Anda di halaman 1dari 9

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan
Di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang
Tahun 2013.

Kandar1), Prabawati Setyo Pambudi 2)


1) Perawat UPIP RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
2) Pendidikan Profesi Ners PSIK FK Universitas Diponegoro Semarang
Email: maskandar31@yahoo.com

Abstrak
Latar belakang: Masalah perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di jumpai. Prinsip
menangani perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan pengekangan/ managemen krisis.
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti lebih dari 90% pasien yang datang dan dirawat di ruangan UPIP memiliki
masalah perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi sehingga
memerlukan perhatian khusus adakah sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain yang selama ini dilakukan di ruangan
dan adakah efek negatif yang timbul mengingat lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP mengalami prosedur
restrain.
Tujuan: Menganalisa pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang menjalani
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Metode: Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel penelitian ini
sebanyak 25 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil: Prosedur restrain yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit, diikat dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan prosedur restrain yang dilakukan di UPIP secara umum
tidak memberikan efek samping pada pasien, telah memenuhi indikator pelepasan restrain, tidak mengalami
kekambuhan perilaku kekerasan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan restrain sebagian besar berjumlah
lebih dari 2 dengan melibatkan tenaga kesehatan perempuan dan tidak menimbulkan injuri sehinga terbukti efektif
dalam mengurangi perilaku kekerasan
Simpulan: Pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan yang di Unit Perawatan Intensif
Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang terbukti efektif dalam mngurangi perilaku kekerasan.

Kata kunci: Perilaku kekerasan, Restrain, Unit Pelayanan Intensif Psikiatri

LATAR BELAKANG dan 70% kekerasan verbal. Selain itu, dalam


penelitian tersebut diungkapkan bahwa 20%
Perilaku kekerasan merupakan masalah perawat mengalami kekerasan fisik yang
kesehatan jiwa yang sering di jumpai. menyebabkan cedera serius.
Berdasarkan data jumlah pasien pada tahun Prinsip-prinsip menangani perilaku
2010 di rumah sakit jiwa Dr. Amino kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu
Gondohutomo Semarang dari total jumlah preventif, antisipasi, dan pengekangan/
pasien gangguan jiwa yaitu sebanyak 3914 managemen krisis. Strategi pencegahan
pasien, 39,2% (1534 pasien) masuk dengan meliputi di dalamnya yaitu self awareness
indikasi masalah perilaku kekerasan dan jumlah perawat, edukasi, managemen marah, terapi
ini menduduki peringkat terbesar kedua dalam kognitif, dan terapi kognitif perilaku.
masalah keperawatan yang dialami pasien. Sedangkan strategi perilaku meliputi teknik
Masalah perilaku kekerasan pasien komunikasi, perubahan lingkungan,
hampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa. psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat
Beberapa riset menunjukkan bahwa perawat antipsikotik. Strategi yang ketiga yaitu
jiwa sering mengalami kekerasan dari klien pengekangan meliputi tindakan manajemen
(Fight, 2002; Nijman, Foster, dan Bowers, krisis, pengikatan, dan pembatasan gerak
2007). Pada penelitin yang dilakukan oleh (Stuart & Laraia, 2005).
Elita, dkk (2011) memperoleh hasil bahwa Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti
perilaku kekerasan yang terbanyak dilakukan di ruang UPIP RSJD Amino Gondohutomo
klien dalam satu tahun di RSJ Tampan adalah Semarang lebih dari 90% pasien yang datang
84% kekerasan fisik pada diri sendiri yang dan dirawat di ruangan ini memiliki masalah
menyebabkan cedera ringan, 79% kemudian perilaku kekerasan dan memperoleh tindakan
diikuti oleh ancaman fisik, 77% penghinaan restrain dan seklusi. Angka ini termasuk tinggi

