Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
JAKARTA, OKTOBER 2013
I
OUTLINE PENDAHULUAN
II
PERKEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PEREKONOMIAN
III
PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN IMPOR GULA KRISTAL
IV RAFINASI (GKR) UNTUK INDUSTRI MAKANAN,
MINUMAN DAN FARMASI
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA KRISTAL RAFINASI
V
PENUTUP

2
I. PENDAHULUAN
1. Industri makanan merupakan industri yang penting dan startegis, karena
mendukung ketahanan pangan dan memberikan kontribusi yang besar
terhadap perekonomian nasional, baik melalui peranannya dalam
pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja maupun perolehan devisa.
2. Perkembangan industri makanan harus didukung antara lain melalui
penyediaan bahan baku yang cukup dan berkesinambungan serta
kebijakan lainnya agar dapat beroperasi secara efisien, yang pada
gilirannya diharapkan mampu mempertahankan pasar dalam negeri dari
serbuan produk makanan impor maupun dalam memperebutkan pasar
ekspor.
3. Salah satu bahan baku/bahan penolong untuk industri makanan adalah
gula kristal rafinasi (GKR).

4
II. PERKEMBANGAN INDUSTRI
MAKANAN DAN MINUMAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP
PEREKONOMIAN
Satuan %

6
PERTUMBUHAN KUMILATIF INDUSTRI MAKANAN DAN
MINUMAN TAHUN 2006 - 2013 (JAN JUNI)

Januari s/d Juni


URAIAN
2011 2012 2013
Pertumbuhan PDB Ekonomi 6,49 6,32 5,92
Pertumbuhan PDB Non Migas 7,02 6,8 6,51
Pertumbuhan PDB Mamintem 6,93 6,95 3,43

7
(%)
2012** 2013***
LAPANGAN USAHA
II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II
(1) (58) (59) (60) (61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68)

1. INDUSTRI PENGOLAHAN 24,59 24,07 24,48 24,33 23,65 23,61 23,88 24,58 23,94 23,64 23,77
a. Industri M i g a s 3,66 3,46 3,18 3,41 3,25 3,17 2,99 2,96 3,09 2,98 2,96
1). Pengilangan Minyak Bumi 1,89 1,70 1,67 1,77 1,66 1,60 1,52 1,54 1,58 1,54 1,58
2). Gas Alam Cair 1,77 1,75 1,51 1,64 1,59 1,57 1,46 1,42 1,51 1,44 1,37
b. Industri tanpa Migas 20,92 20,61 21,30 20,92 20,40 20,45 20,89 21,63 20,85 20,66 20,82
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 7,27 7,30 7,83 7,37 7,12 7,31 7,76 8,07 7,58 7,09 7,32
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1,94 1,89 1,93 1,93 1,88 1,88 1,88 1,95 1,90 1,89 1,94
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 1,15 1,11 1,11 1,14 1,09 0,98 1,02 1,08 1,04 1,09 1,06
4). Kertas dan Barang cetakan 0,96 0,89 0,91 0,93 0,87 0,80 0,77 0,81 0,81 0,84 0,81
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 2,66 2,51 2,53 2,56 2,55 2,51 2,69 2,75 2,63 2,68 2,51
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 0,68 0,66 0,71 0,68 0,68 0,70 0,71 0,72 0,70 0,71 0,71
7). Logam Dasar Besi & Baja 0,43 0,40 0,42 0,42 0,41 0,39 0,40 0,42 0,41 0,43 0,41
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 5,68 5,71 5,71 5,74 5,64 5,73 5,53 5,71 5,65 5,80 5,93
9). Barang lainnya 0,16 0,15 0,14 0,15 0,15 0,14 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13

PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 91,15 91,52 92,05 91,58 91,74 92,12 92,61 92,58 92,27 92,55 92,99
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
*** Angka sangat sangat sementara
Sumber : Pusdatin Kemenperin, 2013

8
TAHUN 2012 2013 (TRW II

Sumber : BPS dan Pusdatin (diolah)

9
Keterangan:
1. Makanan, Minuman
dan Tembakau
2. Tekstil, Barang Kulit &
Alas kaki
3. Barang Kayu & Hasil
Hutan Lainnya
4. Kertas dan Barang
Cetakan
5. Pupuk, Kimia &
Barang dari Karet
6. Semen & Brg. Galian
bukan logam
7. Logam Dasar Besi &
Baja
8. Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya
9. Barang Lainnya

* Sumber: BPS diolah Kemenperin

10
Perkembangan Ekspor
Januari - Juni
KELOMPOK KOMODITI 2008 2009 2010 2011 2012 %
%
2012 2013 Peran
Perub
2013
Makanan dan Minuman 9.975,2 7.858,8 9.078,2 4.505,2 4.652,9 2.328,4 2.361,9 1,44 4,17
Nilai: US$ Juta

Sumber: Pusdatin Kemenperin

Perkembangan Impor
Januari - Juni
%
KELOMPOK KOMODITI 2008 2009 2010 2011 2012 %
2012 2013 Peran
Perub
2013
Makanan dan Minuman 2.474,8 2.341,9 2562,3 6.851,9 6.158,4 3.081,0 3.115,7 1,13 4,62
Nilai: US$ Juta
Sumber: Pusdatin Kemenperin

12
III. PERKEMBANGAN
PRODUKSI DAN IMPOR
GULA KRISTAL RAFINASI
(GKR) UNTUK INDUSTRI
MAKANAN, MINUMAN
DAN
PERKEMBANGAN PRODUKSI GULA KRISTAL RAFINASI (GKR)
2004-2012

Produksi GKR
3.000.000
Rata-rata pertumbuhan = 26,35%/Tahun

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Produksi GKR

Sumber data : AGRI

14
PERKEMBANGAN IMPOR GULA KRISTAL RAFINASI (GKR)
2005-2012

Tahun IMPOR GKR


GKR (Ton)
800.000

2005 629.615 700.000

2006 462.741 600.000

2007 715.930 500.000

2008 453.743 400.000


IMPOR GKR

2009 150.191 300.000

2010 158.384 200.000

100.000
2011 60.412
0
2012 100.971 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber data : Ditjen Daglu Kemendag

15
PERUBAHAN KOMPOSISI IMPOR GULA KRISTAL RAFINASI (GKR)

Impor GKR Tahun 2011


Kawasan Spesifikasi
Berikat Khusus
12.000 Ton 25.068 Ton
Kawasan
Impor GKR Tahun 2012
Berikat Spesifikasi
13.135 Ton Khsusus
21.256 Ton

KITE
23.344 Ton

KITE
66.580 Ton

Keterangan:
- Jumlah impor melalui skema spesifikasi khusus (makin turun) berarti kemampuan PGR dalam negeri
semakin meningkat.
- Jumlah impor melalui skema KITE dan KB makin meningkat berarti ekspor produk makanan berbasis gula
juga makin meningkat

16
PERKEMBANGAN TENAGA KERJA INDUSTRI MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU
2005-2012

Tahun Tenaga Kerja


Perkembangan Tenaga Kerja Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau
2005 2.890.756 (Orang)
2006 2.885.159 4500000

2007 3.384.421 4000000

2008 3.402.704
3500000
2009 3.526.972
3000000
2010 3.734.252
2500000
2011 3.860.792 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

2012 3.994.405 Tenaga Kerja (Orang)

Sumber data : BPS diolah

17
IV. KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
INDUSTRI GULA KRISTAL
RAFINASI
1. Kebutuhan gula kristal rafinasi untuk industri mamin mutlak harus dipenuhi, baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya, agar industri mamin tidak terganggu
perkembangannya.
2. Nilai tambah semaksimal mungkin di dalam negeri, namun harus tetap
memperhatikan faktor efisiensi dan realistis, artinya apabila industri dalam negeri
sudah mampu memproduksi Raw Sugar (RS) dari bahan baku (tebu) lokal secara
efisien, importasi RS dapat dikurangi secara bertahap seiring dengan peningkatan
kemampuan produksi nasional.
3. Diversifikasi produk gula, seperti : icing sugar, brown sugar, liquid sugar, dan lain-
lain mengikuti dinamika perkembangan permintaan industri mamin nasional.
4. Mendorong PGR integrasi ke arah hulu (bacward linkages, a.l. Pengembangan
kebun tebu, listrik, dll) dan hilir (forward linkages, a.l. bioetanol dan produk-produk
turunan lainnya).
5. Mendorong ekspor GKR dalam rangka meningkatkan efisiensi dan utilisasi
kapasitas PGR.

19
1. Memfasilitasi beberapa kali pertemuan antara para pelaku usaha PGR dengan
Kementerian Kehutanan dan BPN dalam rangka memperjuangkan alokasi lahan
untuk pengembangan perkebunan tebu. PGR yang sudah membangun perkebunan
tebu a.l. PT. Sukses Mantap Sejahtera di Dompu-NTB (Group PT. Sentra Usahatama
Jaya) dan PT. Wilmar di P. Sumba-NTT.
2. Pengawasan penerapan SNI Wajib GKR melalui kegiatan audit teknologi pabrik Gula
Kristal Rafinasi.
3. Pengendalian peredaran GKR melalui penetapan persyaratan kontrak jual beli
dengan industri mamin dan pakta integritas dalam pemberian rekomendasi impor RS.
4. Mengurangi secara bertahap alokasi impor langsung GKR a.l. dengan cara :
- skema impor saat ini yang masih dibuka hanya Spek Khusus, fasilitas KITE
(Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor) dan fasilitas Kawasan Berikat (KB).
- untuk skema Spek khusus, diharuskan melampirkan surat keterangan bahwa PGR
dalam negeri belum bisa memenuhi.
- untuk skema KITE/KB harus melampirkan PEB semester sebelumnya.
5. Pelaksanaan survey kebutuhan GKR pada tahun 2009 untuk Industri Menengah
Besar dan 2011 untuk Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga serta update pada
tahun 2014 untuk kebutuhan GKR secara keseluruhan.

20
TERIMA KASIH

21

Anda mungkin juga menyukai