PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Devy Destiani
NIM: 06111181320002
Program Studi Pendidikan Fisika
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
2
menjelaskan berdasarkan data hasil tes PISA pencapaian literasi sains siswa
Indonesia berada pada urutan ke 38 dari 41 negara peserta PISA pada tahun 2000
dengan skor rata-rata mencapai 393. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada
urutan ke 38 dari 40 negara dengan skor rata-rata mencapai 395. Pada tahun 2006,
Indonesia berada pada urutan ke 50 dari 57 negara dengan skor rata-rata mencapai
393. Pada tahun 2009, Indonesia berada pada urutan ke 60 dari 65 negara, skor
rata-rata 383 dengan skor rata-rata internasional 500. Pada tahun 2012 prestasi
Indonesia semakin menurun yaitu pada urutan ke 64 dari 65 negara, skor rata-rata
373 dengan skor rata-rata internasional adalah 501. Rendahnya capaian Indonesia
pada PISA dapat disebabkan siswa di Indonesia belum terbiasa menyelesaikan
soal-soal PISA yang sebagian besar berupa soal berkategori higher order thinking
skill.
Hasil penelitian Herlant, dkk. mengenai kualitas soal tes buatan guru
menunjukkan hampir 99% soal berkategori low order thinking skill, yang hanya
menguji kemampuan kognitif siswa dalam mengingat dan memahami. Padahal
tuntutan kurikulum 2013 adalah siap dalam menghadapi tantangan eksternal yaitu
PISA (Kemendikbud, 2013). Oleh karena itu, salah satu upaya dalam menghadapi
tantangan tersebut yaitu dengan cara menyesuaikan asesmen dengan sistem
asesmen PISA. Dewasa ini, penelitian pengembangan asesmen PISA sudah
banyak dilakukan. Misalnya, penelitian dari Lia (2015) dengan judul
pengembangan animasi asesmen PISA aspek konteks pada literasi sains siswa di
Sekolah Menengah Pertama. Meskipun instrumen yang sesuai dengan asesmen
PISA sudah ada, namun belum didukung dengan bahan ajar yang memuat aspek
literasi sains, terkhusus pada konten fisika
Kurnia, dkk. (2014) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan sains
peserta didik Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang
berhubungan langsung dengan pembelajaran yang mempengaruhi rendahnya
kemampuan sains peserta didik adalah keberadaan bahan ajar yang disediakan
guru untuk peserta didik. Bahan ajar seharusnya memuat aspek literasi sains untuk
melatih peserta didik mengembangkan keterampilan sains melalui kerja ilmiah
dan menerapkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari, memahami gejala alam,
3
serta dapat memecahkan masalah yang ada. Menurut OECD (2013) aspek yang
dinilai dalam listerasi sains meliputi konteks, konten, kompetensi, dan sikap,
sehingga untuk meningkatkan kemampuan sains peserta didik, dibutuhkan bahan
ajar yang memuat keempat aspek tersebut. Secara umum, buku ajar yang ada
menurut penelitian Kurnia (2014) belum mencakup keempat aspek literasi sains
yang ditetapkan oleh OECD secara keseluruhan. Keberadaan aspek literasi sains
di dalam buku ajar yang digunakan tidak seimbang antara konteks, konten,
kompetensi, dan sikap. Bahkan aspek konteks dalam bidang aplikasi sains masih
belum ditemukan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diperlukan pengembangan
bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA di SMP yang memuat aspek
konteks, konten, kompetensi, dan sikap yang saling berkaitan. Maka dari itu
penelitian ini mengambil judul Pengembangan Bahan Ajar IPA Berorientasi
Framework Science PISA pada Konten Fisika untuk Sekolah Menengah
Pertama.
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan bahan ajar IPA berorientasi
framework science PISA pada konten fisika untuk Sekolah Menengah Pertama
yang valid dan praktis.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif bahan ajar yang berorientasi
3. Bagi Siswa
logis.
5
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Majid (2009), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
belajar mengajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis
sikap yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan. Agar bahan ajar mudah dipelajari, maka setiap bahan ajar harus
peserta didik. Selain itu, bahan ajar harus relevan dengan sifat mata pelajaran
dengan baik. Bahan ajar yang diberikan ke peserta didik harus menarik dan
6
1. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disk, film.
interactive.
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Ditjen
Dikdasmen, 2008). Modul adalah bahan ajar cetak yang disusun per unit materi
atau bab agar peserta didik dapat belajar mandiri. Modul berfungsi sebagai
fasilitas yang diberikan sebagai pengganti guru artinya modul harus memiliki
bahasa yang mudah agar peserta didik dapat memahami materi pelajaran
(Prastowo, 2014).
terdiri dari petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru), kompetensi yang akan
kerja berupa lembar kerja peserta didik, evaluasi, serta kunci jawaban evaluasi
(Ditjen Dikdasmen, 2008). Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik
7
2.1.4 Langkah-Langkah Pembuatan Modul
terdapat empat langkah yang harus dilalui dalam pembuatan modul, yaitu:
bahan ajar. Materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang
misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS, (3) : Bahasa.
4. Penulisan modul
8
2.2 PISA (Programme for International Student Assessment)
peserta didik pada rentang usia 15 tahun yang diikuti oleh beberapa negara
menilai sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar (berusia
penting untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat
fisik, sitem kehidupan, dan sistem ruang dan bumi. Literasi Sains adalah salah
satu dari tiga kompetensi inti yang termasuk dalam studi PISA. Ketika literasi
sains menjadi fokus pengujian maka literasi matematika dan literasi membaca
menjadi pendamping saja (Olsen & Svein, 2013 dan OECD, 2013).
pengetahuan dan keterampilan yang aplikatif dalam kehidupan nyata. Orientasi ini
9
kompetensi tertentu tetapi juga menguasai penerapannya dalam kehidupan
(OECD, 2012).
pelaksanaan PISA yang secara umum memuat aspek literasi sains atau
karakteristik penilaian PISA. Ada empat aspek literasi sains atau karakteristik
penilaian PISA yang dimuat dalam framework science PISA. Empat aspek
PISA adalah materi yang akan dipelajari dan diuji pada kontes sains PISA.
Terdapat tiga konten pengetahuan PISA yaitu pengetahuan tentang sitem fisik,
sistem kehidupan, dan sistem ruang dan bumi. Setiap konten terdiri dari beberapa
pembagian materi (OECD, 2013). Konteks adalah situasi yang tergambar dalam
suatu permasalahan yang diujikan terdiri dari konteks pribadi, lokal/ nasional, dan
global (Muslimah, 2014). Aspek yang keempat adalah sikap peserta didik
2.2.3 Kompetensi
kemampuan yang dimiliki anak dalam hal penguasaan materi atau konsep utama
dari materi yang dipelajari. Ada tiga kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
ilmiah, dan menginterpretasikan data dan bukti ilmiah. Jenis kompetensi dapat
10
Tabel 2.1. Kompetensi PISA
No Kompetensi Kemampuan
Mengingat dan menerapkan
pengetahuan ilmiah yang sesuai
Mengidentifikasi, menggunakan, dan
menjelaskan suatu model dan
representasi
1 Menjelaskan fenomena ilmiah
Membuat dan membenarkan prediksi
yang tepat
Menawarkan hipotesis jelas
Menjelaskan implikasi potensi
pengetahuan ilmiah bagi massyarakat
Mengidentifikasi pertanyaan dalam
sebuah penelitian ilmiah
Membedakan pertanyaan untuk
menyelidiki secara ilmiah
Mengusulkan dan mengevaluasi cara
Mengevaluasi dan mendesain
2 mengeksplorasi pertanyaan yang
penelitian ilmiah
diberikan secara ilmiah
Menjelaskan dan mengevaluasi
berbagai cara yang ilmuan gunakan
untuk memastikan kebenaran data dan
objektivitas
Mengubah data dari satu representasi
yang lain
Analisa dan menginterpretasikan data
dan menarik kesimpulan yang tepat
Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan
Menginterpretasikan data dan penalaran dalam ilmu pengetahuan
3
bukti ilmiah Membedakan antara argument yang
didasarkan pada bukti ilmiah/ teori dan
pertimbangan-pertimbangan lain
Mengevaluasi argument ilmiah dan
bukti dari sumber yang berbeda
(misalnya: Koran, internet, jurnal)
(OECD, 2013)
Konten pengetahuan menurut OECD (2013) terdiri dari tiga konten yang
meliputi sistem fisik, sistem kehidupan, dan sitem bumi dan antariksa. Tabel 2.2.
11
memperlihatkan mecam-macam materi yang termasuk kedalam konten
pengetahuan PISA.
12
2.2.5 Konteks
Pembagian isu pada konteks PISA dapat dilihat pada tabel 2.3.
13
2.2.6 Sikap
Sikap terhadap ilmu pengetahuan yang harus terbentuk oleh anak terdiri
dari tiga bidang yaitu minat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran
tersebut menjadi focus dalam penilaian PISA pada framework science PISA 2015
(OECD, 2013).
produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori
expert review (ahli meninjau bahan ajar dengan atau tanpa evaluator), one to one
(satu pelajar pada suatu waktu meninjau bahan ajar dengan evaluator dan
sekelompok pelajar dan mencatat penampilan dan komentar), dan field test
(evaluator mengamati bahan ajar yang diujicobakan dalam situasi yang real
14
Menurut Akker (1999) suatu perangkat pembelajaran dikatakan baik jika
memenuhi beberapa kriteria yaitu valid dan praktis. Perangkat dikatakan valid
terdapat konsistensi internal. Suatu perangkat dikatakan praktis apabila ahli atau
3 Metode Penelitian
dalam mengembangkan produk yang akan dihasilkan yang terdiri dari tiga tahap
yaitu tahap analisis, tahap perancangan, dan tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi
framework science PISA yang valid dan praktis, serta dapat membantu peserta
1. Bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA adalah bahan ajar
15
2. Framework science PISA adalah kerangka kerja dalam program PISA
3. Produk valid adalah produk yang telah dinyatakan layak oleh validator
4. Produk praktis adalah produk yang dapat digunakan dengan mudah oleh
peserta didik pada tahap orang per orang dan kelompok kecil.
Penelitian ini melibatkan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Indralaya
sebagai subjek penelitian. Penelitian ini juga melibatkan beberapa pihak lain yaitu
dosen FKIP UNSRI sebagai pakar atau ahli yang melakukan validasi produk
modul sebelum uji coba tahap kelompok kecil. Subjek penelitian secara rinci
16
3.5 Prosedur Penelitian
oleh peneliti. Studi pustaka yaitu mengkaji bahan-bahan yang berkaitan dengan
erat dengan pengembangan bahan ajar. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) untuk bahan ajar IPA berorientasi framework science PISA
Langkah-langkah evaluasi fromatif dapat dilihat pada Gambar 3.1. Tahap evaluasi
yang dilakukan pada penelitian ini hanya sampai pada tahap kelompok kecil.
17
Gambar 3.1 Alur desain formative evaluation (Tesmer, 1993)
1. Evaluasi sendiri
ajar, tentang aspek PISA, serta bahasa yang digunakan pada bahan ajar oleh
2. Evaluasi validator
dua validator PISA, satu validator konstruk modul, dan satu validator bahasa.
kekuatan produk sehingga dapat diketahui kelayakan produk untuk diuji coba
18
Prototipe I yang dianggap belum layak untuk diuji coba pada tahap
berikutnya direvisi oleh peneliti dan diberikan lagi kepada validator, lalu validator
melakukan penilaian kembali. Prototipe I yang telah dinilai baik disebut sebagai
prototipe II dan selanjutnya diuji coba kepada peserta didik pada tahap kelompok
kecil.
4. Kelompok Kecil
Prototipe II diuji coba kepada 15 peserta didik sebagai subjek penelitian
untuk menilai kepraktisan prototipe II. Lima belas peserta didik tersebut
mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan prototipe II. Sama halnya dengan
tahap orang per orang, setelah selesai tahap evaluasi kelompok kecil, peserta didik
diminta mengisi lembar angket kepraktisan. Hasil pengisian lembar angket
tersebut dijadikan panduan untuk merevisi prototipe II. Hasil revisi prototipe II
merupakan produk akhir modul berorientasi PISA atau disebut prototipe III.
Prosedur penelitian pengembangan bahan ajar berorientasi framework
science PISA dapat dilihat pada Gambar 3.2.
19
Tahap Analisis Studi Literatur Identifikasi Kebutuhan
Membuat prototipe I
Revisi
Tidak Valid
Validator Valid
Tahap Evaluasi
sendiri Prototipe I
Evaluasi
Orang per orang Praktis
s
Tidak Praktis
Revisi
20
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Dokumentasi
Dokumen yang diambil berupa lembar validasi, lembar angket, foto-foto
kegiatan peserta didik, serta video pada tahap evaluasi orang per orang dan
kelompok kecil.
3.6.2 Walkthrough (Validasi Ahli)
Teknik pengumpulan data dengan walkthrough dilakukan pada tahap
evaluasi validator. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian validator
terhadap prototipe I pada lembar validasi yang terdiri dari indikator penilaian
validasi.
3.6.3 Angket
Angket diberikan kepada peserta didik setelah tahap evaluasi orang per
orang dan kelompok kecil selesai dilaksanakan. Angket diberikan untuk
mengetahui kepraktisan modul saat digunakan oleh peserta didik.
21
Rerata Kriteria Keterangan
3,28 4,00 Sangat Baik Sangat Valid
2,52 3,27 Baik Valid
1,76 2,51 Tidak Baik Tidak Valid
1,00 1,75 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Valid
(Modifikasi Sugiyono, 2011)
3.8.3 Analisis Data Lembar Angket
Analisis data angket terdiri dari beberapa langkah yaitu:
1. Menjumlahkan nilai yang didapat dari lembar angket.
2. Menghitung rata-rata nilai angket dengan rumus:
Rata-rata nilai validasi =
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Muslimah, R.A. 2014. Pengembangan Soal Berpikir Tingkat Tinggi Model PISA
pada Pembelajaran Matematika untuk Siswa Kelas VIII. Skripsi Strata 1
pada FKIP UNSRI. Indralaya: tidak diterbitkan.
OECD. 2010. PISA 2009 Results: What Students Knows and Can Do. Paris:
OECD.
OECD. 2013. PISA 2015 Draft Science Framework. Paris: OECD.
OECD. 2014. PISA 2012 Result in Focus-What is-years Old Know and What They
Can Do with What They Know. Paris: OECD.
Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.
Tesmer, Martin. 1993. Planning and Conducting Formative Evaluations. London:
British Library.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Wardani, Sri & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika
SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: kementrian Pendidikan
Nasional.
24