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 27
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

sehingga memerlukan perhatian khusus adakah HASIL PENELITIAN DAN


sudah sesuaikah prosedur tindakan restrain PEMBAHASAN
yang selama ini dilakukan di ruangan dan A. HASIL PENELITIAN
adakah efek negatif yang timbul mengingat 1. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Prosedur
lebih dari 90% pasien yang masuk ke UPIP Restrain
mengalami prosedur restrain. Atas dasar inilah Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan
peneliti tergugah untuk menganalisa lebih jauh Kesesuaian Prosedur Restrain di UPIP 2013
prosedur tindakan restrain yang dilakukan di Prosedur restrain Frekuensi Persen
UPIP RSJD Aminogondohutomo Semarang. n=30 (%)
Sesuai 13 43,3
METODE PENELITIAN Kurang sesuai 17 56,7
Jumlah 30 100
Penelitian ini menggunakan konsep
deskriptif analitik dengan pendekatan cross Tabel 1 menunjukkan bahwa 56,7% atau
sectional, dimana fungsi deskriptif analitik sebanyak 17 kali tindakan restrain kurang
adalah metode penelitian yang menggambarkan sesuai dengan prosedur yang telah ada,
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa 43,3% atau sebanyak 13 kali tindakan
adanya. Sehingga penelitian yang akan restrain sudah sesuai dengan prosedur yang
dilakukan menggunakan konsep deskriptif telah ditetapkan.
analitik dengan pendekatan cross sectional 2. Distribusi Frekuensi Durasi Restrain
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan
mengenai pelaksanaan tindakan restrain di Unit Durasi Restrain di UPIP 2013
Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. Durasi Frekuensi Persen
Amino Gondohutomo Semarang. restrain n=30 (%)
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 jam 4 13,3
Mei 1 Juni 2013 di Unit Pelayanan Intensif > 4 jam 26 86,7
Psikiatri (UPIP) RSJD Dr. Amino Jumlah 30 100
Gondohutomo Semarang dengan menggunakan
sampel sebanyak 25 pasien dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak
menggunakan teknik purposive sampling yaitu 86,7% atau sebanyak 26 kali tindakan
pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang restrain yang dilakukan, lama pasien diikat
ditetapkan peneliti (Hidayat, 2008). > 4 jam, 13,3% atau sebanyak 4 kali
Instrumen yang digunakan dalam tindakan restrain yang dilakukan, lama
penelitian ini adalah Lembar observasi, yaitu psien diikat jam.
daftar pernyataan tertulis mengenai prosedur 3. Distribusi Frekuensi Efek Samping Yang
tindakan resteain yang diisi oleh peneliti. Ditimbulkan Dari Tindakan Restrain
Lembar observasi dalam penelitian ini Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
menggunakan SOP mengenai pelaksanaan Efek Samping Restrain Di UPIP 2013
tindakan restrain di RSJD Dr. Amino Efek samping Frekuensi Persen
Gondohutomo Semarang. Analisa data dalam n=30 (%)
penelitian ini dilakukan penghitungan distribusi Tidak 19 63,3
frekuensi dengan menggunakan rumus terdapat efek
distribusi frekuensi diantaranya mean, median, samping
variansi, standar deviasi. Terdapat efek 11 36,7
samping
Jumlah 30 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak


63,3% atau sebanyak 19 kali tindakan
restrain yang dilakukan tidak menimbulkan
efek samping, 36,7% atau sebanyak 11 kali

