Anda di halaman 1dari 10

ANTIBIOTIK

1. KLINDAMISIN

Klindamisin merupakan turunan dari lincomycin semisintetik dan

diklasifikasikan sebagai antibiotik lincosamide. Klindamisin beraktivitas dengan

mengikat subunit ribosom 50s yang menghambat sintesis protein mikroba pada

inisiasi rantai peptida. Klindamisin digunakan sebagai obat unutk mikroba oral

yang resisten terhadap -lactam untuk pengobatan infeksi orofacial akut.

Farmakokinetik

Klindamisin diserap baik secara oral dengan 90% bioavaibilitas.

Adanya makanan dalam lambung tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini.

Setelah pemberian dosis oral 150mg biasanya tercapai kadar puncak plasma 2-3

g/ml dalam waktu 1 jam. Waktu paruhnya kira-kira 2,7 jam.

Klindamisin didistribusi dengan baik ke berbagai cairan tubuh,

jaringan, dan tulang, kecuali ke CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Hanya

sekitar 10% klindamisin diekskresi dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah

kecil klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat dmetabolisme

menjadi N-demetilklindamisin dan klindamisin sulfoksid untuk selanjutnya

diekskresi melalui urin dan empedu. Masa paruh dapat memanjang sedikit pada

pasien gagal ginjal sehingga diperlukan penyesuaian dosis dan pengukuran kadar

obat dalam plasma. Hal ini dapat pula terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi

hati yang berat..


Mekanisme Kerja Obat

Banyak kokus gram positif dihambat oleh linkomisin 0,5-5 gr/ml.

Haemophillus, Neiseria, Mycoplasma biasanya resisten. Klindamisin mempunyai

efek sedikit atau tidak mempunyai efek sama sekali terhadap bakteri gram negatif,

Bacterioides, dan kuman anaerob lain biasanya peka. Klindamisin menghambat

sintesis protein dengan mempengaruhi pembentukan kompleks awal dan dengan

reaksi translokasi aminoasil. Reseptor untuk linkomisin pada subunit 50S ribosom

bakteri ialah suatu 23SrRNA, mungkin sama dengan reseptor eritromisin.

Efek yang tidak iinginkan

a. mual dan muntah

b. sakit perut

c. esofagitis

d. glossitis

e. stomatitis

f. alergi

g. reversible peningkatan level erum transaminase

h. reversible myelosupression

i. metallic taste / rasa logam

j. bercak maculopapular (3-10%)

k. diare (2-20% ; rata-rata 8%)


l. jika diberikan dalam dosis tinggi secara intravena maka akan menghasilkan

blockade neuromuscular ( sama seperti Aminoglycoside, Tetracyclin, dan

Polimyxin B)

Indikasi

Klindamisin digunakan untuk terapi / pengobatan terhadap beberapa

infeksi yang dikarenakan oleh :

a. bakteri Streptococcus

b. bakteri Staphylococcus

c. bakteri Pneumoniae

d. bakteri yang anaerob seperti Bacteroides

Klindamisin diindikasikan untuk infeksi fraktur tulang, dan juga berguna

untuk perawatan beberapa kondisi yang anaerob, seperti infeksi saluran genital

wanita, infeksi pelvis, penetrasi jaringan ikat pada perut setelah operasi.

Pemakaian Klindamisin dapat dikombinasikan untuk pengobatan Pneumocystis

carinii dan Toxoplasmosis

Kontraindikasi

Klindamisin kontraindikasi pada pasien yang alergi terhadap obat dan

berkombinasi dengan pemblok obat curare-like neuromuscular. Semua antibiotic

seharusnya dihindari, jika memungkinkan untuk 2 bulan

1. Efek Therapeutic di Kedokteran Gigi


Klindamisin digunakan sebagai obat unutk mikroba oral yang resisten

terhadap -lactam untuk pengobatan infeksi orofacial akut.

2. METRONIDAZOLE

Klasifikasi Obat

Metronidazole termasuk ke dalam golongan obat- obatan antibiotik yang

bersifat bakteriosida. Metronidazole merupakan antibiotik yang terdiri atas

nitroimidazole (dengan nama kimia 1-[-hydroxyethyl]-2-methyl-5-

nitromidazole).

Merk dagang di Indonesia: Velazole, Trichodazole, Grafazole, Tricholet,

Nama generic: Metronidazole

Farmakokinetik

a. Absorpsi

Absorpsi metronidazole per oral sangat efektif, dengan bioavalabilitas

sebesar lebih dari 90% dengan konsentrasi maksimum pada plasma untuk

metronidazole dosis 500 mg antara 8-13 mg/L dengan Tmax 0.254.0 jam.

[NIGHTINGALE et all, 2001]

b. Distribusi

Protein binding pada metronidazole kurang dari 20%. Metronidazole

memasuki membran sel dan didistribusikan ke dalam jaringan dan cairan. Volum

distribusi yang dilaporkan pada studi pada beberapa kelompok umur berkisar

antara 0.51- 1.1 L/kg.

c. Metabolisme
Metronidazole merupakan antibiotik yang dimetabolisme pada hepar. Hal

ini menyebabkan metronidazole merupakan precaution untuk penderita penyakit

hepar.

d. Ekskresi

Metronidazole diekskresikan pada empedu sebagai obat parental dan pada urin

sebagai metabolit- metabolit hasil metabolismenya. Hydroximetronidazole yang

merupakan metabolit metronidazole diekskresikan seluruhnya melalui urin

sebesar 25% dari dosis original.

Eliminasi hal-life (T1/2) metronidazole berkisar antara 6 10 jam pada

pasien tanpa disfungsi hepar dan renal. Ekskresi metronidazole pun dipengaruhi

oleh dosis yang dikonsumsi, antara 250- 2000mg.

Farmakodinamik

Metronidazole merupakan antibiotik yang dapat membunuh bakteri

anaerob secara cepat. Namun, beberapa penelitian memperkirakan bahwa

metronidazole merupakan antibiotik yang bersifat concentration-dependent-

killing sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal diperlukan dosis yang

lebih tinggi serta waktu pemberian yang lebih lama. Pengobatan kombinasi

metronidazole dan ciporofloxacin dinilai lebih efektif dalam membunuh C.

perfringens.

Indikasi

Infeksi bakteri anaerob seperti dental abses, perikoronitis akut, dan

ANUG.

Kontraindikasi
Metronidazole dapat menyebabkan hipersensitifitas. Dosis tinggi tidak

boleh diberikan kepada wanita hamil dan menyusui.

Precaution

Pasien dengan penyakit liver tidak diperbolehkan mengonsumsi

metronidazole.

Efek Samping

Metronidazole dapat menyebabkan efek samping seperti reaksi

hipersensitif, lidah yang menghitam, disgeusia (metallic taste), sakit kepala,

pening, ataxia, urin berwarna gelap. Terapi metronidazole yang berkepanjangan

dapat menyebabkan kejang (seizures), neuropathy, serta leucopenia.

3.3 Drug of Choice

Drug of choice dari metronidazole adalah:

a. Clostridium tetani

b. Clostridium difficile

c. Bacteroides

d. Anaerobic mouth flora (Bacteroides spp., Fusobacterium spp.

Peptostreptococcus spp.)

3.4 Sediaan

Bentuk sediaan dari metronidazole ada beberapa macam:

a. Dalam bentuk tablet 200mg dan 500mg

b. Dalam bentuk suspensi 125 mg/5 mL

c. Dalam bentuk supositoria 500 mg dan 1 g


3.5 Route of Administration

Route of administration dari metronidazole ada beberapa cara.

a. Oral

Tablet ditelan tanpa dikunyah dengan air. Tablet diminum dengan makanan atau

setelah makan.

b. Parerental

Dengan cara memasukkan melalui intravena. Biasanya dilakukan pada pasien

yang postoperative.

c. Rectal

Melalui rectal dengan bentuk sedian obat supositoria, dilakukan pada pasien

postoperative.

Interaksi

Beberapa interaksi metronidazole :

a. Alcohol

Mengkonsumsi alcohol selama terapi metronidazole dapat menyebabkan

reaksi seperti pemakaian disulfiram. Kombinasi ini dapat menyebabkan

kebingungan, linglung, atau perilaku psikotik.

b. Antikoagulan kumarin

Penggunaan metronidazol memperpanjang efek antikoagulan oral

menyebabkan waktu protrombin atau pembekuan darah menjadi makin lama.

Karena itu pemakaian metronidazol bersama antikoagulan sebaiknya dihindari

sebisa mungkin.

c. Disulfiram
Penggunaan disulfiram dengan metronidazol dapat menyebabkan psikosis

akut dan konfusi (perasaan bingung) pada beberapa pasien. Karena itu, kedua obat

jangan digunakan bersamaan sampai 2 minggu setelah pemakaian disulfiram

berakhir.

d. Lithium

Terapi jangka pendek dengan metronidazol pada pasien yang

distabilisasikan dengan dosis lithium yang relatif tinggi dilaporkan dapat

meningkatkan konsentrasi lithium dalam serum menyebabkan tanda-tanda

toksisitas pada beberapa pasien.

Prescription

DURATION ADULTS CHILDREN

OF 7 TO 10 3 TO 7 1 TO 3

DOSAGE YEARS YEARS YEARS

IN DAYS

UROGENITAL 1 2g as a

TRICHOMONIASIS single dose

Where re-infection is likely,

in adults the consort should

receive a similar course of

treatment concurrently.

7 200 mg three 100 mg 100 mg 50 mg

times daily three twice three

or 400 mg times daily times


twice daily daily daily

2 800 mg in A

the morning

and 1,2 g in

the evening

NON-SPECIFIC 7 400 mg

VAGINITIS twice daily

OR 1 2 g as a

single dose

AMOEBIASIS 5 800 mg three 400 mg 200 mg 200 mg

a) Invasive intestinal times daily three four three

disease in susceptible times times times

subjects daily daily daily

AMOEBIASIS 5 to 10 400 mg three 200 mg 100 mg 100 mg

b) Intestinal disease in less times daily three four three

susceptible subjects and times times times

chronic amoebic hepatitis daily daily daily

AMOEBIASIS 5 400 mg three 200 mg 100 mg 100 mg

c) Amoebic liver abscess, times daily three four three

also other forms of extra- times times times

intestinal amoebiasis daily daily daily

AMOEBIASIS 5 to 10 400 to 200 to 100 to 100 to

d) Symptomless cyst 800 mg three 400 mg 200 mg 200 mg


passers times daily three four three

times times times

daily daily daily

GIARDIASIS 3 2g once 1g once 600 to 500 mg

A second course of daily daily 800 mg once

treatment may be necessary once daily

for some patients two daily

weeks after the end of the

first course

ACUTE ULCERATIVE 3 200 mg three 100 mg 100 mg 50 mg

GINGIVITIS times daily three twice three

times daily times

daily daily

ACUTE PERICORONITIS 3 to 7 200 mg three

times daily

Anda mungkin juga menyukai