Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan infrastruktur sarana dan prasarana fasilitas menjadi tugas utama
Pemerintahan Provinsi Gorontalo. Salah satunya adalah jembatan. Jembatan
merupakan salah satu sarana transportasi yang sangat penting bagi manusia.
Jembatan juga berfungsi sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah yang
lainnya. Melihat pentingnya fungsi dari suatu jembatan maka pembuatan jembatan
harus memenuhi berbagai macam standart yang ada. Salah satu syarat yang harus
terpenuhi dalam pembuatan jembatan adalah ketahanan jembatan tersebut dalam
menahan beban baik manusia maupun kendaraan yang melintas di jembatan tersebut
serta kondisi kesetimbangan statis pada jembatan tersebut.
Mencermati pernyataan tersebut, Pemerintah Provinsi Gorontalo bertekad
untuk menambahkan investasi secara signifikan dan upaya pemanfaatan potensi
dasar berupa pembangunan jembatan Gorontalo Outer Ring Road. Jembatan ini
diharapkan memberikan kemudahan bagi pertumbuhan aktifitas integrasi wilayah,
sekaligus memberikan manfaat dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat.
Kerja praktek merupakan mata kuliah wajib di Program studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menambah pengetahuan praktis dan keterampilan di lapangan, serta mampu
memahami permasalahan yang terjadi dilapangan disertai usul pemecehannya.
Dalam proses penyelesaian studinya, mahasiswa semester akhir wajib
mengikuti Kerja Praktek (KP) sebagai barometer untuk mengevaluasi keberhasilan
mahasiswa selama mengikuti perkuliahan. Selama proses KP diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan
disesuaikan dengan kegiatan kurikulum yang berbasis kompetensi serta dapat
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan diri sendiri pada khususnya.
Sebagai realisasi dari hal tersebut kami melaksanakan kerja praktek
khususnya pada bidang kegiatan penguasaan teori dan masalah, kemampuan

1
mengawasi dan berhubungan denga para pekerja di lapangan. Hal ini merupakan
suatu kegiatan yang memantau atau mengontrol proses pelaksanaan pekerjaan
pembangunan sehingga berpengaruh terhadap baik dan buruknya kualitas suatu
bangunan.
Dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat maka Pemerintah Provinsi
Gorontalo dengan membangun beberapa Jembatan termasuk Jembatan di Gorontalo
Outer Ring Road yang berada di KM 24 Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru
dengan tujuan untuk menghubugkan jalan antara Pelabauhan ke Bandara, dan
memudahkan transportasi darat .

1.2 Tujuan Pelaksanaan


Beberapa hal yang menjadi tujuan penyusunan laporan kerja praktek ini
adalah :

a. Mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan proyek


b. Memberikan pengetahuan praktis dan keterampilan di dalam mengadakan
penelitian, serta pelaksanaan berbagai pekerjaan Teknik Sipil.
c. Dapat menguasai dan menganalisa teori sehingga menjadi referensi bagi kami
selaku mahasiswa.
d. Menambah wawasan dan cakrawala berpikir sebagai bekal untuk terjun ke
lapangan di kemudian hari.
1.3 Batasan Masalah
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam laporan ini adalah proses
Pelaksaan Pekerjaan Pembangunan Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III.

1.4 Metode dan Sistematika Pembahasan


Pada penulisan laporan Kerja Praktek ini, kami menggunakan metode yaitu:
a. Metode identifikasi, biasanya disebut Studi Lapangan yaitu dengan
melakukan pengamatan secara langsung proses pelaksanaan pekerjaan
serta pengambilan data-data langsung di lapangan.

2
b. Metode wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak
yang terkait dalam pengelolaan proyek untuk mendapatkan data-data
yang bersifat non teknis,
c. Metode literatur, yaitu dengan melihat bahan kuliah dan petunjuk dari
dosen Pembimbing Kerja Praktek dimana pembahasan terdiri atas
beberapa bagian serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang
diperlukan untuk kelengkapan laporan ini.
1.5 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai pada bulan September
November 2016. Setiap Waktu kerja (Pukul 08.00 WITA Selesai).
1.6 Lingkup Pekerjaan Kerja Praktek
1.6.1 Pekerjaan Tanah
a. Galian biasa
b. Galian Struktur
c. Timbunan biasa
1.6.2 Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan lantai jembatan
b. Pekerjaan Abutmen
c. Pekerjaan RC plate
d. Pemasangan unit pracetak gelagar
e. Pekerjaan diafragma post tension
f. Pekerjaan baja tulangan
g. Pekerjaan fondasi tiang bor beton (bor pile)
h. Pengujian Crosshole Sonic Logging (CSL)
i. Pengujian pembebanan dinamis jenis Pile Dynamic Load Testing
(PDLT).

3
BAB II
URAIAN PROYEK

2.1 Gambaran Umum Proyek


Proyek Pembangunan Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III berlokasi
di Desa Ulapato, Kecamatan Telaga, Kota Gorontalo dengan penjelasan yaitu :
Nama Paket : Pembangunan Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III
- Jembatan KM 16 + 850
- Jembatan KM 23 + 900
- Jembatan KM 24 + 156
- Jembatan KM 25 + 475
Satuan Kerja : Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Provinsi Gorontalo
Pelaksana Kegiatan : PPK 08 Pembangunan Gorontalo Outer Ring Road
Sumber Dana : APBN Murni
Tahun Anggaran : 2015
Nilai Kontrak : Rp. 37.239.918.000,-
Nomor Kontrak : HK0203/PJNPG-PPK08/203
Tanggal Kontrak : 15 Februari 2016
SPMK : 29 Februari 2016
Masa Pelaksanaan : 270 hari kalender
Masa Pemeliharaan : 730 hari kalender
Pelaksana :
Nama Perusahaan : PT. WIRA KARSA KONTRUKSI
Alamat : Jl. RSI Faisal XII No. 60 Makasar 90222 Sulawesi
Selatan Indonesia
General superintendent : Arif S. S. Brotosiswoyo, S.T.
Konsultan Supervisi :
Nama Perusahaan : PT. Yodya Karya (PERSERO)
Alamat : Jl. Ticoalu Mandangi No. 18 Malalayang 1
Lingkungan 1, Manado
Sector Leader : Ir. Djoko Susilo
Sector Co-Leader : Ir. Yus Lambakeng
Engineer : Ir. Yus Lambakeng (Site Engineer),
Irjan, S.T (Quality Engineer),
Jhon Epier Ishak, S.T (Quantity Engineer).

4
Gambar 2.1 Papan Proyek

2.2 Data Lingkup Pekerjaan


Item pekerjaan yang akan dilaksanakan terbagi dalam beberapa divisi
pekerjaan yakni meliputi:
Divisi 1. Umum
Divisi 2. Drainase
Divisi 3. Pekerjaan Tanah
Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Divisi 5. Perkerasan Non Aspal
Dvisi 6. Perkerasan Aspal
Divisi 7. Struktur
Divisi 8. Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

2.3 Lokasi Proyek

Provinsi Gorontalo terletak di 019-115 LU dan 12123-12343 BT.


Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III, termasuk dalam proyek
Pembangunan Jembatan yang diadakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum

5
dan Perumahan Rakyat (Wilayah IX), yang berlokasi di Desa Ulapato A,
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
- Jembatan KM 16 + 850 Desa Talumelito
- Jembatan KM 23 + 900 Desa Ulapato A
- Jembatan KM 24 + 156 Desa Ulapato A
- Jembatan KM 25 + 475 Desa Tuladenggi

Lokasi

Gambar 2.3 Peta Lokasi Kerja Praktek GORR III KM 24 + 156


Sumber : Google Earth
2.4 Transportasi ke Lokasi Pekerjaan
Untuk masuk ke lokasi pekerjaan bisa menggunakan kendaraan angkutan
umum atau sepeda motor, mobil atau dump truck.
2.5 Keadaan iklim / Cuaca
Selama pelaksanaan pekerjaan di lapangan, cuaca berubah-ubah antara hujan
dan normal. Sehingga pelaksanaan proyek tidak dapat berjalan lancar.

2.6 Ketersediaan Tenaga Kerja, Barrow Area, Material, dll.


Untuk tenaga diambil dari penduduk setempat dan tenaga dari Pulau Jawa
sedangkan untuk material bangunan akan memaksimalkan supplier lokal
dengan berpedoman pada spesifikasi teknik.

2.7 Ketersediaan Air


Suplai air pada proyek ini menggunakan air dari aliran sungai sekitar. Air
digunakan untuk penyiraman tulangan sebelum pengecoran. Sedangkan
suplai air untuk pengecoran menggunakan ready-mix, langsung dari lokasi
pencampuran beton.

6
2.8 Jenis dan Proses Pelelangan
Proyek ini berjenis Kontrak Unit Price atau Harga Satuan. Unit Price adalah
kontrak pengadaan barang atau jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap
untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada
penyedia jasa atau kontraktor pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran
bersama terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.
Pelaksanaan kontrak kontruksi unit price terdiri dari beberapa tahapan:
1. Pra Kontrak
Pra kontrak meliputi perencanaan pengadaan, pembentukan panitia lelang,
prakualifikasi perusahaan, penyusunan dokumen lelang, pengumuman
pelelangan, pengambilan dokumen, penentuan harga, penjelasan lelang,
penyerahan dan pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, pengumuman
calon pemenang, sanggahan, penunjukan pemenang;
2. Pembuatan Kontrak
Tahap pembuatan kontrak yakni kontrak unit price yang menitik beratkan
pada tata cara pembayaran yang berdasarkan atas pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang berdasarkan harga satuan yang ditentukan oleh
panitia pengadaan jasa;
3. Pasca Kontrak
Tahapan pasca kontrak adalah setelah kontrak selesai dibuat dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan selanjutnya kontraktor pelaksana
memulai pelaksanaan proyek pemerintah tersebut. Kontrak kerja unit price
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tersebut tidak semua berjalan
sesuai kontrak, dimana pihak penyedia jasa melakukan wanprestasi berupa
meninggalkan pekerjaan yang belum selesai dilaksanakan yang
mengakibatkan pihak pengguna jasa melakukan pemutusan hubungan
kontrak.

2.9 Dokumen Kontrak


Dokumen kontrak Pembangunan Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III
yang dilaksanakan oleh PT. WIRA KARSA KONSTRUKSI dengan nilai

7
kontrak Rp. 37.239.918.000.00- merupakan surat perjanjian antara pemilik
dan Kontraktor termasuk penawaran, syarat kontrak spesifikasi gambar,
daftar kuantitas dan harga, jaminan pelaksanaan dan dokumen-dokumen lain
yang disebutkan dalam kontrak.
Isi Dokumen kontrak adalah sebagai berikut:
1. Surat perjanjian
2. Surat penyerahan lapangan
3. Surat perintah mulai kerja
4. Surat keputusan penetapan penyedia barang/jasa
5. Surat penunjukan penyedia barang/jasa dan jaminan pelaksanaan
6. Dokumen penawaran
7. Dokumen kualifikasi
8. Dokumen prakontrak
9. Dokumen lelang
10. Dokumen KAK (Kerangka Acuan Kerja)
11. Gambar rencana

2.10 Surat Perjanjian Pemborongan


Surat perjanjian pemborongan termasuk bagian dokumen kontrak yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian, yang
selanjutnya disebut kontrak.
Dalam surat perjanjian, pimpinan proyek bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah dan Direktur Kontraktor dalam hal ini bertindak atas nama
perusahaannya yang ditunjuk dan melakukan kesepakatan bersama atas isi
dan maksud yang tertuang dalam kontrak, baik itu berupa hak dan kewajiban
serta ketentuan-ketentuan lain sesuai aturan yang berlaku. Surat perjanjian
pemborongan sekurang-kurangnya memuat :
Pokok-pokok pekerjaan yang dijanjikan dengan uraian yang jelas jenis dan
jumlahnya.
Harga yang tetap dan pasti serta syarat-syarat penyerahannya.
Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.
Jangka waktu penyelasaian atau penyerahan serta syarat-syarat
penyerahannya.

8
Jaminan teknis pekerjaan yang dilaksanakan.
Sanksi dalam hal rekanan ternyata tidak memenuhi kewajiban.
Penyelesaian tindak lanjut surat perjanjian pemborong/kontrak dalam hal
ini salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Penyelesaian perselisihan.
Status hukum.

9
BAB III
MATERIAL DAN PERALATAN
3.1 Spesifikasi Alat
Di dalam dunia konstruksi, keberadaan peralatan memang sangat
menunjang dalam keberhasilan penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu.
Dengan adanya alat kerja, maka dapat membantu pekerjaan sehingga
pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien. Dalam pemilihan peralatan kerja
ini harus melalui beberapa pertimbangan, yaitu :
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Biaya yang tersedia.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
Volume pekerjaan.
Kapasitas alat yang digunakan.
Kondisi lapangan dan tingkat kesulitan.
Kemampuan operator alat kerja.
Selain itu, penggunaan alat kerja ini juga bertujuan untuk :
Mempercepat pelaksanaan pekerjaan dengan kapasitas volume alat
berat yang besar dibandingkan dengan tenaga manusia.
Menjangkau wilayah yang sulit dijangkau oleh manusia.
Mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik dan rapi.
Mempercepat mobilisasi material konstruksi ke lapangan
Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan
Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III, antara lain :
1. Excavator
Excavator/Back Hoe ini berfungsi untuk menggali, memindahkan,
meratakan dan memuat material, baik material tanah galian, kerikil,
pasir dan lain-lain. Selain itu, Excavator/Back Hoe ini juga berfungsi
untuk mengangkat, menarik dan mendorong alat-alat dan material
lain. Alat ini menggunakan kendali hidrolis untuk melakukan gerakan.

Gerakan utama alat ini adalah mengisi bucket (Land Bucket),


Mengayun (Dump Bucket) dan mengayun balik (Swing Empty).
Adapun spesifikasi alat Excavator/Back Hoe ini yaitu :
Tabel 3.1 Spesifikasi Excavator/Back Hoe
No Nama Alat Tipe Kapasitas Kondisi Jumlah Kepemilikan
1 Excavator Kobelco 0.8 m3 Baik 1 Sewa
PC-200
2. Excavator Komatsu 0.8 m3 Baik 1 Sewa
PC-200

