Anda di halaman 1dari 15

REVITALISASI KELUARGA BERENCANA

Dr. Suparyanto, M.Kes

REVITALISASI KELUARGA BERENCANA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan.
Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :
1) Jumlah besarnya penduduk
2) Jumlah pertumbuhan penduduk
3) Jumlah kematian penduduk
4) Jumlah kelahiran penduduk
5) Jumlah perpindahan penduduk
Teori Malthus
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam Essay on
Population, Malthus beranggapan bahwa bahan makananpenting untuk kelangsungan hidup,
nafsu manusia tak dapat ditahan danpertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk
dan manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu
dan pantangan kawin); Possitive checks (bencana alam, wabahpenyakit, kejahatan dan
peperangan).
Kontroversi Teori Malthus
Salah sama sekali, karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan
perencanaan produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism), berpendapat: untuk mencegah laju
cepatnya peningkatan penduduk dilakukanMethode Birth Control dengan menggunakan alat
kontrasepsi.
Pengikut Malthus
Pengikut teori Malthus antara lain Francis Flace (1771 1854) : menulis buku yang
berjudul Illustration And Proofs of The Population atau penjelasan dari bukti mengenai asas
penduduk. Richard Callihie (1790 1843) : menulis buku Whats love ? (Apakah Cinta Itu?).
Any C. Besant (1847-1933) : menulis buku berjudul Hukum Penduduk, Akibatnya dan
Artinya Terhadap Tingkah Laku dan Moral Manusia.
dr. George Drysdale : keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikankesehatan dan moral.
Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana
Sebelum abad XX, di negara barat sudah ada usaha pencegahankelangsungan
hidup anak karena berbagai alasan. Caranya adalah dengan membunuh bayi yang sudah lahir,
melakukan abortus dan mencegah/ mengaturkehamilan. KB di Indonesia dimulai pada awal abad
XX.
Di Inggris, Maria Stopes. Upaya yg ditempuh u/ perbaikan ekonomikeluarga buruh dg
mengatur kelahiran. Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).
Amerika Serikat, Margareth Sanger. Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang
berusaha menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis buku Family
Limitation (Pembatasan Keluarga). Hal tersebut merupakan tonggak
permulaan sejarah berdirinya KB.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KB
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yangbahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakaikontrasepsi.
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan
objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

2.2 Tujuan Program KB


Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
Tujuan umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus :
Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

2.3 Sasaran Program KB


Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkankelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet
need)menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktifdalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayananProgram KB Nasional.

2.4 Ruang Lingkup KB


Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksiremaja;
Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluargakecil berkualitas;
Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan
kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatanpengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional
Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
Peningkatan kualitas dan prioritas program
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

2.5 Dampak Program KB


Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angkakematian
ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan
kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi
manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
2.6 Masalah Revitalisasi KB Diharapkan Jadi Program 100 Hari KIB II
Sekretaris Utama Sekretaris Utama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Sudibyo Alimoeso mengatakan, peraturan presiden mengenai revitalisasi program
keluarga berencana (KB) menjadi bagian program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II
sehingga penanganan masalah kependudukan semakin baik.
"Saat ini sedang disiapkan peraturan presiden tentang Revitalisasi Program Keluarga
Berencana," kata Sudibyo saat Munas IV Paguyuban Juang Kencana, di Jakarta, Selasa.
Saat ditanya apakah ia mengharapkan penyelesaian peraturan presiden tersebut menjadi program
100 hari KIB II, Sudibyo mengiyakan. Ia mengatakan, ada tim khusus yang membahas rancangan
peraturan presiden tersebut. Namun, katanya, pembahasan peraturan presiden tersebut di Menko
Kesra ditunda. Ia mengatakan, rancangan tersebut membuat tiga hal yakni penataan kelembagaan,
sumber daya manusia, dan pembiayaan.
Pada bagian lain Sudibyo menyambut baik bahwa pada 29 September 2009 DPR telah
menyetujui UU mengenai Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Ia
mengatakan, walaupun UU tersebut belum ditandatangani oleh Presiden namun jika telah
melewati jangka waktu tertentu maka UU tersebut bisa dilaksanakan. UU tersebut antara lain
mengamanatkan dibentuknya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (pasal 53
ayat 1).
Sementara itu mantan Kepala BKKBN Hayono Suyono mengatakan dengan adanya UU
tersebut maka gerakan keluarga berencana bisa lebih digiatkan kembali. Badan yang menangani
kependudukan dan keluarga berencana juga bisa menjadi tangan kanan Presiden dan Menko Kesra.
Ia mengatakan dengan UU tersebut maka masalah kependudukan dan keluarga berencana
dapat menjadi titik sentral pembangunan pembangunan. "Menjadi `leading sector` (yang
memimpin). Kependudukan menjadi pelaku pembangunan," katanya. Sebelumnya, Kepala
BKKBN Sugiri Syarief menyatakan, program KB Nasional kini mandeg dalam lima tahun
terakhir.
Indikasinya, menurut Sugiri, dari kesertaan ber-KB yang diukur dengan prevalensi
pemakaian kontrasepsi atau CPR yang menunjukkan peningkatan hanya sekitar satu persen selama
lima tahun. Sedangkan angka kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi yang diharapkan pada
akhir 2009 adalah enam persen. Pada 2007 mengalami kenaikan menjadi 9,1 persen. Sedangkan
kesertaan KB pria masih sebesar 1,5 persen dari sasaran yang ditetapkan sebesar 4,5 persen pada
2009.
Penyelesaiannya
Oleh karena itu perlu kiranya setiap rumah sakit melakukan sosialisasi program KB,
khususnya bagi pasangan yang istrinya baru saja melahirkan. Memang, sekarang ini, di setiap
rumah sakit kelahiran itu jarang sekali diberikan tentang pemahaman keluarga berencana.
Umumnya mereka pulang dan tidak ber-KB.
Dan sebaiknya pemimpin juga ikut andil besar dalam program ini. Karena, tanpa adany
aperan dari pemimpin, program ini tidak bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Karena
bagaimanapun juga peran seorang pemimpin sangan mempengaruhi keberhasilan suatu program
di daerah tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat
dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
Tujuan umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus :
Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

DAFTAR PUSTAKA
Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
BKKBN. Sejarah Perkembangan KeluargaBerencana dan Program Kependudukan. Jakarta,
1981.
NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana
http://masalah2kb.blogspot.com/2009/11/revitalisasi-kb-diharapkan-jadi program.html

Isi Oleh: Deni Maulana Ishaq

Definisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berencana atau yang biasa disebut KB merupakan suatu usaha guna mengukur jarak dan jumlah anak
yang telah direncanakan. Karena dampak dari terlalu rapatnya jarak kelahiran bisa mengakibatkan cepatnya
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia di masa kini serta masa mendatang. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka dibentuklah beberapa cara alternatif untuk mencegah dan menunda kehamilan. Dengan menggalakkan
program KB dengan tujuan membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara pribadi maupun secara masal,
akan dapat mengurangi jumlah angka kelahiran secara signifikan dan sistematis.

Program KB muncul pertama kali di Amerika pada tahun 1921, yaitu Margareth Sanger, seorang juru rawat di
Amerika yang pertama kali menggagas program Birth Control. Margareth yang hidup antara rentang waktu 1883
1966. Pada tahun 1912, Margareth bertemu dengan sebuah kasus menghadapi seorang ibu muda yang berusia 20
tahun bernama Saddie Sachs. Saddie adalah seorang yang sengaja menggugurkan kandungannya karena dia tidak
menginginkan anak lagi. Ketidaktahuan Saddie tentang cara menjarangkan kelahiran membuat Saddie harus
meregang nyawa, tepat dipangkuan Margareth. Semenjak itulah, Margareth mulai berpikir tentang program
penjarangan kelahiran. Dari pengalamannya sebagai juru rawat, Margaret sanger cukup mengetahui
kebutuhan ibu-ibu untuk tidak memiliki anak banyak karena alasan ekonomi, kesehatan dan sosial. Terkadang, ibu-
ibu yang dia hadapi tersebut putus asa dan kemudian menemui ajalnya sebagai akibat aborsi yang dilakukan
mereka. Dari pengalamannya tersebut, kemudian ia terjun dalam gerakan pengendalian penduduk di Amerika.