28 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

tindakan restrain yang dilakukan Tabel 6 Jumlah Perawat yang Terlibat


memberikan efek samping kepada pasien. dalam Pelaksanaan Prosedur Restrain di
4. Distribusi Frekuensi Indikasi Pelepasan UPIP Semarang
Ikatan Jumlah Frekuensi Persen (%)
Tabel.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawat n=30
Indikasi Pelepasan Restrain Di UPIP 2013 >2 orang 28 93,3
Frekuensi Persen 2orang 2 6,7
Indikator
n=30 (%) Jumlah 30 100
Indikator tidak 5 16,7
tercapai Tabel 6 menunjukkan distribusi jumlah
Indikator 25 83,3 perawat yang terlibat dalam pelaksanaan
tercapai prosedur restrain. Tabel menunjukkan
Jumlah 30 100 bahwa sebagian besar pelaksaan prosedur
restrain di UPI Semarang melibatkan lebih
Tabel 4 Tabel menunjukkan bahwa dari 2 orang perawat yaitu sebesar 93,3%
sebagian besar pasien yang telah dilepas (28 prosedur restrain) dari total 30 tindakan
dari restrain berhasil memenuhi indikasi restrain.
pelepasan (indicator tercapai) yaitu sebesar 7. Keterlibatan tenaga kesehatan perempuan
83,3% (25 pasien) dati total 30 tindakan dalam pelaksanaan prosedur restrain
restrain. Akan tetapi masih terdapat Tabel 7 Keterlibatan Tenaga Kesehatan
sebanyak 16,7% (5 pasien) yang telah Perempuan yang Terlibat dalam
dilepas dari ikatan namun belum memenuhi Pelaksanaan Prosedur Restrain di UPIP
indikasi pelepasan restrain. Semarang
5. Kekambuhan perilaku kekerasan aktif pada Tenaga Kesehatan Frekuensi Persen
pasien post-restrain n=30 (%)
Tabel 5 Kekambuhan Perilaku Kekerasan Terdapat perawat
30 100
Aktif pada Pasien Post-Restrain di UPIP perempuan
Semarang Jumlah 30 100
Frekuensi Persen (%)
Waktu
n=30 Tabel 7 menunjukkan distribusi keterlibatan
1 hari 6 20,0 tenaga kesehatan perempuan dalam
2 hari 3 10,0 pelaksanaan prosedur restrain. Tabel
>2 hari 2 6,7
Tidak terjadi 19 63,3 menunjukkan bahwa dari total 30 tindakan
Jumlah 30 100 restrain yang ada di UPIP keseluruhan
prosedur melibatkan tenaga kesehatan
Tabel 5 menunjukkan distribusi perempuan.
kekambuhan perilaku kekerasan aktif pada 8. Kejadian injury pada tenaga kesehatan
pasien post-restrain. Tabel menunjukkan selama pelaksanaan prosedur restrain
bahwa sebagian besar pasien tidak Tabel 8 Kejadian Injury pada Tenaga
mengalami kekambuhan perilaku kekerasan Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan
setelah dilepas dari restrain yaitu sebesar Prosedur Restrain di UPIP Semarang
Tenaga Kesehatan Frekuensi Persen (%)
63,3% (19 pasien) dari total 30 tindakan n=30
restrain yang ada di UPIP. Akan tetapi Terjadi injury 6 20
masih terdapat pasien yang mengalami Tidakterjadi injury 24 80
kekamb uhan dimana sebagian besar pasien Jumlah 30 100
mengalami kekambuhan perilakuk
kekerasan setelah 2 hari dari pelepasan Tabel 8 menunjukkan distribusi kejadian
restrain. injury pada tenaga kesehatan selama
pelaksanaan prosedur restrain. Tabel
menunjukkan bahwa dari 30 tindakan
6. Jumlah perawat yang terlibat dalam restrain secara garis besar tidak memiliki
pelaksanaan prosedur restrain efek samping bagi tenaga kesehatan yaitu

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 29
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

