BAB I
PENDAHULUAN
dikandungnya yang menyebabkan kelainan pada janin / bayi misalnya bayi berat
lahir rendah (BBLR), infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir
belum cukup umur.
Berdasarkan uraian di atas, yaitu tingginya angka penderita infeksi
menular seksual dan cepatnya penularan infeksi menular seksual, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai tingkat pengetahuan pasien
rawatjalan tentang infeksi menular seksual di UPTD Kesehatan Sukaraja Tahun
2015.
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah salah satu domain perilaku. Menurut Bloom (1908)
dalam Notoatmodjo (2010), perilaku dapat dibedakan menjadi tiga area, wilayah,
5
ranah atau domain, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan
selanjutnya, berdasarkan pembagian oleh Bloom ini, perilaku dibagi menjadi tiga
ranah untuk kepentingan praktis, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Perubahan pengindraan menjadi pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada
7
dan berkambang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui hubungan seksual
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
rasa sakit padasaat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan,
nyeri pada panggul bawah dan juga gangguan menstruasi (Glasier, 2006).
Infeksi pada wanita mulanya hanya mengenai servik uteri, dapat
asimptomatik, kadang menimbulkan nyeri pada panggul bawah. Infeksi pada
servik tersebut bisa menjadi salpingitis menimbulkan jaringan parut pada tuba
sehingga dapat menyebabkan infertilitas (Glasier, 2006).
Gonorea dapat juga ditularkan pada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata
yang dapat menyebabkan kebutaan.
b. Sifilis ( raja singa )
Kuman penyebabnya Treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung
3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan
disekitar alat kelamin. Kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu,
yang akan hilang sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar
6-12 minggu setelah terinfeksi. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan
seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini. Sifilis ditularkan melalui kontak
langsung dari lesi yang infeksius. Treponema masuk melalui selaput lendir yang
utuh, atau kulit yangmengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk
ke dalampembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh (Fauzi, 2006).
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa,
atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang
susunan saraf otak, pembuluh darah dan jantung. Sifilis mempunyai pengaruh
buruk pada janin, dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus, dan
partus prematurus (Fauzi, 2006).
c. Herpes genital
Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex dengan masa
tenggang 3-7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
Gejala dan tanda-tandanya adalah :
1) Bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada
sekitar alat kelamin.
2) Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu hilang
sendiri.
Gejala kambuh lagi seperti diatas namun tidak senyeri tahap awal bila ada
faktor pencetus (stress, haid, minuman/makanan beralkohol) (Wiknjosastro,
2005).
11
d. Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Masa tanpa gejala
berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi
laki-laki dan perempuan
Pada perempuan gejalanya bisa berupa:
1) Keluarnya cairan dari alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih
kekuningan.
2) Rasa nyeri di rongga panggul.
3) Perdarahan setelah hubungan seksual.
Pada laki-laki gejalanya adalah :
1) Rasa nyeri saat kencing.
2) Keluar cairan bening saat kencing.
3) Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur
darah (Wiknjosastro, 2005).
Tidak jarang pula, gejala tidak muncul sama sekali, padahal proses infeksi
sedang berlangsung. Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang menjadi
pembawa PMS dan menularkannya kepada pasangannya melalui hubungan
seksual (Glasier, 2006).
e. Trikomoniasis vaginalis
Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit Trikomonas
vaginalis. Masa inkubasi 3-28 hari. Gejala dan tanda-tandanya adalah :
1) Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk.
2) Vulva oedem, kemerahan, gatal sehingga pasien merasa tidak nyaman.
3) Nyeri saat berhubungan seksual.
4) Nyeri saat kencing. (Glasier, 2006).
f. Kandidiasis vagina
Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Masa inkubasi 3-28 hari. Pada keadaan normal, jamur ini
terdapat di kulit maupun di dalam vagina perempuan. Tetapi pada keadaan
tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan.
Gejalanya berupa keputihan berwarna putih seperti susu, bergumpal, disertai rasa
gatal, panas dan kemerahan pada kelamin dan sekitarnya (Glasier, 2006).
g. Kondiloma akuminata
12
h. HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.
Penyakit ini dalah kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh
yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan
dari Human Immuno Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini ini tidak dapat
mengatasi masuknya infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya
menurun terus secara drastis (Glasier, 2006).
HIV terdapat pada seluruh cairan tubuh manusia, tetapi yang biasa
menularkan hanya yang terdapat pada sperma (air mani), darah dan cairan vagina.
Dengan demikian cara penularannya adalah sebagai berikut :
1) Berganti-ganti pasangan seksual atau berhubungan dengan orang yang positif
terinfeksi HIV tanpa menggunakan pelindung atau kondom.
2) Memakai jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV.
3) Menerima transfusi darah yang tercemar HIV.
4) Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkan ke bayi dalam
kandungannya (Daili, 2007).
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala
khusus. Baru setelah beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering
kali menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Penderita
seringkali merasa sehat dan dari luar memang nampak sehat. Seringkali 3-4 tahun
penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6
mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering
sariawan di mulut, dan terjadi pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.
Sampai sekarang belum ditemukan cara pengobatan yangtuntas, saat ini yang ada
hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya
(Glasier, 2006).
Untuk mencegah penularan IMS lewat hubungan seks ada tiga cara :
a. Abstinensi (tidak melakukan hubungan seks).
b. Tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya.
c. Penggunaan kondom. Menurut penelitian, penggunaan kondom secara
konsisten dapat mencegah clamidia, gonore, dan trikomoniasis. Sebagai
tambahan, penggunaan kondom juga dapat mencegah infeksi virus HPV,
herpes genital, sifilis dan chancroid apabila daerah yang terinfeksi tertutpi
oleh kondom.
d. Vaksinasi. Vaksin yang dapat digunakan adalah vaksin untuk mencegah
infeksi virus HPV, yang merupakan virus penyebab penyakit condiloma
acuminata dan kanker serviks.Vaksin tersedia dalam bentuk bivalen atau
quadrivalen.
e. Sirkumsisi dapat mengurangi resiko infeksi HIV dan beberapa infeksi
menular seksual lainnya menurut penelitian. Penelitiaan di subsahara Afrika
menunjukkan sirkumsisi menurunkan resiko infeksi HIV sebesar 50-60%.
(CDC, 2014)
Hal-hal yang tidak dapat melindungi dari infeksi menular seksual adalah:
1) Kontrasepsi nonbarrier seperti kontrasepsi hormonal atau nonhormonal (IUD,
sterilisasi dan histerektomi).
14
Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang penyakit menular seksual
(PMS):
1) Penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan
2) Penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya
sekali melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan
penderita penyakit menular seksual (PMS)
2.2.7. Bahaya dan Dampak Sosial Terhadap Penderita Infeksi Menular Seksual
Sepuluh tahun terakhir, IMS (terutama HIV/ AIDS) meningkat jumlahnya
dan sangat mempengaruhi kehidupan berjuta-juta orang di seluruh dunia. Pada
beberapa orang dan rumah tangga, efek dari HIV/ AIDS menjadi berlipat ganda.
Selain meningkatkan ketidaknormalan dan kematian, juga mengakibatkan
kelumpuhan total yang dapat mengancam produktivitas di sektor ekonomi
keluarga maupun secara makro.
Secara garis besar, dampak sosial terhadap penderita IMS (Infeksi Menular
Seksual) terutama HIV/ AIDS terbagi beberapa kategori, yaitu: Ekonomi dan
Demografi, produktivitas pembangunan dan produksi pertanian, penekanan pada
sektor kesehatan, rumah tangga dan keluarga, anak-anak, wanita, diskriminasi
HIV/AIDS serta dampak HIV/AIDS terhadap seseorang.
1. Ekonomi dan demografi
Dampak ekonomi dari IMS dan HIV/ AIDS dapat memberikan kerugian, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung melalui
kegiatan pencegahan, pengobatan, dan penelitian. Sedangkan kerugian secara
tidak langsung antara lain kehilangan harapan hidup yang diakibatkan oleh IMS/
AIDS itu sendiri.
Upaya untuk menilai kerugian yang ditimbulkan oleh IMS serta HIV/ AIDS
sangat luar biasa, dimana hal ini perlu dilakukan seiring dengan kebutuhan akan
pengukuran value of persons life terhadap pendapatan seseorang. Jadi dapat
15
dikatakan bahwa dampak dari IMS serta HIV/ AIDS adalah kehilangan
pendapatan.