Program Birth Control yang digagasnya banyak mengalami tantangan dari beberapa pihak. Namun Margareth tetap
gigih dan tidak putus asa. Ia mengajak para dokter dan juga bidan untuk bergabung dalam pergerakan tersebut. Ia
pun kemudian belajar ke eropa mengenai alat kontrasepsi, dan menerbitkan sebuah buku berjudul Family
Limitation. Penerbitan buku tersebut mendapat tentangan dari berbagai kalangan. Margareth kemudian ditangkap
(meskipun akhirnya dibebaskan kembali) setelah menerbitkan buku tersebut.

Margareth Sanger terus memperjuangkan program pengendalian penduduk di Amerika. Dia membuka klinik
Pengaturan kelahiran pertama disana. Hal ini mendapat tentangan dari tokoh-tokoh setempat. Namun Margareth
tidak putus asa. Meskipun dia ditangkap beberapa kali, Margareth terus berjuang. Hingga akhirnya perjuangan
Margareth mulai menampakkan hasil.
Pada tahun 1921, kongres nasional pengaturan kelahiran pertama akhirnya diselenggarakan di Amerika. Hasilnya
dibentuklah American Birth Control League. Dan Margareth Sanger diangkat sebagai ketuanya. Selanjutnya pada
tahun 1923 mulai dibuka biro klinik pengaturan kelahiran. Hal ini memberi harapan baru terhadap pembukaan
ratusan klinik sejenis di Amerika.

Adapun Program KB pertama kali di Indonesia dibentuk oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung
oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.
Visi PKBI yaitu Mewujudkan masyarakat indonesia yang sejahtera melalui keluarga. Adapun Misi PKBI yaitu
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga yang penuh tanggungjawab dalam keluarga Indonesia melalui
pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat
di bidang kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan
berkeadilan gender.

Pada saat ini Program KB telah dicanangkan oleh Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN).
Peran BBKBN adalah menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam melaksanakan program KB. Grand
Strategi:yang di gunakan yaitu, menggerakkan serta memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB,
menata kembali pengelolaan program KB, memperkuat SDM operasional program KB, meningkatkan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB dan meningkatkan pembiayaan program KB. Nilai-nilai pokok
yang terkandung dalam strategi ini adalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten,
organisasi pembelajaran, kreatif dan inovatif.

Fungsi Program KB di masyarakat

Paul R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu tingginya angka kelahiran serta ledakan
penduduk. Ia mempunyai argumen sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay on the
Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan
melampaui suplai makanan yang akan mengakibatkan kelaparan. Paul beranggapan bahwa
bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk
jauh lebih cepat dari bahan makanan. Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk
dan manusia antara lainPreventive checks, seperti penundaan perkawinan, adanya jarak kelahiran, mengendalikan
hawa nafsu dan pantangan kawin. Adapun Possitive checks yaitu faktor terjadinya bencana alam, wabah penyakit,
kejahatan dan peperangan.

Melakukan program keluarga berencana KB dapat mencegah dekatnya jarak kehamilan. KB sekaligus merupakan
upaya memutus lingkaran kemiskinan khususnya serta meminimalisasikan dampak ledakan penduduk di masa
mendatang. Karena Keluarga miskin yang memiliki banyak anak, kelak setelah anak-anaknya tumbuh dewasa dan
berkeluarga, kemungkinan besar akan tetap menjadi miskin, pasalnya dari usia dini tidak mendapat asupan gizi dan
pendidikan yang cukup. Untuk menggalakkan program KB dimulai dari menggunakan pil KB sampai menggunakan
alat kontrasepsi dengan tujuan memperlambat terjadinya proses kehamilan. Karena pemakaian kontrasepsi yang
belum merata menjadikan faktor yang dapat mengancam terjadinya ledakan penduduk.Terlebih laju pertumbuhan
penduduknya masih tinggi, yakni 2,56% dengan total fertility rate (TFR) 2,3.Artinya, jumlah penduduk akan
mengalami lonjakan sebanyak 81.267 jiwa per tahun hingga mencapai 3.580.834 jiwa pada 2015. Untuk
mengatasinya, pihaknya kini melakukan program KB yang amat berpengaruh pada penghematan anggaran sektor
kesehatan dan pendidikan. Sepanjang 2010, peserta KB baru tercatat 97.149 akseptor atau 116,15 % dari target
83.640 akseptor.
Target akseptor KB pria tahun 2010 dengan menggunakan mixkontrasepsi metode operasi pria (MOP) dan kondom
terealisasi 5.047 akseptor dari target 6.480 (128,39 %).Sementara akseptor KB baru wanita, dengan penggunaan
kontrasepsi metode operasi wanita , implant, suntikan, dan pil tercapai 90.669 akseptor atau 115,39% dari target
78.593 akseptor.

Saat ini banyak dari masyarakat yang sulit di ajak untuk menggalakkan program KB puncaknya ketika turunnya
rezim orde baru. Dengan alasan program KB terlalu bersifat pemaksaan, koersif, dan mengabaikan hak-hak
masyarakat. Bahkan terkesan menjadi bumerang bagi program itu sendiri. Program KB menjadi selalu dicurigai dan
di belokan kepada tujuan-tujuan yang lain. Selama puluhan tahun, program KB lebih kepada pendekatan fisik
biologis dan esensialis sehingga rahim perempuan dianggap sebagai masalah. Sasaran KB lebih pada
"pemaksaan" pencegahan kehamilan dengan target penurunan fertilitas. Akhirnya, terjadi pengabaian hak
reproduksi perempuan. Banyak bermunculan praktik pelanggaran hak asasi manusia karena intervensi dari
pelaksanaan KB.

Program KB meninggalkan trauma bagi masyarakat. Istilah KB dan kependudukan kemudian menjadi sesuatu yang
dihindari masyarakat. Sangat diperlukan perbaikan pendekatan dalam program KB. Pelaksanaan KB harus dalam
cara pandang sebagai hak. Hal itu menjadi persyaratan tatanan masyarakat demokratis yang ditandai dengan
adanya ruang negosiasi antara negara dan masyarakat."Program KB yang mengedepankan hak membuat
masyarakat mengikuti program atas kesadaran dan pilihannya membangun keluarga sejahtera dengan
mengedepankan pendekatan hak dalam pelaksanaan KB, memang dibutuhkan upaya bahkan biaya lebih besar.

Ketika mencari ide-ide baru, terkadang masih muncul ide-ide lama. Untuk mengubah paradigma ini, yaitu dengan
mengubah mindset masyarakat terhadap program KB itu sendiri
maka di sinilah Revitalisasi program KB merupakan salah satu fokus dalam pengendalian kualitas penduduk serta
kuantitas fasilitas penunjangnya. Revitalisasi itu, antara lain, adalah melalui pengembangan kebijakan pengendalian
yang responsif gender, pembinaan kemandirian keluarga berencana, promosi dan penggerakan masyarakat, serta
konsentrasi untuk tetap mengedepankan kesejahteraan bersama.

Situasi dan Kondisi Kependudukan di Jawa Barat Sekarang

Jumlah penduduk jawa barat dengan sumber data yang diperoleh dari hasil sensus penduduk di Indonesia pada
tahun 2010. Menunjukkan bahwa jumlah penduduk jawa barat memperoleh angka terbesar yaitu mencapai 43. 021.
826 jiwa dari 238 jiwa di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk di jawa barat adalah yang tertinggi dari
keseluruhan angka peningkatan penduduk di propinsi lain se-Indonesia. Sensus tahun ini sangat penting untuk
dijadikan barometer sebagai sumber mutlak mengantisipasi terjadinya ledakan penduduk. Di samping Indonesia
akan menghadapi konsekuensi sosial ekonomi yang besar hal ini juga akan membuat semua program pemerintah
terganggu. Pemerintah harus merombak program pembangunan ekonomi, ketahanan pangan dan ketahanan
energi. Selain itu dampak dari ledakan penduduk juga terjadi terhadap masyarakat umunya diantaranya yaitu:
1. Persaingan lapangan pekerjaan. di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak
orang yang memperebutan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru
setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.

