Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

Herpes Zooster
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Oleh :
Bunga Dewanggi
14712100

Pembimbing :
dr. Dhani Ekarini, Sp.KK

Pendidikan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK UII RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri
2016

Page 1
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
_____________________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Bunga Dewanggi NIM: 14712100
Stase : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Tn.S No RM : 445xxx

Umur : 64 tahun Jenis kelamin : laki-laki


Pekerjaan : Pensiunan Swasta Agama : Islam
Diagnosis/ kasus : Herpes Zooster

Pengambilan kasus pada minggu ke: 5


Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin pada tanggal 25 April 2016 dengan keluhan gatal
dan nyeri di daerah paha sampai tungkai kanan yang dirasakan sejak 1 minggu yll. Gatal
dirasakan kadang-kadang, nyeri(+) terus-menerus, cekot-cekot(+) sampai mengganggu tidur.
Nyeri terutama di malam hari(+), faktor yang memperingan disangkal. Awalnya pasien merasakan
panas dan nyeri pada daerah paha 7 hari yll, diikuti munculnya plenting2 bergerombol 5 hari
yll. Pasien mengaku sudah berobat ke dokter umum, namun masih belum membaik.
Riwayat serupa disangkal, riwayat cacar air (+) ketika SD, riwayat alergi/atopi disangkal,
riwayat HT disangkal, riwayat DM (+) terkontrol sejak 12 tahun yll. Riwayat serupa pada keluarga
yang tinggal serumah disangkal.
Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan bula dan vesikel bergerombol dengan dasar

Page 2
eritem disertai krusta pada paha sampai tungkai kanan (dermatomal).
Diagnosis banding : Herpes zoster, dermatitis venenata, dan varicella zoster. Usulan
pemeriksaan penunjang yaitu tzank smear dan serologis antibody varicella zoster.
Diagnosis kerja adalah Herpes zoster dengan usulan terapi antivirus sistemik Asiklovir 5 x
800 mg selama 7 hari, analgetik oral Asam Mefenamat 3 x 500 mg, antihistamin oral
cetirizine 1 x 10 mg p.r.n (gatal), untuk terapi topikal diberikan Salysil talk (lesi kering/vesikel yang
belum pecah) dan antibiotic topikal gentamicin cream 2x/hari (vesikel yang telah pecah).
Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah agar jangan menggaruk lesi serta diberikan
pengertian bahwa nyeri pada herpes tidak bisa langsung hilang spontan namun perlahan-lahan
dan dapat terjadi nyeri postherpes.
Prognosis ad vitam bonam, ad sanam dubia et bonam, ad fungsionam bonam, ad
kosmetikam bonam.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella-zoster yang menyerang
kulit, mukosa, dan nervus. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer. Kasus herpes zoster terutama menyerang pada usia dewasa dibandingkan anak-anak
dengan insidensi 1,5 3% per 1000 orang dari segala usia dan 7 11% per 1000 orang/tahun
pada usia > 60 tahun. Selain usia tua, status imunologis juga berhubungan dengan risiko
reaktivasi virus varicella-zooster. Pada individu yang imunokompromise seperti pasien diabetes
mellitus, HIV, serta yang mendapatkan pengobatan imunosupresif berisiko terkena infeksi ini 20
sampai 100 kali lipat dibanding mereka yang imunokompeten.
Meskipun herpes zoster termasuk ke dalam infeksi viral yang selflimiting disease, namun
terdapat kompikasi yang berat dari penyakit ini dengan angka morbiditas yang cukup tinggi pada
pasien dengan usia tua yaitu neuralgia post herpetic. Komplikasi ini cukup menyulitkan karena
neuralgia yang berulang dan dapat terjadi dalam jangka waktu lama sehingga membutuhkan
terapi yang berkepanjangan sehingga seringkali menimbulkan kecemasan kepada pasien yang
merasa tidak kunjung sembuh.
Alasan-alasan tersebut menimbulkan ketertarikan pada saya untuk membahas kasus Tn.M
ini pada refleksi kasus.

Page 3
3. Refleksi dari aspek medikolegal

Beneficence
Beneficence yang memiliki arti mengutamakan kepentingan pasien merupakan salah satu
prinsip dari profesionalisme profesi dokter yang harus dijalankan dalam praktek sehari-hari. Pada
kasus Tn. S selain memberikan terapi untuk kepentingan penyembuhan pasien, kita juga harus
memberikan edukasi yang jelas terkait penyakit serta komplikasi yang mungkin terjadi agar
pasien dan keluarga tidak merasa cemas jika hal tersebut terjadi.
Edukasi yang diberikan terutama mengenai penyakit herpes zoster yang dapat mengalami
reaktivasi kembali seumur hidup dan meningkat risikonya pada individu dengan kondisi
imunokompromise seperti yang dialami oleh Tn.S yang memiliki riwayat diabetes mellitus.
Jelaskan pula bahwa risiko reaktivasi akan meningkat sesuai dengan kadar gula darah pasien,
semakin tinggi kadar gula diatas batas normal, maka semakin tinggi risiko reaktivasi. Karenanya
pasien perlu untuk selalu menjaga kadar gula darahnya terkontrol dibawah 200 mg/dL. Selain itu
informasikan juga mengenai kemungkinan terjadinya neuralgia post herpetic (NPH) yakni nyeri
yang muncul kembali atau menetap meskipun lesi sudah menyembuh karena seringkali terjadi
pasien herpes yang mengalami NPH tidak mengetahui hal tersebut dan menjadi cemas karena
nyeri yang tak kunjung mereda.

Justice

Memperlakukan pasien sama rata dan tidak membeda-bedakan merupakan maksud dari
prinsip justice pada praktek kedokteran sehari-hari. Kita tidak boleh mengistimewakan pasien
hanya karena kedudukan sosial-ekonominya karena sesungguhnya hak pasien untuk
mendapatkan pelayanan medis adalah sama.

Meskipun pasien adalah BPJS, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan standar
operasional sama seperti pasien umum dan asuransi lain.

Page 4
4. Refleksi dari aspek etika/moral
Pada hakekatnya, praktek kedokteran sangat berkaitan dengan etika dan moral. Tidak
jarang keputusan medis yang diambil bertentangan dengan etika ataupun moral. Namun semua
kembali lagi kepada individu masing-masing apakah akan tetap memilih untuk berpraktik dengan
berpegangan pada kode etik keprofesian serta kewajiban moral terhadap pasien, atau justru
mengambil tindakan hanya berdasarkan keuntungan pribadinya semata yang melanggar
etik/moral. Kasus Tn.S ini sangat rentan terjadi pertentangan antara etika keprofesian dan moral,
terutama terkait kualitas pelayanan medis di Indonesia. Pada kasus herpes zoster, meskipun
dapat sembuh sendiri hanya dengan pengobatan simtomatik saja, namun sesuai protapnya harus
diberikan antivirus sistemik terutama pada kasus-kasus baru yang kurang dari 7 hari. Tujuan
utamanya adalah mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut yang dapat menimbulkan komplikasi
neuralgia post herpetic. Sayangnya, pada beberapa kasus, ditemukan dokter yang tidak
meresepkan antivirus karena kurang mengetahui hal tersebut. Hal itu dapat menjadi bahan
perenungan bagi kita agar senantiasa berpegangan pada prinsip-prinsip dasar dan tujuan dari
terapi yang diberikan.

5. Refleksi ke-Islaman
Dari sisi keislaman banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dari kasus ini :
Pertama, mengajarkan pentingnya bersabar.
Proses pengobatan pada kasus Tn.S memerlukan waktu dan usaha yang tidak sedikit,
karenanya perlu kita mengedukasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai keutamaan
bersabar dalam menghadapi sakit yang sedang dialami tersebut. Seperti firman Allah SWT berikut
ini :

Sungguh akan dibayar upah (pahalah) orang-orang yang sabar dengan tiada batas hitungan.
(Q.S. Az-Zumar 10).

Sebegitu besarnya nilai pahala bersabar, sampai-sampai Allah menjanjikan surga sebagai

Page 5
balasannya, seperti disebutkan pada hadis berikut :

Anas r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w berasabda: Allah SWT telah berfirman:
Apabila Saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian ia sabar, maka
Saya akan menggantikannya dengan surga (H.R.Buckari)

Kedua, mengajarkan pentingnya bersyukur karena kita masih diberikan kesehatan


Dari Ibnu Abbas radliyallaahu anhuma, dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam
bahwasannya beliau berkata kepada seorang laki-laki untuk menasihatinya :

Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain) : Hidupmu
sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, masa
mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu [HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi].
Sesungguhnya nikmat sehat merupakan kenikmatan yang sangat mahal dan hampir-
hampir tiada bandingannya. Sehingga di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu alaihi wasallam
telah menjelaskan tentang betapa berharganya nikmat sehat ini dengan sabdanya:

Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman
pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia
dikumpulkan untuknya.. (HR. Ibnu Majah, no: 4141; dan lain-lain; dan derajatnya dinyatakan
HASAN oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami Ash-Shaghir, no: 5918).
Bersyukur merupakan hal yang mudah diucapkan namun pada kenyataannya seringkali
sulit dilakukan, maka dengan keseharian kita di RS bertemu pasien dan keluarganya dapat
menjadi pengingat bagi kita bahwa kesehatan merupakan rezeki yang patut untuk disyukuri.

Umpan balik dari pembimbing

Page 6
Wonogiri,...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr.Dhani Ekarini, Sp.KK --------------------------------

Page 7

Anda mungkin juga menyukai