berupa injury akan tetapi masih terdapat kesamaan dalam prosedur pelaksanaan.
sebagian kecil yaitu 20% (6 tindakan Hal yang sedikit berbeda terletak pada
restrain) yang mana perawat mengalami monitoring pasien. Apabila dalam SOP
injury. yang ditetapkan oleh ACT menetapkan
kegiatan monitoring tekanan darah, Heart
B. PEMBAHASAN Rate (HR), dan suhu dilakukan setiap satu
1. Prosedur Restrain jam, RSJD Amino Gondohutomo
Restrain, dalam psikiatrik, secara umum menetapkan monitoring dtanda-tanda
mengacu pada suatu bentuk tindakan vital, tanda-tanda cedera, nutrisi hidrasi,
menggunakan tali untuk mengekang atau sirkulasi, hygien eliminasi, dan status
membatasi gerakan ekstremitas individu fisik maupun psikologis dilakukan setiap
yang berperilaku di luar kendali yang 15-30 menit.
bertujuan untuk memberikan keamanan Berbeda dengan kedua SOP
fisik dan psikologis individu. Didalam sebelumnya, Idaho Department of
pelaksanaan prosedur ini di Rumah Sakit Correction menetapkan waktu observasi
tentunya harus memiliki standarisasi demi yang berbeda dari setiap poin.
kode etik dan legal dalam pelaksanaan Berdasarkan SOP yang telah ditetapkan,
prosedur pada pasien. Dalam dunia monitoring setiap 15 menit meliputi
pelayanan kesehatan standar tatacara atau pemantauan hygiene, sirkulasi,
tahapan yang dibakukan dan yang harus respiratori, aktivitas, status mental, dan
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses tanda-tanda perilaku meluai diri sendiri.
kerja tertentu dikenal dengan istilah Monitoring setiap satu jam untuk
standard operating procedure (SOP) menawarkan cairan atau keinginan ke
atau Standar Prosedur Operasional kamar mandi. Sedangkan setiap 2 jam
(SPO) (Perry dan Potter (2005). perawat melakukan latihan gerak pada
Setiap Rumah Sakit pastilah ekstremitas dengan ROM. Sedangkan
memiliki SPO guna mengatur pemantauan TTV dilakukan oleh perawat
keseragaman dan menjamin mutu setiap 4 jam. Untuk pemantauan harian,
pelayanan. Demikian halnya RSDJ Dr. hal yang dilakukan adalah perawat
Amino Gondohutomo Semarang. RS telah menawarkan atau membantu pasien untuk
menetapkan SPO terkait tindakan restrain mandi/ bathing.
bagi pasien rawat inap di RS. Secara garis Dalam pelaksanaan prosedur restrain,
besar, SPO restrain yang ada di ruangan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
sudah sesuai dengan teori yang ada menunjukkan bahwa pada dasarnya
maupun dengan SOP restrain yang ada di pelaksanaan prosedur restrain di Unit
negara-negara maju. Diungkapkan oleh Pelayanan Intensif Psikiatrik (UPIP)
Australian Capital Territory (ACT) RSJD Dr. Amino Gondhohutomo
(2011) inti dari SPO pelaksanaan restrain sudahlah cukup baik dan sesuai dengan
pada pasien gangguan jiwa meliputi 13 SPO restrain yang ada di RS yaitu sebesar
poin yaitu emergency situations, 43,3% (13 tindakan restrain) dari total 30
assessment of patient, alternatives to tindakan restrain bagi pasien dengan
restraint, forms of restraint, Perilaku Kekerasan (PK) aktif. Akan
authorisation, communication, tetapi, angka ini masih lebih rendah
application of restraint, monitoring, care apabila dibandingkan dengan jumlah
of the patient during restraint, evaluation prosedur restrain di ruangan yang kurang
of use of restraint, emergency evacuation, sesuai dengan SPO yang ada yaitu sebesar
post restraint, dan patient/ family 56,7% (17 tindakan restrain). Hal ini
concerns. membuktikan bahwa pelaksanaan
Secara garis besar, antara SOP yang prosedur restrain di ruangan belumlah
ditetapkan oleh RSJD Dr. Amino maksimal.
Gondohutomo, ACT, dan Idaho Berdasarkan hasil observasi yang
Department of Correction memiliki dilakukan, dari keseluruhan poin prosedur

