Anda di halaman 1dari 11

Puisi epik: suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik

kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah.

KRAWANG-BEKASI Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan


kemenangan dan harapan
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi atau tidak untuk apa-apa,
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, Kaulah sekarang yang berkata
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami
Kenang, kenanglah kami. Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Kami sudah coba apa yang kami bisa menjaga Bung Hatta
Tapi kerja belum selesai, belum bisa menjaga Bung Sjahrir
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami sekarang mayat
Kami cuma tulang-tulang berserakan Berikan kami arti
Tapi adalah kepunyaanmu Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Puisi Naratif : puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita menjadi


pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwatertentu yang menjalin suatu
cerita.

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA


I peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa jenderal,
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia presiden,
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda agar orangtua mereka bersenang hati,
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya, Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
Whitefish Bay kampung asalnya sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
Kagum dia pada revolusi Indonesia penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya bersalah perasaan,
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya sandiwara yang opininya bersilang tak habis
Dadaku busung jadi anak Indonesia dan tak utus dilarang-larang,
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri syahidah,
Mengapa sering benar aku merunduk kini ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
II oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-
lumat,
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Di negeriku keputusan pengadilan secara agak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak rahasia
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-
ebuh Tun Razak, beli,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan kabarnya dengan sepotong SK
Ginza suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara
Berjalan aku di Dam, Champs lyses dan resmi,
Mesopotamia Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam pungutan,
kacamata lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam
Dan kubenamkan topi baret di kepala ancaman,
Malu aku jadi orang Indonesia. Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata
kelebihan kerja,
III fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di jadi pertunjukan teror penonton antarkota
dunia nomor satu, cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
berterang-terang curang susah dicari tandingan, yang disetujui bersama,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan,
kemenakan, sepupu Di negeriku rupanya sudah diputuskan
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu antarbangsa,
malu, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat- kecil
alat ringan, karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat
dan satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan IV
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Nipah, Santa Cruz dan Irian, Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
ada pula pembantahan terang-terangan Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road,
yang merupakan dusta terang-terangan Lebuh Tun Razak,
di bawah cahaya surya terang-terangan, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan Ginza
sebagai Berjalan aku di Dam, Champs lyses dan
saksi terang-terangan, Mesopotamia
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam
ada, kacamata
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang Dan kubenamkan topi baret di kepala
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi. Malu aku jadi orang Indonesia.

Puisi Lirik : puuisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam
endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

LIRIK CINTA SANG PENYAIR

Dari rahimnya yang sejati kau dilahirkan


Karena ia adalah ibumu,leluhur kehidupan
Hulu bagi sungai peradaban yang mengalir di tubuhmu
Yang begitu tulus dan gembira
Melepas setiap keberangkatanmu kapanpun juga

Sedang perjalanan langkahmu yang mengalun itu


Takan pernah keluar dari peta yang telah ditetapkan
Dan kau tak mungkin kuasa mengingkari gerak airnya
Hingga mencapai wujudmu yang sejati
Di muara sajak sajakmu

Puisi Dramatik : salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku
seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu
gambaran suatu gambaran kisah tertentu.

AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Puisi Didaktik : puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya di


tampilkan secara eksplesit.

INI GURINDAAM PASAL YANG PERTAMA

Barang siapa tiada memegang agama


Segala-gala tiada boleh dibilang nama

Barang siapa mengenal yang empat


Maka yaitulah orang yang marifat

Barang siapa mengenal Allah


Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri


Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat


Tahulah ia dunia mudharat

Puisi Satirik : puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau
ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun untuk masyarakat.

Ketika Burung Merpati Sore Melayang


Langit akhlak telah roboh di atas negeri Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan
Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri Berjuta belalang menyerang lahan pertanian
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan
Negeriku sesak adegan tipu-menipu
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku berkobaran api
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti
aku Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi
Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis
Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang sendiri
kelaparan
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan Kukenangkan tahun ?47 lama aku jalan di
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan Ambarawa dan Salatiga
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di
Bukittinggi
Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda
Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan seantero negeri
Seluruh korban empat tahun revolusi Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah
Dengan Mei ?98 jauh beda, jauh kalah ngeri Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik
Aku termangu mengenang ini nafasku
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu?
sendiri
Ada burung merpati sore melayang
Ada burung merpati sore melayang Adakah desingnya kau dengar sekarang
Adakah desingnya kau dengar sekarang
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan
Puisi Romance : puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

CINTAKU JAUH DI PULAU


Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,


di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!


Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,


kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

Puisi Elegi : puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.

Senja di Pelabuhan Kecil


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)

Puisi Ode : puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sifat
kepahlawanan.

Generasi Sekarang
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru


Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

Puisi Hymne : puisi yang berisi pujian kepada tuhan maupun ungkapan rasa cinta
terhadap bangsa dan tanah air.

Tanah Air-Ku Indonesia


Aku berdiri di hamparan rumput hijau

Melihat indahnya gunung-gunung tinggi

Lukisan indah nan sempurna Sang Kuasa

Untukmu Tanah Air Indonesia

Aku berlari ke pantai, diiringi hembusan angin laut

Terdengar deru ombak, mendera hati

Pasir putih melukiskan engkau di hatiku

Tanah Air tumpah darahku, Indonesia

Elok pesonamu, kaya citra Sang Khalik


Guratan indah terlukis padamu

Bagikan lukisan hidup dalam kanvas

Ibu pertiwi, Indonesia

Kini kau dilanda nestapa

Duka lara menembus sukmamu

Kerap kudengar jerit tangis ibu pertiwi

Tak mampu melakukan apapun

Tangisku tertumpah untukmu

Rinduku melihatmu kembali berjaya

Merah putih selalu berkibar tinggi

Harum mewangi sepanjang hayat

Anda mungkin juga menyukai