Ipi171565 PDF
Ipi171565 PDF
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan
Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013.
Abstrak
Latar belakang: Masalah perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai. Prinsip
menangani perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen krisis.
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien yang datang dan dirawat di ruangan UPIP memiliki
masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi sehingga
memerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini dilakukan di ruangan
dan adakah efek negatif yang timbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP mengalami prosedur
restrain.
Tujuan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang menjalani
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel penelitian ini
sebanyak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil: Prosedur restrain yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit, diikat dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan prosedur restrain yang dilakukan di UPIP secara umum
tidak memberikan efek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalami
kekambuhan perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar berjumlah
lebih dari 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektif
dalam mengurangi perilaku kekerasan
Simpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang di Unit Perawatan Intensif
Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti efektif dalam mngurangi perilaku kekerasan.
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 27
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
28 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 29
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
berupa injury akan tetapi masih terdapat kesamaan dalam prosedur pelaksanaan.
sebagian kecil yaitu 20% (6 tindakan Hal yang sedikit berbeda terletak pada
restrain) yang mana perawat mengalami monitoring pasien. Apabila dalam SOP
injury. yang ditetapkan oleh ACT menetapkan
kegiatan monitoring tekanan darah, Heart
B. PEMBAHASAN Rate (HR), dan suhu dilakukan setiap satu
1. Prosedur Restrain jam, RSJD Amino Gondohutomo
Restrain, dalam psikiatrik, secara umum menetapkan monitoring dtanda-tanda
mengacu pada suatu bentuk tindakan vital, tanda-tanda cedera, nutrisi hidrasi,
menggunakan tali untuk mengekang atau sirkulasi, hygien eliminasi, dan status
membatasi gerakan ekstremitas individu fisik maupun psikologis dilakukan setiap
yang berperilaku di luar kendali yang 15-30 menit.
bertujuan untuk memberikan keamanan Berbeda dengan kedua SOP
fisik dan psikologis individu. Didalam sebelumnya, Idaho Department of
pelaksanaan prosedur ini di Rumah Sakit Correction menetapkan waktu observasi
tentunya harus memiliki standarisasi demi yang berbeda dari setiap poin.
kode etik dan legal dalam pelaksanaan Berdasarkan SOP yang telah ditetapkan,
prosedur pada pasien. Dalam dunia monitoring setiap 15 menit meliputi
pelayanan kesehatan standar tatacara atau pemantauan hygiene, sirkulasi,
tahapan yang dibakukan dan yang harus respiratori, aktivitas, status mental, dan
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses tanda-tanda perilaku meluai diri sendiri.
kerja tertentu dikenal dengan istilah Monitoring setiap satu jam untuk
standard operating procedure (SOP) menawarkan cairan atau keinginan ke
atau Standar Prosedur Operasional kamar mandi. Sedangkan setiap 2 jam
(SPO) (Perry dan Potter (2005). perawat melakukan latihan gerak pada
Setiap Rumah Sakit pastilah ekstremitas dengan ROM. Sedangkan
memiliki SPO guna mengatur pemantauan TTV dilakukan oleh perawat
keseragaman dan menjamin mutu setiap 4 jam. Untuk pemantauan harian,
pelayanan. Demikian halnya RSDJ Dr. hal yang dilakukan adalah perawat
Amino Gondohutomo Semarang. RS telah menawarkan atau membantu pasien untuk
menetapkan SPO terkait tindakan restrain mandi/ bathing.
bagi pasien rawat inap di RS. Secara garis Dalam pelaksanaan prosedur restrain,
besar, SPO restrain yang ada di ruangan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
sudah sesuai dengan teori yang ada menunjukkan bahwa pada dasarnya
maupun dengan SOP restrain yang ada di pelaksanaan prosedur restrain di Unit
negara-negara maju. Diungkapkan oleh Pelayanan Intensif Psikiatrik (UPIP)
Australian Capital Territory (ACT) RSJD Dr. Amino Gondhohutomo
(2011) inti dari SPO pelaksanaan restrain sudahlah cukup baik dan sesuai dengan
pada pasien gangguan jiwa meliputi 13 SPO restrain yang ada di RS yaitu sebesar
poin yaitu emergency situations, 43,3% (13 tindakan restrain) dari total 30
assessment of patient, alternatives to tindakan restrain bagi pasien dengan
restraint, forms of restraint, Perilaku Kekerasan (PK) aktif. Akan
authorisation, communication, tetapi, angka ini masih lebih rendah
application of restraint, monitoring, care apabila dibandingkan dengan jumlah
of the patient during restraint, evaluation prosedur restrain di ruangan yang kurang
of use of restraint, emergency evacuation, sesuai dengan SPO yang ada yaitu sebesar
post restraint, dan patient/ family 56,7% (17 tindakan restrain). Hal ini
concerns. membuktikan bahwa pelaksanaan
Secara garis besar, antara SOP yang prosedur restrain di ruangan belumlah
ditetapkan oleh RSJD Dr. Amino maksimal.