2. Produktivitas
Dampak dari IMS, HIV/ AIDS terhadap tingkat produktivitas tidak hanya
meningkatkan ketidaknormalan dan kematian, tetapi juga meningkatkan
ketidakhadiran pekerja karena kesakitan. Pada beberapa kasus AIDS
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
dan otomatis menjadi member atau langganan dari pusat pelayanan kesehatan
tersebut.
Selain itu IMS/ AIDS dapat menurunkan produktivitas. Adanya pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja yang terinfeksi HIV, tidak hanya akan
meniadakan pendapatan pekerja tersebut, tetapi juga kesempatan berkontribusi di
sektor ekonomi, diskriminasi di tempat kerja. Hal ini dilaporkan hampir terjadi di
semua bagian.
3. Pembangunan dan produksi pertanian
Seperti juga di sektor-sektor lain diatas, perusahaan dan sumber mata
pencaharian di bidang pertanian juga terkena dampak dari terjadinya penyakit
menular seksual seperti HIV/ AIDS, antara lain dapat mengakibatkan kemiskinan
seseorang maupun masyarakat pertanian di seluruh sistem ekologi yang ada serta
kerugian sosial yang tidak terukur dengan nilai.
Tujuan tersebut dapat dicapai bila ada penyatuan semua sumber daya dan dana
untuk kegiatan pengendalian IMS, termasuk HIV/ AIDS.
Upaya tersebut meliputi:
1. Upaya promotif
2. Upaya preventif
3. Upaya kuratif
4. Upaya rehabilitatif
17
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
11 0 1 0
12 0 0 1
13 0 1 0
14 1 0 0
15 0 1 0
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara quota
sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan sendiri jumlah target dan
peneliti mengambil jumlah tertentu sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian
ini sampel berjumlah 40 orang.
22
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Total 50 100
23
1. Pendidikan dasar 21 42
2. Pendidikan Tingkat I 19 38
2. Pendidikan menengah 10 20
3. Pendidikan tinggi 0 0
Total 50 100
Penilaian
No. Pertanyaan Benar Salah Total
n % N % n %
1. Menurut anda, apakah yang
dimaksud dengan infeksi 16 32 34 68 50 100
menular seksual?
2. Menurut Anda, penyakit apa
sajakah yang termasuk infeksi 15 30 35 70 50 100
menular seksual?
3. Menurut Anda, apakah infeksi 31 62 19 38 50 100
25
11 orang (22%). Berdasarkan tabel ini dapat diketahui juga bahwa sebagian besar
responden mengetahui bahwa bergonta-ganti pasangan seksual adalah perilaku
beresiko tertular infeksi menular seksual sedangkan hanya sedikit responden yang
mengetahui bahwa mencuci kelamin setelah berhubungan seksual tidak dapat
mengurangi resiko infeksi menular seksual.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Hal ini
seperti penelitian yang dilakukan Artika (2009) bahwa tingkat pengetahuan PSK
terhadap penyakit menular seksual adalah cukup. Begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan Panenga (2014) bahwa tingkat pengetahuan siswa SMA di
Bolaang Mongondow adalah cukup.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat
pengetahuan baik lebih banyak dari pada laki-laki walaupun hanya berbeda
sedikit. Perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 7,5 dari seluruh
responden sedangkan laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 5% dari
seluruh responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Panenga (2014) bahwa
perempuan memiliki pengetahuan baik lebih banyak yaitu daripada laki-laki.
Menurut Mubarak (2007) jenis kelamin memang bukan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Namun, Chuman (2010) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa perempuan lebih banyak menerima pendidikan
27
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tingkat
pengetahuan pasien rawat jalan tentang infeksi menular seksual di UPTD
kesehatan Sukaraja Tahun 2015 diperoleh kesimpulan:
1. Dari 50 responden yang diteliti dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 orang
(62%), selebihnya memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (28%)
dan pengetahuan baik sebanyak 5 orang (10%).
2. Jika ditinjau dari usia, maka pada kelompok usia 17-21 dan 22-26 memiliki
tingkat pengetahuan kurang dan cukup, sedangkan kelompok usia 27-31 dan
32-35 memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik.
3. Jika ditinjau dari jenis kelamin, maka pada laki-laki maupun perempuan
sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup. Responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah perempuan
4. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan, maka pada tingkat pendidikan dasar
memiliki tingkat pengetahuan kurang dan cukup sedangkan tingkat
pendidikan tingkat I dan pendidikan menengah memiliki tingkat pengetahuan
cukup dan baik.
28
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA