Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM II

OLEH:
NAMA : NOVA LESTARI
NO.BP : 1411011043
KELOMPOK : 2 (DUA)
SHIFT : III ( RABU SIANG )

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM II
ISOLASI ALKALOID DARI BIJI BUAH LADA HITAM

(Piper nigrum L.)

OLEH:
Nama : Nova Lestari
No.BP : 1411011043
Kelompok : 2/III (Rabu Siang)
Rekan Kerja : 1. Amelya Pradipta (1411011003)
2. Retno gustia Sari (1411011032)
3. Widya Elisa (1411011033)
4. Ledya ayudila (1411011065)
5. A. Muzammil (1411012023)
6. Yaserly Febriana (1411012032)

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alkaloid berasal dari kata alkali ,yang menunjukkan bahwa alkalod ini
bersifat basa.Senyawa alkaloid pada umumnya terpadat bnyak pada tumbuhan
,sebagian kecil juga terdapat pada hewan dan mikroorganisme .Alkaloid dapat
dikelompokkan berdasarkan letak nitrogen pada struktur alkaloid,misalnya
pirolidin ,piperidin ,quinolin,isoquinolin,indol dan sebagainya.Pada umumnya
alakloid ini di alam banyak dalm bentuk garam ,untuk mengisolasi alkaloid maka
dilakukan pembasaan dan atau pengasaman pada proses isolasi alkaloid tersebut.
(Sardjono, 1989).
Pada objek praktikum kali ini akan di isolasi alkaloid dari bagian buah
tumbuhan lada hitam ,biasanya dalam kehidupan sehari hari digunakan sebagai
bumbu masakan.senyawa alkaloid yang akan di isolasi adalah piperin,piperin
merupakan senyawa alkaloid derivat asam amino lysisn ,termasuk alkaloid
piperidin (Sardjono, 1989).
Di Indonesia merupakan penghasil berbagai macam rempah-rempah.
Penduduk Indonesia kebanyakan hanya memanfaatkan rempah-rempah sebagai
bumbu dapur. Padahal banyak dari rempah-rempah tersebut dapat digunakan
sebagai obat. (Hariana,2006)
Piper nigrum merupakan satu dari banyak rempah yang mengandung
khasiat sebagai obat. Dalam Pipe nigrum digunakan sebagai stimulant pencernaan
dan rempah-rempah anti anoreksia. Adakalanya ditemukan dalam obat gosok.
(Hariana, 2006)
Aroma dan rasa pedas lada hitam paling tajam di antara semua jenis lada.
Rempah yang bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran
asam hidroklorik yang berguna membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan
dengan begitu kita dapat terbebas dari resiko sakit perut, kembung, iritasi, diare,
dan sembelit. Selain itu, lada hitam juga bersifat sebagai peluruh kencing dan
meningkatkan produksi keringat.Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan
antioksidan. Lada juga merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa
menjaga tubuh tetap langsing.(Hariana, 2006).
Selain itu senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak
digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya
Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan dikenal
sebagai obat tradisional, sehingga kita perlu dilakukan praktikum KBA II ini
tentang bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia
terpenoid dimana nantinya tumbuhan obat ini bisa dimanfaatkan sebagai obat
yang berkhasiat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekan cara mengisolasi golongan senyawa
alkaloid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa alkaloid hasil isolasi
1.3 Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan kita dalam meningkattan nilai guna
piperin (Piper nigrum L.) bukan hanya sebagai bumbu masakan tetapi
juga sebagai bahan obat herbal.
2. Memperoleh informasi bagamana cara mengisolasi senyawa metabolit
sekunder seperti piperin (Piper nigrum L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar.1 Piper nigrum L. (Hariana, 2006)


2.1 Taksonomi
Menurut Hariana, tumbuhan Piper nigrum Linn. dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (dikotiledon)
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L (Hariana, 2006).
2.2 Morfologi
Lada hitam merupakan tanaman herba tahunan dan memanjat.
(Hariana,2006)
1. Batang
Batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, dan
berwarna hijau kotor. (Hariana,2006)
2. Daun
Daun tunggal, bulat telur, pangkal bentuk jantung, ujung runcing,
tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, dan
warna hijau (Hariana, 2006)
3. Bunga
Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung, panjang 3,5-22 cm,
dan warna hijau. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau, dan
setelah tua berwarna merah (Hariana, 2006)
4. Akar
Mempunyai 2 akar yaitu di bawah tanah dan di atas tanah. Akar
dalam tanah berjenis tunggang sedangkan akar di atas tanah berupa
akar lekat atau panjat. Berbentuk agak pipih, berwarna abu-abu tua,
beruas-ruas dan lekas berkayu serta berakar lekat. Tanaman ini
mempunyai 2 jenis cabang yaitu cabang orthotrop (tumbuh pada
batang pokok dan mengarah ke atas) dan cabang plagiotrop (tumbuh
dari batang orthotrop) (Hariana, 2006).
5. Bentuk dan warna buah
Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras, dan berkulit buah yang
lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau sedangkan yang
tua berwarna kuning. Apabila buah sudah masak berwarna merah dan
berlendir dengan rasa manis. Sesudah dikeringkan lada itu berwarna
hitam. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau, dan setelah tua
berwarna merah (Hariana, 2006)

6. Kedudukan buah
Buah lada merupakan buah duduk yang melekat pada malai. Besar
kulit dan bijinya 4-6 mm sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100
biji kurang lebih 38 gr atau rata-rata 4,5 gr (Hariana, 2006)
7. Keadaan kulit buah
Kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit
luar), mesocarp (kulit tengah), dan endocarp (kulit dalam) (Hariana,
2006)
8. Biji
Di dalam kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari
lada. Biji-biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Hariana,
2006)

2.3 Nama Daerah, Nama Ilmiah, Nama Luar Negeri


Menurut Hariana (2006) nama daerah dari Piper nigrum L. antara lain :
a. Nama daerah
Sumatra : Lada (Aceh), Leudeu pedih (Gayo), Lada (Batak),
Lada (Nias), Raro (Mentawai), Lada kecik
(Bengkulu), Lada ketek (Minangkabau), Lada
(Lampung).
Jawa : Lada, Pedes (Sunda), merica (Jawa), sakang
kambang (Madura).
Sulawesi : Kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa
(Gorontalo), hisang parangen (Sangi), malita,
sausus, risa (Buol), marica (Mandar).
Maluku : Oes dai musan, (Wetar), peresan (Laisar), marisa
mau (Waru), lada (Rumakai), lada (Amahai),
marisano (Sepa), Lada (Buru), rica (Sula), rica jawa,
rica polulu (Ternate), mica jawa, rica tamelo
(Tidore).
2.4 Kandungan Kimia
a. Struktur Piperin

Gambar 2. Piperin (Underwood, 1981)


Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena
alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak.
Lada memilki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah lada
hitam 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans piperin yang ada dalam
buah kering yang kadarnya 2-5 % dan terdiri atas senyawa asam amida piperin
dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada meskipun diencerkan
1:200.000. rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan
isomer basa piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalaah
minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 % yang mengandung piperanol, eugenol,
safrol, metal eugenol dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen
dan seskuiterpen (Underwood, 1981).
b. Sifat Senyawa
Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning,
tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas.Larut dalam etanol, asam cuka,
benzen, dan kloroform.Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan
piridin.(Underwood,1981)
2.5.1 Manfaat
Uji Farmakologis Ekstrak
Beberapa efek farmakologis dari ekstrak piper nigrum yang telah di uji
adalah sebagai berikut :
a. merangsang semangat, calamine, dan chavicine. Ekstrak Lada (kandungan
Kamfena ) merangsang timbulnya kejang. Ekstrak lada ( kandungan boron)
dapat digunakan untuk meluruhkan haid, merangsang keluarnya hormon
androgen dan estrogen ( Ermawati, 2010)
b. lada hitam juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati karena lada
mengandung zat racun (saponin). Oleh karena itu, lada dapat digunakan
sebagai insektisida pembunuh serangga. Kemudian lada hitam mempunyai
efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ( Ermawati, 2010)
c. ekstrak kasar lada hitam juga sangat toksik terhadap hama kapas
anthonomous grandies boheman. (ekstrak lada dapat menurunkan tekanan
darah atau anti hipertensi. ( Ermawati, 2010)

