Anda di halaman 1dari 20

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


NOMOR 117 TAHUN 2000

TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang a. bahwa petunjuk teknis pelaksanaan proyek pembangunan telah


diatur dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 23 tahun 2000;

b. bahwa dengan telah berlakunya Surat Keputusan Bersama Menteri


Keuangan Republik Indonesia dan Kepala Badan Perencanaan
Nomor : S 42 / A / 2000
Pembangunan Nasional tentang
NomorS 2262 / D.2 / 05 / 2000
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 18 tahun
2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Instansi Pemerintah jis Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan Republik Indonesia dan Kepala Badan Perencanaan
Nomor : KEP 82 / A / 2000
Pembangungan Nasional tentang
Nomor : 6126 / D.2 / 11 / 2000
Perubahan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 18
Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Instansi Pemerintah, maka pelaksanaan Keputusan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 23 Tahun 2000
perlu diadakan perubahan;

c. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,


perlu menetapkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 23 Tahun 2000 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Proyek Pembangunan Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1950, sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah beserta Peraturan Pelaksanannya;

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


Daerah;

4. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
jo. Peraturan Menteri Negara/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 1994;

5. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara jis. Keputusan Presiden
Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Sebagaimana Telah Beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1997;

6. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1980 tentang


Petunjuk Pedoman Tata Administrasi Bendaharawan Daerah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 tentang


Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian
Pembangunan di Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang


Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah jo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1996;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1998;

12. Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan


Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Nomor Kep - 27/MK - 3/8/1994
BAPPENAS tentang Petunjuk
Nomor Kep - 166/KET/8/1994
Teknis Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994
tentang Pelaksanaan APBN;

13. Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan


Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 122/Ket/7/1994 tentang Tata Cara Pengadaan dan Biaya
Jasa Konsultansi;

14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 158.A/KPTS/1995,


tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang dan Jasa di
lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

15. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 67/KPTS/1998 tentang


Petunjuk Praktis Pengendalian Pelaksanaan Proyek dibidang
Pekerjaan Umum untuk Pemimpin Proyek dan Pemimpin Bagian
Proyek;

16. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 38/KPTS/1998 tentang


dokumen lelang standart di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum;

17. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 1986, tentang


Penyempurnaan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tingkat
I;

18. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 tanggal 6


Februari 1999 perihal Pedoman Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 1999/2000;

19. Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor


295/KPTS/CK/1997 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara jo. Keputusan Direktur Jenderal Cipta
Karya Nomor CT/TB/BGN/003-98.09 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

20. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22


Tahun 2000, tentang Pedoman Pelaksanaan Proyek-proyek
Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

21. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 23


Tahun 2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Proyek
Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH


ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN
DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
23 Tahun 2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Proyek Pembangunan Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Propinsi diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan pasal 6 ayat (1) berbunyi sebagai berikut :


Pemimpin Proyek/Pemipin bagian proyek/pejabat BUMN/BUMD yang ditunjuk, wajib
memiliki HPS/OE yang merupakan salah satu acuan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan untuk
menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawar yang dinilai
terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk menggugurkan
penawaran.

2. Ketentuan pasal 6 ayat (5) huruf a berbunyi sebagai berikut :


a. Nilai HPS/OE tidak bersifat rahasia;
b. HPS/OE harus disahkan oleh Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian
Proyek/Pejabat BUMN/BUMD yang ditunjuk sebelum acara pembukaan
penawaran dilaksanakan.
c. HPS/OE yang telah disahkan tersebut disampaikan kepada panitia pada saat
menjelang acara pembukaan penawaran,
d. Pembukaan kotak pelelangan pada sistem satu sampul dan dua sampul tidak
dapat dilakukan bila HPS/OE belum diterima oleh panitia.
e. Pembukaan penawaran harga pada sistem dua tahap tidak dapat dilakukan bila
HPS/OE belum diterima oleh panitia.
f. Pembuatan HPS/OE setelah pembukaan penawaran tidak dibenarkan.
g. HPS/OE diumumkan kepada peserta lelang pada saat akhir acara pembukaan
penawaran harga.

3. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Susunan panitia Pengadaan Rekanan bidang Jasa Konsultasi berjumlah gasal dan
beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang terdiri dari
Ketua : Unsur instansi Pemegang Mata Anggaran.
Sekretaris : Unsur Instansi Pemegang Mata Anggaran
Anggota :
Unsur Biro Bina Penyusunan Program
Unsur Biro Keuangan
Unsur Biro Perlengkapan
Unsur Instansi Teknis
Unsur Instansi lain dan atau calon pemakai

4. Ketentuan Pasal 10 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :


Tugas panitia pengadaan sebagaimana tersebut ayat (2) pasal ini dalam
melaksanakan Pengadaan Rekanan, sesuai dengan anggaran yang tersedia berupa:
a. Pelelangan, meliputi tugas :
1. Menyusun, meneliti dan menetapkan KAK pelaksanaan pekerjaan
Konsultasi.
2. Menyusun dan menetapkan syarat-syarat peserta pelanggan
3. Melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang
4. Menetapkan nominal Jaminan Penawaran
5. Mengumumkan mengenai pelelangan yang dilaksanakan sesuai dengan
tatacara yang ditentukan Keputusan ini.
6. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai KAK dan bilamana dianggap
perlu melaksanakan peninjauan ke lokasi serta membuat Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAP).
7. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
8. Melaksanakan pembukaan Surat Penawaran dan membuat Berita Acara
Pembukaan Penawaran (BAPP).
9. Mengadakan evaluasi terhadap penawaran atas usulan administrasi dan
usulan teknis kemudian mengadakan negoisasi atas usulan biaya serta
membuat Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP).
10. Membuat usulan untuk menentukan calon pemenang dan penetapan harga
kepada Pejabat yang berwenang.
11. Membuat pengumuman pemenang
12. Membantu menyusun naskah kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.
13. Membuat laporan Pelaksanaan Pelelangan kepada pemberi tugas.
b. Pemilihan Langsung, meliputi tugas :
1. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai KAK dan bilamana dianggap
perlu melaksanakan peninjauan ke lokasi serta membuat Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAP).
2. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
3. Mengadakan evaluasi atas kelengkapan usulan administrasi dan usulan
teknis kemudian mengadakan negoisasi atas usulan biaya serta membuat
Berita Acara Hasil Negoisasi.
4. Membuat usulan persetujuan penetapan harga/pemenang pemilihan
langsung kepada Pejabat yang berwenang.
5. Membantu menyusun naskah SPK atau kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.
6. Membuat laporan Pelaksanaan Pemilihan Langsung kepada pemberi tugas

5. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) berbunyi sebagai berikut :


Susunan Panitia Pengadaan Rekanan Bidang Jasa Konstruksi (Pemborongan)
berjumlah gasal dan beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang terdiri dari
Ketua : Unsur instansi Pemegang Mata Anggaran.
Sekretaris : Unsur Instansi Pemegang Mata Anggaran
Anggota :
Unsur Biro Bina Penyusunan Program
Unsur Biro Keuangan
Unsur Biro Perlengkapan
Unsur Instansi Teknis
Unsur Instansi lain yang terkait dan atau calon pemakai

6. Ketentuan Pasal 12 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Tugas panitia pengadaan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini dalam
melaksanakan Pengadaan Rekanan, sesuai dengan anggaran yang tersedia berupa:
a. Pelelangan, meliputi tugas :
1. Menyusun, meneliti dan menetapkan RKS
2. Menetapkan syarat-syarat peserta pelelangan
3. Melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang
4. Menetapkan nominal Jaminan Penawaran.
5. Mengumumkan mengenai pelelangan yang dilaksanakan sesuai dengan
tatacara yang ditentukan Keputusan ini.
6. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai RKS dan bilamana dianggap
perlu melaksanakan peninjauan ke lokasi serta membuat Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAP).
7. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
8. Melaksanakan pembukaan Surat Penawaran dan membuat Berita Acara
Pembukaan Penawaran (BAPP).
9. Mengadakan evaluasi terhadap penawaran dari rekanan, menetapkan dan
mengusulkan calon pemenang kepada pejabat yang berwenang serta
membuat Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)
10. Membuat pengumuman pemenang
11. membuat laporan pelaksanaan pelelangan kepada pemberi tugas
12. Membantu menyusun naskah kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.
b. Pemilihan Langsung, meliputi tugas :
1. Menyusun, meneliti dan mengusulkan HPS/OE.
2. Menetapkan syarat-syarat yang menjadi dasar penawaran
3. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai KAK dan bilamana dianggap
perlu melaksanakan peninjauan ke lokasi serta membuat Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAP).
4. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
5. Melaksanakan pembukaan Surat penewaran dan membuat Berita Acara
Pembukaan Penawaran (BAPP)
6. Mengadakan negoisasi harga dan teknis serta membuat Berita Acara
Pemilihan langsung (BAHP)
7. Mengusulkan persetujuan penetapan harga/pemenang pemilihan langsung
kepada Pejabat yang berwenang.
8. Membuat pemberitahuan penetapan harga/pemenang pemilihan langsung
kepada para peserta pemilihan langsung
9. Membuat laporan Pelaksanaan Pemilihan Langsung kepada pemberi tugas.
10. Membantu menyusun naskah kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.

