Anda di halaman 1dari 10

Rodhita, dkk.

, Rasionalisasi Jaringan Penakar Hujan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk 185

RASIONALISASI JARINGAN PENAKAR HUJAN


DI DAS KEDUNGSOKO KABUPATEN NGANJUK

Muhamad Rodhita1, Lily Montarcih Limantara2, Very Dermawan2


1
Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang.
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang.

Abstrak: Sungai Kedungsoko dan anak sungainya terletak di Kabupaten Kediri dan Nganjuk. Sungai
Kedungsoko memiliki luas DAS seluas kurang lebih 416,54 km2. DAS Kedungsoko dipengaruhi oleh
kurang lebih 8 stasiun hujan yang tersebar di dalam DAS. Selama ini belum pernah dikaji secara teoritis
tentang kerapatan optimum dan pola penyebaran jaringan stasiun hujan yang sudah terpasang di DAS
Kedungsoko.
Dari hasil pengkajian dan analisa menggunakan metode Kagan-Rodda diperoleh 4 stasiun terpilih, se-
dangkan metode Kriging diperoleh hasil 8 buah stasiun terpilih dengan perletakan yang menyebar dalam
DAS Kedungsoko. Perhitungan kesalahan relatif rerata curah hujan rancangan untuk metode Kagan-
Rodda 1,906% dan metode Kriging sebesar 2,802%. Sedangkan kesalahan relatif dari perhitungan debit
hidrograf satuan untuk Kagan-Rodda sebesar 38,53% dan Kriging sebesar 19,83%.

Kata kunci: Jaringan stasiun hujan, Kagan-Rodda, Kriging.

Abstract: Kedungsoko River and its tributaries is located in Kediri and Nganjuk district. Kedungsoko river
has approximate 416,54 km2 of watershed area number. Kedungsoko catchment area is affected by approxi-
mate 8 rain stations. There has not been studied theoretically about the optimum density and dispersal
patterns of rainfall station networks that have been installed in the Kedungsoko watershed.
Based on the results of assessment and analysis using Kagan-Rodda method, it was acquired 4 selected
stations, while Kriging method obtained results of 8 selected stations that spreaded in Kedungsoko water-
shed. Relative error for design rainfall of Kagan-Rodda method is 1,906% and Kriging method is 2,802%.
Relative error of hidrograf discharge unit for Kagan-Rodda is 38,53% and 19,83% for Kriging.

Keywords: Rainfall station networks, Kagan-Rodda, Kriging.

Sungai Kedungsoko dan anak sungainya merupakan RUMUSAN MASALAH


salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Kediri Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
dan Nganjuk. Sungai Kedungsoko memiliki DAS se- 1. Bagaimana hasil pola jaringan hidrologi (stasiun
luas kurang lebih 416,54 km2. DAS Kedungsoko di- hujan) berdasarkan metode Kagan Rodda dan
pengaruhi oleh 8 stasiun hujan yang tersebar di dalam Kriging?
DAS. Pemasangan ini jauh lebih banyak dari kriteria 2. Berapa besar kesalahan relatif curah hujan ran-
Badan Meteorologi Dunia atau WMO (World cangan antara metode Kagan Rodda dan Kri-
Meteorogical Organization) menyarankan kerapat- ging dengan hasil curah hujan rancangan kondisi
an minimum jaringan stasiun hujan untuk daerah pe- jaringan stasiun hujan eksisting?
gunungan beriklim sedang, mediteran dan daerah tro- 3. Berapa besar kesalahan relatif hidrograf yang
pis antara 100 250 km2/stasiun (Suhartanto dan didapatkan dari rekomendasi metode Kagan
Haribowo, 2011: 330). Rodda dan Kriging dengan hidrograf kondisi ja-
Oleh sebab itu diperlukan kajian guna mengeta- ringan stasiun hujan eksisting?
hui apakah jaringan penakar hujan yang ada sudah
cukup mewakili kondisi dan variabilitas (keanekara-
KAJIAN PUSTAKA
gaman) yang ada di lokasi penelitian, atau justru de-
ngan banyaknya penakar hujan di DAS Kedungsoko 1. Poligon Thiessen
perlu diadakan rasionalisasi guna menyederhanakan Curah hujan rerata dengan metode Thiessen ini
(mengurangi) atau meratakan perletakan stasiun pe- dapat dihitung dengan persamaan (Anonim, 1992: 6):
nakar hujan.
185
186 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 185194

analisis jaringan Kagan Rodda adalah sebagai berikut


A d A 2 d 2 A 3d 3 ..... A n d n (Harto, 1993: 31):
d 1 1
A1 A 2 A 3 .... A n d

n n d
A i di Ad r(d) r(0) .e 0
i i
i 1 Ai i 1 A
0,23 A
A 1 r(0)
Jika i p i merupakan persentase luas pada d n
A (0)
Z 1 Cv
pos I yang jumlahnya untuk seluruh luas adalah 100%, n
maka:
n A
d pid i 0,52.r(0)
1 n
i 1 Z 2 Cv (1 r0 )
3 d (0)
dengan:
A = luas areal
A
d = tinggi curah hujan rata-rata areal L 1,07
n
d1,dn = tinggi curah hujan di pos 1,..n
A1,..An = luas daerah pengaruh di pos 1,..n dengan:
r(d) = koefisien korelasi untuk jarak stasiun sejauh
2. Log Pearson Tipe III d
Pearson telah mengembangkan serangkaian r(o) = koefisien korelasi untuk jarak stasiun yang
fungsi probabilitas yang dapat dipakai untuk hampir sangat pendek
semua distribusi probabilitas empiris. Terdapat 12 bu- d = jarak antar stasiun (km)
ah distribusi Pearson, tapi hanya distribusi Log Pear- d(o) = radius korelasi
son Tipe III yang digunakan dalam analisis hidrologi C v = koefisien variasi
(Limantara, 2010: 59). Parameter yang dipakai da- A = luas DAS (km)
lam distribusi Log Pearson Tipe III adalah: n = jumlah stasiun
a. Nilai tengah (mean) Z 1 = kesalahan perataan (%)
Z 2 = kesalahan interpolasi (%)
log X
log x i L = jarak antar stasiun (km)
n
dengan: Koefisien variasi merupakan variasi relatif dari suatu
n = jumlah data variabel terhadap nilai rata-rata aljabarnya. Koefisien
b. Simpangan baku (deviasi standart) variasi dapat dihitung dengan langkah-langkah se-
1/2 bagai berikut:

log X 1 logX
Sd

2

a. Hitung nilai rata-rata hujan daerah

n 1 n

c. Koefisien kepencengan (skewness)
xi 1
i

x
n
Cs

n . log X i logX
3

n 1. n 2 .Sd 3 b. Hitung standar deviasi


d. Menghitung nilai ekstrim in 1 (d i d) 2
Sd
n 1
log X log X G . S d
c. Hitung koefisien variasi
e. Mencari antilog dari log X untuk mendapatkan
hujan rancangan yang dikehendaki S
C v d
log X log X G . S d x
dengan:
3. Metode Kagan-Rodda C v = koefisien variasi
Cara Kagan-Rodda telah banyak digunakan un- S d = standar deviasi
tuk menetapkan jaringan stasiun hujan pada DAS. x = nilai rata rata
Persamaan-persamaan yang dipergunakan untuk
Rodhita, dkk., Rasionalisasi Jaringan Penakar Hujan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk 187

Sedangkan koefisien korelasi (r) dapat dirumus-


kan dengan persamaan sebagai berikut: in 1 e i2
RMSE
n
n in 1 X i Yi in 1 X i in 1 Yi
r dengan:
n n
i 1 2
X 2 ( in 1 X 2 ) 2 ) n ni 1 Y j ( ni 1 Y j ) 2 ) e i = galat
dengan: n = jumlah data
r = koefisien korelasi b. Mean Absolute Error (MAE)
n = jumlah data Mean Absolute Error (MAE) ini mengindika-
Xi = data hujan pada stasiun X sikan seberapa jauh penyimpangan prediksi dari
Y i = data hujan pada stasiun Y nilai sesungguhnya.
n
i1 et
4. Metode Kriging MAE
Analisis dengan Kriging digunakan untuk estimasi n
nilai yang tidak diketahui berdasarkan nilai yang di- dengan:
ketahui. Metode ini menggunakan semivariogram e t = galat mutlak
yang merepresentasikan perbedaan spasial dan nilai n = jumlah data
diantara semua pasangan sampel data. Semivario-
gram juga menunjukkan bobot (weight) yang digu- 5. Distribusi Hujan
nakan dalam interpolasi. Semivariogram dihitung ber- Sebaran hujan jam jaman dihitung dengan meng-
dasarkan sampel semivariogram dengan jarak (h), gunakan rumus Mononobe (Hadisusanto, 2011: 155):
beda nilai (z) dan jumlah sampel data (n). Dalam 2
metode Kriging, fungsi semivariogram sangat me- R 24 3
R t 24
nentukan.. Persamaan umum semivariogram adalah 24 t c
sebagai berikut (Harto, 1993: 65):
dengan:
1 R t = intensitas hujan rerata dalam t jam (mm/jam)
(h) n in1 (z(x i h) z(x i )) 2
2 R 24 = curah hujan dalam 1 hari
dengan: tc = waktu konsentrasi (jam)
z(xi) = nilai z pada titik x yang ditinjau
h = jarak antar titik 6. Hujan Netto
(Xi+h)= nilai Y nada jarak h dari titik x yang ditinjau Hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai be-
rikut:
Salah satu cara untuk menguji keakuratan suatu Rn = C x R
model adalah dengan menggunakan validasi silang dengan:
(cross validation). Metode ini menggunakan seluruh Rn = hujan netto
data untuk mendapatkan suatu model. Dari hasil pre- C = koefisien limpasan
diksi dapat ditentukan galat yang diperoleh dari selisih R = intesitas curah hujan
antara nilai sesungguhnya dengan hasil prediksi.
7. Hidrograf Satuan Pengamatan
ei = Z(xi) Z*(xi) Dalam penelitian ini dipergunakan metode Collins
dengan: dengan rumus estimasi terakhir ordinat hidrograf sa-
e i = galat (error) tuan adalah sebagai berikut (Limantara, 2010: 184):
Z(xi) = nilai sesungguhnya pada lokasi ke-i Ue = (V . U**) / (3600 . U**)
Z*(xi) = prediksi nilai pada lokasi ke-i dengan:
U** = (U1 + F* U*) / (1/F)
Beberapa ukuran yang digunakan untuk mem- U* = Q/Reff maks
bandingkan keakuratan model adalah: Ue = ordinat hidrograf awal
a. Root Mean Square Error (RMSE) V = volume limpasan (m3)
Ukuran ini digunakan untuk membandingkan Ui = unit hidrograf pada jam ke-i
akurasi antara dua atau lebih model dalam ana- F = faktor kalibrasi
lisis spasial. Semakin kecil nilai RMSE suatu mo- U* = ordinat hidrograf dikoreksi
del menandakan semakin akurat model tersebut. Q = ordinat hidrograf pengamatan
Reff maks = hujan efektif maksimum
188 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 185194

8. HSS Nakayasu Waktu yang diperlukan dari debit puncak sampai


Besarnya nilai debit puncak hidrograf satuan di- debit 30% dari debit puncak hidrograf satuan dihitung
hitung dengan rumus: dengan:
Ca.R 0 T0,3 .t g
Qp
3,60 x (0,3 Tp T0,3 ) dengan:
dengan: = koefisien yang bergantung pada karakteristik
Q p = debit (m3/det) DPS (1,5 3)
Ca = luas daerah aliran sungai (km2)
R 0 = hujan satuan (mm) 9. Kesalahan Relatif
T p = tenggang waktu dari permulaan hujan sam- Perhitungan kesalahan relatif dengan menggu-
pai puncak hidrograf satuan (jam) nakan rumus sebagai berikut:
T 0.3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, Xa Xb
dari debit puncak sampai debit menjadi 30% Kr x 100%
Xa
dari debit puncak hidrograf satuan (jam)
dengan:
Pada lengkung naik, besarnya nilai hidrograf satuan K r = kesalahan relatif (%)
dihitung dengan: Xa = nilai asli
2,4
Xb = aproksimasi
t
Q a Q p .
T
p
Pada bagian lengkung turun yang terdiri dari tiga
bagian, hitungan limpasan permukaannya adalah:
a. Untuk Tp d t < (Tp + T0,3)
t Tp
T0,3
Q d Q p .0,30
b. Untuk (Tp + T0,3) d t < (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
(t Tp 0,5.T0,3 )
1,5.T0,3
Qd Q p .0,3
c. Untuk t e (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
(t Tp 1,5T0,3 )
2.T0,3
Gambar 1. Kondisi daerah penelitian
Qd Qp .0,3
dengan: Metodologi Penelitian
Q d = debit (m3/det) 1. Kondisi Daerah Penelitian
Q p = debit puncak (m3/det) Sungai Kedungsoko berada di wilayah Kabu-
t = satuan waktu (jam) paten Kediri dan Nganjuk. Memiliki DAS seluas
416,54 km2, dengan alur sungai utama 28,66 km.
Menurut Nakayasu, waktu naik hidrograf bergantung 2. Alur Pengerjaan Penelitian
dari waktu konsentrasi, dan dihitung dengan persa- Gambaran pengerjaan penelitian secara kese-
maan: luruhan berupa diagram alir penyelesaian pada gam-
Tp t g 0,8.t r bar 2 berikut.
dengan:
Hasil Analisa
tg = waktu konsentrasi hujan (jam)
1. Curah Hujan Rancangan (Eksisting)
Waktu konsentrasi dipengaruhi oleh panjang sungai
Dalam penelitian ini digunakan metode Log Pe-
utama (L):
arson Tipe III karena metode tersebut dapat diguna-
Jika L < 15 km : tg = 0,21.L0,70
kan untuk semua sebaran data, yang mana harga
Jika L > 15 km : tg = 0,4 + 0,058L
koefisien skewnes (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck)
Hujan efektif dihitung dengan persamaan sebagai be-
bebas. Hasil perhitungan tercantum dalam Tabel 1.
rikut:
t r 0,5 ~ 1.t g
Rodhita, dkk., Rasionalisasi Jaringan Penakar Hujan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk 189

Gambar 3. Perletakan stasiun hujan metode Kagan-


Rodda

Gambar 2. Diagram alir penelitian


Gambar 4. Koefisien korelasi
Tabel 1. Hujan Rancangan (Eksisting)
Tabel 2. Kesalahan Perataan (Z1) dan Kesalahan In-
terpolasi (Z2)

2. Analisa Jaringan Stasiun Hujan Dengan Metode


Kagan-Rodda
Dipergunakan perhitungan koefisien korelasi dari
hujan tahunan. Kemudian digambarkan grafik koe-
fisien korelasi antar stasiun dalam sebuah grafik leng- Hasil perhitungan diplotkan berdasarkan gambar
kung exponensial. Grafik yang dipergunakan memiliki plotting jaringan Kagan-Rodda (Gambar 3).
koefisien korelasi tertinggi dari sebaran kelas koefi-
sien korelasi. 3. Curah Hujan Rancangan (Kagan-Rodda)
Berdasarkan Gambar 4 diperoleh nilai r(o) = 0,861 Digunakan metode Log Pearson Tipe III karena
dan nilai d(o) = 0,009 kemudian dimasukkan dalam metode tersebut dapat digunakan untuk semua se-
Z1 dan Z2 sebagaimana tercantum dalam Tabel 2. baran data, yang mana harga koefisien skewnes (Cs)
Sehingga dapat dihitung panjang sisi segitiga: dan koefisien kurtosis (Ck) bebas. Hasil perhitungan
A tercantum dalam Tabel 3.
L 1,07
n 4. Analisa Jaringan Dengan Metode Kriging
416,54 Dalam melakukan permodelan diambil Root
L 1,07 10,919 km Mean Square Error (RMSE) terkecil, perhitungan
4
190 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 185194

Tabel 3. Hujan Rancangan (Kagan-Rodda)


in1 e t
MAE 803,09/8 = 100,386
n
Perhitungan dilanjutkan dengan running kembali me-
tode Kriging pada program ArcView GIS 9.3. Se-
hingga didapatkan hasil pada Tabel 5 yang dipergu-
nakan untuk perhitungan RMSE dan MAE rekomen-
dasi metode Kriging sebagaimana tercantum dalam
metode ini dilakukan secara otomatis dengan Arc- perhitungan berikut:
View GIS 9.3. Untuk pemilihan ukuran lag dilakukan
secara otomatis dan banyaknya lag yang dipilih dalam ni 1ei2 19377,598
RMSE 49,216
permodelan semivariogram adalah yang mengha- n 8
silkan nilai RMSE dan MAE terkecil (dalam peneli- n e
tian ini model yang didapat adalah spherical). MAE i 1 t 332,313/8 = 47,473
n

Tabel 4. Perhitungan Galat Stasiun Hujan Eksisting 5. Curah Hujan Rancangan (Kriging)
Untuk merencanakan curah hujan rancangan da-
ri stasiun hasil rekomendasi metode Kriging diper-
gunakan metode Log Pearson Tipe III karena metode
tersebut dapat digunakan untuk semua sebaran data,
yang mana harga koefisien skewnes (Cs) dan koefi-
sien kurtosis (Ck) bebas. Hasil perhitungan curah
hujan rancangan dengan berbagai kala ulang dari ha-
sil rekomendasi metode Kriging tercantum dalam Ta-
Tabel 5. Perhitungan Galat Stasiun Hujan Rekomendasi bel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hujan Rancangan (Kriging)

6. Perhitungan Metode Collins


Metode Collins dipergunakan untuk menghitung
hidrograf satuan pengamatan, Langkah perhitung-
annya sebagai berikut (Limantara, 2010: 185):
a. Menentukan hidrograf limpasan langsung dengan
metode Straight Line Method.

Gambar 5. Perletakan stasiun hujan metode Kriging

Nilai RMSE dan MAE dari semivariogram ek-


sisting dihitung dengan persamaan:

in1ei2 142997,07 Gambar 6. Straight line method.


RMSE
n 8
= 133,696
Rodhita, dkk., Rasionalisasi Jaringan Penakar Hujan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk 191

b. Menentukan volume limpasan langsung akibat m. Mengalikan Ut-1jus dengan F.


hujan 1 mm n. Menghitung Ut-1*
V LL = (416,54 . 106 m2) x 0,001 m F.U U
t 1jus t awal
= 416540 m3 U t 1*
c. Menghitung hujan jam-jaman. 1 F
d. Menghitung phi () indeks o. Menghitung Ut-2 dengan persamaan:
Q = (VLL . 3600)/A
U t2
A.3600.U t 1*
= (79,80.3600)/416540 U t 1*
= 0,6897 mm
in de ks = P Q p. Jika volume Ut awal belum sama dengan Ut-2,
= 0,793 0,6897 maka coba-coba dilakukan sampai mendapatkan
= 0,103 mm hasil yang relatif sama.
e. Menentukan lebar dasar hidrograf
tb = n j + 1 Perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 7 dan
= 13 - 2 +1 = 12 Tabel 8.
f. Menentukan ordinat hidrograf awal (coba-coba
1) 7. HSS Nakayasu
Ut awal = VLL / (3600.tb) Sebagai pembanding dengan kondisi eksisting,
maka perhitungan debit untuk stasiun hasil rekomen-
= 416540 / (12 . 3600)
dasi dilakukan dengan menggunakan data dari tanggal
= 9,642 m3/dt/mm
yang sama dengan perhitungan metode Collins.
g. Menentukan hidrograf limpasan langsung yang
Perhitungan hidrograf satuan sintetis Nakayasu
diakibatkan oleh hujan efektif di DAS, kecuali
untuk stasiun hasil rekomendasi dilakukan dengan
untuk harga hujan efektif terbesar.
parameter-parameter sebagai berikut:
h. Mencari selisih antara ordinat hidrograf limpasan
a. Luas DAS (A) = 416,54 km2
langsung dengan hidrograf pengamatan.
b. Panjang sungai utama (L) = 28,66 km
i. Mencari Ut-1 (ordinat hidrograf ke-t percobaan
c. Diasumsikan bagian naik hidrograf cepat dan
ke-1).
bagian menurun lambat, maka = 3
j. Mencari faktor perubahan (P)
d. Koefesien pengaliran (c) = 0,7
k. Mencari Ut-1jus (Ut-1 yang telah diperbaiki).
e. Hujan satuan (Ro) = 1 mm
l. Menghitung faktor F
Q Ru
F
R u

Tabel 7. Pemisahan Komponen Hidrograf


192 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 185194

Perhitungan dilakukan dengan langkah-langkah Tp = Tg + (0,8 x Tr)


sebagai berikut: = 2,06 + (0,8 x 1,55)
a. Mencari tenggang waktu antara hujan sampai = 3,30 jam
debit puncak (tg) d. Mencari penurunan debit sampai menjadi 30%
Karena L > 15 km, maka: dari puncak (T0..3)
Tg = 0,4 + (0,058 L) T0,3 = .Tg = 3 . 2,06
= 0,4 + (0,058 28,66) = 6,19 jam
= 2,06 jam 1,5 T0,3 = 1,5 . 6,19
b. Mencari waktu regresi (Tr) = 9,28 jam
Tr = 0,75 x Tg TP+T0,3 = 3,30 + 6,19
= 0,75 x 2,06 = 1,55 jam = 9,49 jam
c. Mencari tenggang waktu permulaan hujan sam- TP+T0,3+1,5T0,3 = 3,30 + 6,19 + 9,28
pai puncak banjir (Tp) = 18,77 jam

Tabel 8. Perhitungan Metode Collins

Tabel 9. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu (Kagan-Rodda)


Rodhita, dkk., Rasionalisasi Jaringan Penakar Hujan di DAS Kedungsoko Kabupaten Nganjuk 193

Tabel 11. Kesalahan Relatif Debit


Ca . R o
Qp
3,6 (0,3. Tp T0,3 )
416,54.1

3,6 (0,3. 3,30 6,19)
Tabel 12. Kesalahan Relatif Curah Hujan Rancangan
= 16,12 m3 /dt
Perhitungan selengkapnya untuk hidrograf sa-
tuan sintetik dari stasiun hujan rekomendasi metode
Kagan-Rodda dan Kriging dengan menggunakan me-
tode Nakayasu disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 10. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu (Kriging)

8. Kesalahan Relatif KESIMPULAN


Guna membuktikan bahwa stasiun hujan yang
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diambil
terpilih cukup mewakili dari jumlah stasiun hujan yang kesimpulan sebagai berikut:
tersedia maka perlu dihitung prosentase perbedaan 1. Dari hasil perhitungan Kagan Rodda diperoleh
besarnya curah hujan rancangan dan debit yang di-
rekomendasi sebanyak 4 stasiun, dan Kriging 8
peroleh berdasarkan jaringan Kagan-Rodda dan Kri- buah stasiun yang terpilih.
ging dengan besarnya curah hujan rancangan dan
2. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa kesa-
debit pengamatan pada kondisi eksisting. lahan relatif rerata untuk curah hujan rancangan
Perhitungan kesalahan relatif untuk debit dan metode Kagan Rodda sebesar 1,906% dan me-
curah hujan rancangan dicantumkan dalam Tabel 11
tode Kriging sebesar 2,802%.
dan Tabel 12. 3. Berdasarkan perhitungan hidrograf satuan sin-
tetis (dengan nilai =3 dan c=0,70) didapatkan
kesalahan relatif sebesar 38,53% untuk Kagan-
Rodda dan 19,83% untuk Kriging.
194 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 185194

SARAN hal tersebut, diharapkan besarnya biaya pema-


Dari hasil analisa yang telah dilakukan terdapat sangan, operasi dan pemeliharaan jaringan pe-
beberapa saran yang bertujuan sebagai rekomendasi nakar hujan pada DAS Kedungsoko dapat dimi-
antara lain: nimalkan.
1. Dalam merencanakan suatu jaringan stasiun hu-
jan agar diperoleh data hujan yang mempunyai
tingkat ketelitian cukup, maka perlu dilakukan DAFTAR PUSTAKA
evaluasi kerapatan dan pola penyebaran hujan Anonim. 1992. Cara Menghitung Design Flood. Jakarta :
yang sudah ada. Sehingga dapat diketahui perlu Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
dan tidaknya dilakukan penambahan dan pengu- Hadisusanto, N. 2011. Aplikasi Hidrologi. Yogyakarta:
rangan stasiun hujan, atau perlu tidaknya dila- Jogja Mediautama.
Harto, B.S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia
kukan pemindahan stasiun lama ke tempat baru.
Pustaka Utama.
2. Secara teknis hasil rekomendasi kedua metode Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung: CV.
dapat dipergunakan dalam merencanakan pe- Lubuk Agung.
nempatan stasiun hujan yang baru di DAS Ke- Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Teknik Dasar. Malang:
dungsoko. Tetapi dalam pelaksanaan rasionali- CV. Citra.
sasi sebaiknya dipergunakan hasil rekomendasi Suhartanto, E., & Haribowo, R. 2011. Application of Ka-
dari metode Kagan-Rodda. Sebab selain me- gan-Rodda Method for Rain Station Density in Ba-
menuhi kriteria teknis, jumlah stasiun hujan reko- rito Basin Area of South Kalimantan, Indonesia.
mendasi metode Kagan-Rodda jauh lebih sedikit Journal of Applied Technology in Environmental Sa-
dibandingkan dengan kondisi eksisting maupun nitation, Volume 1, Number 4: 329-3
hasil rekomendasi metode Kriging. Berdasarkan

Anda mungkin juga menyukai