IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Larasati Surliadji
NIM : 03031181419063
Shift/Kelompok : Senin Siang/5
3.1. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan atau disebut juga polongan termasuk famili Leguminosa.
Kacang-kacangan mengandung sejumlah besar serat pangan yang jika terlarut
dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Kacang-kacangan bersifat rendah
kalori, rendah lemak, serta rendah garam natrium . Kacang-kacangan juga
mengandung protein, karbohidrat kompleks, folat, dan besi. Berbagai jenis
kacang-kacangan telah banyak dikenal seperti kacang kedelai (Glycine max),
kacang hijau (Phaseoulus radiatus), dan kacang merah (Phaseoulus vulgaris).
Berbagai jenis kacang-kacangan dapat dibedakan berdasarkan varietas atau jenis
namanya, warna, bentuk, dan karakter fisiknya. Kacang-kacangan merupakan
sumber utama protein nabati dan mempunyai manfaat yang sangat banyak.
Kacang-kacangan mempunyai banyak keunggulan dari segi gizi seperti
sebagai sumber protein yang murah, kaya asam amino lisin, rendah lemak dan
tidak mengandung kolesterol, sumber vitamin B yang baik, sumber kalsium, zat
besi, zink, tembaga, dan magnesium yang baik, serta rendah kandungan natrium
dan sodiumnya. Kacang-kacangan merupakan buah bersel tunggal dan berbiji
tunggal dengan kulit luar yang keras. Kacang-kacangan mempunyai struktur yang
1
2
kandungan protein 12,95 gr, lemak 6,8 gr, karbohidrat 11,05 gr, serat 4,2 gr.
Tempe benguk dibuat dari biji benguk yang berasal dari buah sejenis dengan
kacang koro. Kacang koro yang mirip dengan kacang kapri dan kacang buncis.
Biji benguk berukuran seperti kelereng tapi lonjong dan agak pipih, berwarna abu-
abu hingga kehitaman. Tempe benguk memiliki keunikan tersendiri yakni biji
benguknya yang mengandung racun berbahaya berupa asam sianida.
Akan tetapi, kandungan racun ini mudah dihilangkan dengan cara direndam
air bersih selama 1 hari hingga 2 hari sehingga biji benguk akan bersih dari racun.
Kandungan gizi tempe benguk per 100 gr tempe meliputi kandungan kalori 141
kkal, protein 10,2 gr, lemak 1,3 gr, karbohidrat 23,2 gr, kalsium 42 miligram,
fosfor 15 miligram, dan zat besi 2,6 miligram. Tempe lamtoro merupakan tempe
yang dibuat dari biji tanaman lamtoro. Tempe lamtoro memiliki rasa yang hampir
mendekati dengan rasa dari tempe kedelai. Tempe jenis ini memiliki keunikan
yaitu ada rasa lemak yang berasal kulit bijinya . Tempe lamtoro memiliki
kandungan gizi per 100 gr meliputi kandungan kalori 142 kkal, protein 11 gr,
lemak 2,5 gr, karbohidrat 20,4 gr, kalsium 42 miligram, dan fosfor 15 miligram.
Tempe kecipir merupakan tempe yang dibuat dari kecipir. Pada Sumatera
tempe kecipir ini dikenal dengan kacang botol atau kacang belimbing, di Jawa
Barat dikenal dengan kacang belimbing, dan di Bali dikenal dengan kelongkang.
Kecipir adalah tanaman polong yang tumbuh merambat yang berasal dari
Indonesia bagian timur. Tempe jenis ini memiliki keunikan yaitu pengolahan biji
kecipir menjadi tempe tidak berbeda dengan pengolahan biji kedelai. Hanya saja
karena karateristik biji kecipir yang lebih keras, hal ini akan membutuhkan waktu
lebih lama untuk merebusnya yaitu kurang lebih 30 menit atau sampai tempe
menjadi empuk. Tempe jenis ini memiliki kandungan gizi per 100 gr yaitu kalori
405 kkal, protein 32,80 gr, lemak 17 gr, dan karbohidrat sebesar 36,50 gr.
Jenis tempe berikutnya adalah tempe kacang hijau dan kacang merah.
Tempe jenis ini masih menjadi sebuah gagasan yang nantinya akan diproduksi dan
dijual. Akan tetapi secara prinsip hampir semua kacang-kacangan dapat diolah
dijadikan bahan fermentasi untuk dijadikan tempe. Jenis kacang-kacangan yang
bernutrisi tinggi seperti kacang merah dan kacang hijau bisa untuk dijadikan
5
tempe. Tempe dengan jenis ini memiliki keunikan yaitu sebagai penurun
kolesterol. Kandungan gizi yang terdapat pada kacang hijau per 100 gr meliputi
kandungan kalsium 124 miligram, fosfor 32 miligram, lemak 1,3%, protein 24%,
dan serat 7,6 gr. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada kacang merah
meliputi protein 24 gr, vitamin B5 0,8 miligram, asam folat 394 mikrogram,
kalsium 143 miligram, zat besi 8 miligram, seng 3 miligram, dan magnesium 3
miligram. Kedua kacang tersebut memiliki perbedaan komponen penyusunnya.
Tempe bungkil merupakan tempe yang dibuat dari bungkil kacang tanah
atau bungkil kelapa. Tempe bongkrek merupakan tempe yang dibuat dari ampas
kelapa. Tempe bongkrek tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan
jika dalam proses pembuatan tempe jenis ini tidak steril, tempe bongkek dapat
mengandung bakteri yang beracun. Tempe bungkil bisa mengandung racun
aflatoksin. Sedangkan tempe bongkrek mengandung racun Pseudomonas
cocovenenans. Pembuatan tempe kacang tunggak hampir sama dengan tempe
kedelai, yang berbeda hanya cara mengupas kulit biji . Kacang tunggak
mengandung karbohidrat cukup tinggi, sehingga jika direbus akan cepat menjadi
lunak, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Selain itu, dosis ragi yang
dibutuhkan sebesar 1%, dan proses fermentasi berlangsung selama 24 jam.
syarat mutu yang berlaku secara umum di Indonesia berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-3144- 2009), seperti tercantum pada tabel berikut ini.
Adapun kadar senyawa kimia yang terkandung dalam tempe adalah asam
lemak, vitamin, mineral, antioksidan, karbohidrat, protein, dan air. Kandungan
lemak pada tempe secara umum sebanyak 18% hingga 32%. Selama proses
fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan
terhadap lemak. Oleh karena itu, asam lemak tidak jenuh majemuk
Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) meningkat jumlahnya. Pada proses itu asam
palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan
terjadi pada asam oleat dan linoleat (asam linoleat tidak terdapat dalam kedelai) .
Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan
kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
Tempe mengandung banyak sekali vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh. Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin
yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin),
asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12
(sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani
7
dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian) .
Akan tetapi tempe mangandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-
satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar
vitamin B12 paling mencolok pada proses pembuatan tempe.
Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari
kedelai, riboflavin naik sekitar 8 kali hingga 47 kali, piridoksin 4 kali hingga 14
kali, niasin 2 kali hingga 5 kali, biotin 2 kali hingga 3 kali, asam folat 4 kali
hingga 5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh
kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumonia dan
Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5
mikrogram sampai 6,3 mikrogram per 100 gr tempe kering. Jumlah ini terbukti
dapat mencukupi kebutuhan vitamin, terutama vitamin B12 seseorang per hari.
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zinc berturut-turut sebesar 9,39 miligram, 2,87
miligram, dan 8,05 miligram setiap 100 gr tempe yang dihasilkan. Kapang tempe
dapat menghasilkan enzim fitase yang berfungsi untuk menguraikan asam fitat
yang mengikat beberapa mineral menjadi fosfor dan inositol. Terurainya asam
fitat, mineral-mineral tertentu menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
Pada tempe ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti
halnya vitamin C, vitamin E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan
antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi
pembentukan radikal bebas. Pada kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu
daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, selain ketiga jenis isoflavon
tersebut juga terdapat antioksidan faktor (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang
mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan isoflavon dalam kedelai.
Penuaan (aging) dapat dihambat apabila dalam makanan yang dikonsumsi
sehari hari mengandung antioksidan yang cukup karena tempe merupakan sumber
antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat
mencegah terjadinya proses penuaan dini. Penelitian yang dilakukan menemukan
bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat
8
mencegah kanker prostat dan payudara. Antioksidan ini disintesis pada saat
terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri.
kedelai yang bagus dan padat berisi. Biasanya di dalam biji kedelai tercampur
kotoran seperti pasir atau biji yang keriput dan keropos. Pada umumnya, sebelum
melakukan proses produksi, diperlukan sortasi bahan baku berdasarkan
standardisasi kedelai, membuang bji kedelai cacat dan muda, membuang kotoran,
serangga, dan bahan leguminosa lainnya seperti beras dan jagung.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun
tercampur di antara biji kedelai. Diperlukan cukup banyak air dalam proses
produksi tempe baik untuk sanitasi, medium penghantar panas, maupun pada
proses pengolahan. Air yang digunakan dalam pengolahan harus terbebas dari
mikroba patogen maupun mikroba penyebab kebusukan makanan. Umumnya air
yang memenuhi persyaratan standar air minum, cukup baik memenuhi persyaratan
untuk industri. Air yang berhubungan dengan hasil-hasil industri pengolahan
pangan harus memiliki setidak-tidaknya standar mutu yang diperlukan untuk air
minum. Perbandingan bahan baku dengan air dalam produksi tempe sebesar 1:12.
Perebusan bertujuan untuk melunakkan biji kedelai dan memudahkan dalam
pengupasan kulit serta bertujuan untuk menonaktifkan tripsin inhibitor yang ada
dalam biji kedelai. Selain itu perebusan awal bertujuan untuk mengurangi bau
kedelai dan membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh. Perebusan dilakukan
selama 30 menit yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit kedelai jika
ditekan dengan jari tangan. Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji dan
mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi. Ketika perendaman,
pada kulit biji kedelai telah berlangsung proses fermentasi oleh bakteri yang
terdapat di air terutama oleh bakteri asam laktat serta untuk memberikan
kesempatan untuk kacang kedelai menyerap air sehingga menjamin pertumbuhan
kapang menjadi optimum. Keadaan ini tidak mempengaruhi pertumbuhan kapang
tetapi mencegah berkembangnya bakteri yang tidak diinginkan.
Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar
air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %.
Proses perendaman memberi kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat
sehingga terjadi penurunan pH dalam biji menjadi sekitar 4,55,3. Bakteri yang
berkembang pada kondisi tersebut antara lain Lactobacillus casei, Streptococcus
10
4.1. Alat
1. Saringan.
2. Sendok.
3. Baskom.
4.2. Bahan
1. 1 kg kacang kedelai yang baik dan bersih.
2. Ragi tempe (Rhizopus oligosporus).
3. Kantung plastik.
4. Daun pisang.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dan cuci kacang kedelai, lalu rendam 1 x 24 jam.
2. Cuci kembali sambil kulitnya dan keping bijinya dipisahkan.
3. Kukus sampai agak empuk. Sebelum diangkat, tambahkan dahulu sedikit
tepung kanji, dicampur merata. Angkat dan letakkan di atas tampah yang
bersih, biarkan sampai hangat, di tempat yang terlindung atau ditutup dengan
kain kasa.
4. Inokulasi dengan ragi tempe, diaduk supaya merata. Kemudian dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang telah diberi lubang kecil dengan jarum bertangkai,
ujung kantung plastik ditutup dengan bantuan nyala api Bunsen. Bahan dalam
kantung plastik diratakan sehingga terbentuk lempengan yang cukup tebal.
Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan tangan pada kantung plastik yang telah
diberi isi bahan. Inokulasikan pada suhu 28-30 oC selama lebih kurang 24 jam
sampai terlihat adanya bintik air yang merata di seluruh permukaan, lalu
simpan pada suhu selama 1 hari.
11
DAFTAR PUSTAKA