Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu profesi vital dalam sebuah rumah sakit. Sekitar
lebih dari 60% kebutuhan pasien dipenuhi oleh perawat selama 24 jam. Profesi
keperawatan harus selalu dikembangkan dari setiap sistemnya agar tercipta mutu
rumah sakit yang berkualitas. Kepuasan pasien dan keluarga merupakan tolak
ukur berhasil atau tidaknya manajerial sebuah rumah sakit yang tentunya berasal
dari perawatan yang professional di ruangan.
Perawatan professional dituntut memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif meliputi bio, psiko, social dan spiritual. Metode pemberian asuhan
keperawatan yang optimal dapat memandirikan perawat lewat organisasi internal
sehingga dapat menimbulkan semangat kerja dan persaingan positif antara
sejawat atau profesi lain. Diperlukan sebuah manajerial yang baik agar asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien komprehensif dan sistematis sehingga
pelayanan keperawatan lebih efisien.
Banyak usaha yang dilakukan rumah sakit dalam mengembangkan strategi
Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) untuk mencapai mutu dan
kepuasan klien yang maksimal. Menurut Hoffart dan Woods (1996) MPKP
adalah suatu system (struktur, proses, nilai-nilai professional) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut. Diharapkan dengan
adanya MPKP dapat terbentuk pelayanan keperawatan professional yang
terstruktur, terorganisir dan sistematis.
Selain MPKP, perlu dibuatlah sebuah pengembangan System Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP). SP2KP adalah SP2KP adalah
sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana
dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan
perawat asosiate (PA) serta tenaga kesehatan lain.1
Seperti yang telah dipaparkan di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui lebih jauh tentang konsep MPKP dan SP2KP dalam keperawatan.
Diharapkan setelah pembuatan makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui
perbedaan MPKP dan SP2KP yang diterapkan di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui konsep model praktik keperawatan professional
(MPKP) dalam keperawatan rumah sakit professional.
b. Untuk mengetahui konsep SP2KP dalam keperawatan rumah sakit
professional.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian MPKP
b. Untuk mengetahui tujuan MPKP
c. Untuk mengetahui struktur MPKP
d. Untuk mengetahui komponen dalam MPKP
e. Untuk mengetahui pilar-pilar MPKP
f. Untuk mengetahui metode penugasan MPKP
g. Untuk mengetahui karakteristik MPKP
h. Untuk mengetahui tingkatan dan spesifikasi MPKP
i. Untuk mengetahui langkah langkah dalam MPKP
j. Untuk megetahui pengertian SP2KP
k. Untuk mengetahui Peran Manajerial dan Kepemimpinan
l. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan professional
berdasarkan SP2KP
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)


1. Pengertian MPKP
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu
sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menunjang asuhan tersebut. MPKP dalam pengertian lain yaitu salah
satu metode pelayanan keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-
nilai profesional, yang memfasilitasi perawat profesional yang mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan
telah menghasilkan berbagai jenjang produk keperawatan untuk pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan
tersebut diberikan.2
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
praktek kepeawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses,
nilai-nilai profesional) berupa metode pelayanan yang memfasilitasi perawat
profesional dengan kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki untuk
memberikan asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan
keperawatan itu diberikan. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
diaplikasikan dalam bentuk model Keperawatan Primer yaitu metode
pemberian asuhan keperawatan komprehensif sehingga dapat diterima oleh
pasien.
2. Tujuan MPKP
Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah
untuk meningkatkan mutu pelayana keperawatan. Sedangkan tujuan secara
khusus dari MPKP adalah :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
3. Struktur MPKP
a. Kepala Ruangan
Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk memperkerjakan,
mengembangkan dan mengevaluasi stafnya. Mereka diberikan tanggung
jawab untuk pengembangan anggaran tahunan unit yang di pimpinnya dan
memegang kewenangan untuk mengatur unit sesuai tugas dan tanggung
jawabnya, memantau kualitas perawatan, menghadapi masalah tenaga
kerjanya, dan melakukan hal-hal tersebut dengan biaya yang efektif.3
Adapun fungsi kepala ruangan adalah sebagai berikut4:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Ketenagaan
4) Pengarahan
5) Pengawasan
b. Perawat Pelaksana (PP)
Tugas perawat pelaksana antara lain:
1) Pemberi perawatan
Perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui
proses penyembuhan, proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh
dari penyakit tertentu, sekalipun keterampilan tindakan yang
meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi
pemberi asuhan keperawatan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
2) Pembuat keputusan klinis
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir kritis melalui proses Keperawatan sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi tiap klien.
3) Pelindung dan Advokat Klien
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari
suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Dalam menjalankan
perannya sebagai advocath, perawat melindungi hak klien sebagai
manusia dan secara hukutn, serta membantu klien dalam menyatakan
hak-haknya dibutuhkan.
4) Manajer kasus
Perawat mengoordinasikan aktivitas anggota tim kesehatan lain,
misalnya ahli gizi dan ahli terafi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien, Selain itu perawat juga mengatur
waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerja.
5) Rehabilitator
Merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidak berdayaan lainnya, sering kali klien mengalami gangguan fisik
dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu
klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
6) Pemberi kenyamanan
Merawat klien sebagai seorang manusia, merupakan peran tradisional
dan historis dalam keperawatan dan telah berkembang sebagai sesuatu
peran yang penting dimana perawat melakukan peran baru. Selama
melakukan tindakan keperawatan, perawat dapat memberikan
kenyamanan dengan mendemonstrasikan perawatan kepada klien
sebagai invidu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.
7) Komunikator
Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain, Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien
dan keluarga, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunikasi.
8) Penyuluhan
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data
-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas
perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang
dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
9) Peran karier
Sejumlah peran dan fungsi di bebankan pada perawat di berbagai
lingkungan kerja. Berkarier, merupakan kebalikan dari semuanya,
dimana perawat ditempatkan posisi jabatan tertentu. Karena
kesempatan bekerja bagi perawat meningkat, perkembangan perawat
sebagai profesi dan meningkatnya perhatian pada keahlian dalam
pekerjaan, maka profesi perawat menawarkan peran tambahan dan
kesempatan dan kesempatan berkarier yang lebih luas.
10) Perawat pendidik
Perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan,
departemen pengembangan staf dari suatu lembaga perawatan
kesehatan, dan departemen pendidikan klien.4

c. CCM
Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan, dan
mengevaluasi mahasiswa praktik serta membahas dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP.5

4. Komponen MPKP
Menurut Hoffart dan Woods (1996) ada lima komponen MPKP, yaitu8:
a. Nilai-nilai professional (Profesional Values)
Nilai-nilai professional merupakan komponen utama dalam model praktik
keperawatan professional dan merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai yang
perlu diperhatikan dan harus tetap ditingkatkan dalam memberikan asuhan
keperawatan yaitu menghargai otonomi klien, menjalin hubungan yang
baik dengan klien/keluarga, dan memberikan pelayanan yang terbaik
untuk klien.
b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (Care Delivery Method)
Dalam perkembangan keperawatan menuju pemberian pelayanan yang
professional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan
seperti, metode tim, metode fungsional dan keperawatan primer serta
manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan professional, metode yang
paling tepat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
profesional bagi klien adalah metode keperawatan primer.
c. Pendekatan Manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien dengan cara pendekatan penyelesaian
masalah, sehingga perawat dapat mengidentifikasi masalah klien,
sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dalam menyelesaikan
masalah klien.
d. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Pada pola hubungan profesional yang terjalin perawat harus berinteraksi
dan membina hubungan yang baik dengan perawat yang lain, dengan
klien/keluarga, dengan petugas kesehatan lainnya.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward System)).
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional berhak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi dan penghargaan yang
diberikan kepada professional dalam metode MPKP dapat disepakati di
setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan
keperawatan adalah pelayanan professional.
Selain diatas, terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut:
a. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah
tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996)
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
1) Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam yang terdiri
atas:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
2) Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam yang
terdiri atas:
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Voley kateter/intake output dicatat
e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan,
memerlukan prosedur
3) Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 6 jam/24 jam :
a) Segala diberikan/dibantu
b) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah/disorientasi
b. Metode pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan
pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah
pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim, penugasan
primer7:
1) Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,
misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan
pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband,
penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing
perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya
ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung
jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana
yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan pada
seorang pasien.
2) Penugasan Keperawatan Tim
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan
keperawatan, dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana
dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang
perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila
perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan
anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk
memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim
melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada
setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan
asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam
kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama
dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-
kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
3) Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat perofesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien
masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan
tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun
rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat
primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana
asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.
c. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.
Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
1) Identifikasi masalah
2) menyusun alternatif penyelesaikan masalah
3) pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya
4) evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
d. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik,
maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui
secara berkesinambungan. Disamping itu, dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber
data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
5. Pilar MPKP
Lima Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP):
a. PILAR I, professional value
Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan professional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti dari
MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai
klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan
dalam suatu proses keperawatan.
b. PILAR II, patient care delivery
Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara sistemastis dan teroganisir.
c. PILAR III, professional relationship
Hubungan profesional komunikasi horisontal antara kepala ruang dan
ketua tim dan perawat pelaksana , ketua tim dengan perawat pelaksana.
d. PILAR IV, reward & compensatory
Sistem penghargaan pada tenaga keperawatan
1) Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan di ruang model praktik
keperawatan profesional memiliki beberapa kriteria:
a) Kepala ruangan
i. Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan D3 yang memiliki jiwa pemimpin
ii. Pengalaman menjadi kepala ruang minimal 2 tahun dan
bekerja di area keperawatan minimal 2 tahun
iii. Pernah mengikuti pelatihan : manajemen bangsal, pelatihan
MPKP dan komunikasi keperawatan
iv. Lulus tes tulis dan wawancara
b) Ketua tim
i. Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan D3 yang memiliki jiwa pemimpin
ii. Pengalaman kerja minimal 2 tahun
iii. Pernah mengikuti pelatihan : manajemen bangsal, pelatihan
MPKP dan komunikasi keperawatan
iv. Lulus tes tulis dan wawancara
c) Perawat pelaksana
i. Pendidikan minimal D3
ii. Pengalaman kerja minimal 1 tahun
iii. Pernah mengikuti pelatihan
iv. Lulus tes tulis dan wawancara
2) Orientasi kerja
Perawat harus melalui pelatihan awal sebelum kerja
3) Penilaian kerja
4) Penilaian kerja ditunjukkan kepada kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksanan menggunakan supervisi
5) Pengembangan staf
Bentuk peningkatan kapasitas dengan pengembangan karir dan
pendidikan berkelanjutan
e. PILAR V, management approach
Manajemen keperawatan merupakan proses penyelesaian pekerjaan oleh
perawat, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional
kepada klien dan keluarga (Sitorus, 2011). Manajemen keperawatan terdiri
dari perencaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
1) Perencanaan
Perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi,
misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek.
2) Pengorganisasian
Kepala ruang bertanggungjawab mengorganisasikan kegiatan asuhan
keperawatan di unitnya untuk mencapai tujuan organisasi. Pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi struktur organisasi, jadwal dinas dan
daftar alokasi pasien. Struktur organisasi menunjukkan pembagian
pekerjaan dan rincian tugas PN dan PA, membuat rentang kendali
kepala ruang membawahi PN/ Ka tim, megatur logistik ruangan,
mendelegasikan tugas bila karu tidak ada di tempat, identifikasi
masalah dan cara penanganan.
3) Pengarahan
Supervisi merupakan salah satu kegiatan pengarahan tentang
penugasan pemberian asuhan keperawatan, meningkatkan motivasi,
pemberian pujian, menginformasikan hal penting tentang asuhan
keperawatan, meningkatkan kolaborasi, manajemen konflik, serta
pemberian bimbingan
4) Pengendalian
Pengendalian dalam manajemen keperawatan meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana, pemberian instruksi dan penetapan
standar. Kepala ruang dapat melakukan survey kepuasan dan audit
dokumentasi.
6. Macam-Macam Metode Penugasan dalam MPKP
a. Metode kasus
Pada metode ini seorang perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.6
b. Metode fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas. Setiap perawat diberi satu tugas atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua klien yang ada di satu ruang rawat
tertentu. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-
tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan
kepuasan asuhan yang diterimanya.
c. Metode tim
Pada metode ini, ada seorang perawat proesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Pelaksanaan metode tim ini berlandaskan pada konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat proesional mampu memimpin anggota-
anggotanya (perawat pelaksana). Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada klien.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan tetap terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan dari ketua tim.
4) Pentingnya peran kepala ruang. Metode tim akan berhasil apabila
didukung oleh kepala ruang.
d. Metode keperawatan primer
Menurut Gillies (1898) menyatakan bahwa keperawatan primer
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat
hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang
perawat tertentu yang bertanggung jawab dalm perencanaan, pemberian,
dan koordinasi asuhan keperawatn klien selama klien dirawat.6
Pada metode keperawatan primer, perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse) yang disingkat dengan PP. Metode keperawatan primer dikenal
dengan cirri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan,
dan 5 K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, komitmen.
Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24
jam. Perawat akan melakukan wawancara, mengkaji secara komprehensif,
dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawatlah yang paling
mengetahui keadaan klien dengan sebaik-baiknya.demikian juga klien,
keluarga, staf medis, dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa klien
tertentu merupakan tanggung jawab PP tertentu.
e. Differentiated Practice
Menurut NLN (National League for Nursing) dalam Kozier (1995) 39
menjelaskan bahwa Differentiated Practice merupakan suatu pendekatan
yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-
sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu6:
1) Model kompetensi, perawat terdaftar (registered nurse) diberi tugas
berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya. Antara lain perawat baru (novice), pemula maju
(advanced beginner), kompeten (competent), cakap (proficient), dan
ahli (expert).
2) Model pendidikan, penetapan tugas keperawatan didasarkan pada
tingkat pendidikan perawat.pembagian tanggung jawab yang
berbedaperlu dilakukan sehingga perawat dengan latar belakang
pendidikan yang berbeda akan dinilai berdasarkan apa yan menjadi
harapanterhadap lulusan tersebut.
f. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan
secara mulridisplin yang bertujuan untuk menigkatkan partisipasi dari
anggota tim kesehatan dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada
sehingga dapat dicapai hasil akhir dari asuhan keperawatan yang optimal.
Metode manajemen kasus juga dapat meningkatkan kualitas hidup serta
efesiensi pembiayaan. Metode manajemen kasus memiliki beberapa
elemen utama yaitu, pendekatan yang berfokus pada klien, koordinasi
asuhan dan pelayanan antar tenaga medis, berorientasi pada hasil,
efesiensi sumber dan kolaborasi.6
7. Karakteristik MPKP
a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
b. Penetapam jenis tenaga keperawatan
c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
d. Pengguanaan metode modifikasi keperawatan primer
8. Tingkatan dan Spesifikasi MPKP
a. MPKP Pemula
Model praktik keperawatan profesional pemula merupakan tahap awal
untuk menuju model PKP. Pada model ini terdapat tiga komponen utama,
yaitu ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan,
dan dokumentasi asuhan keperawatan.
b. MPKP I
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan tiga komponen
utama, yaitu ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan, dan dokumentasi asuhan keperawatan. Model ini adalah
kombinasi model keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
c. MPKP II
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis
berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya.
d. MPKP III
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor
dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat dalam melakukan penelitian serta
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.4
9. Langkah-langkah MPKP
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu6:
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan.
Sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara
pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri
dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan.6
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial.6
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian
mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf
keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah
dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan.6
4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain6:
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut.
Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan
mendapat pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri
dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan
sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
5) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat
didahului dengan menghitung jumlah klien derdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-
turut.6
6) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian,
dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi6:
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu
perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak
dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya
standar renpra menunjukan asuhan keperawtan yang diberikan
berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik pelayanan professional. Format
standar renpra yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian
tindakan keperawatan: diagnose keperawatan dan data penunjang,
tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan.6
8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang
diperlukan adalah6:
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
9) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah6:
a) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang
berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan
pertama kali sat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
b) Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama klien, PP, PA, dan timnya
serta dokter yang merawat klien.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini6:
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di
ruang yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiet (PA). Ronde keperawatan bersama
dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting
selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien.
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan
mengacu pada standar tersebut.
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan
antara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya
antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan
pemberian orientasibagi klien dan keluarganya.
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus
klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam.
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku
ini menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang
yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan
bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk
setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi.
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat
kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat
menjadi penting.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini
maslah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan6:
1) Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak
yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi
keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya.
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP
pemula).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis.
B. Konsep SP2KP
1. Pengertian SP2KP
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara
perawat primer (PP) dan perawat asosiate (PA) serta tenaga kesehatan lain.
Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa
orang PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu
tim yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelola, maupun
orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif
jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang profesional antara PP dan
PA. Selain itu tentu saja tim tersebut juga harus mampu membangun
kerjasama profesional dengan tim kesehatan lainnya.
Menurut Sitorus (2011) SP2KP adalah kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan
sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat yang dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
professional bagi pasien. SP2KP ini memiliki system pengorganisasian yang
baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur secara professional.1
SP2KP atau Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di
rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan
keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien. SP2KP ini
memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang
terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara profesional.
Hasil riset tentang efektifitas pelaksanaan Model Praktik Keperawatan
Profesional atau MPKP dengan kualitas pelayanan keperawatan di dua rumah
sakit pemerintah di Jakarta menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi
kepuasaan pasien dengan pelayanan keperawatan sebelum penerapan MPKP
yaitu dengan kategori puas (15%), kategori cukup puas (44,1%) dan kategori
kurang puas (40,9%). Setelah penerapan MPKP hasil didapatkan yaitu
kategori puas (73,9%), kategori cukup puas (25,3%) dan kategori kurang puas
(1,7%). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien pada saat
penerapan MPKP menunjukkan hasil yang baik sedangkan sebelum
penerapan MPKP kepuasan pasien sangat buruk.6
Indikator mutu pelayanan keperawatan menurut Depkes (2009), yaitu :
keselamatan pasien, terpenuhinya rasa nyaman, meningkatkan pengetahuan,
kepuasan pasien, kemampuan merawat diri sendiri, dan penurunan
kecemasan, sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional meliputi :
a. Aplikasi nilai nilai profesional dalam praktik keperawatan.
b. Manajemen dan pemberian asujan keperawatan : kepemimpinan dan
manajemen keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan,
ketenagaan keperawatan, dan keterampilan spesifik manajemen asuhan
keperawatan.
c. Pengembangan profesional diri.
2. Peran Manajerial dan Kepemimpinan
Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan,
mengkoordinir kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim,
mendelegasikan sebagian tindakan-tindakan keperawatan yang telah
direncanakan pada renpra dan bersama-sama dengan PA mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan. Seorang PP harus memiliki kemampuan yang
baik dalam membuat renpra untuk klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Adanya renpra merupakan tanggung jawab profesional seorang PP sebagai
landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.
Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien masuk dan
dievaluasi setiap hari. PP dituntut untuk memiliki kemampuan
mendelegasikan sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
Pada PA, pembagian tanggung jawab terhadap klien yang menjadi tanggung
jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien dan kemampuan
PA dalam menerima pendelegasian. Metode tim PP-PA dituntut untuk
memiliki keterampilan kepemimpinan. PP bertugas mengarahkan dan
mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu
memberikan asuhan keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan
tersebut dapat dilaksanakan secara langsung, misalnya mendampingi PA saat
melaksanakan tindakan tertentu pada klien atau secara tidak langsung pada
saat melakukan konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi PA agar terus
meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi atau bahan
bacaan yang diperlukan. Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada
PA, sebagai bagian dari peran kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga
memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik yang mungkin terjadi antar
PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana sehingga konflik bisa teratasi
dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu memberikan
asuhan keperawatan.
Kemudian berikutnya adalah MPKP memiliki metode dalam peberian asuhan
keperawatan yang diberikan, yang telah kita ketahui ada beberapa metode
dalam pemberian asuhan keperawatan, antara lain :
a. Metode fungsional, metode ini merupakan metode dimana 1 perawat akan
memegang 1 keterampilan tindakan keperawatan. Sebagai contoh, 1
perawat dengan keterampilan perawatan luka, maka dia akan bertanggung
jawab untuk memberikan perawatan luka dalam 1 ruangan.
b. Metode kasus, metode ini merupakan metode dimana dalam sebuah
ruangan atau kelas seorang perawat memiliki tugas dimana 1 kasus dari
pasien, akan dipegang oleh 1 perawat yang sesuai dengan bidang kasus
tersebut. Sebagai contoh jika ada pasien dengan kasus penyakit dalam,
maka akan dibutuhkan 1 perawat dengan ahli di bidang penyakit dalam
untuk memberikan asuhan keperawatan.
c. Metode tim, dimana dalam 1 ruangan akan ada 1 ketua, dan kemudian dari
seluruh jumlah pasien akan dibagi beberapa tim yang memberikan asuhan
keperawatan.
d. Metode primer, metode ini terdapat 1 perawat primer yang akan
bertanggung jawab terhadap maksimal 8 pasien. Perawat primer ini akan
memegang pasien dari hari pertama pasien datang sampai pasien pulang.
Dan seluruh pemberian dan pembuatan rencana keperawatan akan
dilakukan oleh 1 perawat primer ini, kemudian dalam memerikan asuhan
keperawatan perawat primer akan dibantu oleh beberapa perawat
associate.
e. Metode moduler, metode ini merupakan gabungan dari metode tim dan
metode primer. Dalam 1 ruangan akan terdapat 1 ketua tim dan ada juga
perawat primernya.
Semua metode diatas tergantung dengan kualifikasi dari pasien dan perawat
itu sendiri, bagaimana tingkat kebutuhan kesehatan dari klien, dan juga
bagaimana tingkat pendidikan juga pengalaman dari perawat.
Ada juga istilah Praktik Keperawatan Profesional dalam tingkatan dan
memiliki spesifikasi masing masing. Sebagai contoh tingkat pemula dimana
disana masih awal menerapkan bagaimana MPKP. Kemudian tingkat 1 dalam
suatu rungan sudah memiliki perawat D3 atau S1. Pada tingkat 2 dan 3 sudah
terdapat perawat spesialis, akan tetapi sangat jarang ditemukan perawat
spesialis di indonesia jika ditempatkan di lapangan, karena profesi mereka
akan lebih mengarah ke pendidikan. Dan pada tingkat yang paling tinggi akan
terdapat dokter dan bisa dilakukan penelitian yang akan meningkatkan inovasi
atau kinerja dari perawat perawatnya.
3. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP
SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, dapat
memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang
baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur secara profesional.1
Menurut Dermawan (2010) praktik keperawatan dalam hal ini asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien mengacu pada proses keperawatan
itu sendiri yaitu meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan maupun
pendokumentasiannya perawat dituntut untuk profesional. Asuhan
keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat.Aspek legal
dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan. SP2KP merupakan bantuk
pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam
memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien. Didalam
SP2KP kita sering mengenal perawat primer (PP) dan perawat associate (PA).
Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam
menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli
gizi, farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan
hasil pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan
perawatan pasien yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu
dalam memutuskan tindakan medis selanjutnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan yang professional, diperlukannya
membuat suatu rencana asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu
mengidentifikasi dan menyusun strategi terhadap tindakan keperawatan yang
akan dilakukan ke pasien. Selain itu renpra juga memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Pedoman bagi PP-PA dalam melakukan tindakan dan asuhan keperawatan
professional
b. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan
ilmu pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi
PP pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan
sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab
itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP
tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan (renpra). Hal ini
menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi
ketentuan-ketentuan tertentu (biasanya ketentuan dalam menentukan
akreditasi rumah sakit).
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kepuasan pasien dan keluarga merupakan tolak ukur standar manajerial


sebuah rumah sakit yang tentunya berasal dari perawatan yang profesional di ruang
pelayanan keperawatan. Upaya untuk mencapai mutu dan kepuasan klien yang
maksimal dapat dilakukan dengan manajerial pelayanan keperawatan yang baik
melalui model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang kemudian
dikembangkan menjadi SP2KP atau sistem pemberian pelayanan keperawatan
professional. SP2KP dalam perkembangannya adalah bentuk kerjasama professional
antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.

B.Saran
Pemahaman mengenai konsep MPKP dan SP2KP dibutuhkan oleh seorang
perawat sebagai bentuk dukungan untuk mencapai standar manajerial pelayanan
keperawatan yang baik dalam sebuah rumah sakit .Sehingga konsep MPKP dan
SP2KP dapat diaplikasikan saat perawat bekerja di rumah sakit.
Daftar Pustaka

1. Rantung, Steffy R., Fredna J. Robot, dkk. (2013). Perbedaan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan Ruangan Sp2kp dan Non-Sp2kp di Irina A dan Irina F
RsupProf. Dr. R. D. Kandou Manado.Ejournal Keperawatan (e-Kp). 1 (1-7).
2. Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC.
3. Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.
4. Sinaga, Benni Hatigoran. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan
Terhadap Stres Psikologi Perawat Pelaksana di Tempat kerja di Ruangan Critical
Care Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Diakses pada 25 Februari 2017, dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41365/4/Chapter%20II.pdf
5. Arta, Rezky Amalia. 2015. Model Praktek Keperawatan Profesional. Diakses
pada 25 Februari 2017, dari: https://www.slideshare.net/rezkyamaliaarta/pp-
mpkp
6. Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta: EGC.
7. Ganies, Khalimah. (2015). MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional).
Diakses pada 27 Februari 2017, dari:
https://www.scribd.com/doc/147774394/MPKP
8. Suhartati. (2009). Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Diambil
25 Februari 2017, dari http://staff ui.ac.id/intemal/132014715/material
/SISYANWATDLMSISYANKES.ppt
KONSEP MPKP DAN SP2KP DALAM KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen pembimbing : Agus Santoso, S. Kp., M. Kep

Kelompok 3 :

Ika Rahmawati 22020115120005


Melinda Kumala Sari 22020115130082
Dyah Sukma Indriastutik 22020115120045
Sulistyani 22020115120051
Handika Kiswantoro 22020115140096
Halimah Wenny Yulina 22020115120032
Hesty Kusumastuty 22020115130073
Riyantika Ayu R 22020115120059
Zumrotul Aulia 22020115130062

A.15.1

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017

Anda mungkin juga menyukai