BAB V
PEMBAHASAN
orang (71,4%) yang tidak memanfaatkan klinik VCT. WPS tidak memanfaatkan
klinik VCT. WPS yang memanfaatkan klinik VCT hanya untuk melakukan
konseling dan test HIV namun tidak ada yang melakukan pengobatan dengan
alasan takut dengan hasil yang positif HIV, malu, takut dicela, takut pelanggan
hilang dan harga jual turun, kurangnya dukungan mucikari dan tenaga kesehatan.
Stigma dan diskriminasi membuat mereka tidak mau dan menolak melakukan
penyakit IMS, HIV dan AIDS. Pemerintah daerah tidak menutup daerah lokalisasi
ini karena merupakan salah satu sumber tak langsung dalam peningkatan PAD
hari sabtu dan minggu serta bertempat tinggalnya para wisatawan asing di
datang ke Karimun ada yang tujuan untuk urusan pekerjaan dan tinggal beberapa
galangan kapal, oil tangking, pertambangan dan lainnya.Setiap sabtu dan minggu
WPS. Ada juga wisata asing seperti dari Negara Malaysia, Singapura, Thailand
dan Filipina yang sengaja berkunjung setiap hari sabtu dan minggu untuk
para WPS. Terutama ini akan meningkatan pendapatan dalam transportasi, tempat
makan, hotel, tempat wisata dan hiburan, hal ini otomatis meningkatkan
diluar dari kewajaran norma yang ada seperti tujuan untuk pemenuhan hasrat
mengetahui status seseorang terhadap virus HIV melalui kegiatan konseling, test
HIV serat pengobatan jika hasil positif. Pemanfaatan klinik VCT merupakan
faktor utama untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat HIV dan
AIDS. Namun letak klinik VCT yang strategis tersebut tidak membuat WPS mau
memanfaatkannya. Mereka tidak mau datang ke klinik VCT karena takut ketahuan
dengan WPS lain. JIka ada orang lain yang mengetahui kedatangannya ke klinik
VCT maka ia dianggap sudah terinfeksi HIV. Hal ini akan membuat ia dikucilkan
VCT.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Efran yang mengungkap
rendahnya pemanfaatan klinik VCT.37 Begitu juga dengan penelitian lain yang
mengungkap bahwa pemanfaatan klinik VCT masih rendah.38 Maulin dan Irfan
Thailand yang menunjukan bahwa proporsi klien VCT yang datang ke klinik VCT
VCT).38
VCT merupakan upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara dini. Oleh
klinik VCT serta merubah deskriminasi dan stigma terhadap HIV dan AIDS serta
untuk dilakukan analisis multivariat. Hasil uji statistik dengan chi square
2016.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa responden sangat memahami
responden tahu bahwa dirinya merupakan orang yang berisiko terinfeksi HIV.
Hasil penelitian berdasarkan indikator pengetahuan diketahui bahwa masih
ada responden yang tidak tahu tentang HIV dan AIDS, hal ini terlihat dari masih
banyak responden yang tidak mengetahui bahwa virus HIV membutuhkan waktu
yang lama hingga menunjukkan gejala-gejalanya, yaitu 10-13 tahun dan gejala
jika tubuh sudah terinfeksi HIV adalah penurunan berat badan lebih dari 10%
dalam waktu singkat dan demam hingga 1 bulan lebih. Hal ini membuat
responden tidak menyadari bahwa HIV dan AIDS mempunyai perjalanan penyakit
64
mengalami penurunan berat badan secara drastis dalam waktu singkat. Namun
karena ketidaktahuan maka mereka menganggap hal itu biasa saja bukan
mereka mengetahui HIV dapat ditularkan melalui seks bebas tanpa pengaman.
Namun kenyataannya dengan pengetahuan yang baik tidak diikuti dengan perilaku
yang benar. Mereka tetap melakukan hubungan seks bebas tanpa menggunakan
pengaman. Menurut WPS pelanggan tidak puas bila melakukan hubungan seks
tidak mau menuruti keinginan pelanggan walaupun mereka tahu risiko terkena
dapat melakukan konseling, tes HIV dan pengobatan di klinik tersebut. Serta
pelayanan yang diterima tidak dipungut biaya atau gratis. Mereka juga tau kalau
mereka merupakan kelompok risiko tinggi terhadap penularan HIV dan AIDS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik belum cukup
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
berkaitan dengan defenisi, penularan, gejala klinis HIV dan AIDS serta manfaat
Begitu juga dengan penelitian lain yang mengungkap bahwa variabel pengetahuan
domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan.40
Pengetahuan HIV dan AIDS selama ini banyak diperoleh dari tenaga
berisiko dapat mengakses informasi tentang HIV dan AIDS serta klinik VCT.
dilakukan analisis multivariat. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai
Meskipun sikap responden tergolong baik, tetapi ada satu indikator yang
menunjukkan tentang sikap responden yang tidak mau memanfaatkan klinik VCT
hal ini disebabkan karena WPS sudah memakai kondom dan merasa aman dari
penularan penyakit IMS maupun HIV dan AIDS. Karena pelanggan tidak mau
pelanggan. Tindakan ini saja menurut WPS sudah sangat aman untuk menjauhkan
diri dari HIV dan AIDS sehingga bila hal tersebut dijaga maka responden merasa
aman dari HIV dan AIDS. Mereka tidak perlu lagi untuk memeriksakan diri ke
klinik VCT. Tetapi ada juga yang menyatakan lebih baik tidak mengetahui apabila
mereka terinfeksi HIV agar mereka bisa tetap beraktifitas dan menikmati hidup.
Alasan lain WPS yang berada di Villa Garden II tidak memanfaatkan VCT
adalah kekhawatiran akan dikucilkan oleh lingkungan sekitar, serta adanya stigma
dan diskriminasi jika mereka memanfaatkan klinik VCT, takut tidak ada
pelanggan, harga jual turun. WPS lebih memilih untuk membeli obat dan
mengobati sendiri dengan tujuan untuk menjaga kerahasiannya serta klinik VCT
sikap dan perilaku, yaitu: Postulat Konsistensi adalah sikap verbal merupakan
petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan perilakunya. Jadi postulat ini
konsisten. Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam individu yang berdiri
67
sendiri, terpisah, dan berbeda. Mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi
untung dan rugi dari suatu perilaku. Sikap mempengaruhi tindakan melalui proses
terbatas pada tiga hal, yaitu perilaku lebih banyak ditentukan oleh sikap spesifik
terhadap sesuatu, perilaku dipengaruhi juga oleh norma subyektif, dan sikap
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Maulin dan Irfan
sikap responden yang baik terhadap klinik VCT, seharusnya berhubungan dengan
meyakinkan.42
Namun, sikap yang baik tidak langsung dapat meningkatkan kepedulian
VCT
memiliki nilai p value sebesar 0,030 dan nilai koefisian regresi (B) 0,274.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, diperoleh nilai Exp (B) atau Prevalence
Ratio (PR) sebesar 14,185 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,042
Villa Garden II, ditemukan bahwa mereka tidak pernah mengikuti pelatihan
sebagai konselor dan memiliki sertifikat sebagai konselor yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan RI. Pendidikan mereka dari tingkat Diploma dan Sarjana.
Lama kerja di klinik VCT ada yang 2 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. Dengan
pengalaman kerja sebagai dokter, analis, perawat dan apoteker harusnya dibekali
bahwa dukungan tenaga kesehatan yang masih rendah tersebut terindikasi dari
mendapatkan dukungan ini dari tenaga kesehatan. Hasil wawancara dengan tenaga
lokasi WPS karena merasa canggung berhadapan dengan WPS, serta mucikari dan
bahwa WPS sudah tahu dari media dan penyuluhan yang mereka peroleh dari
tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan juga kurang mendengarkan dengan penuh perhatian
tenaga kesehatan tidak jauh berbeda dengan alasan sebelumnya. Dalam konteks
berhadapan dengan WPS, serta membangun kerjasama yang baik dengan mucikari
daya yang memberikan kenyamanan fisik maupun psikologis. Emosi yang sehat
menjadi motivasi dan rasa nyaman seseorang bila ingin memanfaatkan sarana
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Taegtmeyer et al. yang melaporkan
bahwa ada tiga hal kunci yang sangat penting dalam pemanfaatan klinik VCT di
lima dimensi dukungan yang dikutip dari Cutrona dan Orford bahwa dukungan
kesehatan dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan dalam bentuk informasi
tentang HIV dan AIDS serta layanan dan manfaat klinik VCT, serta dukungan
Muhartini, dkk. dimana hasil uji diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga ho
71
pemanfaatan pelayanan VCT pada orang dengan HIV dan AIDS di Kabupaten
Bulukumba.45
Begitu pula hasil penelitian Legiati yang menyatakan bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk tes HIV diantaranya adalah
variabel dukungan bidan dan dukungan kader.46 Hasil penelitian lainnya yang
dengan uji regresi logistik ditemukan yang sangat berpengaruh adalah dukungan
petugas kesehatan.47
Perlu diadakan pelatihan sebagai konselor bagi petugas klinik VCT. Dalam
dengan pendekatan yang lebih bersahabat, agar WPS mau mendengar arahan dan
bimbingan yang diberikan. Petugas kesehatan harus lebih aktif mengunjungi para
p value sebesar 0,009 dan nilai koefisian regresi (B) 0,327. Berdasarkan hasil
analisis regresi logistik, diperoleh nilai Exp (B) atau Prevalence Ratio (PR)
sebesar 26,375 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,442 sampai 482,309
informasi tentang HIV dan AIDS serta layanan dan manfaat klinik VCT, serta
klinik VCT, maupun perhatian dan pendampingan serta motivasi dari mucikari
memeriksakan diri ke klinik VCT tetapi itu tidak di dapat oleh WPS yang berada
VCT karena mucikari takut orang-orang yang berada disekitar lokasi Villa Garden
WPS walaupun WPS tersebut telah menceritakan pada mucikari tentang keluhan
hanya keuntungan semata yang mereka pikirkan sehingga kesehatan bukanlah hal
klinik VCT dilokalisasi juga merupakan gangguan bagi mucikari hal ini
73
dikarenakan mereka tidak suka karena masyarakat menganggap mereka kena virus
Salah satu WPS mengatakan tidak datang ke klinik VCT karena tidak
ditemani mucikari. Disisi lain mucikari menyarankan WPS untuk ke klinik VCT
namun tidak mau menemani dengan alasan malu dan takut jika ada WPS lain yang
mengetahui bahwa anak buahnya datang ke klinik VCT. Persepsi mereka jika
datang ke VCT berarti sudah terkena HIV. Hal ini bisa membuat reputasi sang
pengalaman tentang gejala-gejala IMS dan jika anak buah ada keluhan di daerah
sang mucikari.
diperoleh dari orang lain yang dipercaya, sehingga seseorang tersebut tahu bahwa
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yaitu Maulin dan Irfan yang
Klinik IMS di Puskesmas Batangan Kabupaten Pati. 39 Keadaan ini sesuai dengan
teori bahwa ada dua hal yang menyebabkan perbedaan perilaku seseorang dengan
orang yang lain dengan stimulus yang sama. Hal ini disebut dengan determinan
74
HIV dan AIDS serta pelayanan di klinik VCT. Dalam memberikan pembinaan dan
bersahabat, agar mucikari mau mendengar arahan dan bimbingan yang diberikan.
VCT
memiliki nilai p value sebesar 0,007 dan nilai koefisian regresi (B) 0,373.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, diperoleh nilai Exp (B) atau Prevalence
Ratio (PR) sebesar 22,164 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,466
dirasakan dengan pemanfaatan klinik VCT. Para WPS merasa butuh untuk
konseling mengenai HIV dan AIDS di klinik VCT sebanyak 28 orang (80,0%),
yang merasa tidak butuh untuk melakukan tes HIV sebanyak 23 orang (65,7%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan para WPS hal ini disebabkan mereka takut
75
hasilnya positif dan mereka belum sepenuhnya percaya bahwa petugas kesehatan
akan merahasiakan hasil pemeriksaan test HIV tersebut. Jika hasil test tersebut
positif mereka takut petugas tidak dapat merahasiakan kepada orang lain.
Mengingat letak klinik VCT ini berada di tengah-tengah lokalisasi maka sangat
hasil penelitian tidak ada seorangpun dari WPS tersebut melakukan pengobatan di
klinik VCT.
Menurut penuturan salah seorang WPS yang mengaku positif HIV dia
tetap melayani pelanggan. Tidak ada seorangpun yang tahu dia terinfeksi HIV
karena tes dan pengobatan dilakukan di pelayanan kesehatan lain yang jauh dari
kesehatan lebih memilih membeli obat diluar supaya WPS yang lain tidak
mengetahuinya.
dilakukan dan ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit
tertentu dan pandangan terhadap kemungkinan dampak atau akibat (fisik sosial
dan ekonomi) bila terkena penyakit tersebut dalam hal ini HIV dan AIDS.
76
Semakin individu percaya bahwa suatu konsekuensi yang terjadi akan semakin
memburuk, maka mereka akan merasakan hal tersebut sebagai ancaman dan
VCT.
individu pada suatu keadaan tertentu. Merasa dirinya rentan terhadap penyakit
HIV berkaitan dengan profesinya sebagai WPS yang merupakan kelompok kunci
dan berisiko tertular HIV dan AIDS karena penyakit tersebut dapat menular
VCT.38 Penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya. Suatu tindakan akan
dipengaruhi oleh keyakinan tentang efektivitas relatif dari alternatif yang tersedia
Kebutuhan yang dirasakan oleh WPS hanya didasari oleh anggapan bahwa
mereka rentan untuk terkena penyakit HIV dan AIDS. Stigma dan diskriminasi
77
tentang HIV dan AIDS merupakan salah satu hambatan untuk memanfaatkan
Garden II. Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan WPS
WPS tentang penyakit HIV dan AIDS serta prinsip pelayanan di klinik VCT,
artinya mereka akan menjaga kerahasiaan informasi klien yang dilayani dan
kuesioner, data yang diambil pada penelitian ini diperoleh dengan pernyataan
ataupun kuesioner yang diisi oleh responden, hal ini akan menyebabkan
responden akan memberi jawaban yang cendrung positif, Oleh karena itu,