2. Persaingan untuk mendapat pemukiman. persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Persaingan ini
terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota seperti ini, ering
kita jumpai permukiman kumuh.

3. Persaingan mendapatkan pendidikan, dengan makin banyaknya bayi yang lahir setiap tahunnya, tentu makin
banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi
fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan
pendidikan yang memadai.

Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, khususnya yang terjadi di daerah Jawa Barat, karena Jawa
Barat sebagai penyumbang hampir 20 persen dari total penduduk Indonesia. cenderung menghadapi masalah
kependudukan yang sangat kompleks. Angka fertilitas yang masih tinggi, terutama pada kelompok wanita status
kawin usia antara 20 - 24 tahun adalah median umur kawin pertama yang masih rendah dengan rata-rata jumlah
anak ideal yang masih tinggi dan pelaksanaan program KB yang belum merata disemua lapisan masyarakat.
Jenjang pendidikan serta tingkat ekonomi dapat menjadi faktor yang mengancam terjadinya ledakan penduduk di
Jawa Barat. Jika jumlah penduduk di Jawa Barat sudah tidak terkendali, maka Jawa Barat bisa menjadi provinsi
pertama di Indonesia yang terancam terjadinya ledakan penduduk. Penduduk Jawa Barat menurut hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 diketahui sekarang telah mencapai 43 juta jiwa. Dilihat dari sudut kuantitas penduduk Jawa
Barat menempati peringkat pertama terbanyak di Indonesia, dengan kepadatan yang tidak merata dan mobilitasnya
sangat tinggi terutama di perkotaan yang menjadi sentra industri dan sentra perdagangan. Sedangkan bila dilihat
dari sudut kualitas yakni dari sisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai tolak ukur, Jawa Barat sendiri hanya
menempati peringkat ke 17 dari 33 provinsi di Indonesia.

Berkenaan dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk serta perubahan konsentrasi penduduk
Jawa Barat, seperti yang ditulis di harian Republika (19/03), Wakil Gubernur Jawa Barat (Dede Yusuf) mengatakan
bahwa jumlah penduduk Jawa Barat bakal menembus 50 juta jiwa pada tahun 2025 yang tahun sekarang sudah
menembus 43 juta jiwa. Penyebaran penduduk Jawa Barat pun tidak merata. Hal ini menunjukan bahwa bilamana
tidak diantisipasi mengenai pertumbuhan penduduk ini maka akan mengancam dan berimplikasi yang luas terhadap
lingkungan, terhadap semua sektor pembangunan, dan terhadap kemakmuran sosial serta terhadap tatanan
peradaban manusia Jawa Barat pada khususnya dan negara serta bangsa pada umumnya.

Dampak lingkungan yang terjadi akibat masalah ledakan penduduk di Jawa Barat adalah polusi. Tingkat polusi
bergerak naik seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk disuatu area permukiman perkotaan. Polusi
ditimbulkan dari asap hasil pembuangan kendaraan bermotor yang jumlahnya saat ini semakin meningkat tajam.
Hal ini terlihat semakin tingginya frekuensi kemacetan yang terjadi dijalan-jalan yang membuat jalan di kota tidak
lancer lagi di lalui.

Ujung dari proses ledakan penduduk di Jawa Barat khususnya, adalah kerusakan lingkungan dengan segala
dampak ikutannya seperti menurun kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan serta hilangnya fungsi ruang
terbuka. Serta dampak sosial yang terjadi akibat masalah ledakan penduduk adalah kemiskinan, karena banyaknya
penduduk, lapangan pekerjaan terbatas, akibatnya banyaklah yang menganggur. Kemiskinan berkaitan erat dengan
kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian
penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular seperti diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu
masyarakat menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar terutama pada bayi. Kematian bayi adalah
konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan.