30 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

tindakan restrain sesuai SPO yang ada di pasien diikat lebih 4 jam dan hanya
Rumah Sakit, terdapat beberapa prosedur 13,3% (4 prosedur restrain) yang
yang paling sering untuk tidak dilakukan. dibebaskan dari restrain kurang dari atau
Prosedur yang sering tidak dilakukan oleh sama dengan 4 jam pada pasien usia lebih
perawat di ruangan dalam pelaksanaan dari 18 tahun.
intervensi restrain adalah 80% pengikatan Berdasarkan beberapa sumber
dilakukan tanpa instruksi dokter, 73,3% literatur, baik menurut CMS Psychiatric
perawat melakukan restrain tanpa Residential Treatment Facilities. COA,
melakukan pengkajian fisik terlebih, dan JCAHO, jangka waktu perestrainan
76,6% pengikatan dilakukan di tempat pada pasien dengan gangguan jiwa usia
tidur dengan posisi kedua lengan berada lebih dari 18 tahun adalah tidak lebih dari
di samping badan, belum ada papan nama 4 jam. Hal ini dilakukan untuk
yang berisi keterangan terkait meminimalisir efek samping prosedur
pelaksanaan prosedur restrain, belum restrain. Akan tetapi, pada dasarnya
efektifnya pendokumentasian tindakan belum ada standar waktu lama pengikatan
restrain di status pasien, dan poin terkahir yang baik. Setiap lembaga atau
adalah perawat belum menerapkan di departemen yang menangani penyusunan
rungan untuk membantu/ meatik anggota SOP memiliki kebijakan yang berbeda-
gerak untuk mencegah luka dan beda dalam penetapan panjang durai
kekakuan. pengikatan ini.
Tingginya prosentase pelaksanaan Meskipun demikian, literature lain
restrain yang dilakukan tanpa instruksi menambahkan, seperti yang diungkapkan
dokter dapat diterima mengingat kondisi oleh Idaho Department of Correction
pasien yang direstain di ruangan (2010) dalam SOP tindakan restrain, awal
memanglah dalam kondisi yang durasi intervensi restrain maksimal adalah
berbahaya baik bagi diri pasien itu sendiri 8 jam. Setelah masa waktu 8 jam
maupun bagi orang lain. Sehingga, berakhir, dilakukan evaluasi kembali
apabila restrain dilakukan tidak saat itu terkait perilaku agresif klien, apabila
juga justru akan berbahaya bagi pasien perilaku yang dimiliki klien masih sama
dan orang lain. Sesuai dengan teori bahwa dan belum menunjukkan perbaikan maka
dalam keadaan darurat yang mengancam prosedur restrain dapat diterapkan
jiwa, staff kesehatan memiliki tugas kembali apabila langkah-langkah
perawatan untuk menyediakan alternative untuk pengendalian perilaku
kepentingan terbaik keselamatan pasien tetap tidak efektif.
dan keselamatan orang lain. Dalam Idaho Department of Correction,
persetujuan ini situasi tidak diperlukan National Commission on Correctional
sebelum intervensi restrain. Restain 'dapat Health Care (2003) menetapkan bahwa
diberikan dalam keadaan darurat dan durasi dari pasien diikat hingga pelepasan
restrain merupakan suatu keharusan untuk tidak melebihi 12 jam. Perbedaan standar
dilakukan mka pelaksaan prosedur dapat waktu ini mungkin terjadi mengingat
dialkukan tanpa dengan instruksi dokter belum adanya kesepakatan dan standar
(ACT, 2011). baku dunia memilki kebijkan masing-
masing. Hal ini boleh dilakukan
2. Durasi Restrain mengingat persyaratan setiap negara
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui dapat berbeda antara negara sat dengan
bahwa dari keseluruhan tindakan restrain yang lainnya (NCCH, 2003).
yang ada di UPIP RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang pasien yang
mengalami tindakan restrain memiliki 3. Efek Sampaing Restrain
jangka waktu yang cukup lama hingga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akhirnya dilepas dari ikatan atau restrain. secara umum yaitu sebesar 63,3% atau
Sebanyak 86,7% (26 prosedur restrain) sebanyak 19 kali prosedur restrain tidak

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 31
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

