Askep Batu Ginjal
Askep Batu Ginjal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Urolithiasis adalah batu atau kalkuli dibentuk dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke
kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi dalam urine (Nursalam, 2007, hal :
65).
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu (calculus) pada ginjal dan saluran
kemih. (Toto Suharyanto, 2009, hal : 150).
Urolithiasis atau nefrolithiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal.
(Arif Muttaqin, 2011, hal : 108).
B. Etiologi
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah
pH urine menjadi alkali dan mengendapkan garam garam fosfat. Batu struvite secara
khas mengendap karena infeksi, khususnya oleh spesies Pseudomonas atau Proteus
mikroorganisme pemecah ureum ini lebih di jumpai pada wanita.
3. Imobilisasi
Imobilisasi menyebabkan kalsium terlepas kedalam darah dan tersaring oleh ginjal.
4. Penyakit Gout
Produksi asam urat meningkat dalam urine yang merubah pH urine menjadi asam
sehingga kristal - kristal asam urat mengendap.
Dapat menurunkan konsentrasi substansi dalam urine dan mengendapkan kristal yang
dapat membentuk batu.
6. Obstruksi
Obstruksi pada aliran urin yang menimbulkan statis di dalam traktus urinarius
7. Faktor eksogen
8. Faktor endogen
C. Patofisiologi
Tipe batu ginjal yang utama adalah kalsium oksalat dan kalsium fosfat yang menempati
75% hingga 80% dari semua kasus batu ginjal; batu struvite (magnesium, amonium, dan
fosfat) 15%, dan asam urat 7%. Batu sistin relatif jarang terjadi dan mewakili 1% dari
semua batu ginjal. (Kowalak, 2003).
Menurut Suharyanto dan Madjid (2009), sebagian besar batu saluran kemih adalah
idiopatik. Teori terbentuknya batu antara lain :
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organik sebagai inti. Substansi
organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
Urolithiasis atau kalkulus renal dapat terbentuk di mana saja di dalam traktus urinarius
kendati paling sering ditemukan pada piala ginjal (pelvis renal) atau kalises. Urolithiasis
memiliki ukuran yang beragam dan bisa soliter atau multiple.
Meskipun penyebab pastinya tidak diketahui (idiopatik), namun secara garis besar faktor
predisposisinya adalah Infeksi saluran kemih (ISK), imobilisasi, penyakit Gout, kurangnya
asupan air putih, dan adanya obstruksi di saluran kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan adanya bakteri pseudomonas yang dapat
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi
alkali dan mengendapkan garam garam fosfat.
Penyakit gout yaitu penyakit dengan peningkatan produksi asam urat. Produksi asam
urat dalam urine pun meningkat dan pH urine berubah menjadi asam. pH yang asam
mengakibatkan kristal kristal asam urat mengendap dan membentuk batu.
Kurangnya asupan air putih dapat meningkatkan konsentrasi substansi dalam urine dan
mengendapkan kristal yang dapat membentuk batu.
Obstruksi pada aliran urin yang menimbulkan statis di dalam traktus urinarius dan
mempermudah timbulnya bakteri penyebab infeksi.
Terbentuknya batu di ginjal menyebabkan obstrusi pada ginjal yang akan menekan
parenkim ginjal. Kolik renal biasanya timbul karena ginjal yang tertekan.
Ginjal yang mengalami penekanan akan mengakibatkan distensi pada abdomen. Di sisi
lain penekanan ginjal dapat merusak renal yang menyebabkan nekrosis.
Jika batu turun ke ureter maka terjadi obstruksi pada ureter yang menyumbat lubang
sambungan utero pelvis yang menimbulkan nyeri atau biasa disebut kolik ureter.
Sumbatan menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi peristaltik yang mengakibatkan
trauma dan menimbulkan hematuria.
Stasis urine menimbulkan rasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar,
dan mengandung darah akibat aksi abrasif batu.
Stasis urine dapat mengalirkan aliran balik urine ke ginjal sehingga terjadi hidronefrosis
yang dapat merusak renal dan menyebabkan nekrosis renal.
Penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate) juga terjadi akibat keadaan stasis urine yang
bisa berakibat lanjut menyebabkan kegagalan ginjal (GGK).
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dengan infeksi
traktus urinarius. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih, akan
terjadi retensi urine.
Pathway
2. Manifestasi Klinis
a. Kolik renal atau ureter, tergantung dimana letak adanya batu. Apabila batu ada
didalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya aadalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam,
tetap dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun kedalam ureter, pasien
akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat
intermitten dan disebabkan oleh spasme (kejang) ureter dan anoksia dinding ureter yang
ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitalia eksterna dan femur
b. Nausea dan vomitus akibat adanya distesnsi abdomen karena penekanan ginjal
3. Komplikasi
a. Nekrosis tekanan
c. Hidronefrosis
d. Perdarahan
e. Infeksi
g. GGK
D. Penatalaksanaan Medis
a. Menghilangkan batu.
d. Mengendalikan infeksi.
a. Terapi Farmakologis
1) Morfin dan meperiden yang dapat mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa.
3) Allopurinol (Zyloprim) untuk mengurangi kadar asam urat serum dan ekskresi asam
urat ke dalam urine, sehingga urine menjadi basa.
b. Terapi Nutrisi
(1) Produk susu : semua keju, susu ( > dari cangkir sehari ), krim asam (yoghurt).
(2) Daging, ikan, unggas : otak, jantung, hati, ginjal, sardin, sweetbread, telur ikan,
kelinci, rusa.
(5) Roti, sereal : roti murni, roti gandum, catmeal, beras merah, jagung giling, sereal.
a) Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na bersaing dengan Ca dalam
reabsorbsinya di ginjal.
c) Lain lain : kacang, sup yang dicampur susu, makanan pencuci mulut yang
dicampur susu, seperti kue basah, kue kering dan pie.
d. Infus cairan kemolitik, misalnya agen pembuat basa (ankylating) dan pembuat asam
(acidifyng) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif penanganan untuk
pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain.
e. Pembedahan
Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi , jika ginjal tidak berfungsi akibat
infeksi atau hidronefrosis. Batu di dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi, dan batu pada kandung
kemih diangkat dengan sistotomi.
E. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
b. Sirkulasi
Tanda :
c. Eliminasi
Gejala :
4) Diare
Tanda :
1) Oliguria, hematuria, piuria
Gejala :
Tanda :
2) Muntah
Gejala :
1) Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(urolithiasis menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda :
f. Keamanan
Gejala :
1) Penggunaan alkohol
2) Demam/menggigil
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
1) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis.
2. Pemeriksaan Diagnostik
d. Kultur urine yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran kemih.
e. Koleksi urine 24 jam untuk menentukan tingkat ekskresi kalsium oksalat, fosfor, dan
asam dalam urine.
h. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium bebas yang
tidak terikat dengan protein.
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang dijelaskan respon manusia dan
status kesehatan atau resiko perubahan pola dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah.
G. Intervensi Keperawatan
meringis, posisi menahan sakit, sulit tidur dan istirahat, dan berusaha mencari posisi
untuk menghilangkan nyeri.
terkontrol
dengan tepat
Intervensi :
1) Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0 - 10) dan penyebaran. Peningkatan TD dan
nadi, gelisah dan merintih.
Nyeri tiba tiba dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan ansietas berat.
waktu. Penghentian nyeri secara tiba tiba biasanya menunjukkan lewatnya batu
5) Bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 3 4 L/hari.
spasme.
Intervensi :
1) Kaji pola berkemih, frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna urine pasien
miksi
3) Anjurkan menghindari konsumsi minuman kopi, teh, soda, dan alcohol; awasi
adanya distensi kandung kemih
disfungsi ginjal.
kulit kering.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil dan BB dalam rentang normal, nadi
Intervensi:
2) Catat frekuensi dan karakteristik muntah/diare, juga pencetus dan kejadian yang
menyertai atau mencetuskan
3) Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.
tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar, dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebihan (muntah dan
diare)
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,5C.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali
kemih.
pada kandung kemih serta menghambat kesempatan bakteri untuk berkembang biak
3) Diet rendah purin, contoh daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum,
alkohol.
5) Diet rendah oksalat intake pembatasan coklat, minuman mengandung kafein, beat,
bayam.
6) Diskusikan program obat obatan, hindari obat yang dijual bebas dan membaca
semua lebel produk/kandungan.
7) Mendengar dengan aktif tentang program terapi atau perubahan pola hidup.
2. Post OP
Data Obyektif : adanya luka operasi serta ekspresi wajah meringis dan
menahan sakit
Intervensi :
1) Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0 - 10) dan penyebaran. Peningkatan TD dan
nadi, gelisah dan merintih.
Nyeri tiba tiba dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan ansietas berat.
waktu. Penghentian nyeri secara tiba tiba biasanya menunjukkan lewatnya batu
3) Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif
5) Istirahatkan pasien
Intervensi :
1) Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi, dan pernapasan
cepat, gelisah, peka, disorientasi.
manipulasi/instrumentasi
2) Observasi drainase dari luka
Intervensi :
1) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik
aseptik yang ketat.
2) Secara hati hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan
pembalut pada waktu mengganti.
3) Gunakan sealant / barrier kulit sebelum perekat jika diperlukan. Gunakan perekat
yang halus / silk (hipoalergik atau perekat Montgoumery / elastic untuk membalut luka
yang membutuhkan pergantian balutan yang sering.
R/: Menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan
4) Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi menuju ke tepi luar dari
balutan luka. Hindari menutup pada seluruh ekstremitas.
berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih
serius.
penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus atau adanya eksudat yang
bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya pembentukan fistula, perdarahan,
infeksi)
8) Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup
dengan kain kasa tipis / bantalan Telfa sesuai kebutuhan.
penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila
tepi luka / sutura bergesekkan dengan pakaian linen.
eksudat.
pasca operasi
pengobatan.
menjelaskan alasan suatu tindakan. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan
ikut serta dalam program perawatan.
Intervensi:
1) Tinjau ulang pembedahan / prosedur khusus yang dilakukan dan harapan masa
datang.
pilihan.
2) Tinjau ulang dan minta pasien / orang terdekat untuk menunjukkan perawatan luka
/ balutan jika diindikasikan. Identifikasi sumber sumber untuk persediaan.
kemandirian.
4) Diskusikan terapi obat obatan, meliputi penggunaan resep dan analgesik yang
dijual bebas.
perasaan sehat.
kesembuhan.
keefektifan regimen.
H. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.
Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
1. Independen
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependen
Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi
dan dokter.
3. Dependen
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Ada dua komponen untuk mengevaluasi tindakan keperawatan
yaitu :
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan, tindakan keperawatan. Evaluasi proses kasus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan. Evaluasi ini berupa respon klien setelah pelaksanaan tindakan keperawatan.
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan. Sistem penulisan ada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem SOAP
atau model komponen lainnya.