Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endometriosis merupakan kelainan ginekologik jinak yang sering diderita

oleh perempuan usia reproduksi yang ditandai dengan adanya glandula dan stroma

endometrium di luar letaknya yang normal. Penyakit ini menimbulkan keluhan

nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium, dan infertilitas. Di negara

Amerika Serikat, 25-30 % penyebab infertilitas primer pada perempuan adalah

endometriosis.

Endometriosis pertama kali diidentifikasi pada pertengahan abad 19.

Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum perlvis tetapi juga didapatkan

di ovarium, septum retrovaginalis, ureter, tetapi jarang pada vesika urinaria,

perikardium, dan pleura. Endometriosis merupakan penyakit yang

pertumbuhannya tergantung pada hormon estrogen.

Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung

atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek

ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan

endometriosis dapat tumbuh di permukaan rongga pelvis, peritoneum, dan organ-

organ di rongga pelvis, yang kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-

nodul. Endometriosis yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian

dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah disebut sebagai kista

endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat

penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran

1
2

kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur.

Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan

perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.

Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai

40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara

perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis

berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis.

Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk

menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-

40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis yang sudah

mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah

pengobatan berkisar 30%.

Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif

tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit

tersebut belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis

hanya dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi

merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan

operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang ringan

sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita

endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk

mengetahui apakah endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak.2


2

Anda mungkin juga menyukai