Perlunya Revitalisasi Mekanisme KB di Jawa Barat

Indonesia dengan penduduk saat ini sekitar 230 juta jiwa, berada di peringkat keempat setelah India, China
dan Amerika Serikat. Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) saat ini 1,35 persen atau 3,2 juta jiwa per tahun
berada di lampu merah, bila tidak terkendali dikhawatirkan terjadi ledakan penduduk. Sedangkan jawa barat
sendiri memiliki peran penting karena termasuk daerah yang mempunyai angka kepadatan penduduk tertinggi. LPP
1,35 persen dengan 3,2 juta jiwa per tahun atau setara dengan total penduduk Singapura, tidak mustahil Indonesia
bakal menggantikan posisi Amerika Serikat menjadi negara berpenduduk ketiga terbesar di dunia. Apalagi, tingkat
pertumbuhan penduduk berkisar 3 4 juta jiwa per tahun.

Di kutip dalam Harian Seputar Indonesia (12/04), bahwa Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Sugiri Syarief mengkhawatirkan kondisi ini bisa mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk. Ini
didasarkan kesertaan ber KB mencapai 61,4 persen dari 41 juta Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penduduk
hingga 2009 sebanyak 230 juta jiwa bila kawin memungkinkan 31 juta jiwa anak lahir. LPP sekitar 1,35 persen/
tahun ini bila tidak diatasi, dikhawatirkan terjadi lonjakan penduduk bisa dua kali lipat pada 50 tahun mendatang
mencapai 460 juta jiwa, ujar Sugiri.

Kepala BKKBN Bapak Sugiri juga mengatakan mengatasi kemungkinan terjadi ledakan penduduk berdasarkan
arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah dilakukan revitalisasi program KB. Kegiatan direalisir dengan
perbaikan penerapan manajemen, mengoptimalkan visi dan misi serta pendekatan dengan Bupati / Walikota guna
menjelaskan norma, standar dan prosedur program KB. Begitu pun, mengaktifkan kerjasama dengan TNI, Polri,
pimpinan agama, LSM, perguruan tinggi dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP). Tidak kalah strategis
adalah memperjuangkan tambahan dana melalui APBN yang tiga tahun terakhir ini meningkat. BKKBN pada tahun
2008 kebagian Rp700 miliar, naik menjadi Rp 1,2 triliun ( 2009), Rp 1,4 triliun (2010) dan tahun 2011 mencapai
Rp1,6 triliun. Kami sebenarnya membutuhkan Rp3 triliun, tapi dengan dana yang meningkat tiga tahun terakhir ini
menunjukkan kesungguhan pemerintah mengatasi LPP, ujar Sugiri.

Dia juga berbesar hati karena saat ini sekitar 88 persen dari 495 Kabupaten / Kota telah mengaktifkan kembali
kegiatan KB. Sedangkan 12 persen lain adalah Kabupaten / Kota baru dimekarkan. Kami juga saat ini telah
memiliki 22 ribu tenaga lapangan dari kebutuhan ideal 35 ribu, kata Sugiri yang menambahkan tahun 2008 hanya
19 ribu. Terobosan lain adalah memacu kesertaan KB mencapai 70 persen dari PUS. Sedangkan angka kelahiran
ditekan 2,0. Dia mengatakan 10 tahun setelah reformasi terlihat peranan BKKBN relatif lemah sehingga
dikhawatirkan terjadi ancaman ledakan penduduk Indonesia tinggi khususnya di daerah yang tingkat kepadatannya
tinggi seperti propinsi Jawa Barat. Pemerintah juga harus lebih bersikap serius terhadap masalah kependudukan
dengan naikkan kewenangan BKKBN menjadi departemen, Dia yang juga Ketua Forum Antarumat Beragama
Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan telah mengajukan surat kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono( SBY) untuk berdialog tentang keberadaan dan peranan BKKBN, beberapa waktu lalu. Kami
mengusulkan melalui Sekretariat Negara (Sekneg), tapi belum ada konfirmasi balik untuk membicarakan hal
strategis menyangkut masa depan nasib bangsa Indonesia, Demikian juga pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan SDM akan sulit terlaksana, jika jumlah penduduk tidak terkendali. Jika asumsi ini benar, maka cara
terbaik untuk membangun ekonomi dan SDM adalah dengan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui
program KB.
Namun, menurutnya, jika pemerintah bisa mengatasi masalah kependudukan dengan baik dan mampu mengelola
sumber daya manusia, maka jumlah penduduk yang banyak bisa menjadi potensi pembangunan. Sementara beban
dari ancaman ledakan penduduk akan berkurang secara perlahan.

