Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan

pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma

kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat

rumah tangga, juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang

mendukung pola hidup sehat (Depkes, 2000).


Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur

harapan hidup yang merupakan salah satu unsure utama dalam penentuan

keberhasilan pembangunan Negara yang dikenal dengan istilah Human

Development Index. Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas

dan produktifitas penduduk (Depkes, 2000).


Indonesia, memasuki tahun 2000 masih menghadapi beban ganda masalah

gizi. Masalah kurang gizi seperti Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi dan Kurang Vitamin A

(KVA) masih tetap menjadi masalah gizi utama. Sementara itu gizi lebih semakin

banyak diderita oleh sebagian penduduk khususnya di perkotaan (Depkes, 2000).

Batita penting sekali diberikan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan

perkembangan, agar tidak terjadi masalah gizi pada anak. Pertumbuhan dan

perkembangan sangat dipengaruhi oleh status gizi, jika asupan gizi kurang pada
anak sejak lahir hingga lima tahun akan berpengaruh pada kualitas otaknya.

Perkembangan otak ini tidak dapat diperbaiki bila batita kekurangan gizi pada

masa emas tersebut (Adisasmito, 2007).

Status gizi anak batita dilihat dari indikator BB/U secara nasional

prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi

buruk dan 13,9% gizi kurang. Terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010

(17,9%). Prevalensi pendek anak batita secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%,

yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007

(36,8%). Prevalensi pendek anak batita sebesar 37,2% terdiri dari 18% sangat

pendek dan 19,2% pendek (Kemenkes, 2013).

Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat apabila prevalensi pendek

sebesar 30-39% dan serius bila prevalensi pendek >40% (WHO, 2010). Lampung

merupakan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia yang termasuk dalam kategori

serius. Prevalensi pendek anak batita di Lampung mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 2010 dan di atas angka nasional. Pada tahun 2013, prevalensi

gemuk secara nasional adalah 11,9%, yang menunjukan terjadi penurunan dari

14% pada tahun 2010. Tetapi, untuk di Lampung, masalah anak gemuk memiliki

prevalensi di atas nasional (Kemenkes, 2013).


Batita yang mengalami kondisi status gizi yang kurang di Kabupaten

Lampung Tengah pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun

sebelumnya. Jika pada tahun 2009 prevalensi batita yang mengalami kondisi

status gizi yang kurang sebesar 7,34%, di tahun 2010 mengalami peningkatan
menjadi 7,45%. Status gizi lebih pada usia batita, di Lampung Tengah juga

cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2005 s/d 2010. Pada tahun 2010

prevalensinya naik menjadi 3,29% dari 3,1% pada tahun 2009 (Dinas Kesehatan

Lampung Tengah, 2010).


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

salah satu maslah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya

sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.

Selain berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan yodium

jika terjadi pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati,

sampai cacat bawaan pad abayi yang lahir berupa gangguan perkembangan

syaraf, mental, dan fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat

pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja

pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan social ekonomi

masyarakat yang dapat menghambat pembangunan. Dari 20 juta penduduk

Indonesia yang menderita gondok diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka

kecerdasan (IQ points) (Depkes, 2005).


Menurut data Global Progress Report WHO tahun 2009, 16 persen anak-

anak Indonesia kekurangan yodium. Padahal yodium merupakan mineral yang

penting untuk perkembangan otak sehingga menyokong tumbuh kembang anak

secara keseluruhan (Kompas, 2013).

Pola penyakit utama rawat jalan di Puskesmas pada semua golongan umur

di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010 dilihat dari 10 besar penyakit,

menunjukkan bahwa tertinggi terjadi pada kasus penyakit karena ISPA.


Prevalensi infeksi pada saluran pernafasan bagian atas meningkat yang tadinya

28,88% pada tahun 2009 menjadi 29,2% pada tahun 2010. ISPA terutama

pneumonia merupakan penyebab kematian utama bayi dan anak balita. kasus

pneumonia balita di Kabupaten Lampung Tengah berfluktuatif, yakni sebesar

7,96 pada tahun 2008, meningkat sebesar 10 dan tahun 2010

mengalami penurunan menjadi 7,10 . Tampak juga bahwa kasus hipertensi

masih menempati peringkat 10 besar penyakit utama di masyarakat (Dinas

Kesehatan Lampung Tengah, 2010).

Penyakit diare pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan pada

tahun 2009 yaitu sebesar 15,30/1000 penduduk, sedangkan pada tahun 2009

sebesar 14.5/1000 penduduk.

Penemuan suspek TB paru d Kabupaten Lampung Tengah masih rendah,

yakni pada tahun 2007 suspek yang ditemukan sebanyak 7.122 suspek, tahun

2008 suspek yang ditemukan sebanyak 9.352 suspek, tahun 2009 suspek yang

ditemukan sebesar 9.820 dan pada tahun 2010 suspek yang ditemukan sebanyak

12.062 suspek (Dinas Kesehatan Lampung Tengah, 2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

pengambilan data dasar tersebut yaitu :


Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi batita di Kabupaten

Lampung Tengah?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status gizi pada batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2014


b. Mengetahui asupan energi pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


c. Mengetahui asupan protein pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


d. Mengetahui asupan lemak pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


e. Mengetahui asupan karbohidrat pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


f. Mengetahui asupan Fe pada batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2014


g. Mengetahui asupan zinc pada batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2014


h. Mengetahui asupan vitamin C pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


i. Mengetahui riwayat penyakit infeksi pada batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


j. Mengetahui pola asuh pada batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2014


k. Mengetahui sanitasi di lingkungan rumah tangga di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014 (hub dg peny

infeksi)
l. Mengetahui ketersediaan pangan keluarga di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


m. Mengetahui sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pendapatan dan status

pekerjaan) keluarga/orangtua batita di Kecamatn Bangunrejo Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2014


n. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang gizi pada ibu batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


o. Mengetahui pemberian ASI eksklusif pada batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014


p. Mengetahui frekuensi penimbangan pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah tahun 2014


q. Mengetahui pemberian kapsul vitamin A pada batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


r. Mengetahui penggunaan garam beryodium pada keluarga batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


s. Mengetahui keberagaman makanan pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


t. Mengetahui praktik KADARZI pada batita di Kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


u. Mengetahui hubungan asupan energi dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah 2014


v. Mengetahui hubungan asupan protein dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah 2014


w. Mengetahui hubungan asupan lemak dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah 2014


x. Mengetahui hubungan penyakit infeksi dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


y. Mengetahui hubungan pola asuh batita dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


z. Mengetahui hubungan ketersediaan pangan dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


aa. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu batita dengan status gizi

batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2014
bb. Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi batita

di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


cc. Mengetahui hubungan frekuensi penimbangan batita dengan status gizi di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


dd. Mengetahui hubungan pemberian keberagaman makanan dengan status

gizi batita di Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2014
ee. Mengetahui hubungan praktik KADARZI dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014

D. Hipotesis
1. Ada hubungan asupan energi dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


2. Ada hubungan asupan protein dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


3. Ada hubungan asupan lemak dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


4. Ada hubungan penyakit infeksi dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


5. Ada hubungan pola asuh balita dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


6. Ada hubungan ketersediaan pangan dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


7. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu batita dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


8. Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


9. Ada hubungan frekuensi penimbangan batita dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


10. Ada hubungan pemberian keberagaman makanan dengan status gizi batita di

Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014


11. Ada hubungan praktik KADARZI dengan status gizi batita di Kecamatan

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah
Sebagai salah satu bahan acuan dan petimbangan untuk menentukan

kebijakan serta langkah-langkah strategis dalam penanggulangan masalah gizi

pada batita dan ibu hamil di Lampung Tengah.

2. Bagi Instansi Pendidikan


Sebagai bahan pustaka untuk menambah informasi tentang ilmu gizi

terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita dan ibu

hamil.

3. Bagi Tempat Penelitian


Sebagai bahan penyuluhan yang dapat menambah informasi dan

pengetahuan warga di Kabupaten Lampung Tengah terkait pentingnya

menjaga kesehatan sehingga terhindar dari berbagai masalah kesehatan

terutama masalah gizi.

4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian, sekaligus

mempraktikkan ilmu yang telah didapat serta dapat mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi balita dan ibu hamil secara jelas.

5. Bagi Peneliti Lain


Sebagai bahan referensi dalam mengembangkan penelitian yang lebih

lanjut.

F. Ruang Lingkup
Survey pengambilan data dasar mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan status gizi balita dan ibu hamil di Kabupaten Lampung Tengah yang

dilaksanakan di Kecamatan Bangunrejo selama. Dengan mengambil

variabel yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita (asupan zat

gizi, riwayat penyakit infeksi, pola asuh, sanitasi dan persediaan air bersih,

ketersediaan pangan, sosial ekonomi, tingkat pengetahuan, pemberian ASI

eksklusif, frekuensi penimbangan, pemberian vitamin A, penggunaan garam

beryodium, keberagaman makanan, dan praktik kadarzi) dan ibu hamil (asupan

zat gizi, riwayat penyakit infeksi, ketersediaan pangan, sosial ekonomi, tingkat

pengetahuan ibu hamil, keberagaman makanan, dan praktik kadarzi).

Anda mungkin juga menyukai