2.5.2 Khasiat yang didukung data klinis dan penelitian pada manusia

Piperin mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga


bersifat antiflogistik. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare,
insektisida. Sebagai antiiflamasi, parfum, Antinociceptive sedang dilakukan
penelitian klinis penggunaan Piperin pada pasien dengan
Oropharyngeal.Kemudian sedang dilakukan penelitian klinis penggunaan Piperin
untuk meningkatkan kadar plasma dari Reveratrol (antioksidan) (2012). Telah
terbukti meningkatkan bioavailabilitas dari curcumin ( Ermawati, 2010)
Zat aktif dari Piper nigrum ini diketahui menunjukkan kemampuan sebagai
agen penghambat enzim aktif dalam proses biosintesis prostaglandin dan
leukotrien secara in vitro 5-lipooksigenase dan siklooksigenase yang berperan
sebagai anti inflamasi (Jun Soo Bang, et al., 2009) . Ekstrak piper nigrum
sebanyak 200 microg/mL mempunyai kemampuan sebesar 31-80% untuk
menghambat enzim COX ( Ermawati, 2010)

2.5.3 Khasiat yang didukung hasil penelitian pada hewan / in-vitro

Antidiare, antibakteri, antikolestrol, insektisida, analgeik dan


antipiretik,penekan sistem saraf pusat, antikanker, antioksidan, hepatoprotektor,
antikonvulsan.

2.5.4 Eksraksi
Ekstraksi yang dipakai untuk melakukan pengujian pada buah lada hitam ini
yaitu maserasi (ekstraksi cara dingin).Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut
dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Anwar,1994).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
terpekat didesak keluar. (Anwar,1994).

2.5.4 KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida
lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT
juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi,
dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi- pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf
yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil
dari 1,0 (Anita ,2011)
Perhitungan nilai Rf Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari
campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi
senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang
ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses
penguapan.Pengukuran berlangsung sebagai berikut: Nilai Rf untuk setiap warna
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rf = .

(Anita ,2011)

2.5.5 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solvent) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa
syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam suatu proses kristalisasi yaitu
memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal dan mudah
dipisahkan dari kristalnya (Anita , 2011).
Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang
terbentuk dipisahkan satu dengan yang lainnya, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondisi
supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara teoritis ada empat metoda untuk
menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperature, menguapkan solvent,
reaksi kimia dan mengubah komposisi solvent (Anita, 2011).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


1. Alat
a. wadah untuk maserasi
b. seperangkat alat Rotary evaporator
c. pipet tetes
d. chamber
e. penotol
f. vial
g. corong
h. spatel

2. Bahan
a. buah lada hitam (Piper nigrum) sebanyak 25 gram
b. metanol
c. kalium hidroksida
d. Etil asetat
e. kertas saring
f. plat KLT
g. n - heksan
3.2 Cara Kerja
1. Ditimbang buah lada hitam sebanyak 25 g kemudian diblender sampai
halus
2. Dimaserasi dengan metanol sebanyak 250 ml dan dibiarkan selama 3
hari.
3. Hasil maserasi (maserat) disaring memakai kertas saring. Kemudian
maserat dicuci dengan metanol, lalu diuapkan dengan alat rotary
evaporator.
4. Hasil penguapan ditambahkan KOH 10% lebih kurang sebanyak 10
mL.
5. Saring ,diamkan 24 jam
6. Rekristalisasi dengan etil asetat dan dipanaskan pada waterbath
7. Tambahkan n-heksan ke sampel dan dibiarkan hingga terbentuk kristal.
8. Rekristalisasi kembali dengan etil asetat kemudian panaskan pada
waterbath. Tambahkan n-heksan kembali dan didiamkan hingga
terbentuk kristal.
9. Ditimbang massa isolat yang didapat. Cek KLT dengan menggunakan
fase diam berupa silika gel dan fase gerak berupa n-heksan : etil asetat
(2:3).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Organoleptis
Bentuk : kristal jarum
Warna : kuning muda
Bau : menyengat
Rasa : pedas
b. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
c. Hasil isolat
Berat vial kosong = 12.12 gram
Berat vial + isolate = 12,469gram
Berat isolat murni = 0.3497gram
Berat isolat kurang murni = 0.0317 gram
Total isolat = 0.6624 gram
d. Rendemen

= 2,65 %

e. Profil KLT dan Rf

Eluen : etil asetat : n-heksan ( 3:2 )


Penampak noda : dragendorf

Rf =

= 0,75 cm
f. Foto KLT dan Isolat

Gambar 4.1 KLT Piperin Gambar 4.2 Isolat piperin


4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi alkaloid dari buah lada hitam
(merica) dimana alkaloid yang akan di isolasi adalah piperin. Sampel yang
digunakan dalam praktikum isolasi piperin kali ini adalah Piper nigrum.Piper
nigrum yang digunakan adalah jenis lada hitam, yaitu lada yang dipanen sebelum
bijinya masak dan dijemur beserta kulit bijinya sehingga berwarna hitam. Lada
hitam dikeringkan terlebih dahulu untuk mengeliminasi kadar air di dalam lada
hitam tersebut. Hal Ini bertujuan untuk menginaktivasi enzim sehingga tidak
mengganggu proses ekstraksi , selain itu juga mencegah tumbuhnya jamur
sehingga sampel bisa disimpan untuk waktu lama.
Setelah itu biji lada yang telah kering, dihaluskan dalam bentuk serbuk
sehingga luas permukaan sampel bertambah besar dan kontak antara pelarut ke
dalam membrane sel juga akan bertambah besar dalam proses pelarutan senyawa-
senyawa yang terkandung di dalam sampel. Penghalusan juga bertujuan untuk
menghancurkan dinding serta membran sel tumbuhan agar metabolit sekunder
yang terdapat didalam sel (sitoplasma) mudah ditarik oleh pelarut pengekstraksi.
Penyarian sampel dilakukan dengan metode maserasi dengan
menggunakan metanol. Dipilih maserasi karena pengerjaannya lebih sederhana
dan pemilihan metanol sebagai pelarut karena hampir semua metabolit sekunder
dapat ditarik oleh metanol, selain itu harganya relatife murah dibanding pelarut
lain, namun kekurangan dari metanol adalah sifat toksiknya, sehingga bekerja
harus menggunakan perlengkapan masuk labor lengkap seperti masker dan
handscoon.
Methanol yang digunakan sebanyak 500 ml selama 3 hari dengan sesekali
dikocok. Menurut literature pengocokan dapat memaksimalkan pengambilan zat
aktif dari sampel.
Setelah dilakukan maserasi 3 kali lalu lakukan rotari untuk menguapkan
pelarutnya sehingga menghasilkan ekstrak kental kemudian tambahkan KOH10 %
dengan tujuan agar dapat mengikat basa yang ada pada alkaloida sehingga
mempercepat proses rekristalisasi. Untuk mendapatkan ekstrak piperin dilakukan
dengan menguapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak
kental yang didapat dimasukkan kedalam botol dan ditambahkan campuran KOH
dan larutan metanol, didiamkan sehari dan saring sehingga didapat cairan dan
kristal piperin. Pisahkan cairan dan kristal sehingga didapat kristal piperin murni
lalu lakukan KLT.
Kristal piperin yang telah didapatkan diuji dengan menggunakan plat KLT
dan di dapatkan noda yang bagus dimana noda yang didapatkan hanya satu.
Menurut literature, piperin yang bagus memiliki nilai Rf sekitar 0,66 dan
berwarna ungu dibawah UV. Sedeangkan hasil yang dapatkan yaitu nilai Rf dari
sampel uji adalah 0,5. Itu bearti hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan
literature. Hali ini dapat disebabkan oleh banuak factor diantaranya kesalahan
praktikan dalam pengerjaan, kristal yang didaptkan belum murni atau masih
terdapat pengotor di dalamnya (Ermawati, 2010).
Menurut literature dalam 100 g lada hitam terdapat 6-9 g piperin. Sampel
yang digunakan praktikan yaitu 10 g lada hitam didapatkan hasil yaitu 0,06 g. Hal
ini mungkin dikarenakan: pada saat melakukan percobaan setelah didapat kristal
piperin, tidak semua piperin masuk kedalam vial ada yang tertinggal dalam
larutan atau pada saat memindahkan ke vial, menimbang atau melakukan KLT
ada kristal piperin yang terbuang (Ermawati, 2010)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari Piper nigrum 25 g didapatkan kristal sebanyak 0,6624 gram
2. Kristal berupa jarum halus kuning muda dan didapat kristal dengan
ukuran besar & kecil
3. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 2,65 %
4. Nilai Rf yang didapat adalah 0,75

5.2 Saran
Dengan adanya percobaan terhadap objek ini, yaitu isolasi piperin, maka
disarankan kepada praktikan selanjutnya agar :
1. Praktikan lebih memahami dan wawasan tentang isolasi piperin
sebelum dan setelah melakukan percobaan.
2. Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dan lebih bersih dalam
bekerja (terutama dalam pemurnian dan rekristalisasi) agar
didapatkan hasil yang sempurna.
3. Gunakan eluen yang sesuai untuk mendapatkan noda yang bagus
DAFTAR PUSTAKA

Anita, P. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkatkan


Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Majalah Sains dan Teknologi
Dirgantara, 6(2) : 64-70.