7. Ketentuan pasal 13 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Susunan panitia Pembelian/Pengadaan Barang berjumlah gasal dan beranggotakan
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang terdiri dari
Ketua : Unsur instansi Pemegang Mata Anggaran.
Sekretaris : Unsur Instansi Pemegang Mata Anggaran
Anggota :
Unsur Biro Perlengkapan
Unsur Biro Keuangan
Unsur Biro Bina Penyusunan Program
Unsur Instansi Teknis
Unsur Instansi calon pemakai/Pengelola

8. Ketentuan pasal 13 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :


Tugas panitia pembelian/pengadaan barang adalah :
Menyelenggarakan pengadaan / pembelian barang daerah dan jasa yang
dilaksanakan oleh unit kerja / instansi di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
memberikan laporan atas pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Pemberi Tugas.
Kegiatannya dibedakan dalam bentuk pelelangan atau pemilihan langsung
a. Pelelangan, meliputi tugas :
1. Menyusun, meneliti dan menetapkan RKS
2. Menetapkan syarat-syarat peserta pelelangan
3. Melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang
4. Menetapkan nominal Jaminan Penawaran.
5. Mengadakan pengumuman mengenai pelelangan yang dilaksanakan sesuai
dengan tatacara yang ditentukan Keputusan ini.
6. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai RKS dan bilamana dianggap
perlu melaksanakan peninjauan ke lokasi serta membuat Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAP).
7. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
8. Melaksanakan pembukaan Surat Penawaran dan membuat Berita Acara
Pembukaan Penawaran (BAPP).
9. Mengadakan penilaian terhadap penawaran dari rekanan, menetapkan dan
mengusulkan calon pemenang kepada pejabat yang berwenang serta
membuat Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)
10. Membuat pengumuman pemenang
11. membuat laporan pelaksanaan pelelangan kepada pemberi tugas
12. Membantu menyusun naskah kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.
b. Kegiatan Pemilihan Langsung, meliputi tugas :
1. Menyusun, meneliti dan mengusulkan HPS/OE.
2. Memberikan penjelasan/aanwijzing mengenai RKS serta membuat Berita
Acara Pemberian Penjelasan (BAP).
3. Menyusun dan meneliti HPS/OE.
4. melaksanakan pembukaan Surat penewaran dan membuat Berita Acara
Pembukaan Penawaran (BAPP)
5. mengadakan evaluasi terhadap penawaran dari rakanan dan negoisasi harga
serta membuat Berita Acara Pemilihan langsung (BAHP)
6. Mengusulkan persetujuan penetapan harga/pemenang pemilihan langsung
kepada Pejabat yang berwenang.
7. membuat pemberitahuan penetapan harga/pemenang pemilihan langsung
kepada para peserta pemilihan langsung
8. Membuat laporan Pelaksanaan Pemilihan Langsung kepada pemberi tugas.
9. Membantu menyusun naskah SPK atau kontrak dan menghadiri dalam
penandatanganannya.

9. Ketentuan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :


(1). Pengadaan barang/jasa pemborongan dan jasa lainnya dapat ditempuh
dengan cara :
a. Pelelangan
b. Pemilihan langsung
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
e. Sayembara
(2). Pengadaan Jasa Konsultasi dapat ditempuh dengan cara :
a. Seleksi Umum
b. Seleksi langsung
c. Penunjukan langsung
d. Sayembara
(3). Pelelangan yaitu serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan
barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara
penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode
dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia jasa terbaik.
(4). Pemilihan langsung yaitu jika cara pelelangan sulit dilaksanakan atau tidak
menjamin pencapaian sasaran, dilaksanakan dengan cara membandingkan
penawaran dari beberapa penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat melalui
permintaan harga ulang (price quotation) atau permintaan teknis dan harga
serta dilakukan negoisasi secara bersaing, baik dilakukan untuk teknis maupun
harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
(5). Penunjukan langsung yaitu pengadaan barang/jasa yang penyedia
barang/jasanya ditentukan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin
Proyek/Bagian Proyek/Pejabat yang disamakan/ditunjuk atau diterapkan untuk:
a. Pengadaan barang/jasa yang berskala kecil; atau
b. Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang hanya 1
(satu) peserta yang memenuhi syarat: atau
c. Pengadaan yang bersifat mendesak/khusus setelah mendapat persetujuan
dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen /Gubernur
/Bupati /Walikota /Direksi BUMN /BUMD; atau
d. Penyedia barang/jasa tunggal.
(6). Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan
diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri ataupun upah
borongan tenaga.
(7). Seleksi Umum adalah seleksi yang pesertanya dipilih melalui proses
prakualifikasi, dilakukan secara terbuka melalui media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum serta jika memungkinkan melalui
media elektronik, agar konsultan yang memenuhi syarat dapat mengikutinya.
(8). Seleksi Langsung adalah pengadaan jasa konsultasi yang pesertanya dipilih
langsung dengan cara membandingkan penawaran dari beberapa penyedia
jasa yang memenuhi syarat serta dilakukan negoisasi secara bersaing, baik
teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
(9). Penunjukan Langsung adalah pengadaan jasa konsultasi yang penyedia
jasanya ditentukan oleh Kepala Kantor /Satuan Kerja /Pemimpin Proyek
/Bagian Proyek /Pejabat yang disamakan /ditunjuk dan diterapkan untuk :
a. Pengadaan jasa konsultasi dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
b. Pengadaan jasa konsultasi yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang hanya
1 (satu) peserta yang memenuhi syarat.
c. Pengadaan yang bersifat mendesak/khusus setelah mendapat persetujuan
dari Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen /Gubernur
/Bupati /Walikota /Direksi BUMN /BUMD.
d. Penyedia barang/jasa tunggal.
(10). Sayembara adalah proses pemilihan rekanan khusus untuk pekerjaan-
pekerjaan perencanaan, penelitian yang bersifat spesifik (a.1 seni, poster,
taman) baik yang diikuti dengan pelaksanaan fisik konstruksi maupun tidak
(11). Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan dan jasa lainnya oleh
proyek/bagian proyek yang bernilai :
a. Sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dilakukan secara
pengadaan langsung diantara rekanan golongan ekonomi lemah (GEL)
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, baik yang terdaftar maupu tidak
terdaftar dalam daftar rekanan GEL yang disusun oleh Bupati/Walikota
b. Diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilakukan secara penunjukan
langsung dengan SPK.
c. Diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan dengan
Surat Perjanjian Kontrak berdasarkan pelelangan, pemilihan langsung atau
seleksi langsung.

10. Ketentuan Pasal 19 berbunyi sebagai berikut :


(1). Penetapan pemenang Pelelangan atau Pemilihan Langsung atau Penunjukan
Langsung pengadaan rekanan bidang Pekerjaan Jasa Konsultasi, Jasa
Konstruksi (Peborongan), Pengadaan Barang dan Jasa Lain adalah :
a. Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian proyek untuk pelelangan yang bernilai
sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyard rupiah).
b. Gubernur untuk pelelangan yang bernilai diatas Rp. 50.000.000.000,00
(lima puluh milyard rupiah).
(2). Penetapan / pengesahan harga dalam pengadaan rekanan Bidang Pekerjaan
Jasa Konsultasi, Jasa Konstruksi (Pemborongan), Pengadaan Barang dan
Jasa Lain dengan cara pemilihan langsung adalah :
a. Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian proyek untuk pemilihan langsung yang
bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyard Rupiah)
b. Gubernur untuk pemilihan langsung yang bernilai diatas Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyard rupiah).

11. Ketentuan Pasal 20 berbunyi sebagai berikut :


(1). Untuk semua jenis pekerjaan yang bernilai lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta) peserta Penunjukan Langsung, Pemilihan Langsung, Seleksi
Langsung atau pelelangan dikenakan jaminan penawaran yang besarnya
antara 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen) dari HPS.
(2). Jaminan penawaran :
a. Diterbitkan oleh Bank Umum (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat)
atau asuransi kerugian yang memiliki program asuransi kerugian (surety
bond) yang mempunyai dukungan reasuransi sebagaimana persyaratan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Akan dikembalikan apabila harga negoisasi tidak mendapat penetapan /
pengesahan dari Pejabat yang berwenang atau yang bersangkutan tidak
menjadi pemenang pelelangan
c. Akan menjadi milik Pemerintah Daerah apabila :
1. Rekanan mengundurkan diri setelah menyerahkan surat penawaran
2. Rekanan setelah ditunjuk sebagai pelaksana mengundurkan diri
sebelum penandatanganan kontrak.

12. Ketentuan Pasal 21 berbunyi sebagai berikut :


(1). Proses pengadaan barang/jkasa dengan metode pelelangan mulai dari
pengumuman pengadaan sampai penunjukan pemenang dilaksanakan
secepat-cepatnya 36 (tiga puluh enam) hari kerja dan selambat-lambatnya 45
(empat puluh lima) hari kerja, dengan tenggang waktu diatur sebagai berikut :
(2). Jadwal Lelang ditetapkan Panitia dan disepakati bersama peserta lelang pada
saat penjelasan kecuali :
(3). Antara hari diterimanya SPPBJ dan hari pengumuman selambat-lambatnya 2
(dua hari kerja)
(4). Masa sanggah diberikan sekurang-kurangnya 5 (lima) hari kerja sejak hari
pengumuman pemenang lelang
(5). Antara hari penerimaan sanggahan dan hari penyampaian jawaban sanggahan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
(6). Antara hari pengumuman pemenang lelang dengan penerbitan Surat
Keputusan Penetapan penyedia Barang/Jasa (SKPPBJ) selambat-lambatnya 5
(lima) hari kerja dalam hal ada sanggahan dari calon penyedia barang/jasa
maka penerbitan SKPPBJ selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak
berakhirnya masa sanggah
(7). Antara hari penerbitan SKPPBJ dan hari penandatanganan kontrak selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.

13. Ketentuan Pasal 24 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Kepada peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang pelelangan diberikan
kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-lambatnya
dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah hari pengumuman pemenang lelang tersebut

14. Ketentuan Pasal 24 ayat (6) berbunyi sebagai berikut :


Jawaban terhadap sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya dalam 5
(lima) hari kerja setelah diterima sanggahan tersebut

15. Ketentuan Pasal 29 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Surat Penawaran tersebut di atas harus :
a. Dimasukkan dalam sampul tertutup, tidak tembus baca.
b. Diketik rapi dan ditandatangani oleh direktur perusahaan atau kuasanya di atas
meterai cukup, diberi tanggal dan cap perusahaan.
c. Dalam hal Surat Penawaran ditandatangani oleh kuasa direktur/pimpinan
perusahaan yang mana kuasanya yang tercantum dalam akte pendirian atau
perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat
yang dibuktikan dengan dokumen otentik atau pejabat yang menurut perjanjian
kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama,
dilampirkan surat kuasa bagi yang menandatangani Surat Penawaran.
d. Di dalam Surat Penawaran tidak boleh terdapat perubahan-perubahan atau
coretan-coretan yang tidak diparaf.
e. Dokumen administrasi dilampiri :
1. Surat jaminan penawaran dari Bank Umum (tidak termasuk Badan
Perkreditan Rakyat) atau asuransi kerugian yang memiliki program surety
bond.
2. Surat pernyataan kesanggupan membayar Jaminan/asuransi ketenaga
kerjaan.
3. Dan ketentuan lain yang dianggap perlu oleh Panitia, sesuai dengan
kesepakatan yang ditetapkan pada saat diberikan penjelasan.
4. Pekerjaan Jasa Konsultasi dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dilampirkan pula tanda daftar registrasi yang dikeluarkan
oleh Tim Pembina Pengembangan Konsultasi Indonesia (TPPKI).

16. Ketentuan Pasal 29 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :


Surat Penawaran diserahkan pada waktu dan tempat yang telah disepakati bersama
antara Panitia dan Rekanan, sesuai jadwal waktu yang telah ditetapkan

17. Ketentuan Pasal 30 berbunyi sebagai berikut :


(1). Nilai pengadaan sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dilakukan dengan SPK dengan cara pengadaan langsung kepada satu rekanan
jasa konsultasi kualifikasi C atau konsultan perseorangan yang memenuhi
ketentuan sebagaimana tersebut ayat (3) pasal ini.
(2). Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat DUMD yang ditunjuk,
dibantu oleh TBPK dan stafnya melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Meneliti usulan atau permintaan jasa dari unit tertentu mengenai urgensi
dan kewajarannya dari segi kualitas maupun kuantitas.
b. Mengumpulkan dan meneliti data /informasi mengenai besarnya biaya yang
bersangkutan untuk menyusun HPS/OE.
c. Mencari rekanan kualifikasi C dari Kabupaten/Kota yang bersangkutan atau
Konsultan Perorangan yang memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut
ayat (3) Pasal ini.
d. Dalam proses pengadaan tersebut agar dilakukan negoisasi teknis dan
biaya sehingga dapat diperolah harga yang wajar.
(3). Pengadaan langsung kepada Jasa Konsultasi perorangan, harus dipenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Jasa Konsultasi tersebut bukan merupakan proyek/kegiatan secara utuh
dan berdiri sendiri.
b. Jasa Konsultsi tersebut harus bersifat tugas-tugas khusus, seperti review
studi kelayakan, mengembangkan organisasi/lembaga, review study
sektoral atau membantu instansi pelaksanan dalam memberikan
masukan/nasehat dalam pelaksanaan proyek/kegiatan.
c. Pekerjaan hanya dimungkinkan dilakukan oleh seorang yang sangat ahli di
bidangnya. Keahlian tersebut dibuktikan dengan akreditasi dari asosiasi
profesi yang telah diakui pemerintah atau lembaga tertentu yang ditunjuk
oleh pemerintah.
d. Pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan tidak memerlukan kerja kelompok
(teamwork) untuk penyelesaiannya.
e. Pemberi tugas mempunyai kepastian bahwa konsultan perorangan yang
ditunjuk akan mampu menyelesaikan penugasannya ditinjau dari segi
teknis, waktu dan biaya.

18. Ketentuan Pasal 31 berbunyi sebagai berikut :


(1). Pengadaan jasa konsultasi dengan cara seleksi langsung perlu dibentuk
panitia seleksi langsung (selanjutnya disebut panitia) oleh pejabat yang
berwenang dengan susunan tugas dan tanggungjawab sebagaimana tersebut
dalam Pasal 10 Keputusan in.
(2). Panitia menyiapkan dokumen pengadaan untuk keperluan tepat pada
waktunya.
(3). Seleksi langsung dilakukan bilamana seleksi umum tidak dapat dilakukan baik
karena prakualifikasi yang gagal atau untuk menangani pekerjaan tertentu
yang diyakini jumlah konsultan yang mampu menangani pekerjaan tersebut
kurang dari 5 (lima) konsultan, namun lebih dari 1 (satu) konsultan.
(4). Penyusunan daftar pendek konsultan didasarkan pada informasi yang lengkap
dan terbaru tentang keberadaan konsultan yang dapat menangani pekerjaan
yang ditawarkan, hasil daftar pendek konsultan harus mendapat persetujuan
pengguna barang/jasa.
(5). Seleksi langsung kepada jasa konsultasi perorangan, harus dipenuhi
persyaratan-persyaratan berikut :
a. Jasa Konsultasi tersebut bukan merupakan proyek/kegiatan secara utuh
dan berdiri sendiri.
b. Jasa Konsultsi tersebut harus bersifat tugas-tugas khusus, seperti review
studi kelayakan, mengembangkan organisasi/lembaga, review study
sektoral atau membantu instansi pelaksanan dalam memberikan
masukan/nasehat dalampelaksanaan proyek/kegiatan.
c. Pekerjaan hanya dimungkinkan dilakukan oleh seorang yang sangat ahli di
bidangnya. Keahlian tersebut dibeuktikan dengan akreditasi dari asosiasi
profesiyang telah diakui pemerintah atau lembaga tertentu yang ditunjuk
oleh pemerintah.
d. Pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan tidak memerlukan kerja kelompok
(teamwork) untuk penyelesaiannya.
e. Pemberi tugas mempunyai kepastian bahwa konsultan perorangan yang
ditunjuk akan mampu menyelesaikan penugasannya ditinjau dari segi
teknis, waktu dan biaya.
(6). Pengadaan jasa konsulatsi dengan cara seleksi langsung terhadap sekurang-
kurangnya tiga rekanan Jasa konsultasi atau Jasa Konsultasi Perorangan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penilaian terhadap konsultan yang akan diundang sesuai dengan kualifikasi
dan klasifikasi serta lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. Pengiriman undangan kepada sekurang-kurangnya 3 (tiga) perusahaan
konsultan, konsultan perorangan yang dinilai memenuhi persyaratan
dengan melampirkan KAK;
c. Pengajuan usulan dari konsultan yang diundang yang menyangkut
pengeertian-pengertian terhadap tujuan Proyek/kegiatan, biaya, waktu
penyelesaian, metadologi dan pendekatan sesuai dengan KAK;
d. Penilaian terhadap usulan teknis dan biaya konsultan yang memasukan
usulan dalam bentuk nilai dan peringkat;
e. Dilakukan dengan negosisasi teknis dan biaya dengan konsultan peringkat
pertama agar diperoleh biaya yang wajar. Apabila dalam negoisasi dengan
konsultan peringkat pertama tidak dapat dicapai kesepakatan, dilakukan
negoisasi dengan konsultan peringkat kedua, dan apabila dengan
konsultan peringkat kedua juga tidak dicapai kesepakatan, maka dilakukan
negoisasi dengan konsultan peringkat ketiga.
(7). Setiap peserta mempunyai hak yang sama untuk menjadi pemenang dalam
pemilihan langsung.
(8). Untuk pengadaan rekanan jasa konsultasi dengan nilai sampai dengan
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dengan cara seleksi langsung
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin Proyek/Pimpinan
Bagian Proyek, Keputusan dimaksud disusun dengan memperhatikan ayat (5)
dan (6) pasal ini, untuk disampaikan kepada Panitia Pemilihan Langsung
dengan tembusan kepada Gubernur Cq. Biro Bina Penyusunan Program,
BAPPEDA, Biro Keuangan dan Inspektorat Wilayah Propinsi.
(9). Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) yang karena suatu hal sebagaimana tersebut pada ayat (3) pasal ini
akan dilaksanakan dengan cara seleksi langsung, Pemimpin Proyek/Pemimpin
Bagian Proyek dapat segera mengusulkan kepada Pejabat yang berwenang
disertai alasannya, tanpa menunjuk konsultannya, dengan menggunakan
formulir seperti terlampir.
(10). Usulan penetapan dan pengesahan harga negoisasi kepada Pejabat yang
berwenang untuk pekerjaan yang dilakukan dengan cara sebagaimana
tersebut pada ayat (9) Pasal ini, diajukan bersama-sama sekaligus dengan
dilampiri kelengkapan administrasi yang diperlukan, yaitu : Dokumen Seleksi
Langsung, Dokumen penawaran, Berita Acara Evaluasi dan Negoisasi,
HPS/OE, dengan menggunakan formulir seperti terlampir.