Gondohutomo, ACT, dan Idaho Berdasarkan hasil observasi yang
Department of Correction memiliki dilakukan, dari keseluruhan poin prosedur
30 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
tindakan restrain sesuai SPO yang ada di pasien diikat lebih 4 jam dan hanya
Rumah Sakit, terdapat beberapa prosedur 13,3% (4 prosedur restrain) yang
yang paling sering untuk tidak dilakukan. dibebaskan dari restrain kurang dari atau
Prosedur yang sering tidak dilakukan oleh sama dengan 4 jam pada pasien usia lebih
perawat di ruangan dalam pelaksanaan dari 18 tahun.
intervensi restrain adalah 80% pengikatan Berdasarkan beberapa sumber
dilakukan tanpa instruksi dokter, 73,3% literatur, baik menurut CMS Psychiatric
perawat melakukan restrain tanpa Residential Treatment Facilities. COA,
melakukan pengkajian fisik terlebih, dan JCAHO, jangka waktu perestrainan
76,6% pengikatan dilakukan di tempat pada pasien dengan gangguan jiwa usia
tidur dengan posisi kedua lengan berada lebih dari 18 tahun adalah tidak lebih dari
di samping badan, belum ada papan nama 4 jam. Hal ini dilakukan untuk
yang berisi keterangan terkait meminimalisir efek samping prosedur
pelaksanaan prosedur restrain, belum restrain. Akan tetapi, pada dasarnya
efektifnya pendokumentasian tindakan belum ada standar waktu lama pengikatan
restrain di status pasien, dan poin terkahir yang baik. Setiap lembaga atau
adalah perawat belum menerapkan di departemen yang menangani penyusunan
rungan untuk membantu/ meatik anggota SOP memiliki kebijakan yang berbeda-
gerak untuk mencegah luka dan beda dalam penetapan panjang durai
kekakuan. pengikatan ini.
Tingginya prosentase pelaksanaan Meskipun demikian, literature lain
restrain yang dilakukan tanpa instruksi menambahkan, seperti yang diungkapkan
dokter dapat diterima mengingat kondisi oleh Idaho Department of Correction
pasien yang direstain di ruangan (2010) dalam SOP tindakan restrain, awal
memanglah dalam kondisi yang durasi intervensi restrain maksimal adalah
berbahaya baik bagi diri pasien itu sendiri 8 jam. Setelah masa waktu 8 jam
maupun bagi orang lain. Sehingga, berakhir, dilakukan evaluasi kembali
apabila restrain dilakukan tidak saat itu terkait perilaku agresif klien, apabila
juga justru akan berbahaya bagi pasien perilaku yang dimiliki klien masih sama
dan orang lain. Sesuai dengan teori bahwa dan belum menunjukkan perbaikan maka
dalam keadaan darurat yang mengancam prosedur restrain dapat diterapkan
jiwa, staff kesehatan memiliki tugas kembali apabila langkah-langkah
perawatan untuk menyediakan alternative untuk pengendalian perilaku
kepentingan terbaik keselamatan pasien tetap tidak efektif.
dan keselamatan orang lain. Dalam Idaho Department of Correction,
persetujuan ini situasi tidak diperlukan National Commission on Correctional
sebelum intervensi restrain. Restain 'dapat Health Care (2003) menetapkan bahwa
diberikan dalam keadaan darurat dan durasi dari pasien diikat hingga pelepasan
restrain merupakan suatu keharusan untuk tidak melebihi 12 jam. Perbedaan standar
dilakukan mka pelaksaan prosedur dapat waktu ini mungkin terjadi mengingat
dialkukan tanpa dengan instruksi dokter belum adanya kesepakatan dan standar
(ACT, 2011). baku dunia memilki kebijkan masing-
masing. Hal ini boleh dilakukan
2. Durasi Restrain mengingat persyaratan setiap negara
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui dapat berbeda antara negara sat dengan
bahwa dari keseluruhan tindakan restrain yang lainnya (NCCH, 2003).
yang ada di UPIP RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang pasien yang
mengalami tindakan restrain memiliki 3. Efek Sampaing Restrain
jangka waktu yang cukup lama hingga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akhirnya dilepas dari ikatan atau restrain. secara umum yaitu sebesar 63,3% atau
Sebanyak 86,7% (26 prosedur restrain) sebanyak 19 kali prosedur restrain tidak
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 31
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
32 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 33
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
34 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 35
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi