pemahaman lebih
mendalam tentang diri sendiri.
Selain penanaman konsep sehat-sakit, dan sikap caring. Aspek yang lain untuk
memahami individu secara menyeluruh adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik akan sangat memfasilitasi penyembuhan klien. Karena dalam komunikasi
terapeutik memiliki teknik yang bertujuan untuk memahamkan klien tentang pola.
Dengan timbulnya pola tersebut, akan membawa perawat dalam sifat sejati yaitu untuk
menampilkan diri apa adanya tapi tetap membuat diri klien nyaman ketika berada
bersama dengan perawat. Dengan menampilkan sifat tersebut kita akan menjadi
semakin dekat dengan klien, kita dapat menggali informasi lebih detail. Jika pada klien
seperti Nn F tadi kita menggunakan pendekatan sejati, dan tahap demi tahap
melakukan pendekatan antar perawat-klien selain akan membangun iklim yang hangat
untuk mendapat kabar dari klien secara pribadi, perawat juga bisa merangkap sebagai
teman atau sahabat untuk mendengar tiap keluh dan kesahnya, sehingga klien tidak
akan merasa sungkan lagi.
Dengan adanya mata kuliah holistik pada semester awal ini, membuat kita
banyak belajar untuk melakukan pendekatan bahkan dengan orang yang belum kita
kenal sama sekali. Karena jika kelak sudah menjadi perawat dan dapat mengkolaborasi
caring yang menjadi dasar dalam keperawatan, komunikasi terapeutik yang menjadi
dasar agar tidak timbul miss komunikasi dengan klien, serta konsep sehat-sakit dengan
baik maka, untuk melihat ataupun mengkaji keadaan klien secara holistik bukan
merupakan hal yang sulit. Walaupun pada pandangan tiap orang definisi sehat ataupun
sakit memiliki definisi yang berbeda hal ini bukan merupakan suatu masalah jika kita
dapat menghargai pendapat orang lain dan terus melakukan pendekatan dengan klien
secara holistik, karena holistik juga merupakan sebuah tuntutan profesi pada masa yang
akan datang.
Daftar Pustaka:
Angger P.(2013). Konsep Sehat dan Sakit. Diakses pada 29 Desember 2014, dari
http://angger-pratama-fkp12.web.unair.ac.id/artikel_detail-71479-
Ilmu%20Keperawatan%20Dasar%20I-Konsep%20Sehat%20dan%20Sakit.html

Nur , E.I.(2013). Konsep Holistic Care, Caring, Holism, Humanism dalam Keperawatan.
Diakses pada 29 Desember 2014, dari http://ellaners.blogspot.com/2013/10/konsep-
holistic-care-caring-holism.html

Anda mungkin juga menyukai