Sejatinya keberhasilan program-program KB, kesehatan, pendidikan dan lainnya telah memberi kesempatan
kepada keluarga Indonesia mengurangi jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sehingga setiap
keluarga di Jawa Barat bisa lebih longgar merancang masa depannya. Melahirkan dengan lebih sejahtera sehingga
setiap keluarga tidak harus kehilangan ibunya, atau kehilangan anak yang dirindukannya karena persiapan yang
tidak matang dan kesehatan yang tidak memadai.

Kalau saja kerjasama dengan para bidan akan memudahkan para peserta KB mengakses pelayanan bidan secara
mandiri dan merata di setiap kecamatan, maka Daerah-daerah di Jawa Barat telah menyumbangkan modal untuk
perkembangan manusia dengan langkah lebih maju dengan tetap mewaspadai terhadap penduduk Indonesia yang
melimpah jumlahnya. LPIM Jawa Barat dengan aliansinya telah bertekad untuk menempatkan penduduknya
sebagai titik sentral pembangunan. Dengan menempatkan penduduk sebagai titik sentral berarti penduduk akan
dan harus disiapkan secara paripurna menjadi insan yang mampu, mandiri, demokratis dan berbudaya, sekaligus
sebagai makluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan kekuatan seperti itu diharapkan Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk yang melimpah akan
dengan mudah bangkit dengan kekuatannya sendiri yang maha dahsyat. Apabila dicermati dengan baik, upaya
pemberdayaan itu telah diberi kekuatan hukum yang sangat dinamis sekaligus memberi kesempatan kepada setiap
keluarga untuk menjadi wahana pembangunan bangsa. Dalam pelaksanaan program KB dan Kependudukan tidak
saja harus dilakukan oleh pemerintah, tetapi dapat dikembangkan menjadi gerakan yang dikelola oleh masyarakat
sendiri khususnya daerah Jawa Barat secara mandiri dan profesional.

Cara Mengantisipasi Ledakan Penduduk di Jawa Barat

Ledakan penduduk adalah masalah yang harus segera ditangani dengan serius oleh pihak-pihak yang terkait
karena apabila permasalahan ini terus berlanjut akan mengakibatkan dampak-dampak yang merugikan. Selain
Revitalisasi KB, Ada pula solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ancaman ledakan penduduk di Jawa
Barat yaitu:

1. Melakukan program transmigrasi

Program transmigrasi adalah program nasional untuk memindahkan kelompok penduduk dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Saya rasa program transmigrasi ini sudah banyak menolong penduduk Indonesia.
2. Berperan Aktif dalam Melakukan program keluarga berencana

Dengan terus terlaksananya Program KB di Jawa Barat, maka penurunan angka kelahiran pun akan meningkat.
Dan konsekuensi pada ancaman ledakan penduduk pun berkurang. Bahkan mobilitas perekonomian pun dapat
lebih stabil.

3. Mengoptimalkan lahan dengan menggunakan teknologi.

Hal ini disebabkan padatnya penduduk Jawa Barat, mengakibatkan banyaknya lahan yang dipergunakan untuk
pemukiman, sehingga lahan yang tadinya merupakan tempat penduduk menanam tanaman pangan beralih fungsi
sebagai lahan pemukiman. Peralihan fungsi ini membuat penurunan terhadap produksi pangan penduduk sehingga
penduduk mengalami kekurangan pangan. Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi agar dapat
meningkatkan produksi pangan walaupun dengan lahan sempit.

4. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja

Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat Jawa Barat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak
banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir
dalam bidang kependudukan.

5. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan

Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap
daerah di Jawa Barat diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah
lainnya.

6. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan

Dengan semakin sadarnya Penduduk Jawa Barat akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak
terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.

7. Pemerataan pembangunan
Hal ini dapat di lihat dikota-kota yang merupakan titik sentral pembangunan dan kegiatan ekonomi khusunya Jawa
Barat. Seharusnya pembangunan tidak hanya terpusat di kota-kota tetapi juga dilakukan dikabupaten. Jika
pembangunan dilakukan secara merata dikabupaten maka sangat kecil kemungkinan penduduk yang tinggal
dikabupaten pindah ke kota.

Kesimpulan

Dalam suasana mencuatnya ekspetasi Masyarakat Jawa Barat terhadap masalah kependudukan yang
mengkhawatirkan, gebrakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi harapan yang besar bahwa Indonesia
bisa kembali menjadi pionir dalam mengembangkan pemberdayaan penduduk yang besar sebagai kekuatan dan
modal pembangunan bangsa atau human capital.

Indonesia yang miskin tetapi mempunyai penduduk di Jawa Barat dengan jumlah besar, apabila ditangani dengan
pemberdayaannya secara terpadu, dengan mengundang partisipasi semua kekuatan pemgangunan yang tinggi,
akan menghasilkan sumber daya manusia bermutu yang besar jumlahnya. Kalau setiap warga di Jawa Barat dapat
menghasilkan sesuatu untuk kecamatan dan kabupaten, hampir pasti Propinsi yang besar dan kaya raya ini akan
muncul sebagai Propinsi besar yang sejahtera, adil dan makmur. Dengan penduduk lebih dari 43 juta jiwa
mempunyai potensi yang makin siap untuk membangun setiap daerah di Jawa Barat. Dalam tiga puluh tahun
terakhir tingkat kelahiran dan tingkat kematian sudah menurun lebih dari 50 persen. Akibatnya tingkat pertumbuhan
penduduknya telah menurun dari angka diatas 2 persen menjadi hampir dekat dengan angka 1,2 1,3 persen.
Bahkan beberapa propinsi, kabupaten dan kota telah menunjukkan angka sekitar 1 persen.

Makin siapnya penduduk dikembangkan menjadi potensi pembangunan yang kuat itu ditandai pula dengan jumlah
penduduk dibawah usia lima belas tahun yang relatif tidak bertambah lagi, yaitu sekitar 12 20 juta jiwa. Dengan
jumlah tersebut, apabila kita bekerja dengan keras, tidak mustahil tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan awal
dari penduduk tersebut dapat diberikan dengan baik. Pemeliharaan kesehatan dan pendidikan dalam usia dini akan
menghasilkan bibit-bibit unggul yang di kemudian hari dapat menghasilkan manusia unggul dan bermutu yang bisa
diandalkan untuk melanjutkan pembangunan di Jawa Barat, sehingga menjadi sebuah totalitas yang dimiliki oleh
masyarakat di Jawa Barat untuk Indonesia.

Sumber:

Sensus Penduduk 2010, www.Bps.go.id

Nasution, Anwar, KB Untuk Indonesia Lebih Baik, Rajawali Press, Semarang 1999.
Data statistik kependudukan Indonesia, Majalah Tempo, Jakarta,Februari 2011.

Sanusi, Ahmad, Sejarah Perkembangan KB di Indonesia, Mitra Media Press, Bandung 1998.

Rahmat, Adi, SH, Ledakan Penduduk Ancam Indonesia, Pustaka Media, Jakarta 2000.

www.okezone.com November 2010.

Harian Kompas, 23 Januari 2011.

Harian Republika, 19 Maret 2011.

Harian Seputar Indonesia, 12 April 2011

www.MediaIndonesia.com Desember 2010.

www.Detik.com Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai