Anda di halaman 1dari 21

PENGUAT TRANSISTOR

(TRANSISTOR AMPLIFIER)

14.1 Pendahuluan

(a)

(c)

(b)
Gambar 14.1 (a), (b) dan (c). Berbagai macam penguat transistor (transistor
amplifier).

Pada prinsipnya terdapat sebuah peraturan dasar (fundamental rule) di


bidang fisika yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan (created)
maupun dimusnahkan (destroyed). Peraturan dasar (fundamental rule) tersebut
dinyatakan sebagai hukum kekekalan energi (law of energy conservation) dan
telah menjadi konsep berpikir (mind concept) seluruh insinyur. Hukum kekekalan
energi (law of energy conservation) tersebut tentunya akan membuat kita sedikit
lebih berpikir mengenai sebuah penguat (amplifier). Penguat-penguat yang
tersusun di dalam rangkaian elektronika akan memberikan sinyal keluaran (output
signal) yang lebih besar dari sinyal masukannya (input signal) dan hal tersebut
tentunya sangat berbeda dengan hukum kekekalan energi yang secara matematis

25
menyatakan bahwa besarnya sinyal keluaran (output signal) adalah sama besar
dengan sinyal masukannya (input signal) karena tidak ada energi yang diciptakan
(created) maupun energi yang dimusnahkan (destroyed).
Pada dasarnya hukum kekekalan energi (law of energy conservation) tersebut
tidak bertentangan dengan prinsip kerja sebuah penguat (amplifier). Rangkaian-
rangkaian penguat (amplifier circuit) tersebut akan mengendalikan sejumlah besar
arus listrik dengan hanya menggunakan sejumlah kecil arus listrik. Hal tersebut
dapat dipahami dengan melihat kembali prinsip kerja transistor yang terdapat pada
bab sebelumnya, yaitu sejumlah kecil arus yang terdapat pada basis mampu untuk
mengalirkan arus yang besar dari kolektor menuju beban.
Pada dasarnya banyak sekali jenis penguat (amplifier) yang dapat kita
peroleh di pasaran seperti yang terlihat pada gambar 14.1 di atas ini, namun pada
bab ini kita akan membatasi pembahasan kita hanya pada penguat-penguat
transistor atau transistor amplifier. Penguat-penguat transistor tersebut
menggunakan transistor sebagai kekuatan utama (main power) dalam melakukan
pembesaran amplitudo sinyal-sinyal masukan (input signal) sehingga diperoleh
sinyal-sinyal keluaran (output signal) yang memiliki nilai amplitudo lebih besar
dari sinyal masukannya. Transistor-transistor tersebut disusun dengan berbagai
resistor, kapasitor maupun induktor sehingga sesuai dengan aplikasi dari
rangkaian penguat yang akan digunakan.

14.1.1 Klasifikasi Penguat


Pada prinsipnya penguat-penguat transistor (transistor amplifier) dapat
dikelompokan ke dalam 3 (tiga) bagian berdasarkan susunan basis, kolektor dan
emiternya, yaitu:
1. Penguat basis bersama (common-base).
2. Penguat emitter bersama (common-emitter).
3. Penguat kolektor bersama (common-collector).

14.1.2 Karakterisitik Penguat


Pada prinsipnya sebuah penguat (amplifier) memiliki kemampuan untuk
meningkatkan (amplify) besarnya nilai sebuah sinyal masukan (input signal)

26
sehingga nilai sinyal keluaran (output signal) bernilai lebih besar dari sinyal
masukan tersebut. Perbandingan antara sinyal keluaran (output signal) dan sinyal
masukan (input signal) tersebut dinyatakan sebagai besarnya nilai penguatan
(gain) yang dapat diperoleh dari suatu penguat (amplifier) dan disimbolkan
dengan A .
Pada dasarnya penguat-penguat elektronik (electronic amplifier) dapat
bekerja secara berbeda terhadap sinyal-sinyal masukan (input signal) AC
(alternating current) dan DC (direct current). Pada sinyal-sinyal masukan AC
(alternating current) tersebut penguat-penguat elektronik akan meningkatkan
besaran sinyal masukan (input signal) secara dinamis, yaitu penguatan (amplify)
dilakukan sesuai dengan nilai sinyal masukan AC yang berubah-ubah terhadap
waktu. Pada sinyal-sinyal masukan DC (direct current) tersebut penguat-penguat
elektronik akan meningkatkan besaran sinyal masukan (input signal) secara statis,
yaitu nilai penguatan (gain) yang diperoleh akan bernilai konstan. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan dasar mengenai sinyal masukan (input signal) yang akan
diberikan ke penguat-penguat transistor, yaitu AC (alternating current) atau DC
(direct current).
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) nilai penguatan umum yang sebaiknya diketahui
dari sebuah penguat transistor, yaitu:
1. Penguatan tegangan (voltage gain).
2. Penguatan arus (current gain).
3. Penguatan daya (power gain).
Masing-masing nilai penguatan tersebut memiliki formula yang berbeda
antara satu dan lainnya serta antara penguat-penguat transistor yang bekerja untuk
sinyal-sinyal AC (alternating current) atau DC (direct current). Berikut ini adalah
tabel formula-formula tersebut:

Tabel 14.1 Formula untuk penguatan AC (alternating current) dan DC (direct


current).
AC (alternating current) DC (direct current)

27
Voutput Voutput
AC gain ( voltage ) = DC gain( voltage ) =
Vinput Vinput
I output I output
AC gain( current ) = DC gain( current ) =
I input I input
( V )( I ) Poutput
( V )( I ) = ( A )( A )
output output
AC power = V I DC power =
input input Pinput
Pada saat diimplementasikan penguat-penguat transistor tersebut dapat
beroperasi secara tunggal (single amplifier) atau bertingkat (multiple amplifier).
Penguat-penguat transistor yang beroperasi secara tunggal tersebut beroperasi
secara sendiri sehingga nilai penguatannya (gain) adalah nilai penguatan yang
terdapat pada penguat transistor itu sendiri, sedangkan penguat-penguat transistor
bertingkat (multiple amplifier) adalah penguat-penguat transistor yang disusun
secara bertingkat antara satu penguat dengan penguat lainnya sehingga nilai
penguatan yang terdapat pada penguat bertingkat tersebut adalah sebuah nilai
penguatan menyeluruh (overall gains) yang terdiri atas perkalian antara nilai
masing-masing penguat transistor itu sendiri (individual gains). Penguat-penguat
transistor tersebut, baik penguat tunggal (single amplifier) maupun penguat
bertingkat (multiple amplifier), banyak diaplikasi pada berbagai peralatan
elektronika, yaitu salah satunya adalah aplikasi penguat audio (audio amplifier).
Pada aplikasi penguat audio tersebut penguat-penguat transistor akan melakukan
penguatan (amplify) terhadap sinyal-sinyal suara yang merupakan sebuah sinyal
yang tersusun atas kombinasi kompleks dari gelombang-gelombang sinus (sine
wave) pada rentang frekuensi 20 Hz hingga 20.000 Hz . Gelombang-gelombang
suara tersebut diubah menjadi sinyal-sinyal elektrik oleh sebuah transduser yang
disebut dengan mikrofon dan untuk mengubah kembali sinyal-sinyal elektrik
tersebut menjadi gelombang suara maka diperlukan sebuah loudspeaker. Sinyal-
sinyal elektrik yang telah diubah mikrofon tersebut umumnya memiliki nilai yang
tidak terlalu besar sehingga tidak dapat mengoperasikan loudspeaker pada
hubungan langsung (direct connection) dengan loudspeaker dan fungsi dari
penguat-penguat transistor pada aplikasi penguat audio adalah untuk
meningkatkan besaran sinyal-sinyal elektrik sehingga dapat mengoperasikan

28
loudspeaker.

(a) (b)
Gambar 14.2 (a) dan (b). Berbagai penguat audio (audio amplifier).

Pada prinsipnya bila kita ingin merancang sebuah rangkaian penguat


transistor untuk kebutuhan aplikasi tertentu maka ada suatu hal yang harus kita
tentukan terlebih dahulu, yaitu garis beban (load line) seperti terlihat pada gambar
14.3 di bawah ini. Garis beban pada transistor tersebut merupakan sebuah kurva
karakteristik kolektor (collector characteristic curves) yang disusun atas
hubungan antara keadan putus (cutoff point) pada transistor dan keadaan jenuhnya
(saturation point). Secara grafis garis beban (load line) tersebut menerangkan
kepada kita bahwa di bawah garis beban adalah daerah yang ideal untuk keadaan

transistor terputus (cutoff), yaitu di saat I C = 0 dan VCE = VCC , sedangkan di atas
garis beban adalah daerah yang ideal untuk transistor menjadi jenuh (saturation),

yaitu saat I C = I C ( sat ) dan VCE = VCE ( sat ) , di antara daerah putus (cutoff region) dan
daerah jenuh (saturation region) tersebut merupakan daerah aktif (active region)
untuk pengoperasian transistor. Garis beban (load line) pada transistor tersebut
akan memberitahu kepada kita mengenai berbagai hal yang harus
dipertimbangkan saat melakukan perancangan, yaitu seperti nilai tahanan beban
(load resistance) yang tepat, nilai-nilai prategangan (bias value) dan masih
banyak lainnya.

29
Gambar 14.3 Kurva garis beban (load line) pada suatu transistor.

14.2 Rangkaian Penguat Transistor


Pada bagian berikut akan dibahas rangkaian dasar penguat transistor, yaitu:
1. Penguat basis bersama (common-base).
2. Penguat emiter bersama (common-emitter).
3. Penguat kolektor bersama (common-collector).

14.3 Penguat Basis Bersama (Common-Base)


Pada prinsipnya rangkaian penguat basis bersama (common-base) memiliki
konfigurasi yang lebih kompleks dari rangkaian penguat emiter bersama
(common-emitter) dan kolektor bersama (common-collector). Rangkaian penguat
jenis ini disebut sebagai rangkaian penguat basis bersama (common-base) karena
susunannya yang meletakan terminal basis sebagai sebuah titik hubungan bersama
(common connection point) seperti yang terlihat pada gambar 14.4 di bawah ini.
Pada prinsipnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penguat
transistor dengan susunan basis bersama (common-base). Pada susunan rangkaian

30
basis bersama (common-base) tersebut
terlihat bahwa terminal masukan (input
point) terletak pada emiter sehingga
sumber sinyal masukan (input signal
source) pada rangkaian basis bersama
adalah sinyal yang membawa arus
Gambar 14.4 (a).Susunan basis bersama emiter. Arus emiter pada transistor
(common-base connection). memiliki nilai yang lebih besar dari
arus basis dan kolektor sehingga pada
rangkaian basis bersama (common
base) tersebut penguatan arus memiliki
nilai yang kecil, yaitu kurang dari 1
(satu). Nilai penguatan arus yang kecil
tersebut menyebabkan rangkaian
penguat basis bersama (common base)
Gambar 14.4 (b).Konfigurasi susunan
tidak sesuai digunakan pada aplikasi
basis bersama (common-base
rangkaian penguat arus (current
connection)
amplifier). Nilai penguatan arus yang
bernilai kurang dari 1 (satu) tersebut
diperoleh dari perbandingan antara arus
keluaran (output current) yang kecil
dan arus masukan (input current) yang
besar nilainya.

Gambar 14.4 (c).Aliran pada susunan


basis bersama (common-base
connection)

Pada dasarnya nilai penguatan arus (current gain) pada rangkaian basis yang
nilainya kecil tersebut menyebabkan rangkaian penguat basis (common base)
tidak sesuai digunakan pada rangkaian penguat arus, tetapi rangkaian penguat

31
basis tersebut dapat digunakan sebagai rangkaian penguat tegangan (voltage
amplifier). Nilai penguatan tegangan (voltage gain) yang terdapat pada rangkaian
basis bersama (common base) tersebut tergantung terhadap perubahan nilai
tahanan internal yang berada di antara basis dan emiter. Tahanan internal yang
berada di antara basis dan emiter tersebut nilainya akan berubah sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada arus emiter.

Gambar 14.5 (a).Rangkaian penguat basis bersama (common-base amplifier)

Perhatikan gambar 14.5 di atas ini.


Pada gambar tersebut terlihat bahwa
terminal basis digunakan sebagai
terminal bersama (common terminal)
dan terhubung ke ground oleh kapasitor
C 2 . Pada rangkaian tersebut sinyal
masukan (input signal) diberikan
melalui terminal kolektor dengan
menggandeng emiter secara kapasitif ke
Gambar 14.5 (b).Rangkaian ekivalen
sumber sinyal (signal source). Pada
AC (alternating current)
susunan basis bersama (common base)
tersebut terjadi sebuah pengutan

32
tegangan (voltage gain) dari terminal
emiter ke kolektor yang besarnya
adalah sebagai berikut

Gambar 14.5 (c).Penguatan tegangan (voltage gain) pada penguat basis-bersama


(common-base amplifier)

(Vin = Ve , Vout = Vc ) :

Vout Vc I c Rc I e Rc
Av = = =
Vin Ve I c ( r ' e || R E ) I c ( r ' e || R E )

Jika R E > > r ' e , maka:


Rc
Av =
r 'e

Rc = RC || R L

Pada susunan basis bersama (common base) tersebut tidak terjadi pembalikan
fasa (phase inversion) dari emiter ke kolektor. Nilai tahanan masukan (input
resistance) pada rangkaian basis bersama (common base) tersebut adalah sebagai
berikut:
Vin Ve I e ( r ' e || R E )
Rin ( emitter ) = = =
I in I e Ic

Jika R E > > r ' e , maka:

R E secara signifikan bernilai lebih besar dari pada r'e , dengan begitu kita

33
dapat mengasumsikan bahwa nilai r ' e || R E r"e .

Pada rangkaian basis bersama tersebut tahanan r' e terhubung secara paralel

dengan RC sehingga menyebabkan nilai tahanan keluaran (output resistance)

adalah mendekati nilai tahanan kolektor RC .


Rout RC

Pada rangkaian basis bersama (common base) tersebut nilai penguatan arus

(current gain) adalah mendekati 1 (satu), yaitu Ai 1 . Nilai penguatan arus yang
mendekati 1 (satu) tersebut menyebabkan nilai penguatan daya (power gain)
adalah mendekati nilai penguatan tegangan, yaitu:
AP = Ai Av

A p Av

14.4 Penguat Emiter Bersama (Common-Emitter)


Pada prinsipnya proses analisa dari sebuah rangkaian penguat transistor
(transistor amplifier) dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) bagian analisis, yaitu:
1. Analisis DC (direct current analysis).
2. Analisis AC (alternating current analysis).
Analisis DC (direct current analysis) sebuah penguat transistor (transistor
amplifier) dapat dilakukan dengan melepaskan hubungan kapasitor dengan
penguat transistor. Hubungan antara kapasitor dan penguat transistor dapat
dianggap sebagai hubungan terputus (open connection) sehingga analisis DC tidak
mengikutsertakan perhitungan-perhitungan kapasitor pada proses analisa penguat
transistor.
Analisis AC (alternating current analysis) sebuah penguat transistor
(transistor amplifier) mengikutsertakan perhitungan-perhitungan kapasitor dalam
proses analisa penguat transistor. Hubungan kapasitor pada rangkaian penguat
transistor dianggap sebagai hubungan tertutup (closed connection) karena sifat
kapasitor yang beroperasi sesuai dengan arus bolak-balik (alternating current),
yaitu mengisi (charge) dan melepaskan (uncharged).
Pada prinsipnya sebuah penguat emiter bersama (common-emitter amplifier)

34
memiliki nilai penguatan tegangan yang tinggi (high voltage gain) dan penguatan
arus yang tinggi (high current gain).

Gambar 14.6. Rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter amplifier)

Perhatikan gambar 14.6 di bawah ini. Pada gambar tersebut terlihat sebuah
rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter amplifier) yang digandeng
dengan pembagi tegangan (voltage divider) sebagai sumber prategangan
rangkaian penguat emiter bersama. Rangkaian penguat emiter bersama (common-

emitter amplifier) digandeng dengan kapasitor C1 dan C 3 pada bagian masukan

(input) dan keluaran (output) serta C 2 (kapasitor bypass) yang menghubungkan


langsung emiter ke ground. Kapasitor-kapasitor yang terdapat pada rangkaian
penguat emiter bersama (common-emitter amplifier) membuat kita harus
menganalisa rangkaian ke dalam analisis DC dan analisis AC. Rangkaian penguat
emiter bersama (common-emitter amplifier) akan menghasilkan sinyal keluaran
(output signal) yang memiliki fasa 180 O dari sinyal masukan (input signal).

35
14.4.1 Analisis DC
Analisis DC dapat dilakukan dengan melepaskan hubungan antara kapasitor
dan rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter amplifier). Pada analisis
DC, hubungan antara kapasitor dan rangkaian penguat seperti hubungan terbuka
(open connection). Rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter
amplifier) yang tidak mengikutsertakan kapasitor akan membentuk sebuah
rangkaian baru yang disebut dengan rangkaian ekivalen DC seperti yang terlihat
pada gambar 14.7.
Analisis DC pada rangkaian
ekivalen DC akan memberikan nilai
tahanan masukan DC (input
resistance) sebagai berikut:
R IN ( base ) = DC RE

Di mana:
R IN ( base ) = Tahanan masukan DC
(input resistance)
Dc = Nilai penguatan DC
R E = Tahanan emiter
R IN ( base ) = ( 200)( 780 )
R IN ( base ) = 156 K

Nilai R IN ( base ) yang besarnya

hampir sepuluh kali lipat R2


Gambar 14.7. Rangkaian ekivalen DC
menyebabkan nilai R IN ( base ) dapat
diabaikan, sehingga nilai tegangan
basis DC (V B ) pada rangkaian ekivalen
DC adalah:
R2
V B VCC
R1 + R2

36
10 K
V B 12V
40 K + 10 K

10 K
V B 12V
50 K

1
VB 12V
5
V B 2,4 V

Sehingga tegangan emiter (V E ) adalah:


V E = V B V BE
V E = 2,4V 0,7 V
V E = 1,7 V

Sedangkan arus emiter ( I E ) adalah:


VE
IE =
RE
1,7 V
IE =
780

I E = 2,2 mA

Karena I C I E , maka tegangan kolektor adalah:


VC = VCC I C RC

VC = 12 V ( 2,2 mA)( 2 K )
VC = 12 V 4,4 V

VC = 7,6 V

Sehingga tegangan kolektor emiter (VCE ) adalah:


VCE = VC V E

VCE = 7,6V 1,7 V

VCE = 5,9 V

14.4.2 Analisis AC

37
Analisis AC dapat dilakukan tanpa melepaskan hubungan antara kapasitor
dan rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter amplifier). Kapasitor
akan bekerja sesuai dengan tegangan AC (alternating current), yaitu mengisi
(charge) dan melepaskan (uncharged). Hubungan antara kapasitor dan rangkaian
penguat (amplifier) dianggap sebagai hubungan tertutup (closed connection),
yaitu kapasitor pada rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter

amplifier) ditukar dengan hubung singkat karena X C = 0 pada frekuensi sinyal


masukan (input signal).
Rangkaian ekivalen AC seperti
yang terlihat pada gambar 14.8 di
samping ini dapat diperoleh dengan
menukar sumber DC menjadi ground.
Sumber DC yang telah ditukar menjadi
ground menyebabkan tegangan AC
dapat beroperasi melintasi terminal-

Gambar 14.8. Rangkaian ekivalen AC terminal sumber (VCC = ground AC ) .

Perhatikan gambar 14.9 dibawah ini. Pada gambar tersebut terlihat sebuah
sumber tegangan (voltage source) yang dihubungkan ke masukan rangkaian
ekivalen AC. Sumber tegangan (voltage source) yang dihubungkan ke masukan
rangkaian ekivalen AC harus melewati beberapa tahanan yang tersusun

sedemikian rupa, yaitu tahanan sumber (source resistance, Ri ), tahanan

prategangan (bias resistance, R1 || R2 ) dan tahanan masukan pada basis transistor

(input resistance, Rin ( base ) ). Konfigurasi tahanan-tahanan tersebut menyebabkan


nilai tegangan sinyal yang sebenarnya (actual signal voltage) berbeda dengan
tegangan sumber (source voltage).

38
Perhatikan gambar 14.10 di bawah
ini. Pada gambar tersebut terlihat

bahwa R1 , R2 dan Rin ( base ) terhubung


secara paralel sehingga dapat
disederhanakan untuk mendapatkan
sebuah tahanan total seperti yang
Gambar 14.9. Rangkaian ekivalen AC terlihat pada gambar 14.11 di bawah
dengan sebuah sumber tegangan ini.
(voltage source) Rin ( tot ) = R1 || R2 || Riz ( base )

Di mana:
Rin ( tot ) = Tahanan total paralel.

Rin ( base ) = Tahanan masukan basis


Perhatikan gambar 14.11 di
samping ini. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa tegangan sumber

(source voltage, Vs ) dibagi oleh

tahanan sumber (source resistance, Rs )


Gambar 14.11.(a). R1 , R2 dan Rin ( base )
dan tahanan total paralel (R
in ( tot ) )
berhubungan secara paralel
sehingga nilai tegangan sinyal (sinyal
voltage) pada basis transistor adalah:
Rin ( tot )
Vb = Vs
R + R
s in ( tot )
Di mana:
Vb = Tegangan sinyal pada basis

Gambar 14.11.(b). R1 , R2 dan Rin ( base ) (signal voltage)


yang telah disederhanakan Rs = Tahanan sumber

(source resistance)
Rin ( tot ) = Tahanan total paralel

39
Vs = Tegangan sumber (source voltage)

14.4.3 Tahanan Masukan (input resistance)


Tahanan masukan (input
resistance) yang dimaksud pada bagian
ini adalah tahanan masukan yang
berada pada basis atau disebut juga
dengan tahanan masukan basis. Secara
matematis tahanan masukan (input
resistance) dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Vin Vb
Gambar 14.12. Tahanan internal emiter Rin ( base ) = =
I in I b
Di mana tegangan basis (base voltage) adalah:
Vb = I e r ' e

Secara garis besar nilai arus emiter adalah hampir sama dengan arus kolektor

( I e I C , ), sehingga:
Ie
Ib
az

Vb I r'
Rin ( base ) = = e e
I b I e ac

Rin ( base ) = ac r ' e

14.4.4 Tahanan Keluaran (output resistance)


Pada prinsipnya yang dimaksud dengan tahanan keluaran pada penguat
emiter bersama (common-emitter amplifier) adalah tahanan paralel antara tahanan

kolektor ( RC ) dan tahanan kolektor ac ( r' e ) , secara matematis tahanan keluaran


dinyatakan sebagai berikut:
Rout RC

14.4.5 Penguatan Tegangan (voltage gain)

40
Perhatikan gambar 14.13 di
samping ini. Pada gambar 14.13 terlihat
2 (dua) tegangan, yaitu tegangan
keluaran ac (output voltage) yang

dinyatakan dengan (Vc ) dan tegangan


masukan ac (input voltage) yang

dinyatakan dengan (Vb ) . Penguatan


tegangan dari sebuah penguat emiter
Gambar 14.13(a). Rangkaian dasar
bersama (common-emitter) dinyatakan
pelemahan sinyal masukan
sebagai perbandingan antara tegangan
(attenuation) dan penguatan
keluaran ac (output voltage) dan
keseluruhan (overall gain)
tegangan masukan, secara matematis
penguat tegangan (voltage gain)
dinyatakan sebagai berikut:
Vout Vc
AV = =
Vin Vb
Di mana:
Vc = I RC I e RC
ac e

Dan
Vb = I e r ' e
Gambar 14.13(b). Tegangan keluaran
(output voltage) pada rangkaian Maka substitusikan persamaan di
atas dan menghasilkan:
I e RC
AV =
I e r 'e

RC
Av =
r 'e
Perhatikan kembali gambar 14.13
di samping ini. Pada gambar 14.13 (a)
terlihat bahwa tahanan basis terhubung
secara paralel dengan tahanan sumber

41
Gambar 14.13(c). Pelemahan sinyal (source resistance). Hubungan paralel
masukan (attenuation) antara tahanan basis dan tahanan
sumber menghasilkan sebuah tegangan
jatuh (drop voltage) pada kedua
tahanan, sehingga nilai tegangan
sumber (source voltage) adalah tidak
sama dengan tegangan yang melintas ke
basis. Penurunan nilai tegangan sumber
(source voltage) merupakan suatu
peristiwa pelemahan sinyal sumber
(attenuation) dan nilai pelemahan akan
Gambar 14.13(d). Penguatan mempengaruhi nilai penguatan dari
keseluruhan (overall gain) basis ke kolektor. Secara sederhana
hubungan antara pelemahan sinyal
sumber (attenuation) dan penguatan
dari basis ke kolektor adalah sebagai
berikut:

Penguatan keseluruhan = (Penguatan basis-kolektor) Pelemahan sinyal

Jadi penguatan keseluruhan (overall gain) dapat diperoleh melalui penguatan


basis ke kolektor yang sudah dikurang pelemahan sinyal masukan (attenuation).
Nilai penguatan keseluruhan merupakan sebuah parameter yang harus diketahui
untuk menilai besarnya perbandingan antara tegangan masukan (input voltage)
dan tegangan keluaran (output voltage) seperti terlihat pada gambar 14.13(b).
Nilai pelemahan pada gambar 14.13(c) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Vb Rin ( tot )
pelemahan (attenuation) = =
Vs Rs + Rin ( tot )

Dan nilai penguatan keseluruhan (overall gain) dinyatakan sebagai berikut:


V
A ' v = b Av
Vs

42
14.4.6 Efek Kapasitor dan Pembebanan
Perhatikan gambar 14.14 di bawah ini. Pada gambar 14.14 terlihat bahwa
emiter dihubungkan langsung ke ground ac oleh kapasitor. Hubungan langsung ke
ground ac akan memberikan sebuah jalur singkat ke sinyal ac pada emiter dan
penguatan (gain) yang maksimum yaitu sebesar:
RC r ' e

Gambar 14.14. Rangkaian penguat emiter (common-emitter)

43
Perhatikan gambar 14.15 di
samping ini. Pada gambar 14.15 terlihat
gambar rangkaian gambar 14.14 yang
telah disederhanakan menjadi sebuah
rangkaian ekivalen ac. Rangkaian
ekivalen ac pada gambar 14.15
membantu kita untuk memahami
perbedaan nilai penguatan tegangan
antara menggunakan kapasitor dan
Gambar 14.15. Rangkaian ekivalen ac
tidak menggunakan kapasitor sebagai
jalur hubungan langsung.
Pada rangkaian penguat emiter bersama (common-emitter) yang tidak
menggunakan kapasitor sebagai jalur hubungan langsung antara emiter dan
ground ac akan memperoleh nilai penguatan tegangan (voltage gain) sebesar:
RC
Av =
r 'e + RE

Tentu nilai R E akan menurunkan nilai penguatan tegangan ac (voltage gain).


Perhatikan kembali gambar 14.14 di atas. Pada gambar 14.14 terlihat sebuah
tahanan beban (load resistance, R L ) yang dihubungkan ke kolektor oleh
kapasitor. Tahanan beban pada rangkaian gambar 14.14 akan memberikan efek
pada nilai keseluruhan tahanan kolektor, yaitu:
RC R L
Rc =
RC + RL
Sehingga nilai penguatan tegangan (voltage gain) yang diperoleh adalah:
Rc
Av =
r 'e

14.2.3 Penguat Kolektor Bersama (Common-Collector)

Pada prinsipnya konfigurasi penguat kolektor bersama (common-collector)


memiliki perhitungan penguatan (gain calculation) yang lebih sederhana dari pada
rangkaian penguat transistor yang dibahas sebelumnya. Jenis penguat transistor ini

44
disebut sebagai penguat kolektor bersama (common-collector) karena kedua
sumber sinyal (signal source) dan beban (load) berbagi sambungan seperti sebuah
titik hubungan bersama (common-connection point). Susunan rangkaian penguat
kolektor (common-collector) akan membuat tahanan beban (load resistor)
menerima arus basis dan kolektor yang berhubungan seri dengan emiter.
Pada saat sebuah resistor dihubungkan di antara keloktor dan tegangan catu daya
(supply voltage) serta emitter (ground) maka sebuah peningkatan tegangan basis
akan menyebabkan peningkatan tegangan emiter, namun pada saat bersamaan
terjadi penurunan tegangan kolektor yang nilainya hampir sama dengan nilai
peningkatan tegangan emiter. Hubungan yang terjadi antara peningkatan tegangan
emiter dan penurunan tegangan kolektor disebut sebagai pembalik fasa beban
terbagi (split-load phase inverter) dan hubungan ini sangat berguna untuk
mengendalikan push-pull amplifier walaupun impedansi keluaran (output
impedance) pada 2 (dua) terminal adalah sama.

14.2.4 Penguat Darlington

45

Anda mungkin juga menyukai