OLEH:
NAMA : NOVA LESTARI
NO.BP : 1411011043
KELOMPOK : 2 (DUA)
SHIFT : III ( RABU SIANG )
OLEH:
Nama : Nova Lestari
No.BP : 1411011043
Kelompok : 2/III (Rabu Siang)
Rekan Kerja : 1. Amelya Pradipta (1411011003)
2. Retno gustia Sari (1411011032)
3. Widya Elisa (1411011033)
4. Ledya ayudila (1411011065)
5. A. Muzammil (1411012023)
6. Yaserly Febriana (1411012032)
PEDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekan cara mengisolasi golongan senyawa
alkaloid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa alkaloid hasil isolasi
1.3 Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan kita dalam meningkattan nilai guna
piperin (Piper nigrum L.) bukan hanya sebagai bumbu masakan tetapi
juga sebagai bahan obat herbal.
2. Memperoleh informasi bagamana cara mengisolasi senyawa metabolit
sekunder seperti piperin (Piper nigrum L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (dikotiledon)
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L (Hariana, 2006).
2.2 Morfologi
Lada hitam merupakan tanaman herba tahunan dan memanjat.
(Hariana,2006)
1. Batang
Batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, dan
berwarna hijau kotor. (Hariana,2006)
2. Daun
Daun tunggal, bulat telur, pangkal bentuk jantung, ujung runcing,
tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, dan
warna hijau (Hariana, 2006)
3. Bunga
Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung, panjang 3,5-22 cm,
dan warna hijau. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau, dan
setelah tua berwarna merah (Hariana, 2006)
4. Akar
Mempunyai 2 akar yaitu di bawah tanah dan di atas tanah. Akar
dalam tanah berjenis tunggang sedangkan akar di atas tanah berupa
akar lekat atau panjat. Berbentuk agak pipih, berwarna abu-abu tua,
beruas-ruas dan lekas berkayu serta berakar lekat. Tanaman ini
mempunyai 2 jenis cabang yaitu cabang orthotrop (tumbuh pada
batang pokok dan mengarah ke atas) dan cabang plagiotrop (tumbuh
dari batang orthotrop) (Hariana, 2006).
5. Bentuk dan warna buah
Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras, dan berkulit buah yang
lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau sedangkan yang
tua berwarna kuning. Apabila buah sudah masak berwarna merah dan
berlendir dengan rasa manis. Sesudah dikeringkan lada itu berwarna
hitam. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau, dan setelah tua
berwarna merah (Hariana, 2006)
6. Kedudukan buah
Buah lada merupakan buah duduk yang melekat pada malai. Besar
kulit dan bijinya 4-6 mm sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100
biji kurang lebih 38 gr atau rata-rata 4,5 gr (Hariana, 2006)
7. Keadaan kulit buah
Kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit
luar), mesocarp (kulit tengah), dan endocarp (kulit dalam) (Hariana,
2006)
8. Biji
Di dalam kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari
lada. Biji-biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Hariana,
2006)
2.5.2 Khasiat yang didukung data klinis dan penelitian pada manusia
2.5.4 Eksraksi
Ekstraksi yang dipakai untuk melakukan pengujian pada buah lada hitam ini
yaitu maserasi (ekstraksi cara dingin).Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut
dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Anwar,1994).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
terpekat didesak keluar. (Anwar,1994).
2.5.4 KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida
lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT
juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi,
dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi- pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf
yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan
sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil
dari 1,0 (Anita ,2011)
Perhitungan nilai Rf Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari
campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi
senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang
ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses
penguapan.Pengukuran berlangsung sebagai berikut: Nilai Rf untuk setiap warna
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf = .
(Anita ,2011)
2.5.5 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solvent) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa
syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam suatu proses kristalisasi yaitu
memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal dan mudah
dipisahkan dari kristalnya (Anita , 2011).
Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang
terbentuk dipisahkan satu dengan yang lainnya, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondisi
supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara teoritis ada empat metoda untuk
menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperature, menguapkan solvent,
reaksi kimia dan mengubah komposisi solvent (Anita, 2011).