Ermawati, Dian. 2010. Efek Farmakologi Suspensi Biji Lada Hitam (Piper
Nigrum L) dan Piperin Terhadap Tekanan Daerah Kucing Teranestesi.
Jurnal Sains : Universita Muhammadiyah Malang.

Hariana,A. 2006 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Jakarta :Penebar


Swadaya.
Anwar, C. 1994.Pengantar Praktikum Kimia Organik .Universitas Gadjah Mada.
Jogyakarta.
Underwood , A.L, Day, R.A., 1991.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta. Erlangga
Sardjono, O. 1989. Penggunaan Obat Tradisional Secara Rasional. Jakarta:
Penerbit Majalah Cermin Dunia Kedokteran.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM II
ISOLASI FLAVONOID DARI DAUN SINGKONG

(Manihot esculenta Cranz)

OLEH:
Nama : Nova Lestari
No.BP : 1411011043
Kelompok : 2/III (Rabu Siang)
Rekan Kerja : 1. Amelya Pradipta (1411011003)
2. Retno gustia Sari (1411011032)
3. Widya Elisa (1411011033)
4. Ledya ayudila (1411011065)
5. A. Muzammil (1411012023)
6. Yaserly Febriana (1411012032)

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber
daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah
singkong yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Seperti yang
kita ketahui singkong merupakan salah satu sumber kalori pangan yang
paling murah di dunia. Tanaman ini dikonsumsi sebagai tanaman pokok
oleh kira-kira 400 juta orang di daerah-daerah tropik yang lembab
(Daliamartha, 1999).
Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga
setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat
tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis dan memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap kondisi berbagai tanah. Tanaman ini memiliki kandungan
gizi yang cukup lengkap. Kandungan kimia dan zat gizi pada singkong
adalahkarbohidrat, lemak, protein, serat makanan, vitamin (B1, C), mineral
(Fe, F,Ca), dan zat non gizi, air. Selain itu, umbi singkong mengandung
senyawa non gizi tanin (Kardinan, 2004).
Singkong yang juga disebut kaspe, dalam bahasa latin di sebut
Manihot Esculenta Crantz, merupakan tanaman yang banyak mengandung
karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai smber
karbohidrat disamping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan
bahan baku industri seperti : tepung tapioka, gaplek, gula pasir, gasohol,
protein, sel tunggal, dan asam sitrat. Tepung tapioka dengan kadar amilase
yang rendah tetapi berkadar amilopektin yang tinggi merupakan sifat yang
khusus dari singkong yang tidak dimiliki oleh jenis tepung yang lain nya
(Daliamartha, 1999).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa daun singkong yang
mengandung rutin sangaat memiliki bbanyak manfaat bagi tubuh ,oleh
karena itu penting dilakukan penelitian lebih lanjut agar isolasi rutin dari
daun singkong ( Manihot esculenta Cranz.) daat lebih dimaksimalkan lagi.
2.1 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekan cara mengisolasi flavonoid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi flavonoid

2.3 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang bagaimana cara mengisolasi senyawa
flavonoid dari tumbuhan
2. Memberikan informasi tentang manfaat senyawa flavonoid dari tumbuhan
singkong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Manihot esculenta Cranz (Dalimartha, 1999)


2.1 Taksonomi
Klasifikasi tumbuhan menurut Dalimartha adalah sebagai berikut :
Kingdom : Tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta Cranz (Dalimartha,1999)

2.2 Morfologi
a. Umbi
Umbi yang dihasilkan oleh tanaman singkong ini berbentuk panjang
dengan berat umbinya sekitar 500 gram dan bahkan lebih. Umbi dari tanaman
singkong berwarna coklat keputih-putihan dengan kulit yang sangat tipis.
(Dalimartha, 1999)
b. Batang
Manihot utillissima atau yang lebih dikenal dengan nama singkong ini
memiliki batang yang berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, berkayu dan
tumbuh dengan memanjang. Batang dari tanaman singkong ini dapat tumbuh 2
hingga 3 cm. Selain itu ukuran batang tanaman singkong berbeda-beda
tergantung dari varietasnya, misalnya besar dan memiliki batang berwarna
kecoklatan. (Dalimartha, 1999)
c. Daun
Tanaman singkong memiliki daun yang berbentuk seperti 5 jari dan juga
lonjong yang memiliki garis pada setiap daun dengan tepi yang
rata.Sedangkan pada bagian ujung dari daun singkong tersebut terlihat seperti
sangat tajam. Daun singkong memiliki warna hijau tua dan ada juga daun
yang berwarna agak kekuningan.Singkong merupakan salah satu tanaman
yang umbinya dapat dikonsumsi. Apabila dilihat dari kandungan yang ada di
dalam singkong, tanaman ini memiliki gizi yang cukup tinggi.Dalam setiap
satu gram singkong mengandung 121 kalori, 34 gram karbohidrat, 1,20 gram
protein, 30 mg vitamin C, 33 mg kalsium, 62,50 gram air, 40 gram fosfor,
0,70 mg besi, 0,30 gram lemak, dan 0,01 mg vitamin B1. (Dalimartha, 1999)
2.3 Kandungan Kimia
Kandungan senyawa dalam daun singkong adalah flavonoid,
triterpenoid, saponin, tannin dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Menurut hasil
penelitian, daun singkong termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung
flavonoid. Kandungan utama flavonoid daun singkong adalah rutin yang
merupakan glikosida kuersetin dengan disakarida yang terdiri dari glukosa
dan shamnosa (Shukla, 2012).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur
kimia C6-C3-C6 (Redha, 2010). Menurut Harbone (1996), flavonoid
merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa yang merupakan
golongan terbesar dari fenol ini dapat diekstraksi dengan etanol 70%.
Flavonoid mampu menstimulasi peningkatan pengeluaran insulin dari sel
pankreas. Flavonoid mampu menstimulasi pengambilan glukosa pada
jaringan perifer, mengatur aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat dalam
jalur metabolisme karbohidrat dan bertindak menyerupai insulin
(insulinomimetic), dengan mempengaruhi insulin signaling (Daliamartha,
1999).
Gambar 2. Struktur Rutin (Shukla, 2012)
Rutin termasuk golongan flavonoid glikosida yang berbentuk
padat,berwarna kuning pucat dan biasanya larut dalam air ,mempunyai berat
molekul sekitar,610,53 Dalton.Ritin mempunyai aktivitas sebagai anti
inflamasi,antikarsinogenik,antitrombik,sitoprotektif dan aktivitas vasoprotective
(Hariana,2006)
Rutin dapat berguna pada edem vea,dapat melindungi pembuluh darahdan
melawan beberapa racun dan mempunyai efek anti inflamasi yang sebaik efek
antikanker.rutin telah dibuktikan bisa mengobati hemoroid dan varieses
pembuluh darah vena.Rutin aman dan efektif untuk melancarkan sirkulassi
arah,tekanan darah tinggi,varieses vena dan penyempitan pembuluh darah kapiler
.penelitan terbaru meyatakan bahwa rutin merupakan antioksidan kuat yang
melawan radikal bebas . Radikal bebas ini berperan dalam 90% dari penyakit
pada manusia seperti kanker,arterosklerosis dan strok (Daliamartha, 1999).
Manfaat
Daun singkong (Manihot esculenta ) memiliki kandungan gizi yang tinggi,
diantaranya flavonoid dan saponin dikenal sebagai senyawa di dalam dunia
tumbuhan yang memiliki peran sebagai antiinflamasi dan antibakteri. Kedua zat
tersebut berperan dalam menghambat siklus aradang yaitu siklooksigenase dan
lipoksigenase. Vitamin C yang terkandung dalam daun singkong sebesar 275 mg
setiap 100 gr daun singkong . Vitamin C dikenal sebagai nutrisi yang berguna
untuk mengobati dan mencegah terjadinya penyakit sariawan atau kelainan mulut
yang lainnya. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen, berfungsi sebagai
antioksidan, meningkatkan kerja sistem imun tubuh dan sebagai pencegah kanker .
Selain vitamin C, terdapat kandungan Vitamin A sebesar 11.000 SI. Vitamin A
berperan dalam diferensiasi dan pergantian sel . Protein dalam daun singkong
berupa asam amino methionin yang nantinya akan menginduksi cystein. Cystein
adalah faktor pertumbuhan yang berperan dalam sintesis kolagen. Adanya zat-zat
diatas dapat memungkinkan daun singkong (Manihot esculenta) dapat digunakan
sebagai obat herbal yang dapat meningkatkan kecepatan regenerasi epitel pada
penyembuhan luka (Mursyidi,1989).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Boliler 8. Seperangkat alat rotary
2. Steamer 9. Corong
3. Kempa hidrolik 10. Kain penyaring
4. Wadah penampung 11. Alat tulis
5. Erlenmeyer 12. Chember
6. Botol 100 ml 13. Penotol
7. Pipet tetes
3.2 Bahan
1. Daun singkong segar 25 kg 6. Air
2. Metanol 7. n - heksan
3. Etil asetat
4. Kertas saring
5. Asam asetat
3.3 Cara kerja
1. Di rebus daun singkong segar 25 kg selama 1 jam
2. Dikempa, lalu air kempa ditampung dan didiamkan selama 3 hari
3. Disaring dan diambil endapannya lalu ditimbang
4. Endapannya diambil sebanyak 50 gram,dilarutkan dengan metanol 500 ml
5. Diupakan filtrat endapan daun singkong dengan alat rotary evaporator
6. Di rekristalisasi dengan etil dan n-heksan
7. Dicek KLT senyawa hasil isolasi dengan menggunakan fase diam silika
gel 60 F250 fase gerak etil asetat: asam asetat:Air (4:1:5) .lihat dibawah
sinar uv pada panjang gelombang maksimal 365 nm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Organoleptis
- Bentuk : Serbuk
- Warna : kuning
- Bau : Aroma singkong
b. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
c. Berat senyawa isolat :
- Berat vial kosong : 11,2774 g
- Berat vial+ isolat : 12,2225 g
- Berat isolat : 0,9451 g

d. Rendemen : x 100%

: x 100%
: 1,8902 %
e. Profil KLT dan Rf
- Eluen : Etil asetat: asam asetat : Air (4:1:5)
- Penampak noda :-

a. RF :

= 0,489 cm
Gambar 4.1 isolat daun singkong Gambar4.2 KLT Daun singkong

.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan isolasi senyawa falvonoid dari daun
singkong (Manihot esculenta Cranz) dengan tujuan untuk mendapatkan
senyawa metabolit sekunder yaitu rutin. Sampel daun singkong ini di
ekstrakasi dengan metoda perebusan menggunakan air.hal ini dilakukan
karena air mampu menarik senyawa senyawa rutin yang ada pada daun
singkong (Manihot esculenta Cranz). Senyawa rutin merupakan senyawa
flavonoid glikosida yang berifat polar sehingga dapat ditarik oleh air dalam
proses perebusan. Daun singkong yang digunakan adalah daun yang segar
karena jika sampel yang kita gunakan sampel yang kering maka kadar rutin
yang kita dapat kan akan sedikit bahkan tidak ada.
Selanjutnya hasil rebusan dilakukan pengempaan dengan alat kempa
hidrolik yang ada di KTO.kemudian air kempaan dan air rebusan dibiarkan
selama 3 hari,namun setelah dibiarkan selama 3 hari endapan telah terbentuk
akan tetapi dipenui oleh jamur,hal ini mungkin sampel kami kurang tertutup
rapat sehingga mudah tekontaminasi oleh mikrorganisme lain.menurut aslab
waktu itu jika sampel yang sudah tekontaminasi oleh jamur maka warna
endapannya yang didapat sangat beragam seperti hijau tua ,hijau muda, hujau
kekuningan .Oleh karena itu pada percobaan kami mencoba mengelompokan
ke dalam beberapa botol isi 100 ml, dengan label endapan banyak
berjamur(hijau tua),endapan sedikit berjamur(hijau),dan endapan tidak
berjamur(hijau kekuningan).
Selanjutnya sampel dimeserasi dengan pelarut metanol yang merupakan
pelarut polar sehingga mampu menarik senyawa zat aktif (rutin) dari daun
singkong (Manihot esculenta Cranz). Air juga merupakan pelarut polar tapi
tidak kami gunakan untuk melarutkan sampel karena tidih air 100 C ,maka
akan lama untuk menguapakannya pada saat merotary bila dibandingkan
dengan titik didh metanol 78 C, sehingga proses penguapan akan lebih cepat.
Setelah dilakukan meserasi selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut
dengan cara menguapkan pelarutnya dengan menggunakan alat rotary
evaporator sehingga didapatlah hasil berupa ekstark kental metanol.
Untuk mendapan kristal dari smapel daun singkong ini maka kami
melakukan rekristalisasi.rekristalisasi adalah pemurinian senyawa dari
campuran pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tesebut
setelah dilarutkan dengan pelarut yang cocok,atau di sebut juga istilah reaksi
pendesakan.
Kristal murni yang diperoleh adalah 0,9541 garam dari 50 gram
dan 351 gram endapan dari sampel ,sehingga di peroleh persentasi rendemen
sebesar berturut-turu adalah 1,8902 % dan 13,27 % ,sedangkan nilai Rf yang
diperoleh adalah 0,489. Nilai tersebut hampir sesuai dengan literatur.dimana
nilai rutin adalah 0,5 (Sukla,2012). Hal ini menunjukan bahwa senyawa rutin
yang didapatkan hampir murni,harga Rf yang didapatkan sedikit berbeda
dari harga rf yang seharusnya mungkin dikarenakan endapan yang didapatkan
masih mengadung jamur selain itu juga mungkin karena eluen yang tidak
sesuai pada saat KLT dimana pada proses pecobaan KLT eluen seharusnya
menggunakan butanol namun pada saat praktikum kami menggunakan etil
asetat yang tingkat kepolarannya berbeda dengan butanol.
Pada proses KLT (kromatografi Lempeng Tipis ) yang dilakukan
seharusnya adalah menotolkan senyawa pembanding di samping sampel
sehingga jika noda sampel yang tebentuk sejajar denga pemanding maka
dapat disimpulkan bawah zat yang kita peroleh itu adalah zat murni.
BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada daun singkong diperoleh kristal seberat 0,951 gram


Rendemen diperoleh sebesar 1,8902 %
nilai Rf flavonoid dari sampel adalah 0,489cm

5.2 Saran
Teliti dan cermat dalam bekerja
Pahami teori dan prinsip dari metoda isolasi dengan seksama
Hati- hati pada penotolan sampel pada plat KLT agar di dapati noda
yang bagus, tidak merembes dan tidak terjadi tailing.
Hati- hati dalam maserasi, pastikan pengocokan cukup hingga 1 jam
sehingga senyawa terlarut sempurna dalam pelarut.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha,s 1999.Atlas tumbuhan obat indonesia jilid 1.jakarata:Trubus


Agriwidya.
Hariana ,A.2006 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Jakarta :Penebar
Swadaya.
Kardinan , A. Kusuma F., R 2004.Meniran penambah dan Tahan Tubuh
Alami.Jakarta :Agromedia Pustaka.
Mursyidi, A .1989. Analisis metabolit sekunder.Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Shukla,Prabodh.2012. Isolation Of Rutin from Phylantus amarus.
International Journal Of Pharmaceutical Sciences And Research
5(3):71-76.
.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM II
ISOLASI TRITERPEN DARI PEGAGAN

(Centella asiatica L)

OLEH:
NOVA LESTARI
1411011043

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal dengan alamnya yang
kaya dengan tanaman berkhasiat untuk pengobatan penyakit secara tradisional,
salah satunya adalah tanaman pegagan (Centella asiatica L.) ( Dalimartha, 2000).
Supaya obat tradisional dapat diterima di kalangan praktek kedokteran,
maka pengembangan terus didasarkan pada prinsip - prinsip pengembangan obat
dalam kedokteran modern.Hasil-hasil yang secara empiric harus pula didukung
oleh bukti-bukti ilmiah dan manfaat obat serta keamanan pemakaian pada
manusia. ( Dalimartha, 2000)
Tanaman pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman
obat yang memiliki banyak manfaat, sehingga menarik perhatian para ahli untuk
meneliti dan mengembangkannya dalam rangka eksplorasi obat baru yang berasal
dari alam. Sejauh ini bukti ilmiah efek herba pegagan sebagai antipiretik belum
diketahui.Tanaman pegagan sering kali dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
sebagai obat alternative untuk mengobat berbagi macam penyakit seperti wasir,
demam, pembengkakan hati atau liver, bisul, darah tinggi, penambah daya ingat,
campak, amandel, sakit perut dan kurang nafsu makan. Tentang tanaman obat di
Indonesia untuk pengobatan demam memang sudah banyak dilakukan, tetapi
penelitian tentang tanaman pegagan untuk pengobatan demam belum dilakukan
.Dengan dasar inilah yang kami para praktikan diberikan objek praktikum ini
sehingga diharapkan dalam pegagan dapat digunakan sebagai obat alternatif yang
berkhasiat sebagai antipiretik yang berguna bagi perkembangan pengobatan
tradisional terutama dalam perkembangan ilmu pengkulturan tanaman.
Selain itu senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak
digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya
Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan dikenal
sebagai obat tradisional, sehingga kita perlu dilakukan praktikum KBA II ini
tentang bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia
terpenoid dimana nantinya tumbuhan obat ini bisa dimanfaatkan sebagai obat
yang berkhasiat.

1.2 Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekan cara mengidentifikasi triterpenoid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi triterpenoid
1.3 Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan nilai guna
pegagan ( Centella asiatica L.Urban)
2. Memberikan informasi bagaimana cara mengiosolasi dan
mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada pegagan (
Centella asiatica L.Urban)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar2.1 pegagan ( Dalimartha, 2000)

2.1 Taksonomi
Menurut Dalimartha klasifikasi tumbuhan Centella asiatica L. adalah
sebagai berikut ( Dhalimartha,2000) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

SubDivisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Polypetale

Ordo : Umbellales

Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Centella

Spesies : Cantella asiatica L.


2.2 Kandungan Kimia

Kandungan ekstrak pegagan adalah triterpenoid dengan komposisi utama


asiatikosida, asam asiatat, dan asam madekasad. (Mann, 1994).Selain itu ,
senyawa yang terkandung dalam pegagan adalah alkaloid, glikosida, minyak
atsiri, garam- garam mineral seperti kalsium, kalium, magnesium dan
besi.(shobi,2001)
AsiatikosidaMerupakan senyawa golongan triterpenoid yang mengandung
molekul gula yang terdiridari suatu molekul ramnosa dan dua molekul glukosa
(Pramono, 1992).
Asiatikosida merupakan salah satu senyawa aktif yang terkandung di
dalam pegagan, di samping banyak senyawa lain. Senyawa asiatikosida bersifat
polar karena adanya ikatan glikosida antara molekul gula dengan gugus benzena
dan mempunyai BM 959,15 (Tampubolon, 1995)

Gambar 2. Struktur Asiatikosida

Gambar 3. Asam madekasad Gambar 4. Asam asiatat


2.3 Manfaat
senyawa asiatikosida memilki khasiat sebagai :
a. Antibiotik : asiatikosida aktif dalam melawan basil penyebab penyakit
tuberkulosis (Pramono ,1992)
b. Penginduksi tumor : asiatikosida pada percobaan pada hewan
percobaandapat mengurangi fertilasi (Ridlay ,1967)
c. Antihipertensi : asiatikosida pada pengujian pada hewan percobaan
ditemukan bahwa asitikosida dapat menurunkan tekanan darah hewan
percobaan tersebut(sudarsono, 2002).
d. Asiaticosida dan oksisiatikosida (hasiloksidasi) berefek terhadap bakteri.
Pada percobaan dengan Mycobacterium tuberculose, diketahui bahwa
efek dari senyawa tersebut mempunyai kemiripan dengan
dihidrostreptomisin. Selain itu asitikosida berefek pula terhadap
Mycobacterium leprae, diperkirakan efek tersebut melalui pelarutan
mantel dinding sel bakteri. Dilaporkan juga bahwa asiatikosida
mempunyai peranan dalam penyembuhan luka (Sudarsono, 2002).
2.4 Metoda Isolasi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada tekstur,kandungan air dan
jenis senyawa kimia yang di isolasi darisuatu tumbuhan, sehingga senyawa
kimia yang diekstraksi dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan sifat
dan strukturnya. Ekstraksi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan pelarut
yang sesuai. Untuk memilih pelarut yang akan dipakai dalam ekstraksi harus
diketahui sifat kandungan kimia metabolit sekunder yang akan diisolasi.
Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar
mudah larut dalam pelarut non polar (James, 2013).
Pada praktikum ini ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dingin
dengan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperature ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Burkil, 1966).
Asiatikosida merupakan senyawa golongan triterpenoid yang
mengandung molekul gula yang terdiridari suatu molekul ramnosa dan dua
molekul glukosa. Senyawa asiatikosida bersifat polar karena adanya ikatan
glikosida antara molekul gula dengan gugus benzena dan mempunyai BM
959,15 (Pramono, 1992)
Salah satu proses isolasi triterpenoid dari ekstrak pegagan dapat
dilakukan dengan metode rekristalisasi.Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan
identifikasi senyawa triterpenoid serta melakukan analisis kualitatif triterpenoid
dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan
atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara mengkristalkan
kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Metode
rekristalisasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan antara pencemar
dengan zat yang akan diambil (Mann, 1994).
Untuk melihat kemurnian triterpenoid digunakan uji KLT dimana
kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisiskualitatif dari suatu sampel
yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran (James, 2013).
Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya disesuaikan
dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang
digunakan dinamakan eluen Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan
eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (James,
2013).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Wadah untuk maserasi, kolom kromatografi, corong, botol 100 ml, vial,
pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol
3.2 Bahan
Daun pegagan kering (100 g), metanol, etil asetat, plat KLT, kapas, norit,
aquadest kertas saring,
3. 3 Cara Kerja
1. Ditimbang 100 gram pegagan kering yang telah digrinder
2. Lalu dimeserasi dengan 1 L metanol, lalu dikocok dan dimaserasi
selama 3 hari
3. Pegagan yang telah dimaserasi disaring menggunakan kertas saring
4. Siapkan norit sebanyak 100 gram lalu dilewati dengan methanol
sebanyak 300 ml
5. Lalu airnya diuapkan dengan rotary evaporator sampai terbentuk
serbuk.
6. Larutan disaring, endapannya masukan kedalam botol vial lalu
panaskan di waterbath sampai membentuk serbuk.
7. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel 60 F254,
fase gerak etil asetat : metanol : aquadest (8:2:1).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
2. Organoleptis
a. Bentuk : Serbuk
b. Warna : Kuning kehijauan
c. Bau : Tidak berbau
3. Kelarutan : Larut dalam metanol
4. Berat senyawa isolat :
a. Berat vial kosong : 11,2744 g
b. Berat vial+ isolat : 12,1918g
c. Berat isolat : 0,9147 g
5. Berat sampel : 100 g

6. Rendemen : x 100%

: 0,9147 %
7. Profil KLT dan Rf
a. Eluen : etil asetat : metanol: aquadest (4 : 1 : 0,5)
b. Penampak noda :-

c. RF : Rf1 =

=0,4

Rf2 =

=0,87 cm
Gambar 4.1 KLT pegagan Gambar 4.2 isolat pegagan
4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi triterpenoid dari pegagan


(Centella asiatica L.). Daun pegagan yang digunakan adalah daun yang telah
kering dan digrinder terlebih dahulu sebanyak 100 gram . Hal ini bertujuan untuk
memperluas permukaan sampel agar lebih mudah dibasahi oleh pelarut matanol
serta untuk mengaktikan enzim yang tekandung dalam jaringannya dan mecegah
tumbuhnya jamur sehingga sampel bisa digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
Selanjutnya untuk mendapatkan triterpenoid dari simplisia daun pegagan
(Centella asiatica L.) yaitu dengan menggunakan metode meserasi.Meserasi
adalah proses penyarian sederhana dengan cara merendam sampel selama beberpa
hari sehingga sampel menjadi lunak dan cepat larut. Dipilihnya metode ini karena
pengerjaan lebih mudah dan sedernaha,hanya merendam beberapa hari saja,
pelarut yang digunakan adalah metanol karena metanol merupakan pelarut yang
bisa melarutkan seanyawa yang terkandung dalam simplisia.
Selain itu harganya juga relatif lebih murah dibandingkan dengan pelarut-
pelarut lainnya. Dalam maserasi ini, harus dilakukan dengan hati- hati dan sesuai
prosedur, dimana selama perendaman harus di lakukan pengocokan minimal 1
jam tiap hari selama 3 hari tersebut. Bila pengerjaannya tidak seksama maka dapat
memungkinkan terjadi kegagalan dalam isolasi triterpenoid di dalam pegagan ini.
Proses meserasi ini akan terjadi penarikan hampir semua senyawa
metabolit sekunder sperti alkaloid flavonoidm terpenoid , dan lain-lainnya, karena
pada saat merendam terjadi peristiwa dialisis yaitu proses masuknya pelarut
kedalam sel tumbuhan karena tekanan dalam sel yang terlalu rendah sehingga
mendorong pelarut berosmosis dan sel akan pecah dan memebaskan zat aktif ke
dalam pelarut (metanol).

Setelah dimeserasi selama 4 hari lalu disaring dan filtratnya ditempatkan


pada botol infus.Ekstrak pegagan yang didapat juga di lewatkan dengan norit
dalam kolom sampai filtrat tesebut berubah menjadi bening dan tidak berwarna.
Tujuan penambahan norit disini adalah untuk menyaring dan menarik senyawa
zat- zat yang memiliki bobot molekul yang besar, seperti klorofil. Arang aktif
merupakan senyawa karbon yang didapatkan dari arang yang diperlakukan secara
khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.Arang aktif dapat
mengadsorbsi gas dan senyawa kimia tertentu.
Pada literatur dijelaskan bahwa optimasi ekstraksi triterpenoid dari
pegagan yang lebih efektif dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut n-
heksana dan metanol serta penggunaan karbon aktif untuk ekstraksi daun kering
pegagan (James ,2013).
Pemeriksaan kandungan kimia dari hasil isolasi ini dilakukan dengan
KLT untuk menghitung harga Rf dan noda yang terbentuk selain itu digunakan
untuk melihat kemurnian zat aktif dengan cara membandingkannya dengan
standar yang ada.sebelum menotolkan sampel ke plat KLT, terlebih dahulu dibuat
batas atas dan batas bawah dengan menggunakan pensil, hal ini bertujuan agar
kita tahu dimana sampel akan ditotolkan.Dalam penotolan kita tidak
menggunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatogram dibentuk. Hal ini akan mempengaruhi hasil elusi senyawa dari
sampel.Penjenuhan udara udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan
penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut dalam KLT.
Pada KLT terjadi pemisahan dengan bantuan eluen yaitu etil asetat :
metanol: aquadest (8 : 2 : 1). Menurut cara kerja awal seharusnya adlah 4:2:0,5
namun karena tidak terjadi elusi maka perbandingan dilipatkgandakan ,sedangkan
untuk fase diamnya berupa plat silika. Noda yang terbentuk pada KLT ada 2
noda, Nilai rf masing masingnya adalah 0,4 dan 0,87 .Noda yang ditimbulkan
seharusnya adalah 4 karena senyawa golongan triterpenoid yang ada pegagan
juga berjumlah 4 yaitu , asiatikosida asam asiatat, madekosida dan asam
madekosida. Hal ini dapat di sebabkan karena beberapa hal diantaranya terdapat
kesalahan atau kadar dari senyawa terebut terlalu sedikit, sehingga noda tidak
terlihat .
Oleh sebab itu, untuk pengerjaan selanjutnya dilakukan dengan seksama
dan hati- hati serta memahami prinsip dari setiap metoda yang digunakan
sehingga di dapatkan hasil yang maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pada pegagan ditemukan serbuk triterpenoid berwarna kuning
kehijauan
b. Berat kristal piperin yang diperoleh 0,9147 gram
c. Randemen diperoleh sekitar 0,1456 %
d. Nilai Rf triterpenoid diperoleh 0,4 dan 0,87
e. Noda yang di dapatkan hanya 2

4.1. Saran
Teliti dan cermat dalam bekerja
Pahami teori dan prinsip dari metoda isolasi dengan seksama
Hati- hati pada penotolan sampel pada plat KLT agar di dapati noda
yang bagus, tidak merembes dan tidak terjadi tailing.
Hati- hati dalam maserasi, pastikan pengocokan cukup hingga 1 jam
sehingga senyawa terlarut sempurna dalam pelarut.
DAFTAR PUSTAKA

Burkil. 1966. A Dictionary of the Economic Products of theMalay Peninsula. 2


nd ed. 2 volumes. Kuala Lumpur: Ministryof Agriculture and co-
operatives.
Dalimartha, S.1999.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus
Agriwidya
Mann, J. 1994.Chemical Aspect of Biosynthesis, 1st. Ed.New York: Oxford
University Press
James. T, and Dubery I. A .2013.Metabolomic analysis of methyl jasmonate-
induced triterpenoid production in the medicinal Herb centella asiatica
(L.) Urban.Journal Departement of biohemistry,university of
Johannesburg,Auckland Park,South Afrika. ISSN 1420-3049
Pramono, H. A. 1992. Tataguna Lahan dan Deforestasi di Indonesia.
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Ridley, N.H. 1967. The Flora of Malay Peninsula, Vol. I. L.Reeve and Co, Ltd.
Shobi, V. & Geol, H.C. 2001.Protection Against Radiation Induce Condition
Taste Aversion by Centella asiatica.Germany: Elsevier Science Inc.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo.
2002.Tumbuhan Obat II. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional
UGM.
Tampubolon, Oswald T. 1995.Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM II

ISOLASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BUAH


MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

OLEH:
NOVA LESTARI
1411011043

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Buah manggis merupakan salah satu buah khas Indonesia yang banyak
digemari oleh masyarakat Indonesia. Rasa buah yang khas menjadi salah satu
daya tarik dan keeksotisan warna buah manggis ini menyebabkan ia dijuluki
sebagai Ratu Buah. Selain itu, harganya yang terjangkau membuat manggis
semakin dinikmati.Akan tetapi getah yang terdapat pada kulit manggis ini,
membuat banyak orang tidak menggunakanya dan hanya mengolah buahnya saja.
Padahal sebenarnya kandungan dalam kulit manggis ini sangat banyak
manfaatnya (Hariana,2008)
Selain itu Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak
digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya
Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan dikenal
sebagai obat tradisional, sehingga kita perlu dilakukan praktikum KBA II ini
tentang bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia
terpenoid dimana nantinya tumbuhan obat ini bisa dimanfaatkan sebagai obat
yang berkhasiat.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekan cara mengisolasi golongan senyawa
fenolik
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa fenolik hasil isolasi

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang bagaimana cara mengisolasi senyawa
fenolik dari kulit manggis
2. Memberikan informasi tentang manfaat senyawa fenolik dari buah kulit
manggis
BAB II

ISI

Gambar . 1 Manggis (Hariana, 2008)


a. Taksonomi
Menurut Hariana (2008) klasifikasi tumbuhan Garcinia mangostana L.
adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)

Ordo : Guttiferanales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

2.2 Morfologi

Ciri-ciri taksonomi tanaman manggis yaitu, berdaun rapat (rimbun),


memiliki ketinggian hampir mencapai 6-25 m, batang pohon lurus, membentuk
pola piramid ke ujung atas tanaman. Letak duduk daunnya berlawanan satu sama
lain dan tangkai daunnya pendek. Daunnya tebal, di permukaan atas berwarna
hijau, di permukaan bawah berwarna kekuningan dengan ukuran panjang 15-25
cm dan lebar 7-13 cm. Semua bagian tanaman mengeluarkan getah berwarna
kuning jika dilukai (Hariana, 2008).Letak bunga tanaman manggis adalah
terminal. Mahkota (petal) bunga berwarna hijau dan mempunyai stigma 4-
8.Bentuk buah bulat dengan diameter 4-7 cm dan panjang 4-8 cm. Buah yang
telah matang kulitnya akan berwarna ungu. Bila dibelah kulit sebelah dalam akan
berwarna merah lembayung. Daging buah manggis diperkirakan 1/3 dari total
bobot buah. Tiap buah terdiri dari 4-8 segmen aril dengan 1-2 segmen yang lebih
besar karena mengandung biji apomiksis (Hariana,2008).

2.3 Nama Daerah, Nama Ilmiah, Nama Luar Negeri


a. Nama daerah : Manggis
b. Nama ilmiah : Garcinia mangostana L.
c. Nama luar negeri : Inggris: Mangosteen
Melayu: Manggis
Vietnam: Mang Cut
Thailand: Mangkhut
Philipina: Manggis
Kamboja: Mongkhut
Spanyol: Mangostan
Perancis: Mangostanien
(Nakasone,1999).
2.4 Kandungan Kimia
Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang menempel di cincin aromatic. Alpha-mangostin merupakan contoh
senyawa golongan fenolik yang diisolasi dari buah manggis. Kulit buah manggis
kaya akan pektin, tanin, zat warna hitam, dan zat antibiotik xanthone (Verheij,
1997).
Adanya kandungan tanin menyebabkan rasa dari kulit manggis menjadi
sangat pahit. Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang
memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk
kompleks dengan protein. Senyawa tanin umumnya dapat larut dengan pelarut
dari polar sampai semipolar. (Verheij, 1997).
a. Xanthone
Menurut Obolskiy et al. (2009), xanthone merupakan kelas utama phenol
dalam tanaman. Xanthone memiliki kandungan senyawa yang meliputi
mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone,
tovophyllin B, alpha-mangostin, -mangostin, garcinon B, mangostanol,
flavonoid epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Dari seluruh senyawa yang ada, turunan xanthone berupa alpha-
mangostin merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada kulit manggis.
Selain jumlahnya yang lebih banyak, alpha-mangostin juga memiliki aktivitas
biologi yang paling baik. (Verheij, 1997).

b. Alpha-mangostin

Gambar .2 Struktur Alpha-mangostin

Alpha-mangostin adalah senyawa utama yang terdapat pada kulit buah


manggis yang memiliki kerangka struktur senyawa golongan xanthon. Kandungan
alpha-mangostin pada kulit buah manggis bersifat sebagai antibakteri. Penjelasan
selanjutnya tentang antibakteri dibahas dalam bagian manfaat.
Selain itu, alpha-mangostin memiliki tingkat toksisitas yang sangat rendah.
Studi sebelumnya juga telah menemukan bahwa alpha-mangostin memiliki sifat
insektisida terhadap dipteran, coleopteran, dan hama hemipteran (Larson et al.,
2010).Alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal radikal
bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat
proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam
aterosklerosis (Nugroho,2011).

2.5 Manfaat
Studi fitokimia menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam Kulit
Buah Manggis, terutama xanthone, antosianin dan kelompok senyawa fenolik
lainnya memiliki sifat fungsional dan manfaat untuk kesehatan seperti
antidiabetes, antikanker, antiinflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh,
antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan sebagainya (Permana, 2012).
a. Antioksidan
Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis
berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006)
menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas
antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan
95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkapan radikal bebas
2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai
potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak
tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.
Seiring dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan penelitian aktivitas
antioksidan dari semua senyawa kandungan kulit buah manggis. Dari hasil
skrining aktivitas antioksidan dari senyawa-senyawa tersebut, yang menunjukkan
aktivitas poten adalah : 8 hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin,
gamma-mangostin dan smeathxanton (Permana,2012).
b. Antiketombe
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn) telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai obat antiketombe. Manggis (Garcinia mangostana)
mengandung zat-zat antara lain: triterpenoid, mangostin, tannin, resin, kalsium,
zat besi, dan vitamin B1. Bahkan saat ini terdapat shampo kulit buah manggis
(Garcinia mangostana Linn) untuk antiketombe (Nimaa, 2011).
c. Antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil peran penting
adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan
serotonin. Alergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun
alergen yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi
imunoglobulin E (IgE) (Nimaa, 2011).
Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor
FceRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali
antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin
.Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin tersebut, dalam
melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta
dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin. Dari
analisa komponen-komponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel
silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma
mangostin. Alfa mangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas penghambatan
kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak kelinci terisolasi, yang
diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin H. Namun, senyawa tersebut
tidak menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang diinduksi karbakol, penilefrin
dan KCl. Alfa mangostin juga mampu menghambat ikatan [3H]mepiramin
terhadap sel otot polos aorta tikus. Senyawa terakhir tersebut merupakan
antagonis spesifik bagi reseptor histamin H. Dari analisa kinetika ikatan
[3H]mepiramin mengindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara
kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa mangostin tersebut
dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H, sedangkan
gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5-
hidroksitriptamin 2A atau 5HT. Dalam melakukan penelitian ke arah mekanisme
ekstrak kulit buah manggis tersebut. Pada penelitian tersebut ekstrak kulit
manggis yaitu : etanol 100%, 70 %, 40% dan air, diuji terhadap sintesa
prostaglandin E dan pelepasan histamin. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek
paling poten dalam menghambat pelepasan histamin dari sel 2H3RBL yang
diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat sintesa
PGE2 dari sel glioma tikus yang diinduksi ionophore A23187. Pada reaksi
anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit manggis juga menunjukkan
aktivitas penghambatan reaksi tersebut. Dari penelitian ini, ekstrak etanol 40 %
buah manggis adalah paling poten dalam menghambat sintesa PGE dan pelepasan
histamin (Nugroho, 2011).
d. Antibakteri
Nimaa bersama kelompoknya melakukan penelitian tentang alfa
mangostin, gamma mangostin dan garsinon B dari kulit manggis yang dapat
menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya
dalam mengobati penyakit infeksi, masyarakat sering menggunakan obat
antibiotik seperti Tetracycline, Ampicillin, Amoxicillin atau antibiotik lainnya
yang mudah diperoleh. Namun pemakaian antibiotik secara berlebihan dan kurang
terarah dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada beberapa antibiotic
tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan penyakit itu.
Oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan bahan alami sebagai alternatif
pengobatan. Pada jurnal ini juga dilakukan skrining fitokimia untuk memastikan
komponen kimia yang terkandung dalam kulit manggis dan aktivitasnya dalam
menghambat xantin oksidase serta kemampuan antibakterinya terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Nimaa, 2011).
Ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.
coli dan S. aureus; daya hambat terhadap E. coli ini setara dengan 24,41 ppm
Tetracycline; 59,29 ppm Ampicillin dan 85,57 ppm Amoxicillin; daya hambat
terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline; 85,69 ppm Ampicillin
dan 11,11 ppm Amoxicillin. (Rahmah, 2012).
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit manggis menunjukkan bahwa
kulit buah manggis mengandung saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid.
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri,
maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis. Flavonoid merupakan kelompok
senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga
mengganggu proses metabolisme. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu
bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan
protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri.
Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin (Larson,
2010)
2.6 KLT
Teknik ini bertujuan untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan
prinsip adsorpsi dan partisi. Lempeng KLT terbuat dari gelas atau logam yang
tahan karat atau lempeng besi yang cocok sebagai penyangga. (Simanjuntak,
2009).
Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel, aluminium oksida,
sellulosa dan lainnya. Silica gel adalah penyerap umum yang banyak digunakan
karena mempunyai daya pemisahan yang baik (Simanjuntak, 2009).
Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan KLT
tergantung pada jenis pelarut dan zat penyerap dengan sifat daya serap masing-
masing terhadap komponen kimia. (Simanjuntak, 2009).
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fasa diam (penyerap) dengan
kecepatan perpindahan yang berbeda-beda. Perbandingan kecepatan bergeraknya
komponen terlarut dalam fasa gerak (pelarut) adalah dasar untuk mengidentifikasi
komponen yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf.
(Simanjuntak, 2009).

Rf =

2.7 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ada
beberapa metode ekstraksi yaitu :
a. Ekstraksi dingin : - Maserasi
- Perkolasi
b. Ekstraksi panas : - Refluks
- Digesti
- Infus
- Dekok
- Sokletasi
Pada praktikum ini ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dingin
dengan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperature ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Simanjuntak, 2009).
BAB II

PROSEDUR PERCOBAAN

2.1 Alat

Timbangan Analitik, Botol infuse 500 ml, Corong, Rotary evaporator, Pipet
tetes, Vial, blender , kertas saring.

2.2 Bahan

100 g kulit manggis, n-Heksan, Etil Asetat, etanol

2.3 Cara Kerja

1. Digrinder 100 g kulit buah manggis


2. Kemudian dimaserasi dengan etanol (500 ml) 1x1 hari, saring
3. Diuapkan etanol dari meserasi dengan rotary evaporator sampai kering
4. Lakukan direkristalisasi dengan etanol,etil asetat dan n-heksan
5. Endapan diambil
6. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel 60 F254, fase
gerak CHCl3 : etil asetat (9:1). Lihat noda pada fase diam sebelum dan
sesudah dielusi dibawah sinar UV 254
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
8. Organoleptis
. Bentuk : Serbuk
a. Warna : Kuning
9. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
10. Berat senyawa isolat :
a. Berat vial kosong : 9,6700 g
b. Berat vial+ isolat : 9,923 g
c. Berat isolat : 0,2530 g
11. Berat sampel : 100 g

12. Rendemen : x 100%

: 0,2530 %
13. Profil KLT dan Rf
a. Eluen : kloroform: etil asetat (9:1)
b. Penampak noda :-
c. RF :

Rf 1 = = = 0,54 cm

Rf 2 = = =0,58cm

Rf 3 = = = 0,72cm

Rf 4 = = = 0,92cm
d. KLT dan Isolat

Gambar.1 KLT Manggis Gambar.2 Isolat Manggis


4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan isolasi senyawa fenolik dari kulit buah
manggis. Senyawa fenolik yang diisolasi dalam hal ini yaitu alpha-mangostin.
Dalam melakukan ekstraksi dapat dilakukan beberapa cara, seperti maserasi,
perkolasi, digestasi, infusi, dan sokletasi. Namun, pada isolasi alpha-mangostin ini
kami menggunakan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Pemilihan cara ini dikarenakan
memiliki beberapa kelebihan yaitu praktis, tidak melibatkan pemanasan yang
dapat menyebabkan terdekomposisinya senyawa senyawa target dan cara
penggunaannya mudah (Simanjuntak, 2009).

Pada percobaan ini, kami menggunakan kulit buah manggis yang telah
menjadi serbuk dan ditimbang seberat 100 gram, kemudian dibagi dalam dua
botol infuse berukuran 500 ml masing-masing 50 gram. Setelah itu dilakukan
maserasi. Maserasi pertama menggunakan etanol selama 1 hari kemudian
disaring. Tujuan maserasi dengan etanol yaitu untuk menghilangkan zat pengotor
yang ada dalam sampel kulit buah manggis ini. Selanjutnya dilakukan
rekristalisasi. Proses rekristalisasi ini menggunakan n-Heksan sampai zat
pengotornya hilang mekanisme yaitu dengan reaksi pendesakan zat yang bersifat
polat akan larut dengan pelarut yang polar juga begitu sebalikya. Setalah
dilakukan 6 kali rekristalisasi didapatkan larutan berwarna kuning bening.
Kemudian diuapkan lagi sampai setengah nya. Setelah diuapkan untuk yang
kedua kalinya didapatkan endapan berwarna kuning. Endapan (isolat) tersebut
dipisahkan kedalam botol vial kemudian ditimbang. Didapatkan hasil bahwa dari
100 gram kulit manggis, alpha-mangostin yang dapat diisolasi sebanyak 0,2530
gram.

Saat pengujian KLT menggunakan eluen kloroform/CHCl3 : etil asetat (9:1)


dan sampel dilarutkan dengan etil asetat. Pada hasil KLT yang telah diuji terlihat
jelas bahwa alpha-mangostin yang ditotolkan pada plat KLT menghasilkan noda
yang bagus, dimana noda yang dihasilkan hanya satu. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan Rf nya adalah 0,54

Dari suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuk kulit buah manggis
instan mengandung kadar alfa-mangostin sebesar 0,59 mg/g, antosianin sebanyak
1,13mg/g, dan kadar fenolik sebesar 8,49 mg/g per satuan bobot sampel kering,
sedangkan kapasitas antioksidannya sebesar 19,72 mg/g (Permana., 2012).

Pada praktikum ini kami hanya menghitung kadar alpha-mangostinnya saja.


Dari praktikum didapat berat isolate hasil isolasi alpha-mangostin ini adalah
0,2530 gram. Jika dibandingkan dengan literature diatas berat isolate yang didapat
ini terlalu sedikit. Karena seharusnya dalam 100 gram serbuk kulit buah manggis
mengandung 59 mg alpha-mangostin. Hal ini mungkin saja terjadi karena
perhitungan berat isolate tersebut merupakan campuran dari senyawa-senyawa
lain yang juga terdapat di dalam kulit buah manggis, jadi bukan hanya alpha-
mangostin saja.selain itu mungkin terjadi juga kesalahan saat menimbang vial
kosong dan sampel hasil isolat yang kurang kuantitatif.

Randemen alfa mangostin yang didapatkan adlah 0,253 % sedangkan


berdasarkan literatur rendemen alfa mangostin yang seharusnya dalah 0,410%
(Verheij ,1992). Hal ini mungkin pelarut yang digunakan adalah etanol
sedangkan pada literatur pelarut yang menghasilkan ekstrak paling besar metanol
(Verheij ,1992).

Dalam melaksanakan praktikum ini hampir tidak ada kesulitan atau kendala
yang dirasakan kelompok kami karena alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk melakukan isolasi alpha-mangostin sudah disediakan di laboratorium.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai


berikut :

1. Dari 100 gram Garcinia mangostana L. didapatkan serbuk


sebanyak 0.2530 gram.
2. Isolat yang didapat berupa serbuk kekuningan.
3. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 0,2530 %.
4. Rf yang didapat adalah 0,54,
5.2 Saran

Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar :

1. Praktikan lebih memahami prosedur kerja dengan membaca dan


memahami terlebih dahulu.
2. Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam bekerja ( terutama
dalam pemurnian dan rekristalisasi) agar didapatkan hasil yang lebih
sempurna.
3. Gunakan eluen yang sesuai untuk mendapatkan noda yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Larson, Ryan T., Jeffrey M. Lorch., Julia W. Pridgeon. 2010. The Biological
Activity of alpha-Mangostin, a Larvicidal Botanic Mosquito Sterol Carrier
Protein-2 Inhibitor. J. Med. Entomol. 47(2).

Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. GAB Inc. New York.

Nimaa, D. K., Subakir dan Suhardjono. 2011. Perbandingan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn) dengan Ketokonazole 2% dalam
Menghambat Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada Ketombe.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Nugroho, A. E., 2011. Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari Kulit Buah
yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti., Prabawati Sulusi., dan Dondy A S.
2012. Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional
Berkarbonasi. Bogor: J. Pascapanen 9(2) 2012: 88 95.

Rahmah, Sylvia Aulia., Suharti dan Subandi. 2012. Uji Aantibakteri dan Daya
Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap
Aktivitas Xantin Oksidase yang Diisolasi dari Air Susu Sapi Segar.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Simanjuntak, Megawati. 2009. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak


Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum .L). Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Verheij, E.W.M. 1992. Garcinia mangostana L. p. 177-181. In. E.W.M. Verheij


and R.E. Coronel (Eds). Edible Fruit and Nuts. Plant Resources of South
East Asia 2. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai