Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan jaringan penunjang
yang disebut neuroglia. Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi
(SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan
saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan
berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga
tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber
dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut
tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang.
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris: central
nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak manusia adalah
struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel
saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu
tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran
manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf
didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia.
Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Sistem Saraf ?
2. Bagaimana pengkajian Sistem Saraf Kranial ?
3. Bagaimana Fisiologis Sistem Indera ?
4. Apa saja jenis-jenis penyakit pada Sistem Indera ?
5. Bagaimna cara penanggulangan pada Sistem Indera?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Saraf.
2. Untuk mengetahui pengkajian Sistem Saraf Kranial.
3. Untuk mengetahui bagaimana Fisiologis Sistem Indera.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit pada Sistem Indera.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan pada Sistem Indera.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Saraf

1
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf
ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi anggapan
rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron
mengirimkan sinyal ke sel lain sebagai gelombang elektrokimia perjalanan sepanjang serat tipis
yang disebut akson, yang menyebabkan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang akan dirilis
di persimpangan yang disebut sinapsis. Sebuah sel yang menerima sinyal sinaptik mungkin
bersemangat, terhambat, atau sebaliknya dimodulasi. Sensory neuron diaktifkan oleh rangsangan
fisik menimpa mereka, dan mengirim sinyal yang menginformasikan sistem saraf pusat negara
bagian tubuh dan lingkungan eksternal. Motorik neuron, terletak baik dalam sistem saraf pusat
atau di perifer ganglia, menghubungkan sistem saraf otot atau organ-organ efektor lain. Sentral
neuron, yang pada vertebrata sangat lebih banyak daripada jenis lain, membuat semua input dan
output mereka koneksi dengan neuron lain. Interaksi dari semua jenis bentuk neuron sirkuit
neural yang menghasilkan suatu organisme persepsi dari dunia dan menentukan perilaku. Seiring
dengan neuron, sistem saraf mengandung sel-sel khusus lainnya yang disebut sel-sel glial (atau
hanya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik.
Sistem saraf didefinisikan oleh kehadiran tipe khusus dari sel-neuron (terkadang disebut
neuron atau sel saraf). Neuron dapat dibedakan dari sel-sel lain dalam beberapa cara, tetapi
mereka yang paling mendasar properti adalah bahwa mereka berkomunikasi dengan sel lainnya
melalui sinapsis, yang membran-ke-membran yang mengandung molekul Persimpangan mesin
yang memungkinkan sinyal transmisi cepat, baik listrik atau kimia. Banyak jenis memiliki
sebuah akson neuron, suatu yg bersifat protoplasma tonjolan yang dapat memperluas untuk jauh
bagian tubuh dan membuat ribuan kontak sinaptik. Akson sering bepergian melalui tubuh dalam
kumpulan yang disebut saraf.
Bahkan dalam sistem saraf satu spesies seperti manusia, ratusan jenis neuron ada, dengan
berbagai morfologi dan fungsi. Ini termasuk indra neuron yang mentransmutasikan rangsangan
fisik seperti cahaya dan suara menjadi sinyal saraf, dan motorik neuron yang mentransmutasikan
sinyal saraf ke aktivasi mucles atau kelenjar, namun pada banyak spesies sebagian besar neuron
mereka menerima semua masukan dari neuron lain dan mengirimkan outputnya ke neuron lain.
Pada sistem saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor : alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor : alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoriks : serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik : serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor : sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel saraf lain

2.1.1 Organ Penyusun Sistem Saraf pada Manusia.


Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas badan sel
saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap sel
saraf sehingga membentuk jaringan saraf.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini
meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan
kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau
sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal
dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan
terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf
(neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau
tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan
inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit
berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini
berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan
kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann
disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari
akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat
penghantaran impuls. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Sel saraf sensorik

2
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensorik
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2. Sel saraf motorik
Fungsi sel saraf motorik adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar
yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di
sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi,
sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf
pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet
menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan
membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul
saraf. Setiap impuls saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf
sadar dan sistem saraf tak sadar atau sistem saraf otonom, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
skema berikut:

2.1.2 Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom).
Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom
mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat. Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) Sistem saraf tepi
adalah lanjutan dari neuron yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem
saraf pusat. Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu :

Sistem saraf sadar


Sistem saraf tak sadar
Kemudian berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu:
Saraf simpatik
Saraf parasimpatik.

1. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar
atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan
menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak,
dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Tiga pasang saraf sensorik, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8.
2. Lima pasang saraf motorik, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12.
3. Empat pasang saraf gabungan sensorik dan motorik, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk
bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut
saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf
sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5
pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf
bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai
berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher,
bahu, dan diafragma.
b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur
dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada

3
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat
pra ganglion pendek.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. saraf parasimpatik mempunyai urat
pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Untuk jelasnya mengenai fungsi saraf otonom baik sistem saraf parasimpatik maupun sistem
saraf simpatik dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Fungsi Saraf Otonom

Sistem Saraf Parasimpatik Sistem Saraf Simpatik


Mengecilkan pupil Memperbesar pupil
Menstimulasi aliran ludah Menghambat aliran ludah
Memperlambat denyut jantung Mempercepat denyut jantung
Membesarkan bronkus Mmengecilkan bronkus
Menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan Menghambat sekresi kelenjar pencernaan
Mengerutkan kantung kemih Menghambat kontraksi kandung kemih

2.1.3 Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian terbesar, dan termasuk otak dan sumsum tulang
belakang. The spinal rongga berisi sumsum tulang belakang, sementara kepala berisi otak. The
SSP adalah tertutup dan dilindungi oleh Meninges, tiga sistem berlapis-lapis membran, termasuk
yang tangguh, kulit lapisan luar yang disebut dura mater. Otak juga dilindungi oleh tengkorak,
dan sumsum tulang belakang dengan tulang belakang. Seluruh aktivitas tubuh manusia
dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua
pesan yang masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui saraf
motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi
oleh ruas-ruas tulang belakang. Selain itu kedua organ tersebut dilindungi oleh selaput yang
terdiri dari jaringan ikat yang disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu:
piameter, arachnoid dan durameter. Piameter, merupakan lapisan paling dalam yang banyak
mengandung pembuluh darah. Arachnoid, merupakan lapisan tengah berupa selaput jaring yang
lembut. Antara arachnoid dengan piameter terdapat rongga arachnoid yang berisi cairan.
Durameter, merupakan lapisan paling luar, yang berupa membran tebal fibrosa yang melapisi dan
melekat pada tulang.
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut
meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut :
1. Durameter: Merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
2. Araknoid: Disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya
terdapat
cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi
selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter: Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan
otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan
sisa metabolisme.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea).
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba).
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf
Pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
1. Otak

4
Secara garis besar Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan
otak belakang. Pembagian daerah ini tampak nyata hanya selama perkembangan otak pada fase
embrio. Adapun bagian-bagian dari otak adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Otak Besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan terdiri dari dua belahan
(hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan,. Setiap belahan mengendalikan bagian
tubuh yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur tubuh bagian kiri. otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks)
yang berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit.
Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi), lobus
parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus oksipitalis (bagian
belakang kepala).
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan dalam pengaturan seluruh
aktivitas tubuh,yaitu kecerdasan, keinginan, ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya
khayal, pendengaran, pernapasan dan sebagainya.Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian
yang berbeda, yaitu: Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan berpikir.
Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun mengendalikan kemampuan berbicara dan
bahasa. Daerah belakang kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang
dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat untuk merasakan dingin,
panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.
b. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan otak kecil. Otak tengah
berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan
pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terletak di bawah lobus oksipital serebrum, terdiri atas dua belahan dan
permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu: jembatan
Varol (pons Varolli), otak kecil (serebelum), dan sumsum lanjutan (medula oblongata). Ketiga
bagian otak belakang ini membentuk batang otak. Jembatan Varol berisi serabut yang
menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan
korteks otak besar. Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang, terdiri atas dua
belahan yang berliku-liku sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan,
koordinasi kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan, medula oblongata
membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis,
misalnya pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat pencernaan, gerak
refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.
Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang,yaitu lanjutan dari
medula oblongata memanjang sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang
kedua (canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks, penghantar impuls sensorikk dari
kulit atau otot ke otak, dan membawa impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang
punggung terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal.
Pada potongan melintang bentuk sumsum tulang belakang tampak dua bagian yaitu bagian luar
berwarna putih sedang bagian dalamnya berwarna abu-abu. Bagian luar berwarna putih karena
mengandung dendrit dan akson dan berbentuk seperti tiang, sedangkan bagian dalam berwarna
abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H. Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut disebut
sayap ventral dan banyak mengandung neuron motorik dengan akson menuju ke
efektor. Sedangkan sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung badan
neuron sensorikk.

2.2 Pengkajian sistem saraf kranial

Terdapat 12 pasang saraf kranial dimana beberapa diantaranya adalah serabut campuran, yaitu
gabungan saraf motorik dan sensorikk, sementara lainnya adalah hanya saraf motorik ataupun
hanya saraf sensorikk.

2.2.1 Nervus Olfaktorius/N I (sensorikk)

Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan tembakau.

5
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza
karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.

Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu
lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan
beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.

Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik
(normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali
disebut anosmi.

2.2.2 Nervus Optikus/N II (sensorikk)

Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan
dipakai.

a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat
tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien,
catat jarak baca klien tersebut. Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang
dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.

b. Lapangan penglihatan
Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata
diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan
diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien berkisar
60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah
kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.

2.2.3 Nervus Okulomotorikius/N III (motorik)

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora dan
konstriktor pupil.
Cara pemeriksaan : Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus),
dan bola mata menonjol (exophthalmus).

2.2.4 Nervus Trokhlearis/N IV (motorik)

Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran
pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila
ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif
bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat
perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

2.2.5 Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorikk)

Merupakan saraf yang mempersarafi sensoriks wajah dan otot pengunyah . Alat yang digunakan :
kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala, Sensibilitas wajah.

6
Cara periksaan: pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot
pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada.
Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring.

Rasa raba: Pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan
menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan
kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
Rasa nyeri: Dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien
apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan
kelainan.
Rasa suhu: Dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air
panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin
yang dirasakan
Rasa sikap: Dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area
wajah yang disentuh (atas atau bawah)
Rasa gelar: Pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan
ke wajah pasien.

2.5.6 Nervus Abdusens/N VI (motorik)

Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas,
medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan
yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat
mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena
kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.

2.5.7 Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorikk)

Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti
gula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama
menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.

2.5.8 Nervus Akustikus/N VIII (sensorikk)

Pendengaran : Diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang disunyi. Telinga
diuji bergantian dengan menutup salah telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik
arloji 1meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan
pendengaran.
Keseimbangan : Dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan
hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat
berdiri/berjalan dengan seimbang.

2.5.9 Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorikk)

Cara pemeriksaan: dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya
reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.

2.5.10 Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorikk)

Cara pemeriksaan :pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata aaah
kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Dan observasi denyut jantung klien apakah
ada takikardi atau brakardi.

2.5.11 Nervus Aksesorius/N XI (motorik)

7
Cara pemeriksaan: dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan
pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu
pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat
melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.

2.5.12 Nervus Hipglosus (motorik)

Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali,
dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila
terdapat lesi pada hipoglosus.
a. Sensibilitas.
Syarat pemeriksaan : pasien harus sadar dan kooperatif, perlu diterangkan kepada pasien
maksud, cara dan respon yang diharapkan dan dilakukan dengan rileks.
Alat pemeriksaan : kapas, jarum, botol berisi air dingin dan air panas, garpu penala dan
kaliper/jangka.
Sensibilitas permukaan dan dalam :
Rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu, rasa getar rasa sikap, cara pemeriksaanya sama dengan
cara pemeriksaan sensibilitas wajah di atas. Hanya dilakukan pada seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari.
b. Koordinasi
a. Test hidung-jari hidung
Dilakukan dengan cara : Pasien dengan menggunakan jari telunjuknya menyentuhkan
jari telunjuk tersebut kejari pemeriksa kemudian kehidung
pasien sendiri. Dilakukan berulang kali.
b. Test jari-hidung
Dilakukan dengan cara : Pasien menyentuh hidung dengan kelima jarring secara
bergantian.
c. Test pronasi-supinasi
Dilakukan dengan cara : Pasien mengubah posisi telapak tangannya dengan cepat
dengan posisi dan supinasi.
c. Status Motorik
Diobservasi bentuk otot pasien apakah ada perubahan bentuk otot normal, membesar/hipertrofi
mengecil/hipotrofi. Dinilai semua otot tubuh klien.
Tonus otot : diperiksa dengan cara pasien berbaring rileks, perhatiannya dialihkan dengan
mengajak klien bicara sambil pemeriksa mngengkat lengan klien dalam posisi fleksi pada siku
dan tangan secara pasif, kemudian menjauhkan lengan tersebut. Cara jatuh lengan dinilai.
Hipotoni bila anggota gerak jatuh dengan berat, atau tonus otot meninggi/hipertoni/spatik.
Pemeriksaan ini dilakukan juga pada tungkai dengan mengangkat tungkai fleksi pada tanggal
kemudian dijatuhkan.
Kekuatan otot : Untuk memeriksa kekuatan otot sebaiknya dilakukan satu arah pada sendi dan
otot langsung dinilai.
Kekuatan otot dinilai dengan derajat :
Derajat 5 : Kekuatan normal, seluruh gerakan dapat dilakukan otot tersebut dengan tahan
maksimal dari pemeriksa yang dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat kelelahan.
Derajat 4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melayang gaya berat dan juga melawan tahanan
ringan dan sedang dari pemeriksa.
Derajat 3 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan melawan gaya berat, tetapi tidak tidak dapat
melawan tahanan ringan dan sedang dari pemeriksa.
Derajat 2: Otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan.
Derajat 1 : Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba pada otot bersangkutan tanpa
mengakibatkan gerak
Derajat 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali.
Parlise total Kekuatan gerak yang diperiksa : keempat anggota gerak

8
a. Anggota gerak atas : artikulasi humeri, artikulasi kubiti, artikulasimanus dan artikulasi
metakarpoflank.
b. Anggota gerak bawah : Artkulasi kokse, artikulasi genus, artikulasi manus dan artikulasi
metaka pofalank.
Gaya berjalan : diobservasi dengan menyuruh pasien berjalan mondar- mandir.
Langkah normal : Pasien berjalan dengan gaya biasa orang sehat.
Langkah : Pasien berjalan dengan mengangkat kaki tinggi-tinggi supaya jari kaki yang
masih tertinggal menyentuh tanah dapat terangkat. Kemudian kaki seolah-olah dijatuhkan
ketanah dengan jari lebih dulu menyentuh tanah sebelum tumit.
Langkah mabuk : Pasien berjalan dengan kedua kakinya terpisah jauh dan waktu, harus
berjalan lurus ada kecenderungan terhuyung kesatu sisi.
Langkah menggeser : Pasien berjalan dengan langkah pendek-pendek, menyeret tanah
hampir-hampir kaki tidak terlepas dari tanah. Bila langkah makin pendek dan cepat
pasien cenderung jatuh.
Langkah spastik : Biasanya terjadi pada hemipare, pasien berjalan dengan tungkai yang parase
dilempar keluar membentuk lingkaran dengan jari kaki tetap menyentuh tanah.
Gerakan tubuh : Diobservasi apakah normal, tremor/gematar, spasme (adanya ketegangan otot
sehingga gerakan terbatas) atau gerakan tubuh berulang tanpa kendali.
d. Refleks
Refleks merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorikk.
Nilai refleks :
1. Arefleksi merupakan jawaban motorik dari rangsangan sensorikk.
2. Hiporefleksi berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya, refleks = +
3. Refleksi normal = +
4. Hiperefleksi bila kontaksi dan gerakan sendi berlebihan, refleks = + +
1. Refleks Tendon
a. Refleksi biseps
Dalam keadaan duduk : lengan bawah dalam pronasi rileks di atas paha
Dalam keadaan berbaring : lengan ditaruh di atas bantal, lengan bawah dan tangan
di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps, tekan bila perlu
untuk meyakinkan regang otot optimal, sebelum mengetok.
b. Refleks brakioradialis
Posisi sama dengan refleks biseps. Kecuali lengan bawah harus berada antara pronasi dan
supinasi. Ketok dengan sambil mengamati dan merasakan adanya kontraksi.
c. Refleks triceps
Posisi hampir sama dengan refleks biseps. Oleh karena tendon pendek, kadang-kadang sukar
mengetok sejumlah seribu : sekaligus. Sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping
belakang pasien untuk memeriksa kontraksi. Ketokan dilakukan 5 cm di atas siku.
d. Refleks Lutut / Patela
Dalam posisi duduk : kaki tergantung dan rileks.
Dalam posisi berbaring : tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh. Di bawah lutut pasien,
refleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat, sedangkan tumit pasien harus tetap berada di atas tempat
tidur. Bila perlu tangan pemeriksa diganti bantal supaya kontraksi otot disamping terlihat dapat
diraba pula.
Palu refleks diketokan di atas tendon lutut berganti-ganti kanan dan kiri.
e. Refleks archilles
Dalam posisi duduk : sama dengan posisi refleks biseps, kaki dorsoflrkdi optimal untuk
mendapatkan regangan otot cukup.
Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha keluar
ketok tendon tumit/archilles dengan palu refleks.
Respon refleks tendon normal :
Refleks biseps : respon normal berupa fkleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps
Refleks triseps : ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps
Refleks lutut : gerakan dari tungkai disertai kontraksi otot gastrokmius.

9
2. Refleks patologik
a. Refleks Babinski
Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit menyusur
bagian lateral menuju pangkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasnya disertai
dengan pemekaran jari-jari kaki.
b. Refleks Chaddok
Tanda babinski timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleous lateral kearah depan.
c. Reflek Oppenheim
Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah mulai dari lutut
tengah mulai dari lutut menyusur ke bawah. Positif bila timbul tanda babinski.
d. Refleks Gordon
Otot gastrokmius/betis ditekan. Positif bila timbul tanda babinski.

e. Fungsi Luhur
a. Kesadaran
Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri, refleks
tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia urin dan tidak ada aktivitas
motorik spontan.
Soporocoma: keadaan tidak sadar menyerupai koma, tetapi respon terhadap rangsangan nyeri
masih ada,refleks tendon dapat ditimbulkan. Biasanya masih ada inkontinensia urin dan belum
ada gerakan motorik spontan.
Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak dan tidak sadar
terhadap orang lain, tempat dan waktu.
Somnolen/letargi : pasien dapat dibangunkan dengan rangsangan dan akan membuat respon
motorik dan verbal yang layak. Pasien akan cepat tertidur lagi bila rangsangan dihentikan.
Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak acuh.
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
b. Reaksi emosi
Dinilai apakah pasien tampak tegang, depresi, cemas, rasa bermusuhan atau emosi uang tidak
terkontrol.
c. Fungsi intelektual
Memori : pasien dapat mengingat kembali pengalaman yang dialami
Berhitung : pasien dapat melakukan berhitung pertambahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian.
Persamaan : pasien diminta menjelaskan persamaan benda/keaadaan, misal raja dengan kaisar
atau presiden
Pendapat : diminta pendapat pasien tentang beberapa pasien tentang beberapa persoalan yang
ada di lingkungannya.
Pengertian : pasien disuruh membaca suatu serita kemudian dapat menjelaskan kembali isi cerita
tersebut.
d. Proses pikir
Proses pikir ini dinilai dari jawaban-jawaban pasien dari pertanyaan pemeriksa tentang hal-hal di
atas. Kemudian disimpulkan apakah isi pikiran pasien masih baik, kurang atau kelainan.
e. Fungsi psikomotorik
Pasien dapat melakukan perintah dengan baik tau terganggu/menurun.
f. Fungsi ekspresif
Yang dinilai adalah : pasien mampu mengulang kata, kalimat dengan baik, mampu mengucapkan
nama hari, bulan, nama benda, gambar dan dapat memahami hubungan pengertian dan perkataan
missal : ditanyakan dengan apa kita makan nasi dan jawaban pasien yang diharapkan adalah
kita makan nasi dengan sendok garpu
g. Kemampuan baca tulis

10
Pasien mampu membaca dalam hati dan menuliskan kembali apa yang telah dibacanya. Pasien
mampu membaca dengan suara keras dan menerang arti kalimat, pasien mampu menyalin kata
dan kalimat yang diminta pemeriksa, dapat menulis identitasnya dan melakukan dikte.

TABEL PENGKAJIAN SISTEM SARAF KRANIAL


Nama saraf
No. Yg Cara Pengkajian
Saraf
menghubungkan
Hidung, sebagai alat penciuman
- Berikan bau-bauan yang sangat menyengat, misalnya
parfum, bau makanan dll
- Instruksikan agar menarik nafas dalam-dalam
- Dan instruksikan untuk mencoba mengeliarkan nafas
I N.Olfaktorius
melalui mulut
- Periksa dengan inspeksi bagian dalam hidung guna
untuk melihat kebersihan dan ada atau tidaknya polip pada
hidung
II N. Optikus Bola mata untuk penglihatan
a. Kesimetrisan
- Warna seperti kulit sekitar, halus
- Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.
- Bulu mata masuk (Enteropion, keluare ksteropion)
- Normal bisa menutup bola mata
- Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan yg
keluar)
- Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
- Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)
b. Iris & Pupil
- Pola iris harus jelas dengan pantulan warna yang sama
(sebutkan warna iris)
- Pupil normal untuk orang Indonesia berwarna hitam,
bundar, teratur sebanding dlm ukuran ( diameter 3 s/d 7
mm)

- Bandingkan kanan dan kiri, normal sama besar (isokor),


mengecil (miosis, ex; o/k obat; morfin), amat kecil (pin
point), melebar ( medriasis; o/k koma,alkohol,DM,uremia,
epilepsy).
- Uji reflek pupil thd cahaya langsung serentak; normal
bila diberi sinar akan mengecil
c. Lensa
- Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada
cincin putih seputar iris (Arkus senilis)
- Palpasi Mata

11
- Sebagian dillakukan bersamaan dengan Inspeksi
- Dllk dengan tujuan untuk menget.adanya nyeri
tekan,besar benjolan dalam, konsistensi, peningkatan TIO,
- Hanya dilakukan pada palpebra.
d. Pemeriksaan Lapang Pandang
- Px.Lapang pandang Kontroversi
- Px. Dengan Amsler Grid. (sentral 200)

Penggerak bola mata dan mengangkat bola mata


III N. oklomotorius - Normal berkilau, transparan & halus
- BIla di uji sensitifitas dg kapas akan mengedip
Mata, memutar mata dan penggerak bola mata
Gerakan 2 mata (ekstraokuler)
Normal dapat mengikuti 8 arah mata angin
Pemeriksaan dengan Alat (px. Penunjang Dasar)
IV N.toklearis
Snellen Card (langsung Praktek dan perhatikan jarak
periksa dan tahapan pemeriksaan serta cara penulisan
visus)

- Kulit kepala & kelopak mata atas


Lakukan inspeksi pada bagian kulit kepala guna
melihat kebersihan dan ada atau tidaknya memar pada
kulit kepala
N.trigeminus :
Lakukan palpasi pada bagian kepala guna untuk
-
melihat ada atau tidaknya benjolan pada kepala
N.oftalmikus
- Rahang atas, palatum & hidung
V -
Instruksikan agar pasien mencoba membuka dan
N.maksilaris
menutup mulutnya agar kita bisa tau ada atau tidaknya
-
fraktur atau disfungsi dari saraf yang berhubungan ke
N.mandibularis
rahang
- Rahang bawah & lidah
Hampir sama dengan rahang atas tapi rahang bawah
ada persarafan yang berhubungan dengan liidah
VI N.abdusen Mata, penggoyang sisi mata
Alis Mata
- Normal Simetris
- Kondisi bulu mata (rontok atau sengaja di cabut)
- Suruh klien menaikan dan menurunkan alis ( mengetahui
Otot & saraf Fasialis)
Kesimetrisan
- Warna seperti kulit sekitar, halus
- Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.
- Bulu mata masuk (Enteropion, keluare ksteropion)
- Normal bisa menutup bola mata

12
- Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan yg
keluar)
- Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan
melengkung keluar.
- Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)
Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput lendir
rongga mulut
Instruksikan pada pasien agar menggerakkan lidahnya,
misalnya menjulurkan lidah dan menggerakkan lidah
VII N.fasialis kekanan dan kekiri
Inspeksi papila pada lidah dan kondisi permukaan
lidah guna untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi
jamur.

Telinga, rangsangan pendengaran


Perdengarkan suara-suara dari beberapa volume
VIII N.auditorius kepada pasien dan instruksikan agar pasien fokus
mendengar suara tersebut.

Faring, tonsil, lidah ; rangsangan cita rasa


Berikan makanan yang mempunyai cita rasa yang
berbeda guna untuk mengetahui pengecapan baik atau
IX N.glossofarineus
tidaknya
Tanyakan pasien pada bagian mana akan merasakan
pahit, manis, asin dll
X N.vagus Faring, laring, paru, esofagus
1. Faring dapat dikaji dengan cara melihat keadaan faring
pasien dari mulut dengan cara :
Instruksikan kpd px agar membuka mulutnya
Lihat faring px dengan menekan lidahnya dgn
menggunakan tongspatel
Catat bagaimana keadaan faring px
2. Paru
Pemeriksaan paru dapat dilakukan dengan teknik
auskultasi
Dengarkan suara nafas px pada saat menarik dan
menghembuskan nafas yg di tinjau adalah ada atau
tidaknya suara tambahan
Catat apa yang kita dengarkan
3. Esofagus
Pemeriksaan pada kerongkongan dapat dilakukan
dengan menginstruksikan kepada px agar mencoba
menelan
Tanyakan apa yang dirasakan px pada saat menelan
apakah merasakan sakit atau tidak
Catat hasil yang di katakan dan yang dikeluhkan
pasien
4. laring
pengkajian pada laring hampir sama dengan

13
pengkajian pada faring yaitu
instruksikan pada px untuk menelan
tanyakan apa yang dirasakan px pada saat px itu
menelan,bila px sulit menelan dan merasakan nyeri pada
tenggorokan maka ada gangguan pada laring px.
Catat hasil pengkajian tersebut.

Leher, otot leher


Amati pergerakan kepala pasien antar menoloh
kekanan, kekiri atau kebelakang
XI N.assesorius Instruksikan agar pasien menggerakkan kepalanya
agar kita bisa tau ada atau tidaknya disfungsi dari otot pada
leher
Lidah & otot lidah, cita rasa
Kaji dengan cara memberikan makanan dengan
memiliki cita rasa yang berbeda
Tanyakan pada px bagaimana rasa makanan yg sudah
N. Hipoglosus
XII dapat dimakan bila px menyatakan rasa makanan itu benar
maka lidah px tidak mengalami gangguan begitu pula
sebaliknya.
Catat apa yang dikatakan oleh px

2.3 Sistem Indera


Alat indera adalah salah satu alat yang terpenting dalam tubuh kita. Kita memiliki lima
macam indera yaitu indra penglihatan (mata), indra pengecap (lidah), indra pembau (hidung),
indra pendengar (telinga), dan indra peraba (kulit).
2.3.1 Indera Penglihata (mata)
Mata merupakan indera penglihatan yang dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas
cahaya pada retina. Kemudian, rangsangan ini dialihkan ke pusat penglihatan melalui serabut-
serabut nervus optikus untuk ditafsirkan.
2.3.2 Indera Pendengaran (Telinga)
Telinga merupakan organ pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu
telinga luar,telinga tengah, dan rongga telinga dalam. Saraf pendengaran (nervusauditorius)
terdiri atas dua bagian, salah satunya berkaitan dengan bagian vestibuler rongga telinga dalam
yang berhubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian
bergerak ke cerebellum. Bagian kokhleris pada nervus auditorus adalah saraf pendengar yang
sebenarnya. Cedera pada saraf kokhlearis akan mengakibatkan ketulian saraf. Sedangkan, cedera
pada saraf vestibularis akan menimbulkan vertigo.
2.3.3 Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indera peraba. Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan
bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubanglubang masuk. Kulit
mempunyai banyak fungsi, yaitu sebagai indera peraba, membantu mengatur suhu dan
mengendalikan hilangnya air dari tubuh, dan mempunyai sedikit kemampuan eksretori, sekretori,
dan absorpsi. Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu epidermis (kutikula) dan dermis (korium).
2.3.4 Indera Perasa ( Pengecap)
Lidah merupakan indera perasa. Selain membantu proses pencernaan, lidah juga dapat
merasakan rasa makanan. Permukaan lidah kasar karena terdapat tonjolan yang disebut papila.
Papila ini berfungsi untuk mengecap. Ada empat macam rasa kecapan, yaitu rasa manis, pahit,
asam, dan asin. Umumnya, makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa. Ciri harum merangsang

14
ujung saraf penciuman, bukan pengecapan. Agar dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi
cairan dan harus bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-
beda. Reseptor rasa manis dan asin terdapat di ujung lidah, rasa pahit di pangkal lidah, dan untuk
rasa asam ada di sisi lidah bagian dalam.
2.3.5 Indera Penciuman
Indera penciuman terdapat di rongga hidung. Sel-sel sensorikk penerima rangsang berupa bau
terdapat di lapisan epitel dalam rongga hidung dan dilindungi oleh mukus (lendir). Di akhir
setiap sel sensorik terdapat silia atau rambut pembau. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang
terhirup. Rasa penciuman ini sangat peka, tetapi kepekaan ini mudah hilang bila dihadapkan
pada suatu bau yang sama untuk waktu yang lama. Rasa penciuman akan melemah bila kamu
sedang flu karena terdapat penumpukan cairan yang menghalangi silia untuk membaui sesuatu.

2.4 Jenis-jenis penyakit pada sistem indera


2.4.1 Penyakit pada Indra Penglihatan (Mata)
a. Miopi (Rabun Jauh)
Miopi adalah suatu gangguan dimana penderitanya kehilangan kemampuan untuk melihat benda-
benda yang jaraknya jauh dengan jelas. Akibatnya, penderita miopi tidak dapat melihat tulisan
dari jarak jauh. Penderita miopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cekung.
b. Hipermetropi (Rabun Dekat)
Hipermetropi adalah suatu gangguan dimana penderitanya kehilangan kemampuan untuk melihat
benda-benda yang dekat dengan jelas. Akibatnya, penderita hipermetropi tidak dapat melihat
tulisan dari jarak dekat. Penderita hipermetropi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata
berlensa cembung.
c. Presbiopi (Mata Tua)
Presbiopi adalah suatu gangguan dimana penderitanya kehilangan kemampuan untuk melihat
benda-benda yang jaraknya jauh maupun dekat dengan jelas. Gangguan ini umumnya diderita
oleh golongan lanjut usia. Penderita presbiopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata
berlensa rangkap.
d. Rabun Senja
Rabun senja atau rabun ayam adalah gangguan penglihatan akibat kekurangan vitamin A.
Akibatnya penderita rabun senja kesulitan melihat benda saat terjadi perubahan dari terang
menuju gelap atau saat senja hari. Rabun senja dapat dikurangi dengan mengkonsumsi suplemen
vitamin A atau jika sangat mengganggu penglihatan secara signifikan, maka sangat penting untuk
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Agar diketahui penyebabnya dan dapat segera
diperbaiki, misalnya dengan kacamata atau pengangkatan katarak.
e. Katarak
Katarak adalah gangguan pada mata dimana lensa mata menjadi mengeruh. Katarak dapat
disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau karena faktor usia. Katarak dapat disembuhkan
dengan cara operasi katarak.
2.4.2 Penyakit pada Indra Pengecap (Lidah)
a. Sariawan
Sariawan adalah gejala erosi pada lapisan epitel di dalam mulut yang dapat menimbulkan rasa
perih ketika makan. Sariawan bisa terjadi di lidah atau pipi. Sariawan disebabkan oleh
kekurangan vitamin C, makan makanan yang bersifat panas, kekurangan zat besi, atau karena
penurunan daya tahan tubuh. Sariawan dapat disembuhkan dengan cara memperbanyak
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, jangan mengonsumsi makanan dan
minuman yang terlalu panas atau dingin, kurangi mengonsumsi makanan yang berminyak.
b. Kanker Lidah
Kanker lidah merupakan salah satu bentuk dari kanker mulut, perbedaannya terletak pada
daerahnya. Jika letak sel kanker tersebut berada pada bagian ujung lidah maka para ahli
menamakannya dengan sel kanker skuamosa ujung lidah, namun jika berada pada sepertiga atau
terletak pada bagian belakang lidah mereka menamakannya dengan sel kanker pangkal lidah.
Kedua tipe ini memiliki sifat dan karakterisitik yang berbeda, oleh sebab itu penyebab dan
langkah pengobatannya pun berbeda pula. Kanker lidah kebanyakan disebabkan karena
tembakau dan alkohol. Pengobatan medis untuk mengatasi penyakit kanker lidah biasanya
dengan jalan operasi dan kemoterapi, namun selain dengan pengobatan medis dapat juga bisa
dilakukan dengan pengobatan secara tradisional dengan menggunkaan obat herbal. Pengobatan
secara medis dan tradisional bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
c. Glosoptosis
Glosoptosis merupakan penyakit pada lidah yang berupa lidah yang tertarik ke belakang. Pada
bayi baru lahir atau pada anak-anak kondisi glosoptosis sangan berbahaya karena bisa saja

15
sewaktu-waktu lidahnya menutup saluran nafas yang bila tidak segera ditangani dengan benar
bisa menyebabkan kematian.
d. Glossopyrosis
Glossopyrosis adalah sebuah penyakit dengan gejala lidah terasa perih dan terbakar namun tanpa
gejala. Penyebabnya adalah penggunaan obat kumur dalam jangka panjang.
e. Atrophic Glossitis
Atrophic Glossitis adalah suatu penyakit yang menyebabkan lidah kehilangan rasa. Lidahnya
akan tampak licin dan mengkilat. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan zat besi. Jadi banyak
didapatkan pada penderita anemia. Cara mengobati penyakit ini adalah dengan cara
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi.
2.4.3 Penyakit pada Indra Pembau (Hidung)
a. Alergi
Alergi disebabkan oleh masuknya benda asing ke dalam saluran tenggorokan. Saat terkena
alergi, penderita biasanya akan mengalami bersin-bersin. Cara mengobatinya adalah dengan
mengonsumsi obat yang tepat sesuai alergi yang diderita.
b. Pilek
Pilek adalah gejala yang timbul karena Influenza atau yang juga biasa lebih dikenal dengan nama
Flu dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Cara mengobati penyakit ini
adalah dengan istirahat yang cukup, mengonsumsi minuman yang hangat, menggunakan obat-
obatan produksi farmasi, atau sebaiknya konsultasikan dengan dokter . Karena penyakit ini
sangat penting untuk mendapat diagnosa yang tepat dan resep obat farmasi jenis apa yang tepat .
c. Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang terjadi pada rongga-rongga hidung. Zinc atau seng
merupakan senyawa yang dapat membantu membunuh virus penyebab sinusitis. Oleh karena itu,
bagi yang saat ini tengah terserang sinusitis, ada baiknya jika memenuhi asupan seng atau zinc
yang dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Karena selain dapat membunuh virus, zinc
atau seng dapat mengurangi peradangan yang muncul pada penderita sinusitis.
2.4.4 Penyakit pada Indra Pendengar (Telinga)
a. Penumpukan Kotoran
Penumpukan kotoran pada telinga dapat menghalangi getaran suara masuk ke gendang telinga
sehingga pendengaran menjadi terganggu.
b. Gendang Telinga Pecah
Pecahnya gendang telinga disebabkan oleh mendengarkan suara yang terlalu keras atau gendang
telinga terkena benda tajam.
c. Otosklerosis
Otosklerosis adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang ditandai dengan gejala tinitus (dering
pada telinga) ketika masih kecil.
d. Presbikusis
Presbikusis adalah kerusakan pada sel saraf pendengaran yang pada umumnya terjadi pada usia
manula.
2.4.5. Penyakit pada Indra Peraba (Kulit)
a. Jerawat
Jerawat adalah penyakit yang biasanya muncul di wajah, leher, punggung, bahu, dada, bahkan di
lengan atas. Jerawat disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kulit oleh kotoran.
b. Dermatitis
Dermatitis adalah penyakit peradangan pada kulit dan ditandai dengan kulit yang membengkak,
memererah, dan gatal-gatal.
c. Panu
Panu adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal akan
semakin terasa jika terkena keringat.
d. Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau yang dikenal dengan nama Sarcoptes scabiei. Penderita akan
merasa gatal yang luar biasa. Penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak. Kudis biasanya
ditemukan pada selah-selah jari tangan, pergelangan tangan, dan pinggang batas celana.
e. Eksim
Eksim ditandai dengan badan yang meradang dan iritasi. Eksim disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya setelah memegang sabun ternyata tangan terasa gatal. Gejala yang timbul pada kulit
bervariasi, ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang merasaan panas.
2.5 Cara penangulangan pada sistem indera
2.5.1 cara penangulangan pada pengelihatan (mata)
Membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, seperti
wortel, tomat, papaya, dan hati.

16
Pakailah pelindung mata atau helm dengan penutup pada saat berkendara. Sehingga kuman,
bakteri, dan virus yang terbawa oleh debu tidak akan mudah masuk ke mata kita.
Bacalah buku di tempat yang terang dan jaraknya tidak terlalu dekat. Jangan terbiasa untuk
membaca di tempat tidur dengan posisi sambil tiduran.
2.5.2 cara penangulangan pada pengecap (lidah)
membiasakan menjga kebersihan mulut
mengensumsi makanan yang mengandung vitamin C
2.5.3 cara penangulangan pada hidung
memakai masker saat berada di tmpet yg bnyak debu atau saat mengendarai motorik
menjauhi aroma yg terlalu menyengat yg menimbulkan kita bersin-bersin
menjaga kebersihan
2.5.4 cara penangulangan pada pendengaran (telinga)
rajin membersihkan telinga
hindari suara yang begitu keras
lindungi telinga saat penerbangan
tidak memasukan benda asing ke dalam telinga
2.5.5 cara penanggulangan pada kulit
selalu menjaga kebersihan tubuh, handuk, tempat tidur, maupun pakaian
menghindari kontak langsung dengan penderita penyakit kulit yg menular

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam urainan diatas dapat dismpulkan bahwa sistem indera adalah hal yang terpenting dalam
tubuh kita yang harus kita jaga kebersihannya dan kesehatannya agar terhindar dari penyakit-
penyakit yang menyerang sistem indera.

Saran
Pada sistem indra ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar,dan di harapkan mahasiswa khususnya keperawatan agar
mengetahui ganguan-gangguan dalam panca indra. Serta dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang gangguan panca indra yg di karenakan memang dari bawaan maupun faktor
luar atau virus.

17
DAFTAR PUSTAKA

Leopold DA, Holbrook EH, Noell CA, Mabry RL, Disorders of Taste and Smell. 2006 :1-8.
http://www.emedicine.com.
http://www.blogdokter.net/2007/12/30/eksim-dermatitis-penyakit-kulit-yang-menyebalkan/
http://ifptasya.wordpress.com/2010/12/10/pemenuhan-kebutuhan-perawatan-kebersihan-
tubuhhygiene4ns/
http://aladiw.us/merawat-mata/
http://www.dewalangit.com/2010/04/macam-macam-penyakit-kulit/
http://www.spesialis.info/?penyakit-kulit-dan-pencegahannya,857
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf/

18

Anda mungkin juga menyukai