menimbulkan efek samping bagi pasien, mengalami agresif setelah dilakukan


36,7% atau sebanyak 11 kali prosedur tindakan restrain, sebanyak 20% atau
restrain memberikan efek samping bagi sebanyak 1 orang mengalami peningkatan
pasien. Walaupun sebagian besar tidak kemarahan ketika dilakukan tindakan
memberikan efek samping, namun masih restrain.
ada prosedur restrain yang memberikan Hal ini sesuai dengan penelitian yang
efek samping. Berdasarkan hasil dilakukan oleh Wanda, K. (2003),
observasi yang dilakukan mengenai menyebutkan bahwa tindakan restrain
prosedur tindakan restrain, sebagian besar yang dilakukan pada psien gangguan jiwa
efek samping yang ditimbulkan terjadi dapat menimbulkan trauma emosional
secara fisik. atau efek psikologis misalnya takut,
Data hasil penelitian menunjukkan marah dan cemas.
bahwa dari 11 kali prosedur restrain,
sebesar 68,75% pasien mengalami cedera 4. Indikasi Pelepasan
secara fisik dan 31,5% pasien mengalami Sebagian besar pasien di ruang UPIP
cedera secara psikologis. Sesuai dengan RSJD Dr. Amino Gondohutomo
teori yang menyebutkan bahwa tindakan Semarang yang telah dilepas dari restrain
restrain yang dilakukan pada berhasil memenuhi indikasi pelepasan
pasiendengan gangguan jiwa akan (indikator tercapai) yaitu sebesar 83,3%
memberikan efek samping yang berupa (25 pasien) dati total 30 tindakan restrain.
efek secara fisik dan efek secara Presentase yang cukup tinggi dimana
psikologis. pencapaian indikator pelepasan melebihi
Cedera fisik yang mereka alami 50% dari total kejadian restrain di
berupa ketidaknyamanan fisik, lecet pada ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa
area pemasangan restrain, peningkatan tindakan restrain terbukti efektif bagi
inkontinensia, ketidakefektivan sirkulasi, pasien dengan PK aktif.
peningkatan risiko kontraktur, dan Indikasi pelepasan pasien restrain
terjadinya iritasi kulit. Dari 11 pasien, meliputi kemampuan pemenuhan ADL,
81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalami kondisi fisik, dan kondisi psikologis.
ketidaknyamanan fisik akibat pemasangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
restrain, 72,7% atau sebanyak 8 pasien dengan pemberian restrain pada pasien
mengalami lecet akibat dari pemasangan dengan PK aktif dimana pasien dengan
restrain yang telalu kencang, 72,7% atau memiliki agresifitas yang tinggi dan
sebanyak 8 pasien mengalami berisiko untuk melukai diri sendiri
peningkatan inkontinensia yang maupun orang lain menunjukkan
disebabkan oleh terbatasnya mobilitas perbaikan dalam kondisi fisik yaitu
fisik klien yang berakibat pada sebanyak 70% dari total keseluruhan
ketidakmampuan klien untuk memenuhi pasien yang ada. Kondisi fisik yang
kebutuhan eliminasinya, 54,5% atau dimaksud di sini meliputi tindakan
sebanyak 6 pasien mengalami mencakar, meludah, menjambak,
ketidakefektifan sirkulai yang ditandai menendang, mencengkeram pakaian,
dengan terjadinya odem pada area mencekik, dan mendorong.
pemasangan restrain, sebanyak 36,6% Sedangkan dari segi kondisi
atau sebanyak 4 pasien mengalami psikologis, dengan restrain keseluruhan
peningkatan terjadinya kontraktur, 27,3% pasien dengan PK aktif menunjukkan
atau sebanyak 3 pasien mengalami iritasi perbaikan kondisi psikologis. Kondisi
kulit akibat terbatasnya mobilitas fisik psikologis yang dimaksud di sini adalah
karena tindakan restrain. mampu mengidentifikasi marah, mampu
Cedera psikologis yang mereka alami mengontrol marah (fisik, sosial, dan
antara lain kemarahan dan agresif. Dari 5 spiritual), kooperatif dengan pengobatan,
pasien yang mengalami cedera psikologis, serta tidak memiliki tanda-tanda PK
sebanyak 60% atau sebanyak 3 pasien seperti agitasi verbal mapun motorik,

32 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

impulsive, serta marah-marah tanpa restrain di UPI Semarang paling sering


sebab. melibatkan lebih dari 2 orang perawat
Akan tetapi masih terdapat sebanyak yaitu sebesar 93,3% (28 prosedur
16,7% (5 pasien) yang telah dilepas dari restrain) dari total 30 tindakan restrain
ikatan namun belum memenuhi indikasi dan hanya 6,7% (2 prosedur restrain)
pelepasan restrain. Pasien ini biasanya yang dilakukan hanya dengan jumlah
dilepas dari restrain dengan tujuan untuk tenaga kesehatan 2 orang. Hasil
uji coba atau mengetahui sejauh mana penelitian ini senada dengan studi
perkembangan kondisi pasien setelah survey yang dilakukan Lee, dkk (2001)
tidak direstrain sudahkan baik atau dimanana teknik penahanan dengan 3
ternyata PK pasien kambuh kembali. orang saat restrain adalah teknik yang
paling sering dilakukan. Diungkapkan
5. Kekambuhan dan Waktu Kambuh pula oleh Wright, dkk (2005) dari
Perilaku Kekerasan penelitian yang dilakukannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari didapatkan hasil bahwa sebanyak 24%
30 kali tindakan restrain yang telah perawat melaporkan lebih sering
dilakukan, sebesar 63,3% atau sebanyak menggunakan teknik penahanan
19 pasien tidak mengalami kekambuhan pasien dengan 3 orang perawat di
untuk melakukan perilaku kekerasan lingkungan kerja mereka saat
setelah mendapatkan tindakan restrain. melakukan restrain.
Walaupun demikian, masih ada yaitu Penelitian yang dilakukan oleh
sebanyak 36,7% atau sebanyak 11 pasien Southcott dan Howard (2007)
mengalami kekambuhan untuk melakukan menunjukkan hasil bahwa penggunaan
perilaku kekerasan walaupun telah 3 perawat atau lebih jauh lebih efektif
mendapatkan tindakan restrain. Dari 11 dalam menahan pasien saar proses
pasien yang mengalami kekambuhan pemasangan restrain dibandingkan
perilaku kekerasaan, 20% atau 6 pasien pada kelompok perawat dengan tim
diantaranya kambuh dalam waktu 1 yang terdiri dari 2 orang atau kurang.
hari, 10% atau 3 pasien kambuh dalam Setelah peneliti melakukan studi
waktu 2 hari setelah ikatan dilepaskan, literature ternyata untuk saat ini belum
dan sebanyak 6,7% atau 2 pasien ada standar baku jumlah perawat yang
mengalami kekambuhan perilaku terlibat dalam pelaksanaan restrain.
kekerasan setelah >2 hari. Akan tetapi mengingat kondisi pasien
Kekambuhan untuk melakukan psikiatrik dengan masalah PK aktif
perilakuk kekarasan pada pasien dengan tentunya semakin banyak jumlah
gangguan jiwa disebababkan oleh perawat yang terlibat akan mengurangi
berbagai faktor. Salah satu faktor yang risiko cedera pada tenaga kesehatan
mempengaruhi adalah kondisi psikologis selama pemasangan. Seperti yang
psaien. Dengan dilakukannya tindakan diungkapkan oleh Azizah (2011) hal
restrain pada dirinya dapat meningkatkan yang perlu dilakukan dalam
rasa marah atau agresif klien. Selain itu pelaksanaan restrain dalah
juga reinforcement yang diberikan menyediakan staff yang cukup.
perawat dapat mempengaruhi kondisi Apabila kita telaah lebih lanjut, yang
psikologis klien. dimaksud dengan staff cukup berarti
setiap pasien memerlukan jumlah staff
yang berbeda-beda. Hal ini disesuikan
dengan kebutuhan dan kondisi pasien
itu sendiri.
6. Karakteritik Tenaga Kesehatan b. Keterlibatan Perawat Perempuan
a. Jumlah Perawat Dan Kejadian Injuri Pada Perawat
Penelitian yang dilakukan Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan pelaksaan prosedur menunjukkan bahwa 100% atau

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 33
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

sebanyak 30 kali prosedur tindakan 3. Pelaksanaan prosedur restrain yang


restrain yang dilakukan terdapat dilakukan di UPIP secara umum tidak
perawat perempuan dalam memberikan efek samping pada pasien
pemasangannya. Hal ini terjadi karena 4. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan
mayoritas tenaga kesehatan di UPIP di UPIP sebagian besar telah memenuhi
adalah perawat perempuan. Ada indikator pelepasan restrain.
tidaknya tenaga kesehatan perempuan 5. Sebagian besar responden yang telah
dalam pelaksanaan tindakan restrain dibebaskan dari ikatan tidak mengalami
berkaitan dengan terjadinya injury pada kekambuhan perilaku kekerasan
tenaga kesehatan selama melakukan 6. Sebagian besar responden yang mengalami
tindakan restrain. Dari 30 kali tindakan kekambuhan perilaku kekerasan,
restrain yang dilakukan, 80% atau menunjukkan tanda-tanda perilaku
sebanyak 24 kali prosedur tidak kekerasan aktif dalam kurun waktu kurang
menimbulkan kejadian injury pada dari atau sama dengan satu hari
tenaga kesehatan. Namun masih ada 7. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam
kejadian injury pada tenaga kesehatan pelaksanaan restrain sebagian besar
selama melaksanakan tindakan restrain berjumlah lebih dari 2 orang
yaitu sebesar 20% atau sebanyak 6 8. Keseluruhan pelaksanaan prosedur restrain
perawat. Kejadian injury yang sering melibatkan tenaga kesehatan perempuan.
dialami perawat antara lain: dilidahi 9. Pelaksanaan prosedur restrain yang telah
pasien, ditendang, dicakar, dan dilakukan, sebagian besar tidak
terkadang juga ditarik bajunya. menimbulkan injuri pada perawat.
Penelitian yang dilakukan oleh 10. Tindakan restrain yang dilakukan terbukti
Wanda, K. (2003), menyebutkan bahwa efektif dalam mengurangi perilaku
pelaksanaan restrain pada pasien dengan kekerasan.
gangguan jiwa tidak hanya memberikan
dampak pada pasien, namun juga
berisiko pada tenaga kesehatan yang Daftar Pustaka
melakukannya mengalami cedera. Alimul, A.A. 2009. Riset keperawatan dan
Perawat perempuan dan laki-laki teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
memang berbeda. Kekuatan tenaga atau Salemba Medika.
daya fisik laki-laki jauh lebih banyak Australia Capital Territory. 2011. Standard
dari pada teaga fisik perempuan. Tubuh operating procedure restrain of
perempuan yang besar dan gemuk patients. Australia: Australia Capital
belum tentu menjamin adanya tenaga Territory(ACT)
dan daya fisik yang lebih dibandingkan Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan jiwa
dengan laki-laki yang mungkin jauh aplikasi praktik klinik. Yogyakarta:
lebih kurus. Bentuk tubuh dan Graha lmu
pertulangannya yang menunjukkan Idaho Department of Correction. 2010.
perbedaan yang khas sesuai dengan Restraints and Seclusion: Clinical and
jenis kelamin mereka mempunyai Lee, S., Wright, S., Sayer, J., Parr, A., Gray, R.,
tujuan khusus (Gunarsa, ) Gournay, K. (2010). Physical restraint
training in English and Welsh
Simpulan psychiatric intensive care and regional
1. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan secure units. Journal of mental Health,
di UPIP sebagian besar kurang sesuai 10, 151-162. Security Ordered. Idaho:
dengan SOP yang telah ditetapkan oleh Idaho Department of Correction
rumah sakit. National Commission on Correctional Health
2. Pelaksanaan prosedur restrain yang diakukan Care. 2003. Correctional Mental Health
di UPIP sebagian besar diikat dalam waktu Care, Standards and Guidelines for
lebih dari 4 jam. Delivering Services (ed 2). Chicago:

34 Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014

National Commission on Correctional


Health Care
Wright, S., Sayer, J., Parr, A.-M., Gray, R.,
Southern, D., Gournay, K. (2010).
Breakaway and physical restraint
techniques in acute psychiatric nursing.
Journal of Forensic Psychiatry and
Psychology, 16, 380-398.

Efektivitas Tindakan Restrain Pada Pasien Perilaku Kekerasan Yang Menjalani Perawatan Di Unit Pelayanan 35
Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2013.
Kandar, Prabawati Setyo Pambudi

Anda mungkin juga menyukai