BAB III
PROSEDUR KERJA
2. Bahan
a. buah lada hitam (Piper nigrum) sebanyak 25 gram
b. metanol
c. kalium hidroksida
d. Etil asetat
e. kertas saring
f. plat KLT
g. n - heksan
3.2 Cara Kerja
1. Ditimbang buah lada hitam sebanyak 25 g kemudian diblender sampai
halus
2. Dimaserasi dengan metanol sebanyak 250 ml dan dibiarkan selama 3
hari.
3. Hasil maserasi (maserat) disaring memakai kertas saring. Kemudian
maserat dicuci dengan metanol, lalu diuapkan dengan alat rotary
evaporator.
4. Hasil penguapan ditambahkan KOH 10% lebih kurang sebanyak 10
mL.
5. Saring ,diamkan 24 jam
6. Rekristalisasi dengan etil asetat dan dipanaskan pada waterbath
7. Tambahkan n-heksan ke sampel dan dibiarkan hingga terbentuk kristal.
8. Rekristalisasi kembali dengan etil asetat kemudian panaskan pada
waterbath. Tambahkan n-heksan kembali dan didiamkan hingga
terbentuk kristal.
9. Ditimbang massa isolat yang didapat. Cek KLT dengan menggunakan
fase diam berupa silika gel dan fase gerak berupa n-heksan : etil asetat
(2:3).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Organoleptis
Bentuk : kristal jarum
Warna : kuning muda
Bau : menyengat
Rasa : pedas
b. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
c. Hasil isolat
Berat vial kosong = 12.12 gram
Berat vial + isolate = 12,469gram
Berat isolat murni = 0.3497gram
Berat isolat kurang murni = 0.0317 gram
Total isolat = 0.6624 gram
d. Rendemen
= 2,65 %
Rf =
= 0,75 cm
f. Foto KLT dan Isolat
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari Piper nigrum 25 g didapatkan kristal sebanyak 0,6624 gram
2. Kristal berupa jarum halus kuning muda dan didapat kristal dengan
ukuran besar & kecil
3. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 2,65 %
4. Nilai Rf yang didapat adalah 0,75
5.2 Saran
Dengan adanya percobaan terhadap objek ini, yaitu isolasi piperin, maka
disarankan kepada praktikan selanjutnya agar :
1. Praktikan lebih memahami dan wawasan tentang isolasi piperin
sebelum dan setelah melakukan percobaan.
2. Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dan lebih bersih dalam
bekerja (terutama dalam pemurnian dan rekristalisasi) agar
didapatkan hasil yang sempurna.
3. Gunakan eluen yang sesuai untuk mendapatkan noda yang bagus
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati, Dian. 2010. Efek Farmakologi Suspensi Biji Lada Hitam (Piper
Nigrum L) dan Piperin Terhadap Tekanan Daerah Kucing Teranestesi.
Jurnal Sains : Universita Muhammadiyah Malang.
OLEH:
Nama : Nova Lestari
No.BP : 1411011043
Kelompok : 2/III (Rabu Siang)
Rekan Kerja : 1. Amelya Pradipta (1411011003)
2. Retno gustia Sari (1411011032)
3. Widya Elisa (1411011033)
4. Ledya ayudila (1411011065)
5. A. Muzammil (1411012023)
6. Yaserly Febriana (1411012032)
2.3 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang bagaimana cara mengisolasi senyawa
flavonoid dari tumbuhan
2. Memberikan informasi tentang manfaat senyawa flavonoid dari tumbuhan
singkong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Morfologi
a. Umbi
Umbi yang dihasilkan oleh tanaman singkong ini berbentuk panjang
dengan berat umbinya sekitar 500 gram dan bahkan lebih. Umbi dari tanaman
singkong berwarna coklat keputih-putihan dengan kulit yang sangat tipis.
(Dalimartha, 1999)
b. Batang
Manihot utillissima atau yang lebih dikenal dengan nama singkong ini
memiliki batang yang berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, berkayu dan
tumbuh dengan memanjang. Batang dari tanaman singkong ini dapat tumbuh 2
hingga 3 cm. Selain itu ukuran batang tanaman singkong berbeda-beda
tergantung dari varietasnya, misalnya besar dan memiliki batang berwarna
kecoklatan. (Dalimartha, 1999)
c. Daun
Tanaman singkong memiliki daun yang berbentuk seperti 5 jari dan juga
lonjong yang memiliki garis pada setiap daun dengan tepi yang
rata.Sedangkan pada bagian ujung dari daun singkong tersebut terlihat seperti
sangat tajam. Daun singkong memiliki warna hijau tua dan ada juga daun
yang berwarna agak kekuningan.Singkong merupakan salah satu tanaman
yang umbinya dapat dikonsumsi. Apabila dilihat dari kandungan yang ada di
dalam singkong, tanaman ini memiliki gizi yang cukup tinggi.Dalam setiap
satu gram singkong mengandung 121 kalori, 34 gram karbohidrat, 1,20 gram
protein, 30 mg vitamin C, 33 mg kalsium, 62,50 gram air, 40 gram fosfor,
0,70 mg besi, 0,30 gram lemak, dan 0,01 mg vitamin B1. (Dalimartha, 1999)
2.3 Kandungan Kimia
Kandungan senyawa dalam daun singkong adalah flavonoid,
triterpenoid, saponin, tannin dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Menurut hasil
penelitian, daun singkong termasuk jenis sayuran yang banyak mengandung
flavonoid. Kandungan utama flavonoid daun singkong adalah rutin yang
merupakan glikosida kuersetin dengan disakarida yang terdiri dari glukosa
dan shamnosa (Shukla, 2012).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur
kimia C6-C3-C6 (Redha, 2010). Menurut Harbone (1996), flavonoid
merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa yang merupakan
golongan terbesar dari fenol ini dapat diekstraksi dengan etanol 70%.
Flavonoid mampu menstimulasi peningkatan pengeluaran insulin dari sel
pankreas. Flavonoid mampu menstimulasi pengambilan glukosa pada
jaringan perifer, mengatur aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat dalam
jalur metabolisme karbohidrat dan bertindak menyerupai insulin
(insulinomimetic), dengan mempengaruhi insulin signaling (Daliamartha,
1999).
Gambar 2. Struktur Rutin (Shukla, 2012)
Rutin termasuk golongan flavonoid glikosida yang berbentuk
padat,berwarna kuning pucat dan biasanya larut dalam air ,mempunyai berat
molekul sekitar,610,53 Dalton.Ritin mempunyai aktivitas sebagai anti
inflamasi,antikarsinogenik,antitrombik,sitoprotektif dan aktivitas vasoprotective
(Hariana,2006)
Rutin dapat berguna pada edem vea,dapat melindungi pembuluh darahdan
melawan beberapa racun dan mempunyai efek anti inflamasi yang sebaik efek
antikanker.rutin telah dibuktikan bisa mengobati hemoroid dan varieses
pembuluh darah vena.Rutin aman dan efektif untuk melancarkan sirkulassi
arah,tekanan darah tinggi,varieses vena dan penyempitan pembuluh darah kapiler
.penelitan terbaru meyatakan bahwa rutin merupakan antioksidan kuat yang
melawan radikal bebas . Radikal bebas ini berperan dalam 90% dari penyakit
pada manusia seperti kanker,arterosklerosis dan strok (Daliamartha, 1999).
Manfaat
Daun singkong (Manihot esculenta ) memiliki kandungan gizi yang tinggi,
diantaranya flavonoid dan saponin dikenal sebagai senyawa di dalam dunia
tumbuhan yang memiliki peran sebagai antiinflamasi dan antibakteri. Kedua zat
tersebut berperan dalam menghambat siklus aradang yaitu siklooksigenase dan
lipoksigenase. Vitamin C yang terkandung dalam daun singkong sebesar 275 mg
setiap 100 gr daun singkong . Vitamin C dikenal sebagai nutrisi yang berguna
untuk mengobati dan mencegah terjadinya penyakit sariawan atau kelainan mulut
yang lainnya. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen, berfungsi sebagai
antioksidan, meningkatkan kerja sistem imun tubuh dan sebagai pencegah kanker .
Selain vitamin C, terdapat kandungan Vitamin A sebesar 11.000 SI. Vitamin A
berperan dalam diferensiasi dan pergantian sel . Protein dalam daun singkong
berupa asam amino methionin yang nantinya akan menginduksi cystein. Cystein
adalah faktor pertumbuhan yang berperan dalam sintesis kolagen. Adanya zat-zat
diatas dapat memungkinkan daun singkong (Manihot esculenta) dapat digunakan
sebagai obat herbal yang dapat meningkatkan kecepatan regenerasi epitel pada
penyembuhan luka (Mursyidi,1989).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Boliler 8. Seperangkat alat rotary
2. Steamer 9. Corong
3. Kempa hidrolik 10. Kain penyaring
4. Wadah penampung 11. Alat tulis
5. Erlenmeyer 12. Chember
6. Botol 100 ml 13. Penotol
7. Pipet tetes
3.2 Bahan
1. Daun singkong segar 25 kg 6. Air
2. Metanol 7. n - heksan
3. Etil asetat
4. Kertas saring
5. Asam asetat
3.3 Cara kerja
1. Di rebus daun singkong segar 25 kg selama 1 jam
2. Dikempa, lalu air kempa ditampung dan didiamkan selama 3 hari
3. Disaring dan diambil endapannya lalu ditimbang
4. Endapannya diambil sebanyak 50 gram,dilarutkan dengan metanol 500 ml
5. Diupakan filtrat endapan daun singkong dengan alat rotary evaporator
6. Di rekristalisasi dengan etil dan n-heksan
7. Dicek KLT senyawa hasil isolasi dengan menggunakan fase diam silika
gel 60 F250 fase gerak etil asetat: asam asetat:Air (4:1:5) .lihat dibawah
sinar uv pada panjang gelombang maksimal 365 nm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Organoleptis
- Bentuk : Serbuk
- Warna : kuning
- Bau : Aroma singkong
b. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
c. Berat senyawa isolat :
- Berat vial kosong : 11,2774 g
- Berat vial+ isolat : 12,2225 g
- Berat isolat : 0,9451 g
d. Rendemen : x 100%
: x 100%
: 1,8902 %
e. Profil KLT dan Rf
- Eluen : Etil asetat: asam asetat : Air (4:1:5)
- Penampak noda :-
a. RF :
= 0,489 cm
Gambar 4.1 isolat daun singkong Gambar4.2 KLT Daun singkong
.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan isolasi senyawa falvonoid dari daun
singkong (Manihot esculenta Cranz) dengan tujuan untuk mendapatkan
senyawa metabolit sekunder yaitu rutin. Sampel daun singkong ini di
ekstrakasi dengan metoda perebusan menggunakan air.hal ini dilakukan
karena air mampu menarik senyawa senyawa rutin yang ada pada daun
singkong (Manihot esculenta Cranz). Senyawa rutin merupakan senyawa
flavonoid glikosida yang berifat polar sehingga dapat ditarik oleh air dalam
proses perebusan. Daun singkong yang digunakan adalah daun yang segar
karena jika sampel yang kita gunakan sampel yang kering maka kadar rutin
yang kita dapat kan akan sedikit bahkan tidak ada.
Selanjutnya hasil rebusan dilakukan pengempaan dengan alat kempa
hidrolik yang ada di KTO.kemudian air kempaan dan air rebusan dibiarkan
selama 3 hari,namun setelah dibiarkan selama 3 hari endapan telah terbentuk
akan tetapi dipenui oleh jamur,hal ini mungkin sampel kami kurang tertutup
rapat sehingga mudah tekontaminasi oleh mikrorganisme lain.menurut aslab
waktu itu jika sampel yang sudah tekontaminasi oleh jamur maka warna
endapannya yang didapat sangat beragam seperti hijau tua ,hijau muda, hujau
kekuningan .Oleh karena itu pada percobaan kami mencoba mengelompokan
ke dalam beberapa botol isi 100 ml, dengan label endapan banyak
berjamur(hijau tua),endapan sedikit berjamur(hijau),dan endapan tidak
berjamur(hijau kekuningan).
Selanjutnya sampel dimeserasi dengan pelarut metanol yang merupakan
pelarut polar sehingga mampu menarik senyawa zat aktif (rutin) dari daun
singkong (Manihot esculenta Cranz). Air juga merupakan pelarut polar tapi
tidak kami gunakan untuk melarutkan sampel karena tidih air 100 C ,maka
akan lama untuk menguapakannya pada saat merotary bila dibandingkan
dengan titik didh metanol 78 C, sehingga proses penguapan akan lebih cepat.
Setelah dilakukan meserasi selanjutnya dilakukan pemisahan pelarut
dengan cara menguapkan pelarutnya dengan menggunakan alat rotary
evaporator sehingga didapatlah hasil berupa ekstark kental metanol.
Untuk mendapan kristal dari smapel daun singkong ini maka kami
melakukan rekristalisasi.rekristalisasi adalah pemurinian senyawa dari
campuran pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tesebut
setelah dilarutkan dengan pelarut yang cocok,atau di sebut juga istilah reaksi
pendesakan.
Kristal murni yang diperoleh adalah 0,9541 garam dari 50 gram
dan 351 gram endapan dari sampel ,sehingga di peroleh persentasi rendemen
sebesar berturut-turu adalah 1,8902 % dan 13,27 % ,sedangkan nilai Rf yang
diperoleh adalah 0,489. Nilai tersebut hampir sesuai dengan literatur.dimana
nilai rutin adalah 0,5 (Sukla,2012). Hal ini menunjukan bahwa senyawa rutin
yang didapatkan hampir murni,harga Rf yang didapatkan sedikit berbeda
dari harga rf yang seharusnya mungkin dikarenakan endapan yang didapatkan
masih mengadung jamur selain itu juga mungkin karena eluen yang tidak
sesuai pada saat KLT dimana pada proses pecobaan KLT eluen seharusnya
menggunakan butanol namun pada saat praktikum kami menggunakan etil
asetat yang tingkat kepolarannya berbeda dengan butanol.
Pada proses KLT (kromatografi Lempeng Tipis ) yang dilakukan
seharusnya adalah menotolkan senyawa pembanding di samping sampel
sehingga jika noda sampel yang tebentuk sejajar denga pemanding maka
dapat disimpulkan bawah zat yang kita peroleh itu adalah zat murni.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Teliti dan cermat dalam bekerja
Pahami teori dan prinsip dari metoda isolasi dengan seksama
Hati- hati pada penotolan sampel pada plat KLT agar di dapati noda
yang bagus, tidak merembes dan tidak terjadi tailing.
Hati- hati dalam maserasi, pastikan pengocokan cukup hingga 1 jam
sehingga senyawa terlarut sempurna dalam pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
(Centella asiatica L)
OLEH:
NOVA LESTARI
1411011043
1.2 Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekan cara mengidentifikasi triterpenoid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi triterpenoid
1.3 Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan nilai guna
pegagan ( Centella asiatica L.Urban)
2. Memberikan informasi bagaimana cara mengiosolasi dan
mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada pegagan (
Centella asiatica L.Urban)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi
Menurut Dalimartha klasifikasi tumbuhan Centella asiatica L. adalah
sebagai berikut ( Dhalimartha,2000) :
SubDivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbellales
Genus : Centella
6. Rendemen : x 100%
: 0,9147 %
7. Profil KLT dan Rf
a. Eluen : etil asetat : metanol: aquadest (4 : 1 : 0,5)
b. Penampak noda :-
c. RF : Rf1 =
=0,4
Rf2 =
=0,87 cm
Gambar 4.1 KLT pegagan Gambar 4.2 isolat pegagan
4.2 Pembahasan
4.1. Saran
Teliti dan cermat dalam bekerja
Pahami teori dan prinsip dari metoda isolasi dengan seksama
Hati- hati pada penotolan sampel pada plat KLT agar di dapati noda
yang bagus, tidak merembes dan tidak terjadi tailing.
Hati- hati dalam maserasi, pastikan pengocokan cukup hingga 1 jam
sehingga senyawa terlarut sempurna dalam pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH:
NOVA LESTARI
1411011043
Buah manggis merupakan salah satu buah khas Indonesia yang banyak
digemari oleh masyarakat Indonesia. Rasa buah yang khas menjadi salah satu
daya tarik dan keeksotisan warna buah manggis ini menyebabkan ia dijuluki
sebagai Ratu Buah. Selain itu, harganya yang terjangkau membuat manggis
semakin dinikmati.Akan tetapi getah yang terdapat pada kulit manggis ini,
membuat banyak orang tidak menggunakanya dan hanya mengolah buahnya saja.
Padahal sebenarnya kandungan dalam kulit manggis ini sangat banyak
manfaatnya (Hariana,2008)
Selain itu Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak
digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya
Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan dikenal
sebagai obat tradisional, sehingga kita perlu dilakukan praktikum KBA II ini
tentang bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia
terpenoid dimana nantinya tumbuhan obat ini bisa dimanfaatkan sebagai obat
yang berkhasiat.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekan cara mengisolasi golongan senyawa
fenolik
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa fenolik hasil isolasi
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang bagaimana cara mengisolasi senyawa
fenolik dari kulit manggis
2. Memberikan informasi tentang manfaat senyawa fenolik dari buah kulit
manggis
BAB II
ISI
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
2.2 Morfologi
b. Alpha-mangostin
2.5 Manfaat
Studi fitokimia menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam Kulit
Buah Manggis, terutama xanthone, antosianin dan kelompok senyawa fenolik
lainnya memiliki sifat fungsional dan manfaat untuk kesehatan seperti
antidiabetes, antikanker, antiinflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh,
antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan sebagainya (Permana, 2012).
a. Antioksidan
Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis
berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006)
menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas
antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan
95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkapan radikal bebas
2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai
potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak
tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.
Seiring dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan penelitian aktivitas
antioksidan dari semua senyawa kandungan kulit buah manggis. Dari hasil
skrining aktivitas antioksidan dari senyawa-senyawa tersebut, yang menunjukkan
aktivitas poten adalah : 8 hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin,
gamma-mangostin dan smeathxanton (Permana,2012).
b. Antiketombe
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn) telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai obat antiketombe. Manggis (Garcinia mangostana)
mengandung zat-zat antara lain: triterpenoid, mangostin, tannin, resin, kalsium,
zat besi, dan vitamin B1. Bahkan saat ini terdapat shampo kulit buah manggis
(Garcinia mangostana Linn) untuk antiketombe (Nimaa, 2011).
c. Antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil peran penting
adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan
serotonin. Alergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun
alergen yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi
imunoglobulin E (IgE) (Nimaa, 2011).
Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor
FceRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali
antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin
.Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin tersebut, dalam
melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta
dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin. Dari
analisa komponen-komponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel
silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma
mangostin. Alfa mangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas penghambatan
kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak kelinci terisolasi, yang
diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin H. Namun, senyawa tersebut
tidak menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang diinduksi karbakol, penilefrin
dan KCl. Alfa mangostin juga mampu menghambat ikatan [3H]mepiramin
terhadap sel otot polos aorta tikus. Senyawa terakhir tersebut merupakan
antagonis spesifik bagi reseptor histamin H. Dari analisa kinetika ikatan
[3H]mepiramin mengindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara
kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa mangostin tersebut
dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H, sedangkan
gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5-
hidroksitriptamin 2A atau 5HT. Dalam melakukan penelitian ke arah mekanisme
ekstrak kulit buah manggis tersebut. Pada penelitian tersebut ekstrak kulit
manggis yaitu : etanol 100%, 70 %, 40% dan air, diuji terhadap sintesa
prostaglandin E dan pelepasan histamin. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek
paling poten dalam menghambat pelepasan histamin dari sel 2H3RBL yang
diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat sintesa
PGE2 dari sel glioma tikus yang diinduksi ionophore A23187. Pada reaksi
anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit manggis juga menunjukkan
aktivitas penghambatan reaksi tersebut. Dari penelitian ini, ekstrak etanol 40 %
buah manggis adalah paling poten dalam menghambat sintesa PGE dan pelepasan
histamin (Nugroho, 2011).
d. Antibakteri
Nimaa bersama kelompoknya melakukan penelitian tentang alfa
mangostin, gamma mangostin dan garsinon B dari kulit manggis yang dapat
menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya
dalam mengobati penyakit infeksi, masyarakat sering menggunakan obat
antibiotik seperti Tetracycline, Ampicillin, Amoxicillin atau antibiotik lainnya
yang mudah diperoleh. Namun pemakaian antibiotik secara berlebihan dan kurang
terarah dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada beberapa antibiotic
tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan penyakit itu.
Oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan bahan alami sebagai alternatif
pengobatan. Pada jurnal ini juga dilakukan skrining fitokimia untuk memastikan
komponen kimia yang terkandung dalam kulit manggis dan aktivitasnya dalam
menghambat xantin oksidase serta kemampuan antibakterinya terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Nimaa, 2011).
Ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri terhadap E.
coli dan S. aureus; daya hambat terhadap E. coli ini setara dengan 24,41 ppm
Tetracycline; 59,29 ppm Ampicillin dan 85,57 ppm Amoxicillin; daya hambat
terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline; 85,69 ppm Ampicillin
dan 11,11 ppm Amoxicillin. (Rahmah, 2012).
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit manggis menunjukkan bahwa
kulit buah manggis mengandung saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid.
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri,
maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis. Flavonoid merupakan kelompok
senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga
mengganggu proses metabolisme. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu
bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan
protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri.
Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin (Larson,
2010)
2.6 KLT
Teknik ini bertujuan untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan
prinsip adsorpsi dan partisi. Lempeng KLT terbuat dari gelas atau logam yang
tahan karat atau lempeng besi yang cocok sebagai penyangga. (Simanjuntak,
2009).
Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel, aluminium oksida,
sellulosa dan lainnya. Silica gel adalah penyerap umum yang banyak digunakan
karena mempunyai daya pemisahan yang baik (Simanjuntak, 2009).
Pemisahan komponen suatu senyawa yang dipisahkan dengan KLT
tergantung pada jenis pelarut dan zat penyerap dengan sifat daya serap masing-
masing terhadap komponen kimia. (Simanjuntak, 2009).
Komponen yang terlarut akan terbawa oleh fasa diam (penyerap) dengan
kecepatan perpindahan yang berbeda-beda. Perbandingan kecepatan bergeraknya
komponen terlarut dalam fasa gerak (pelarut) adalah dasar untuk mengidentifikasi
komponen yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini dinyatakan dalam Rf.
(Simanjuntak, 2009).
Rf =
2.7 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ada
beberapa metode ekstraksi yaitu :
a. Ekstraksi dingin : - Maserasi
- Perkolasi
b. Ekstraksi panas : - Refluks
- Digesti
- Infus
- Dekok
- Sokletasi
Pada praktikum ini ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dingin
dengan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperature ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Simanjuntak, 2009).
BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Alat
Timbangan Analitik, Botol infuse 500 ml, Corong, Rotary evaporator, Pipet
tetes, Vial, blender , kertas saring.
2.2 Bahan
4.1 Hasil
8. Organoleptis
. Bentuk : Serbuk
a. Warna : Kuning
9. Kelarutan : Larut dalam etil asetat
10. Berat senyawa isolat :
a. Berat vial kosong : 9,6700 g
b. Berat vial+ isolat : 9,923 g
c. Berat isolat : 0,2530 g
11. Berat sampel : 100 g
: 0,2530 %
13. Profil KLT dan Rf
a. Eluen : kloroform: etil asetat (9:1)
b. Penampak noda :-
c. RF :
Rf 1 = = = 0,54 cm
Rf 2 = = =0,58cm
Rf 3 = = = 0,72cm
Rf 4 = = = 0,92cm
d. KLT dan Isolat
Pada praktikum ini kami melakukan isolasi senyawa fenolik dari kulit buah
manggis. Senyawa fenolik yang diisolasi dalam hal ini yaitu alpha-mangostin.
Dalam melakukan ekstraksi dapat dilakukan beberapa cara, seperti maserasi,
perkolasi, digestasi, infusi, dan sokletasi. Namun, pada isolasi alpha-mangostin ini
kami menggunakan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan
simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Pemilihan cara ini dikarenakan
memiliki beberapa kelebihan yaitu praktis, tidak melibatkan pemanasan yang
dapat menyebabkan terdekomposisinya senyawa senyawa target dan cara
penggunaannya mudah (Simanjuntak, 2009).
Pada percobaan ini, kami menggunakan kulit buah manggis yang telah
menjadi serbuk dan ditimbang seberat 100 gram, kemudian dibagi dalam dua
botol infuse berukuran 500 ml masing-masing 50 gram. Setelah itu dilakukan
maserasi. Maserasi pertama menggunakan etanol selama 1 hari kemudian
disaring. Tujuan maserasi dengan etanol yaitu untuk menghilangkan zat pengotor
yang ada dalam sampel kulit buah manggis ini. Selanjutnya dilakukan
rekristalisasi. Proses rekristalisasi ini menggunakan n-Heksan sampai zat
pengotornya hilang mekanisme yaitu dengan reaksi pendesakan zat yang bersifat
polat akan larut dengan pelarut yang polar juga begitu sebalikya. Setalah
dilakukan 6 kali rekristalisasi didapatkan larutan berwarna kuning bening.
Kemudian diuapkan lagi sampai setengah nya. Setelah diuapkan untuk yang
kedua kalinya didapatkan endapan berwarna kuning. Endapan (isolat) tersebut
dipisahkan kedalam botol vial kemudian ditimbang. Didapatkan hasil bahwa dari
100 gram kulit manggis, alpha-mangostin yang dapat diisolasi sebanyak 0,2530
gram.
Dari suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuk kulit buah manggis
instan mengandung kadar alfa-mangostin sebesar 0,59 mg/g, antosianin sebanyak
1,13mg/g, dan kadar fenolik sebesar 8,49 mg/g per satuan bobot sampel kering,
sedangkan kapasitas antioksidannya sebesar 19,72 mg/g (Permana., 2012).
Dalam melaksanakan praktikum ini hampir tidak ada kesulitan atau kendala
yang dirasakan kelompok kami karena alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk melakukan isolasi alpha-mangostin sudah disediakan di laboratorium.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Nakasone, H. Y and R.E. Paull. 1999. Tropical Fruits. GAB Inc. New York.
Nimaa, D. K., Subakir dan Suhardjono. 2011. Perbandingan Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn) dengan Ketokonazole 2% dalam
Menghambat Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada Ketombe.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugroho, A. E., 2011. Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari Kulit Buah
yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti., Prabawati Sulusi., dan Dondy A S.
2012. Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional
Berkarbonasi. Bogor: J. Pascapanen 9(2) 2012: 88 95.
Rahmah, Sylvia Aulia., Suharti dan Subandi. 2012. Uji Aantibakteri dan Daya
Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap
Aktivitas Xantin Oksidase yang Diisolasi dari Air Susu Sapi Segar.
Malang: Universitas Negeri Malang.