19. Ketentuan Pasal 32 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :


Rekanan Jasa Konsultansi yang diundang :
a. Pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
diundang calon penyedia jasa golongan kecil adalah Perusahaan Golongan C
(Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994) dan Perusahaan Baru.
b. Pekerjaan yang bernilai di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai
dengan Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) diundang calon penyedia jasa
golongan menengah adalah perusahaan golongan B (Keputusan Presiden
Nomor 16 Tahun 1994).
c. Pekerjaan yang bernilai di atas Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
diundang calon penyedia jasa golongan besar adalah perusahaan golongan A
(Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1994) dengan syarat memiliki
kemampuan dasar (KD) sesuai dengan nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

20. Ketentuan Pasal 32 ayat (5) berbunyi sebagai berikut :


Pemberian Penjelasan (Aanwijzing).
a. Penjelasan mengenai KAK, syarat-syarat peserta, tatacara penilaian pelelangan
yang disahkan oleh Kepala Instansi, surat penawaran harga dan lainnya yang
dianggap perlu, dilaksanakan di tempat dan waktu yang ditentukan dengan
dihadiri oleh calon peserta yang diundang.
b. Apabila dipandang perlu dapat dilanjutkan dengan peninjauan lokasi dan
pencocokan volume pekerjaan antara rekanan dan panitia sebelum pemasukan
surat penawaran.
c. Pemberian penjelasan mengenai dokumen lelang dan keterangan-keterangan
lain tersebut perubahan-perubahannya dituangkan dalam Berita Acara
Penjelasan, yang ditandatangani oleh Panitia dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
wakil dari peserta/peminat.
d. Ketidakhadiran peserta dalam rapat penjelasan dan kunjungan lapangan tidak
menggugurkan keikutsertaan peserta undangan.

21. Ketentuan Pasal 34 berbunyi sebagai berikut :


(1). Surat Penawaran Harga merupakan penawaran yang disusun berdasarkan
RKS yang telah ditetapkan serta hal-hal lain yang diputuskan dan disepakati
dalam pemberian penjelasan pekerjaan.
(2). Surat Penawaran Harga tersebut diatas harus :
a. Dimasukkan di dalam sampul tertutup, tidak tembus baca.
b. Diketik rapi dan ditandatangani oleh direktur perusahaan atau kuasanya
diatas materai yang cukup, diberi tanggal dan cap perusahaan.
c. Dalam hal Surat Penawaran ditandatangani oleh kuasa direktur/pimpinan
perusahaan yang mana kuasanya yang tercantum dalam akte pendirian
atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh
kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik atau pejabat yang
menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan
yang bekerjasama, dilampirkan surat kuasa bagi yang menandatangani
Surat Penawaran.
d. Surat Penawaran Harga tidak boleh terdapat perubahan-perubahan atau
coretan-coretan yang tidak diparaf.
e. Surat penawaran Harga sekurang-kurangnya dilampiri :
1. Rincian biaya dan rekapitulasi
2. Analisa harga satuan
3. Daftar harga satuan dan upah kerja
4. Daftar tenaga
5. Daftar peralatan
6. Analisa teknis (jika diperlukan)
7. Jadwal waktu pelaksanaan
8. Perincian pekerjaan yang di sub kantrakkan (bila diperlukan)
f. Surat Penawaran Harga ini dilampiri pula kelengkapan administrasi :
1. surat pernyataan kesanggupan membayarJaminan/Asuransi Ketenaga
Kerjaan bermaterai cukup
2. surat jaminan penawaran dari Bank Umum (tidak termasuk Bank
Perkreditan Rakyat) atau asuransi kerugian yang memiliki program
surety bond
3. dan lain-lain yang dianggap perlu oleh Panitia, sesuai dengan
kesepakatan yang ditetapkan pada saat diberikan penjelasan
(aanwijzing)
(3). Surat Penawaran Harga diserahkan pada waktu dan tempat yang telah
disepakati bersama antara panitia dan rekanan, sesuai jadwal waktu yang telah
ditetapkan

22. Ketentuan Pasal 35 berbunyi sebagai berikut :


(1). Nilai pengadaan sampai dengan Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dilakukan
dengan SPK dengan cara pengadaan langsung kepada satu rekanan
Golongan Ekonomi Lemah (GEL) Kabupaten/Kota yang bersangkutan, baik
yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar dalam Daftar Rekanan GEL yang
disusun oleh Bupati/Walikota.
(2). Nilai pengadaan di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp.
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) dilakukan dengan SPK dengan cara
pengadaan langsung dari satu penawar rekanan GEL Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, yang tercatat dalam Daftar Rekanan GEL yang disusun oleh
Bupati/Walikota.
(3). Untuk pekerjaan dengan nilai sampai dengan Rp. 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah) Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang
ditunjuk, dibantu oleh TBPK dan stafnya melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Meneliti usulan atau permintaan jasa dari unit tertentu mengenai urgensi
dan kewajarannya dari segi kualitas maupun kuantitas.
b. Mengumpulkan dan meneliti data /informasi mengenai besarnya biaya yang
bersangkutan untuk menyusun HPS/OE.
c. Mencari rekanan golongan ekonomi lemah baik yang terdaftar maupun
yang tidak tedaftar dalam daftar yang dibuat oleh Bupati/Walikotamadya..
d. Jasa Konstruksi yang bernilai tidak lebih dari Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dapat dilaksanakan langsung baik secara lisan maupun tertulis
tanpa penwaran tertulis kepada rekanan tersebut huruf c.
e. Jasa Konstruksi yang bernilai di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk mengadakan
secara langsung dengan satu rekanan GEL yang terdaftar dalam Daftar
Rekanan GEL yang disusun Bupati/Walikota dengan menggunakan SPK.
f. Proses pengadaan tersebut agar dilakukan penelitian kualitas serta
negoisasi harga sehingga benar-benar memenuhi kebutuhan dengan harga
serendah mungkin.
g. Pengadaan pengadaan dengan cara pengadaan langsung tidak perlu
dibentuk panitia pengadaan langsung.
(4). Untuk pekerjaan di atas Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilakukan dengan Surat
Perintah Kerja dilaksanakan oleh Penyedia barang/jasa perorangan atau
badan usaha kecil/koperasi kecil baik yang terdaftar maupun yang tidak
terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu.
(5). Penujukan langsung dapat dilakukan untuk :
f. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat ditunda atau harus dilaksanakan segera
termasuk penanganan darurat akibat bencana alam, dan atau
g. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan
keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden, dan atau
h. Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan :
Untuk keperluan sendiri, dan atau
Teknologi sederhana, dan atau
Resiko kecil, dan atau
Dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha perseorangan dan atau
badan usaha kecil/koperasi kecil.

23. Ketentuan Pasal 36 berbunyi sebagai berikut :


(1). Pengadaan jasa konstruksi dengan cara pemilihan langsung perlu dibentuk
panitia pemilihan langsung (selanjutnya disebut panitia) oleh pejabat yang
berwenang dengan susunan tugas dan tanggungjawab sebagaimana tersebut
dalam Pasal 12 Keputusan ini.
(2). Panitia menyiapkan dokumen pengadaan untuk keperluan tepat pada
waktunya.
(3). Dilakukan untuk pengadaan barang/jasa tanpa melalui pelelangan dan hanya
diikuti oleh penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat, yang dilakukan
dengan cara membandingkan penawaran dan melakukan negoisasi baik teknis
maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
(4). Keikutsertaan dalam pemilihan langsung dilakukan dengan cara penawaran
tertulis
(5). Pengambilan RKS :
a. Sesuai dengan ketentuan waktu dan tempat yang tersebut dalam undangan
rekanan yang bersangkutan mengambil RKS dengan terlebih dahulu
menyeahkan perhitungan Sisa Kemampuan Nyata kepada Panita.
b. Apabila perhitungan Sisa Kemampuan Nyata setelah diteliti tidak
mencukupi untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan, rekanan yang
bersangkutan tidak dapat diikut sertakan dalam pemilihan langsung.
(6). Pemberian penjelasan (Aanwijzing)
Pemberian penjelasan mengenai RKS dan lainnya yang dianggap perlu
dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh
Panitia dan 2 (dua) orang wakil peserta yang diundang. Penjelasan hanya
diberikan kepada para rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran.
(7). Panitia melakukan evaluasi dan negoisasi teknis dan harga terhadap
penawaran yang diajukan oleh rekanan tersebut. Setelah evaluasi dan
negoisasi slesai, panitia membuat Berita Acara Hasil Evaluasi dan Negoisasi.
(8). Berdasarkan berita acara tersebut, panitia pemilihan langsung membuat surat
usulan persetujuan penetapan harga pekerjaan kepada pejabat yang
berwenang. Apabila pejabat yang berwenang tersebut adalah Gubernur/Direksi
BUMD, usulan tersebut disampaikan oleh panitia dengan persetujuan
pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk.
(9). Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk, atau
pejabat lain yang berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung
berdasarkan berita acara hasil evaluasi dan negoisasi yang disampaikan oleh
panitia.
(10). Berdasarkan surat persetujuan penetapan harga yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang, panitia memberitahukan secara tertulis atas penetapan
tersebut kepada para peserta, kemudian pemimpin proyek/pemimpin bagian
proyek/pejabat BUMD menerbitkan surat penunjukan kepada rekanan yang
dipilih untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
(11). Setelah penunjukan rekanan dilaksanakan maka pemimpin proyek/pemimpin
bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk segera membuat kontrak.
(12). Dalam hal pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang
ditunjuk sebagai pejabat yang berwenang menetapkan harga dengan cara
pemilihan langsung pengertiannya sama dengan pejabat yang berwenang
menetapkan pemenang lelang.
(13). Jenis pekerjaan tertentu yang dapat ditunjuk langsung rekanannya, tetapi
diupayakan dengan cara pemilihan langsung adalah :
a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat ditunda atau harus dilaksanakan segera
termasuk penanganan darurat akibat bencana alam, dan atau
b. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan
keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden, dan atau
c. Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukan pelelangan ulang, tenyata
jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi atau memasukkan
penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta.
(14). Untuk pengadaan rekanan jasa kontruksi dengan nilai sampai dengan
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dengan cara pemilihan
langsung dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin Proyek
/Pimpinan Bagian Proyek, Surat Keputusan dimaksud disusun dengan
memperhatikan ayat (15) pasal ini, untuk disampaikan kepada Panitia
Pemilihan Langsung dengan tembusan kepada Gubernur Cq. Biro Bina
Penyusunan Program, BAPPEDA, Biro Keuangan dan Inspektorat Wilayah
Propinsi.
(15). Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) yang karena suatu hal sebagaimana tersebut pada ayat (13) pasal ini
akan dilaksanakan dengan cara pemilihan langsung, Pemimpin Proyek
/Pemimpin Bagian Proyek dapat segera mengusulkan kepada Pejabat yang
berwenang disertai alasannya, tanpa menunjuk rekanannya, dengan
menggunakan formulir seperti terlampir.
(16). Usulan penetapan dan pengesahan harga negoisasi kepada Pejabat yang
berwenang untuk pekerjaan yang dilakukan dengan cara sebagaimana
tersebut pada ayat (18) Pasal ini, diajukan bersama-sama sekaligus dengan
dilampiri kelengkapan administrasi yang diperlukan, yaitu : Dokumen Pemilihan
Langsung, Dokumen penawaran, Berita Acara Evaluasi dan Negoisasi,
HPS/OE, dengan menggunakan formulir terlampir.

24. Ketentuan Pasal 37 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Panitia menyiapkan dokumen lelang untuk keperluan pengadaan tepat pada
waktunya. Dokumen lelang terdiri atas RKS, gambar-gambar dan keterangan lainnya
(termasuk dokumen kualifikasi).
Dalam dokumen lelang, panitia harus mencantumkan secara jelas semua
persyaratan yang diperlukan baik administrasi maupun teknis, penggunaan
barang/jasa produksi dalam negeri, unsur-unsur yang dinilai, kriteria dan tatacara
evaluasi yang akan digunakan termasuk contoh-contoh formulir yang harus diisi dan
lain-lain sehingga dapat dimengerti oleh peserta lelang.
25. Ketentuan Pasal 37 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :
Peserta pelelangan.
a. Harus dipenuhi sekurang-kurangnya 3 (tiga) rekanan yang masuk dalam Daftar
Rekanan Terseleksi (DRT) yang dipilih di antara rekanan yang tercatat dalam
DRM sesuai dengan bidang usaha atau kualifikasi kemampuannya.
b. Daftar Rekanan Terseleksi (DRT) yang dimaksud pada butir a ayat (3) pasal ini
adalah Daftar Rekanan Terseleksi yang diundang (DRT-U).
c. DRT-U dipilih dari rekanan yang tercatat dalam DRM yang memenuhi kualifikasi
dan klasifikasi pekerjaan yang dilelangkan serta memiliki Sisa Kemampuan
Nyata (SKN) untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

26. Ketentuan Pasal 37 ayat (4) berbunyi sebagai berikut :


Rekanan yang diundang :
a. Untuk pekerjaan dengan nilai sampai dengan Rp. 400.000.000,00 (empat ratus
juta rupiah) diundang penyedia jasa dengan golongan kecil dua/K2 adalah
perusahaan C2 (Keppres 16/94), atau perusahaan baru.
b. Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyard rupiah) diundang
penyedia jasa dengan golongan kecil satu/K1 adalah perusahaan C1 (Keppres
16/94) dan golongan B yang baru dikeluarkan tahun 1999 atau 2000.
c. Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyard rupiah)
sampai dengan Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyard rupiah) diundang penyedia
jasa dengan golongan menengah adalah perusahaan B (Keppres 16/94) atau
golongan A yang baru dikeluarkan tahun 1999 atau 2000.
d. Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyard rupiah)
diundang penyedia jasa dengan golongan besar adalah perusahaan A (Keppres
16/94) dengan syarat memiliki Kemampuan Dasar (KD) sesuai dengan nilai
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

27. Ketentuan Pasal 37 ayat (5) berbunyi sebagai berikut :


Pengumuman lelang
a. Panitia harus mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui
media massa, media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum serta bila memungkinkan melalui media elektronik.
b. Biaya pengumuman pelelangan dialokasikan di dalam anggaran untuk
pembiayaan kegiatan/proyek yang bersangkutan.
c. Pengumuman lelang memuat sekurang-kurangnya :
1. Nama dan alamat pengguna barang / jasa yang akan mengadakan
pelelangan.
2. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang-
barang yang akan dibeli.
3. Syarat-syarat peserta pelelangan
4. tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
d. Agar pengumuman secara luas pada huruf a tersebut dapat mencapai sasaran
secara efisien dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat pengusaha yang
dituju, maka diatur ketentuan sebagai berikut :
1. Bila pengumuman lelang ditujukan kepada usaha kecil dan koperasi kecil,
cukup menggunakan media cetak /surat kabar yang beredar di wilayah
kabupaten/kota setempat dan siaran radio pemerintah daerah/swasta
setempat serta memasang pengumuman di papan pengumuman resmi untuk
umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan
serta disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan/profesi terkait
setempat sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilelangkan.
2. Bila pengumuman tersebut di tujukan kepada perusahaan/koperasi
menengah, agar menggunakan media cetak/surat kabar dan siaran radio
pemerintah/swasta, yang mempunyai jangkauan pembaca di seluruh Propinsi
yang bersangkutan, serta memasang pengumuman pada papan-papan
pengumuman resmi untuk umum yang letaknya strategis di ibukota
kabupaten/kota yang bersangkutan serta disampaikan kepada lembaga dan
asosiasi perusahaan/profesi terkait setempat sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilelangkan.
3. Bila pengumuman tersebut di tujukan kepada perusahaan/koperasi besar,
agar menggunakan media cetak/surat kabar yang mempunyai jangkauan
pembaca di seluruh Indonesia, serta memasang pengumuman pada papan
pengumuman resmi di kantor pengguna barang/jasa yang bersangkutan dan
disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan/profesi terkait
setempat sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilelangkan, serta bilamana
memungkinkan menggunakan media elektronik/internet.
4. Bila pengumuman lelang diyakini terbatas jumlahnya karena karakteristik,
kompleksitas dan atau kecanggihan teknologinya dan atau kelengkapan
tenaga ahli dan atau perusahaan yang mampu melaksanakan pekerjaan
tersebut, maka pengumuman pelelangan mencantumkan nama calon peserta
yang akan diundang, akan tetapi juga memberikan kesempatan kepada calon
lainnya yang memenuhi syarat untuk ikut dalam pelelangan.
e. Calon peserta lelang yang berminat ikut dalam pelelangan harus mendaftarkan
diri kepada panitia untuk mengikuti prakualifikasi.
f. Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak dilarang untuk
mengikuti proses lelang di propinsi/kabupaten/kota dimana pelelangan dilakukan.

28. Ketentuan Pasal 37 ayat (6) berbunyi sebagai berikut :


Pendaftaran calon peserta
Rekanan yang diundang untuk menjadi peserta di dalam pelelangan, adalah rekanan
calon peserta lelang yang dinyatakan lulus dalam tahap prakualifikasi.

29. Ketentuan Pasal 38 berbunyi sebagai berikut :


(1). Surat Penawaran Harga yang dimaksudkan dalam pengadaan rekanan bidang
pengadaan barang dan jasa merupakan penawaran harga yang disusun
berdasarkan RKS yang telah ditetapkan serta hal-hal lain yang dianggap perlu
yang diputuskan dan disepakati dalam pemberian penjelasan pekerjaan.
(2). Surat Penawaran Harga tersebut diatas harus :
a. Dimasukkan di dalam sampul tertutup, tidak tembus baca.
b. Diketik rapi dan ditandatangani oleh direktur perusahaan atau kuasanya
diatas materai yang cukup, diberi tanggal dan cap perusahaan.
c. Dalam hal Surat Penawaran ditandatangani oleh kuasa direktur/pimpinan
perusahaan yang mana kuasanya yang tercantum dalam akte pendirian
atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh
kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik atau pejabat yang
menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili perusahaan
yang bekerjasama, dilampirkan surat kuasa bagi yang menandatangani
Surat Penawaran.
d. Surat Penawaran Harga tidak boleh terdapat perubahan-perubahan atau
coretan-coretan yang tidak diparaf.
e. Surat penawaran Harga sekurang-kurangnya dilampiri :
1. Volume setiap jenis pekerjaan.
2. Harga satuan bahan dan upah kerja (kecuali untuk pengadaan barang
jadi).
3. Surat jaminan penawaran dari Bank Pembangunan Daerah, Bank
Pemerintah/Lembaga keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan untuk pekerjaan yang bernilai di atas Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
4. Dan ketentuan lain yang dianggap perlu oleh Panitia, sesuai dengan
kesepakatan yang ditetapkan pada saat diberikan penjelasan.
f. Surat Penawaran Harga ini dilampiri pula kelengkapan administrasi berupa
fotocopy dari :
1. Surat pernyataan kesanggupan membayarJaminan/Asuransi Ketenaga
Kerjaan.
2. Refensi dari Bank Pembangunan Daerah, Bank Pemerintah/Lembaga
Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(3). Surat Penawaran Harga diserahkan pada waktu dan tempat yang telah
disepakati bersama antara panitia dan rekanan, sesuai jadwal waktu yang telah
ditetapkan.

30. Ketentuan Pasal 39 berbunyi sebagai berikut :


(1). Pelaksanaan pengadaan/pembelian yang berjumlah sampai dengan Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah) dilakukan dengan cara pengadaan langsung
oleh pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dari rekanan Golongan
Ekonomi Lemah (GEL) tanpa SPK dan tidak disyaratkan terdaftar dalam Daftar
Rekanan Golongan Ekonomi Lemah yang disusun oleh Bupati/Walikota atau
dalam Daftar Rekanan Mampu.
(2). Pelaksanaan pengadaan/pembelian yang berjumlah di atas Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)
dilakukan dengan cara pengadaan langsung dengan SPK dari satu penawaran
atau lebih dari rekanan Golongan Ekonomi Lemah yang terdaftar /tercatat pada
Daftar Rekanan Golongan Ekonomi Lemah yang disusun oleh Bupati/Walikota.
(3). Untuk pekerjaan di atas Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) Pemimpin
proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk, dibantu oleh
stafnya melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Meneliti usulan atau permintaan jasa dari unit tertentu mengenai urgensi
dan kewajarannya dari segi kualitas maupun kuantitas.
b. Mengumpulkan dan meneliti data /informasi mengenai besarnya biaya yang
bersangkutan untuk menyusun HPS/OE.
c. Mencari rekanan golongan ekonomi lemah baik yang terdaftar maupun
yang tidak tedaftar dalam daftar yang dibuat oleh Bupati/Walikota.
d. Untuk barang dan jasa yang bernilai tidak lebih dari Rp. 5.000.000,00 (lima
juta rupiah) dapat dilaksanakan langsung baik secara lisan maupun tertulis
tanpa penwaran tertulis kepada rekanan tersebut huruf c.
e. Untuk barang dan jasa yang bernilai di atas Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah) sampai dengan Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)
pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk
mengadakan secara langsung dengan satu rekanan GEL yang terdaftar
dalam Daftar Rekanan GEL yang disusun Bupati/Walikota dengan
menggunakan SPK.
f. Dalam proses pengadaan tersebut agar dilakukan penelitian kualitas serta
negoisasi harga sehingga benar-benar memenuhi kebutuhan dengan harga
serendah mungkin.
g. Untuk pengadaan dengan cara pengadaan langsung tidak perlu dibentuk
panitia pengadaan langsung.
(4). Untuk pekerjaan di atas Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) sampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilakukan dengan Surat
Perintah Kerja dilaksanakan oleh Penyedia barang/jasa perorangan atau
badan usaha kecil/koperasi kecil baik yang terdaftar maupun yang tidak
terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu.
(5). Penujukan langsung dapat dilakukan untuk :
a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat ditunda atau harus dilaksanakan segera
termasuk penanganan darurat akibat bencana alam, dan atau
b. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan
keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden, dan atau
c. Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan :
Untuk keperluan sendiri, dan atau
Teknologi sederhana, dan atau
Resiko kecil, dan atau
Dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha perseorangan dan atau
badan usaha kecil/koperasi kecil.
(6). Diutamakan menggunakan barang dan jasa produksi dalam negeri.

31. Ketentuan Pasal 40 berbunyi sebagai berikut :


(1). Pengadaan barang dan jasa dengan cara pemilihan langsung perlu dibentuk
panitia pemilihan langsung (selanjutnya disebut panitia) oleh pejabat yang
berwenang dengan susunan tugas dan tanggungjawab sebagaimana tersebut
dalam Pasal 13 Keputusan in.
(2). Panitia menyiapkan dokumen pengadaan untuk keperluan tepat pada
waktunya.
(3). Dilakukan untuk pengadaan barang/jasa tanpa melalui pelelangan dan hanya
diikuti oleh penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat, yang dilakukan
dengan cara membandingkan penawaran dan melakukan negoisasi baik teknis
maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
(4). Pengambilan RKS sesuai dengan ketentuan waktu dan tempat yang tersebut
dalam undangan rekanan yang bersangkutan.
(5). Pemberian penjelasan (Aanwijzing)
Bilamana diperlukan dapat diberikan penjelasan mengenai RKS dan lainnya
yang dianggap perlu yang kemudian dituangkan dalam Berita Acara
Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh Panitia dan 2 (dua) orang wakil
peserta yang diundang.
(6). Surat Penawaran Harga (SPH)
Surat Penawaran Harga disusun dan dibuat oleh rekanan yang bersangkutan,
dengan ketentuan seperti tersebut dalam pasal 34 Keputusan ini serta
ketentuan lainnya yang ditentukan dalam RKS dan Berita Acara yang
disepakati dalam pemberian Penjelasan seperti tersebut dalam ayat (10) pasal
ini.
(7). Panitia melakukan evaluasi dan negoisasi teknis dan harga terhadap
penawaran yang diajukan oleh rekanan tersebut. Setelah evaluasi dan
negoisasi slesai, panitia membuat Berita Acara Hasil Evaluasi dan Negoisasi.
(8). Berdasarkan berita acara tersebut, panitia pemilihan langsung membuat surat
usulan persetujuan penetapan harga pekerjaan kepada pejabat yang
berwenang. Apabila pejabat yang berwenang tersebut adalah Gubernur/Direksi
BUMD, usulan tersebut disampaikan oleh panitia dengan persetujuan
pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk.
(9). Setiap peserta mempunyai hak yang sama untuk menjadi pemenang dalam
pemilihan langsung.
(10). Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek/pejabat BUMD yang ditunjuk, atau
pejabat lain yang berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung
berdasarkan berita acara hasil evaluasi dan negoisasi yang disampaikan oleh
panitia.
(11). Pengadaan barang dan jasa yang dapat ditunjuk langsung rekanannya, tetapi
diupayakan dengan cara pemilihan langsung adalah :
a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang
pelaksanaan pekerjaan tidak dapat ditunda atau harus dilaksanakan segera
termasuk penanganan darurat akibat bencana alam, dan atau
b. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan
keselamatan Negara yang ditetapkan oleh Presiden, dan atau
c. Pengadaan barang/jasa yang setelah dilakukan pelelangan ulang, tenyata
jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi atau memasukkan
penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta.
(12). Pelaksanaan sebagaimana tersebut ayat (12) dan (13) pasal ini dilakukan
melalui proses negoisasi dengan ketentuan :
a. Mengundang calon rekanan yang akan ditunjuk dengan undangan tertulis
dan diberi dokumen pengadaan barang dan jasa yang akan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Memberikan penjelasan (aanwijzing) mengenai :
1. RKS, tata cara penilaian, surat penawaran harga dan lainnya yang
dianggap perlu dilaksanakan di tempat dan waktu yang ditentukan.
2. Apabila dipandang perlu, dapat dilanjutkan dengan peninjauan lokasi
dan dapat pula diadakan pencocokan volume pekerjaan antara calon
rekanan dengan perencana sebelum pemasukan surat penawaran.
3. Pemberian penjelasan tersebut dan perubahan-perubahannya
dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani
oleh Panitia dan rekanan yang dicalonkan.
c. Mengadakan evaluasi atas Surat Penawaran Harga terhadap kelengkapan
persyaratan yang telah ditentukan dalam RKS dan BAP.
d. Melakukan negoisasi atas penawaran harga berdasarkan kewajaran harga
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Panitia sehingga dicapai
kesepakatan harga yang menguntungkan Pemerintah Daerah dalam arti :
1. Dapat dipertanggungjawabkan secara teknis
2. Diutamakan menggunakan barang dan jasa produksi Dalam Negeri.
e. Setelah kesepakatan harga ditetapkan, dibuat Berita Acara Hasil Negoisasi
yang kemudian dilaporkan kepada Pejabat yang berwenang menetapkan
pemenang pemilihan langsung.
(13). Untuk pengadaan rekanan bidang pengadaan barang dan jasa dengan nilai
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dengan cara
pemilihan langsung/pemilihan langsung kepada 1 (satu) rekanan tertentu
dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pemimpin Proyek/Pimpinan
Bagian Proyek, Surat Keputusan dimaksud disusun dengan memperhatikan
ayat (11) pasal ini, untuk disampaikan kepada Panitia Pemilihan Langsung
dengan tembusan kepada Gubernur Cq. Biro Bina Penyusunan Program,
BAPPEDA, Biro Keuangan dan Inspektorat Wilayah Propinsi.
(14). Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) yang karena suatu hal sebagaimana tersebut pada ayat (11) pasal ini
akan dilaksanakan dengan cara pemilihan langsung/pemilihan langsung
kepada satu rekanan tertentu, Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek
dapat segera mengusulkan kepada Pejabat yang berwenang disertai
alasannya, tanpa menunjuk rekanannya, dengan menggunakan formulir seperti
terlampir.
(15). Usulan penetapan dan pengesahan harga negoisasi kepada Pejabat yang
berwenang untuk pekerjaan yang dilakukan dengan cara sebagaimana
tersebut pada ayat (12) Pasal ini, diajukan bersama-sama sekaligus dengan
dilampiri kelengkapan administrasi yang diperlukan, yaitu : Dokumen Pemilihan
Langsung, Dokumen penawaran, Berita Acara Evaluasi dan Negoisasi,
HPS/OE, dengan menggunakan formulir terlampir.

32. Ketentuan Pasal 41 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :


Kualifikasi Rekanan
Kualifikasi untuk pemasokan barang/jasa lainnya ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk pemasokan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) diundang penyedia jasa dengan golongan kecil dua/K2
adalah perusahaan C2 (Keppres 16/94), atau perusahaan baru.
b. Untuk pemasokan barang/jasa dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
diundang penyedia jasa dengan golongan kecil satu/K1 adalah perusahaan C1
(Keppres 16/94) dan golongan B yang baru dikeluarkan tahun 1999 atau 2000.
c. Untuk pemasokan barang/jasa dengan nilai di atas Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyard rupiah)
diundang penyedia jasa dengan golongan menengah adalah perusahaan B
(Keppres 16/94) atau golongan A yang baru dikeluarkan tahun 1999 atau 2000.
d. Untuk pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyard rupiah)
diundang penyedia jasa dengan golongan besar adalah perusahaan A (Keppres
16/94) dengan syarat memiliki Kemampuan Dasar (KD) sesuai dengan nilai
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

33. Ketentuan Pasal 41 ayat (5) berbunyi sebagai berikut :


Pengumuman lelang
a. Panitia harus mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui
media massa, media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum serta bila memungkinkan melalui media elektronik.
b. Biaya pengumuman pelelangan dialokasikan di dalam anggaran untuk
pembiayaan kegiatan/proyek yang bersangkutan.
c. Pengumuman lelang memuat sekurang-kurangnya :
1. Nama dan alamat pengguna barang / jasa yang akan mengadakan
pelelangan.
2. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang-
barang yang akan dibeli.
3. Syarat-syarat peserta pelelangan
4. tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
d. Agar pengumuman secara luas pada huruf a tersebut dapat mencapai sasaran
secara efisien dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat pengusaha yang
dituju, maka diatur ketentuan sebagai berikut :
1. Bila pengumuman lelang ditujukan kepada usaha kecil dan koperasi kecil,
cukup menggunakan media cetak /surat kabar yang beredar di wilayah
kabupaten/kota setempat dan siaran radio pemerintah daerah/swasta
setempat serta memasang pengumuman di papan pengumuman resmi untuk
umum yang letaknya strategis di ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan
serta disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan/profesi terkait
setempat sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilelangkan.
2. Bila pengumuman tersebut di tujukan kepada perusahaan/koperasi
menengah, agar menggunakan media cetak/surat kabar dan siaran radio
pemerintah/swasta, yang mempunyai jangkauan pembaca di seluruh Propinsi
yang bersangkutan, serta memasang pengumuman pada papan-papan
pengumuman resmi untuk umum yang letaknya strategis di ibukota
kabupaten/kota yang bersangkutan serta disampaikan kepada lembaga dan
asosiasi perusahaan/profesi terkait setempat sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilelangkan.
3. Bila pengumuman tersebut di tujukan kepada perusahaan/koperasi besar,
agar menggunakan media cetak/surat kabar yang mempunyai jangkauan
pembaca di seluruh Indonesia, serta memasang pengumuman pada papan
pengumuman resmi di kantor pengguna barang/jasa yang bersangkutan dan
disampaikan kepada lembaga dan asosiasi perusahaan/profesi terkait
setempat sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilelangkan, serta bilamana
memungkinkan menggunakan media elektronik/internet.
4. Bila pengumuman lelang diyakini terbatas jumlahnya karena karakteristik,
kompleksitas dan atau kecanggihan teknologinya dan atau kelengkapan
tenaga ahli dan atau perusahaan yang mampu melaksanakan pekerjaan
tersebut, maka pengumuman pelelangan mencantumkan nama calon peserta
yang akan diundang, akan tetapi juga memberikan kesempatan kepada calon
lainnya yang memenuhi syarat untuk ikut dalam pelelangan.
e. Calon peserta lelang yang berminat ikut dalam pelelangan harus mendaftarkan
diri kepada panitia untuk mengikuti prakualifikasi.
f. Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak dilarang untuk
mengikuti proses lelang di propinsi/kabupaten/kota dimana pelelangan dilakukan.

34. Ketentuan Pasal 41 ayat (6) berbunyi sebagai berikut :


Penyedia barang/jasa yang diundang untuk menjadi peserta di dalam pelelangan,
adalah rekanan calon peserta yang telah lulus didalam tahap prakualifikasi.

35. Ketentuan Pasal 43 berbunyi sebagai berikut :


(1). Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penandatanganan
SPK/Kontrak pengguna barang/jasa harus sudah menerbitkan Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK)
(2). Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan
SPK/Kontrak yang akan dinyatakan Pihak Kedua dalam pernyataan dimulainya
pekerjaan.
(3). Untuk SPK/Kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama
dengan tanggal penandatanganan SPK/Kontrak.

36. Ketentuan Pasal 44 ayat (6) berbunyi sebagai berikut :


a. Surat Penunjukan/Surat Penunjukan Pemenang.
b. Surat Penawaran beserta lampirannya.
c. Uraian dan syarat-syarat yang tercantum dalam KAK/RKS pelaksanaan
pekerjaan dengan perubahannya.
d. Berita Acara hasil pemilihan langsung/negoisasi.
e. Keputusan penetapan pemenang pemilihan langsung/keputusan penetapan
harga negoisasi.
f. Jadwal pelaksanaan.
g. Untuk pekerjaan jasa konstruksi (pemborongan) SPK dilampiri pula :
h.1. Dokumen gambar untuk pelaksanaan (gambar kerja)
h.2. Gambar lokasi proyek (gambar situasi, lokasi proyek)
h. Surat Keputusan tentang TBPK dan/atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang
i. Surat penunjukan penanggungjawab lapangan dari kontraktor.

37. Ketentuan Pasal 46 berbunyi sebagai berikut :


Dalam kontrak, dapat dimuat ketentuan mengenai pembayaran uang muka yang
sebelumnya tetap ditetapkan dalam dokumen lelang, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Uang muka dapat diberikan maksimum sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
harga yang diperjanjikan/kontrak kepada usaha kecil/koperasi kecil dan sebesar
20% (dua puluh persen) dari harga yang diperjanjikan/kontrak bagi
perusahaan/koperasi menengah dan perusahaan/koperasi besar.
Perjanjian uang muka dapat diberikan sebesar 30% atau 20% dari nilai
perjanjian/kontrak dalam hal ini bersifat definitif atau pasti. Untuk itu, tidak boleh
ditafsirkan lain dan atau dilakukan tawar menawar mengenai besarnya uang
muka tersebut antara pemberi kerja dan rekanan yang bersangkutan.
b. Pembayaran uang muka dilakukan setelah rekanan menyerahkan surat jaminan
uang muka yang diterbitkan oleh Bank Umum atau program asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan
kepada Perusahaan asuransi luar negeri yang bonafid, dan nilai surat jaminan
uang muka tersebut sekurang-kurangnya sama dengan uang muka yang
diberikan.
c. Uang muka dimaksud supenuhnya dipergunakan lagi pelaksanaan proyek
bersangkutan.
d. Penelitian dan pemrosesan data yang dilaksanakan Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dan lembaga ilmiah pemerintah sepanjang dilaksanakan sendiri dapat
diberikan uang muka diperlukan jaminan uang muka.
e. Uang muka tersebut harus diperhitungkan berangsur-angsur secara merata pada
tahap pembeyaran sesuai dengan perjanjian/kontrak dengan ketentuan bahwa
uang muka tersebut selambat-lambatnya harus telah lunas pada saat pekerjaan
mencapai prestasi 100%.
f. Dalam hal pengadaan barang melalui importer yang memenuhi pembukaan letter
of credit (L/C), maka pembayaran uang muka untuk nilai L/C yang melebihi
ketentuan di atas diatur lebih lanjut oleh Menteri keuangan Cq. Direktur Jenderal
Anggaran.
g. Dalam hal pengadaan barang dilakukan melalui importer yang bertindak sebagai
pelaksana impor, maka uang jasa pelaksanaan impor ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dengan memperhatikan pendapat Menteri Perindustrian dan
Perdagangan.

38. Ketentuan Pasal 47 ayat (6) berbunyi sebagai berikut :


Lampiran Kontrak teridri dari:
a. Surat Penunjukan/Surat Penunjukan Pemenang.
b. Surat Penawaran beserta lampirannya.
c. Uraian dan syarat-syarat yang tercantum dalam KAK/RKS pelaksanaan
pekerjaan dengan perubahannya.
d. Rincian penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri.
e. Berita Acara Hasil Pelelangan/Pemilihan Langsung/Negosiasi.
f. Keputusan penetapan pemenang pelelangan/Pemilihan Langsung/Keputusan
penetapan harga negoisasi.
g. Jadwal pelaksanaan.
h. Foto copy jaminan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau
program asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan
direasuransikan kepada Perusahaan asuransi luar negeri yang bonafid untuk
pengadaan barang/jasa pemborongan dan pengadaan barang/jasa lainnya.
i. Untuk pekerjaan jasa konstruksi (pemborongan) dilampirkan pula:
i.1. Dokumen gambar untuk pelkasanaan (gambar kerja)
i.2. Gambar lokasi proyek (gambar situasi, lokasi proyek).
j. Surat Keputusan tentang TBPK atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang.
k. Surat Penunjukan pennaggungjawab lapangan dari Kontraktor.

39. Ketentuan Pasal 48 ayat (1) berbunyi sebagai berikut :


Untuk Kontrak dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah),
rekanan yang bersangkutan sebelum menandatangani kontrak wajib menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau program asuransi
yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan
kepada Perusahaan asuransi luar negeri yang bonafid sebesar 3% (tiga prosen)
sampai dengan 5% (lima prosen) dari nilai kontrak. Pada saat jaminan pelaksanaan
diterima oleh Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek, Jaminan Penawaran
segera dikembalikan.

40. Ketentuan Pasal 49 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Dalam penentuan pengaturan tahapan pembayaran yang tertera dalam SPK atau
Kontrak dapat dilaksanakan pengaturan termin sebanyak n kali, n sebanyak-
banyaknya 10 kali dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pekerjaan jasa konsultansi, yang dananya berdiri sendiri, besarnya n paling
sedikit 1 kali.
b. Untuk jasa konsultansi, yang dananya satu kesatuan dengan konstruksi
besarnya n paling sedikit 2 kali.
c. Pekerjaan bidang jasa konstruksi (pemborongan)
c.1. Untuk pekerjaan yang bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) besarnya n paling sedikit 1 kali.
c.2. Untuk pekerjaan yang bernilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) besarnya n paling sedikit 2 kali.
d. Pekerjaan pengadaan barang dan jasa lainnya, besarnya n paling sedikit 1 kali.

41. Ketentuan Pasal 52 ayat (2) berbunyi sebagai berikut :


Sebelum SPK atau kontrak ditandatangani rekanan diwajibkan menunjuk
penanggung jawab lapangan sebagai penanggung jawab sehari-hari dengan
ketentuan :
a. Untuk bangunan dengan kualifikasi C2 atau K2, minimum berijazah STM sesuai
bidang pekerjaannya.
b. Untuk bangunan dengan kualifikasi C1 atau K1, minimum berijazah Sarjana
Muda Teknik sesuai bidang pekerjaannya.
c. Untuk bangunan dengan kualifikasi B dan A, minimum berijazah Sarjana Teknik
sesuai bidang pekerjaannya.

42. Ketentuan Pasal 54 berbunyi sebagai berikut :


Penyedia barang/jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan,
sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan dan dapat
memperoleh pembayaran uang retensi dengan menyerahkan jaminan pemeliharaan
yang dikeluarkan oleh Bank Umum atau program asuransi yang mempunyai
program asuransi kerugian (surety bond) yang mempunyai dukungan reasuransi
sebagaimana persyaratan yang diterapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 5% (lima
prosen) dari nilai SPK atau kontrak.
43. Ketentuan Pasal 62 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :
Denda kelalaian adalah denda yang dikenakan kepada rekanan sebagai akibat
kelalaiannya dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan (termasuk kelalaian dalam
pengambilan termin setelah dikeluarkannya surat Teguran Kedua) dan kelalaian
dalam memenuhi bestek. Besarnya denda kelalaian 1 0/00 (satu perseribu) dari nilai
SPK atau Kontrak untuk setiap jenis kelalaian.

Pasal II
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 16 Desember 2000

GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

ttd

HAMENGKU BUWONO X

Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 20 Desember 2000

PLH SEKRETARIAT DAERAH.


PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Ir. SOEBEKTI SOENARTO


NIP. 080 016 744

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


TAHUN 2000 NOMOR 17 SERI D

Anda mungkin juga menyukai