Gambar 3.1 Excavator

2. Truck Mixer
Truck mixer adalah alat yang digunakan untuk mengaduk beton dengan
perbandingan tertentu sehingga akan menghasilkan beton dengan mutu yang
sesuai dengan perencanaan dan bisa tercampur secara homogen. Alat ini
hanya bisa menampung beton dengan kapasitas yang terbatas. Concrete mixer
yang digunakan pada proyek ini sebanyak 2 buah dengan kapasitas 0,4 m3.
Adapun spesifikasi Truck Mixer yang digunakan dalam proyek
ini yaitu :

No Nama Alat Tipe Kapasitas Kondisi Jumlah Kepemilikan


1 Truck 0.4 m3 Baik 2 Sewa
Mixer
Gambar 3.1 Truck Mixer
3. Mini Crane
Alat ini merupakan satu unit alat pancang. Crane ini dilengkapi dengan
rangkaian besi dan kabel kabel baja dengan fungsi utama pekerjaannya
adalah mengangkat, menarik, memindahkan atau menempatkan tiang
pancang. Mini Crane ini berfungsi untuk mengangkat dan menempatkan tiang
pancang dan Hammer pada saat proses pemancangan.
Adapun spesifikasi Mini Crane yang digunakan dalam proyek
ini yaitu :
No Nama Alat Tipe Kapasitas Kondisi Jumlah Kepemilikan
1 Mini Crane RB38- 30 ton Baik 1 Sewa
ST

Gambar 3.1 Mini Crane


4. Concrete Batching Plant
Untuk pelaksanaan pencampuran dilakukan di lokasi Batching Plant,
kemudian diangkut dengan Truck Mixer ke lokasi pekerjaan. Batching plant
merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi beton
dalam produksi yang besar. Batching plant digunakan agar produksi beton
ready mix tetap dalam kualitas yang baik, sesuai standar, nilai slump test dan
strength stabil sesuai yang diharapkan. Untuk itu, komposisi material harus
terkendali.
Beton dibuat dengan cara mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar
(kerikil), dan air dengan semen portland atau semen hidrolik lain. Campuran
juga dapat ditambahkan dengan bahan tambahan (additif) yang bersifat
kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu
kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air.
Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat
diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk
terjadi pemisahan kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari
adukan. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air,
tahan aus, dan kembang susutnya kecil. Batching plant berfungsi hanya untuk
menimbang dengan pengadukan beton ready mix yang dilakukan pada
concrete mixer truck. Semua material yang akan diaduk, sebelumnya
ditimbang sesuai dengan mix design dengan memperhitungkan kandungan air
dalam material, baik dalam agregat kasar maupun agregat halus (pasir).
Bagian-bagian batching plant antara lain :
1. Cement silo, berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga
semen agar tetap baik.
2. Belt conveyor, berfungsi untuk menarik bahan atau material (agregat
kasar dan agregat halus) ke atas dari bin ke storage bin.
3. Bin, berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan/material (agregat
kasar dan agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di base
camp dengan bantuan wheel loader untuk ditarik ke atas (storage bin).
4. Storage bin, digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin
dibagi menjadi 4 (empat) fraksi, yaitu: agregat butir kasar (split), butir
menengah (screening), butir halus (pasir), dan fly ash.
5. Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 3 (dua) macam,
yaitu: timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen, dan
timbangan untuk air.
6. Dosage pump, digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti
retarder.
7. Tempat penampungan air yang berfungsi sebagai supply kebutuhan air
pada ready mix.

Gambar 4.1 Concrete Batching Plant

3.2 Spesifikasi Material


Material yang akan dipakai dalam proyek terlebih dahulu harus diuji mutu dan
kualitasnya, sehingga akan didapat material yang baik dan sesuai standar.

Pengujian material harus sesuai dengan pedoman yang berlaku sehingga tercapai
kondisi material yang memenuhi syarat sebagai bahan Konstruksi. Hal hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan material untuk proyek antara lain :
Material harus memenuhi standard dan spesifikasi yang berlaku
Material yang digunakan harus baru, bukan bekas pakai.
Material harus memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
Penyimpanan material harus diperhatikan sehingga mutunya terjamin
dan terpelihara serta siap dipergunakan untuk pekerjaan. (Sumber : SNI
03-6861- 2002)
Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan Jembatan
Gorontalo Outer Ring Road III ini anatara lain :
3.2.1
Dalam pekerjaan konstruksi, air berperan sebagai bahan yang digunakan untuk
pembuatan beton, adukan pasangan dan adukan plesteran. Persyaratan air sebagai
bahan bangunan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Air harus bersih. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat terlihat secara visual.
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter
Tidak mengandung garam yang dapat larut dan merusak beton (asam,bahan
organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.(Sumber : SK-SNI 03-6861-
2002)
3.2.2 Semen Portland
Berdasarkan SK SNI S 04 1989 F dan SNI 03-6861.1-2002 semen
merupakan suatu campuran beton ikat organik yang akan membentuk suatu massa
yang keras dan kedap air bila bereaksi dengan air. Semen Portland adalah semen
hidrolis yang akan membentuk massa yang keras bila bereaksi dengan air. Semen
merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan
fisik. Semen juga banyak dikenal sebagai bahan pengikat antara agregat halus dan
agregat kasar untuk beton dan pasangan batu. Semen portland ini merupakan
bahan yang mudah mengeras apabila tercampur dengan air, sehingga dalam
penyimpanannya harus benar-benar dijaga kelembaban ruangannya. Syarat-syarat
penyimpanan semen portland ini diantaranya :
Semen yang datang harus segera disimpan dalam gudang. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya perubahan pada bentuk semen yang dapat
menurunkan kualitas pada semen.
Semen tidak boleh langsung diletakkan di atas permukaan tanah. Harus diberi
landasan yang tingginya lebih dari 30 cm dari lantai.
Semen tidak boleh menyentuh dinding gudang penyimpanan sehingga dalam
penyimpanannya diberi jarak antara dinding dengan semen kira-kira 25 cm.
Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum tumpukan
semen adalah maksimum 10 zak.
Dalam pemakaian semen, harus digunakan semen yang terlebih dahulu datang.
Semen tidak boleh basah dan lembab sehingga harus diatur kelembaban gudan
penyimpanan dan harus cukup sinar matahari.
Semen tidak boleh tercampur dengan bahan lain
Sedangkan untuk semen Portland yang digunakan untuk Proyek Jembatan
Gorontalo Outer Ring Road III ini menggunakan semen Portland jenis I yang
memiliki karakteristik umum dapat digunakan untuk tujuan umum dengan
kemasan 1 zak yaitu 50 kg yang digunakan untuk konstruksi umum dengan tipe
PCC.
3.2.3 Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran < 5 mm. Agregat
halus ini berfungsi sebagai bahan pengisi campuran beton. Syarat penyimpanan
pasir ini antara lain :
Penimbunan pasir harus terpisah dari bahan bahan lain, seperti split, kapur,
semen, kayu dan lain-lain.
Penimbunan pasir harus jauh dari tempat yang dapat mengalirkan air hujan dan
diberi pembatas untuk menghindari hanyutnya pasir oleh air.
Penempatan timbunan pasir sedekat mungkin dengan lokasi pencampuran. Hal
ini untuk memperpendek jarak angkut dan mengurangi kehilangan selama
pengangkutan.
Sementara untuk persyaratan Agregat halus ini antara lain
a. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, dengan
indeks kekarasan < 2,2
b. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering)
d. Susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan antara
1,5 3,8 dan harus terdiri dari butir butir yang beraneka ragam
bentuknya.
e. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton. (Sumber : SK-SNI S-04-1989-F).
Sementara untuk jenis pasir yang digunakan dalam proyek Jembatan
Gorontalo Outer Ring Road III ini adalah Pasir Bone Bolango.
3.2.4 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat berupa kerikil yang diperoleh dari hasil
disintegrasi batuan-batuan atau dari pemecahan batu. Agregat dikatakan
agregat kasar jika memiliki ukuran butiran antara 5 mm 40 mm, jika lebih
besar dari 40 mm maka disebut dengan batu. Persyaratan agregat kasar yang
digunakan dalam proyek Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III ini antara
lain :
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
b. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih dan panjang tersebut tidak
malampaui 20 % berat agregat seluruhnya
c. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat reaktif alkali
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering)
f. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar
butir mempunyai modulus kehalusan antara 6 7,10.
3.2.5 Batu Pecah
Batu Pecah adalah hasil pecahan batu alam dengan ukuran butiran lebih dari 40
mm dan pada umumnya besar butiran tidak lebih dari 7 cm. Persyaratan batu
belah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Batu belah / batu pecah yang dipakai pada pekerjaan adalah seperti yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar seperti pasangan batu pada pasangan batu kali.
b. Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka
minimal 3 sisi dan bukan batu glondong, harus bersih dan keras, tahan lama
menurut persetujuan Pengguna Barang / Jasa, serta bersih dari campuran besi,
noda-noda, lubang-lubang, pasir, cacat atau ketidaksempurnaan lainnya,
3.2.6 Begisting atau Perancah
Begisting adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara dan
berfungsi sebagai cetakan pada bagian sisi bawah dan samping dari bentuk beton
abutment.
Fungsi utama dari begisting yaitu :
1. Untuk memberikan bentuk pada sebuah konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh texture permukaan yang rata dah halus.
3. Untuk menahan gaya desak beton segar pada saat pengecoran hingga konstruksi
beton abutment jembatan menjadi keras.
Sedangkan syarat dari Begsting antara lain :
1. Begisting harus kuat, kaku dan rapat dan mudah dibongkar.
2. Bagian dalam begisting harus bersih dari kotoran.
3. Dimensi begisting harus dikontrol dengan teliti sehingga dimensi yang tertera
dalam gambar rencana dapat tercapai.
4. Bahan begisting untuk beton abutment ini biasanya menggunakan multiplek
kayu, atau plywood yang memiliki kualitas baik.
5. Begisting untuk abutment dapat dibongkar setelah beton berumur lebih dari 3
hari.
6. Pembongkaran begisting harus menggunakan cara statis tanpa sebuah getaran,
goncangan ataupun pukulan yang dapat merusak beton.

3.2.7 Baja Tulangan


Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton. Baja tulangan pada struktur beton bertulang memiliki peran
yang sangat penting yaitu berfungsi untuk menahan gaya tarik. Dalam
penyimpanannya, baja tulangan ini harus benar- benar dijaga dari pengaruh cuaca,
karena sangat mudah terkorosi dan rusak. Selain itu, untuk memudahkan dalam
pengambilan, baja tulangan ini harus diberi label sesuai dengan ukuran diameter
masing- masing.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan untuk dijadikan material
konstruksi antara lain :
1. Batang baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-
lipatan, retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna, yang dalam, atau
tidak boleh berlapis-lapis. Hanya diperkenankan berkarat pada permukaan.
2. Baja tulangan yang memiliki ukuran lebih dari 2 cm harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok tulangan.
3. Tulangan harus bersih sebelum dipasang agar tidak mengurangi atau
merusak perlekatan dengan beton.

3.2.8 Kawat Baja/bendrat


Kedudukan tulangan pada konstruksi beton harus sesuai dengan gambar, demikian
pula dengan sewaktu dicor kedudukan tulangan tidak boleh berubah atau bergeser
pada tempatnya. Sehingga untuk mengikat baja tulangan agar kedudukannya tidak
bergeser dipakai kawat pengikat (bendrat). Kawat pengikat tidak boleh berkarat,
oleh karena itu kawat bendrat biasanya disimpan di dalam gudang agar terhindar
dari hujan yang dapat menyebabkan korosi.
BAB IV
METODE PELAKSANAAN

4.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan fisik yang sebenarnya. Pekerjaan ini meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a. Mobilisasi Tenaga, Peralatan, dan Bahan yang digunakan
1. Tenaga Kerja
Tenaga inti proyek segera dimobilisasikan ke site setelah berkoordinasi
terlebih dahulu dengan konsultan pengawas dan pemilik pekerjaan dengan
membawa surat penunjukan beserta struktur organisasi, tim awal akan
bertugas untuk menset up kantor kontraktor beserta utilitasnya sehingga
dapat menampung seluruh tim kerja yang akan ditempatkan di proyek ini.
Maka dari itu dibuat schedule mobilisasi peralatan dan personal yang
disesuaikan dengan schedule pelaksanaan pekerjaan, serta mendatangkan
tenaga ahli dari kantor pusat atau kantor cabang sedangkan tenaga kerja
non skill didapat dari masyarakat setempat atau kota terdekat (termasuk
tenaga mandor).
2. Peralatan Utama
Peralatan utama yang akan digunakan dimobilisasikan ke proyek
secara bertahap. Alat yang digunakan yaitu: Excavator 0,8 m3, Dump
Truck, Truck Mixer, dan lain-lain.
3. Material Utama
Material utama beserta dengan sertifikat atau test/lab akan didatangkan
kelokasi setelah sample dan jenis/type mendapat persetujuan dari
konsultan pangawas.
4.2 Metode Pelaksanaan
Penjelasan metode pelaksanaan berikut ini akan menguraikan bahan dan cara
pelaksanaan.
Divisi 1. Umum
1. Mobilisasi
Pekerjaan terdiri dari :
2. Sewa tanah
Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan terutama lokasi tempat kerja dan
tempat penumpukan material, penyedia Jasa melakukan penyewaan tanah
yang berdekatan dengan jembatan.
3. Mobilisasi
Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan termasuk pada
kebutuhan-kebutuhan personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya
yang diperlukan ke lokasi proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi
lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan ke lokasi proyek.
Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh
konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkaityang
disebutkan dalam kontrak.
4. Demobilisasi
Demobilisasi mencangkup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum
pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi
pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
5. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
Pekerjaan jembatan ini membutuhkan pengalihan arus lalu lintas sehingga
membutuhkan pengaturan lalu lintas yang melewati kawasan pekerjaan.
Untuk mengaturnya dipasang rambu informasi pengalihan jalan (sebanyak 2
buh), rambu peringatan dan rambu penunjuk. Pada kondisi tertentu pihak
penyedia jasa menggunakan tenaga (flagmen) untuk mengarahkan lalu lintas.
6. Manajemen Mutu
Salah satu tujuan pembangunan jembatan ini adalah pencapaian mutu
pekerjaan agar jembatan yang dibangun sesuai dengan umur rencana. Oleh
karenanya penyedia jasa menempatkan satu orang tenaga ahli khusus untuk
mengendalikan mutu pekerjaan (quality control).

Divisi 2. Drainase
1. Galian Untuk Selokan Drainase Dan Saluran Air
Penetapan titik pengukuran pada saluran:
Lokasi yang diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian serta pengaturan
pembuangan dari semua selokan dan semua lubang penampungan (catch pits)
dan selokan pembuang yang berhubungan ditandai dnegan cermat sesuai
dengan gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
dan disetujui atau diubah oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan
tersebut dimulai.

Gambar 4.2 Galian Selokan Drainase dan Saluran Air


2. Pasangan Batu dengan Mortar
Untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar menggunakan batu kali / batu
gunung yang berkualitas baik, keras, tidak polos dan permukaannya tajam.
Batu yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari bahan yang merugikan,
yang dapat mengganggu kelekatan dengan adukan. Batu dibuat jenih air
sebelum dipasang.
Sebelum batu dipasang, dibuat landasan adukan semen paling sedikit 3cm.
batu ditanam diatas adukan semen sedemikian rupa hingga satu batu
berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal lapisan yang
diperlukan.
Gambar 4.2 Pasangan Batu dengan Mortar
Rongga antar batu diisi dengan adukan semen sampai menutupi permukaan
lapisan. Untuk lapisan selanjutnya dilakukan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya hingga mencapai ketinggian yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.

Divisi 3. Pekerjaan Tanah


1. Galian Biasa
Pekerjaan galian ini dimaksudkan untuk galian pondasi yang tidak termasuk
galian struktur, galian pasangan batu dan galian bronjong. Galian biasa
dilakukan dengan menggunakan alat excavator. Sebelum penggalian
dilakukan pengukuran dan pemasangan bouwplank. Material hasil galian
sebagaian dibuang.
Gambar 4.2 Galian Biasa.

2. Galian Struktur dengan Kedalaman 0-2 m, 2-4 m, dan 4-6m


Galian struktur hanya dimaksudkan untuk galian Abutment dengan proyeksi
vertikal (tegak lurus) luas telapak Abutment. Pekerjaan ini terdiri atas galian
dan penimbunan kembali dengan material pilihan. Untuk penimbunan
kembali dilakukan setelah pengecoran Abutment selesai dikerjakan.
3. Timbunan Biasa dari Sumber Galian
Timbunan biasa ini ditujukan untuk oprit jembatan. Material biasa yang
digunakan adalah yang memenuhi Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi
3. Sebelum penghamparan perlu dilakuakan penyiapan badan jalan.
Penimbunan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20cm.
Setiap lapisan dipadatkan hingga kepadatan maksimum. Pemadatan akan
dilakukan dengan menggunakan alat Vibrator Roller dan untuk lokasi yang
tidak bisa dijangkau oleh Vibrator Roller digunakan stamper. Proses
pemadatan harus memperhatikan kadar air optimum tanah.
Divisi 4. Struktur
Abutment
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua
ujung pilar pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup
(angin, kendaraan, dan lain-lain) dan beban mati (beban gelagar, dan lain-
lain) pada jembatan. Secara umum abutment terdiri atas beberapa bagian
struktur yang mempunyai fungsi masing-masing, adapun bagian-bagian
konstruksi Abutment terdiri dari :

Gambar 4.2 Pengecoran Abutment


- Plat dasar / Tumpuan (Pile Cap), yang terdiri dari tumpuan muka dan
tumpuan belakang. Plat dasar ini berfungsi untuk mengikat dan
menyatukan antara abutment dengan tiang (pile).
- Dinding (Breast wall), konstruksi ini harus mampu menerima gaya
horizontal akibat tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif, gaya gempa,
serta seluruh gaya vertikal yang bekerja.
- Tempat sepatu, Konstruksi tempat perletakan dari gelagar memanjang
maupun melintang.
- Sepatu / Perletakan (Elastomeric Baering Peat), bantalan yang berfungsi
untuk mengurangi getaran yang terjadi pada gelagar akibat beban dan
kendaraan yang bergerak. Getaran tersebut kemudian diteruskan ke
dinding abutment untuk kemudian diteruskan ke pondasi.
- Parapet (Back Wall), konstruksi dinding yang berfungsi sebagai pembatas
antara gelagar dengan tanah belakang abutment, selain itu juga berfungsi
sebagai penahan gelagar agar tidak bergeser ke arah belakang abutment.
- Sayap (Wing Wall), melindungi bagian belakang abutment dari tekanan
tanah yang bekerja.
Namun dalam merencanakan abutment harus menghitung beban yang ada
pada bangunan atas, bangunan atas terdiri dari :
- Pelat lantai kendaraan, Konstruksi yang berfungsi prasarana lalu lintas
kendaraan. Pada umumnya pelat lantai jembatan beton bertulang dicor
secara monolit dengan gelagar memanjang dan gelagar melintang
(diafragma)

Gambar 4.2 Pelat lantai kendaraan


- Gelagar memanjang, terletak arah memanjang jembatan yang berfungsi
mendukung beban yang bekerja diatasnya seperti beban kendaraan, beban
mati, beban hidup.

Gambar 4.2 Gelagar Memanjang


- Gelagar melintang (diafragma), berfungsi untuk menahan beban yang
berasal dari beban hidup dan beban sendiri, sebagai pengikat antara
gelagar memanjang dan menjaga adanya gaya puntir akibat beban lantai
jembatan.

Gambar 4.2 Pengecoran Gelagar Melintang (diafragma)


- Trotoar pada jembatan, digunakan bagi pejalan kaki untuk berjalan agar
tidak mengganggu lalu lintas kendaraan.

Gambar 4.2 Pengecoran Trotoar

- Sandaran, konstruksi yang berfungsi sebagai pengaman bagi kendaraan


yang melintas serta bagi pejalan kaki yang berjalan diatas trotoar.
Gambar 4.2 Pengecoran Sandaran.
Bore Pile
Pondasi Bore pile, jenis pondasi yang berbentuk tabung berfungsi
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras dibawahnya. Jasa pelaksanaan pondasi bore
pile diawali dari pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor
terlebih dahulu kemudian penginstalan besi tulangan ke dalam lubang
yang dilanjutkan dengan pengecoran bor pile dengan tremi.

Gambar 4.2 Pengeboran dan Pengecoran Bore Pile


Pekerjaan Struktur :
1. Beton mutu sedang fc=30 MPa (K-350) Lantai Jembatan
2. Beton mutu sedang fc=30 MPa (K-350) Abutment
3. Beton mutu sedang fc=30 MPa (K-350) untuk RC Plate
4. Beton mutu rendah fc= 15 Mpa (K-175)
5. Beton mutu rendah fc= 10 Mpa (K-125)
6. Penyediaan Unit Pracetak Gelagar Tipe 1
7. Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe 1
8. Beton Diafragma fc 30 Mpa termasuk penegangan setelah
9. Baja Tulangan U 24 Polos
10. Baja Tulangan U 39 Ulir
11. Tiang Bor Beton, diameter 800 mm
12. Pasangan Batu
13. Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis
14. Expansion Joint Tipe Asphaltic Plug, Fixed
15. Perletakan Elastomerik Sintesis Ukuran 450 mm X 400 mm X 63 mm
16. Perletakan Strip
17. Sandaran (Ralling)
18. Deck drain
19. Pipa Penyalur PVC

Proses Pelaksanaan Stressing PCI Girder


Tahap tahap proses pekerjaan stressing balok girder adalah sebagai
berikut :
a. Install Strand
Instalasi strand dipilih cara yang paling efisien dan ekonomis. Untuk
simple girder biasanya digunakan dengan cara manual karena girder
tersebut relatif pendek. Strand yang keluar dari angkur dan belum
distressing atau sebagian telah distressing, untuk waktu lebih dari 3
minggu, sebaiknya ujung kawat untaian yang terbuka tersebut diberi
pembungkus untuk melindungi korosi dan untuk pengaman dari kerusakan
lain

Gambar 4.2.a Install Strand

b. Pemasangan Wedge Plate


Wedge Plate dipasang setelah instalasi strand selesai dan segera akan
dilakukan stressing. Wedge Plate dikirim ke site dengan material pencegah
karat, misalnya dilumuri sejenis minyak/oli.
Gambar 4.2.b Pemasangan Wedge Plate
Persiapan pemasangan wedge plate adalah :
a. Buka pelindung strand di bagian ujung.
b. Periksa panjang stressing
c. Stressing lenght harus bersih dan serpihan beton yang akan
menghalangi masuknya strand ke dalam wedge plate.
d. Posisi strand tidak boleh saling bersilangan yang dapat
mengakibatkan strand terjepit waktu stressing.
e. Posisi strand tidak boleh saling bersilangan yang dapat
mengakibatkan strand terjepit waktu stressing.

c. Pemasangan Wedges/baji
Wedges dipasang sesaat sebelum dilakukan pekerjaan stressing. Prosedur
yang dipakai untuk pemasangan wedges pada wedge plate:
- Tekan wedge plate sampai menyentuh casting

- Tekan wedge dengan tangan ke dalam lubang wedge plate

- Kencangkan posisi wedge dengan memikul wedge biasanya


menggunakan pipa besi

Gambar 4.2.c Wadges Plate dan Wadges/Baji

Catatan : setelah wedge plate dan wedges terpasang, periksa semua


wedges telah terpasang dengan baik dan tidak ada yang kendur.

d. Proses stressing balok girder


Struktur beton balok girder yang akan distresssing harus mencapai
minimum kuat tekan karakteristik yang disyaratkan oleh konsultan
perencana yaitu Kelas A-1 (K-450).
Stressing dilakukan atas perintah penyedia jasa dan dengan persetujuan
konsultan pengawas. Sebelum dilakukan stressing sub-penyedia jasa
pekerjaaan prestressing harus mangajukan perhitungan elongasi dan
jacking force untuk mendapat persetujuan konsultan pengawas sebagai
acuan untuk pelaksanaan.Stressing di lakukan oleh petugas dari WIKA
BETON karena mereka mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam
menggunakan alat-alat yang akan digunakan. Kabel harus ditarik pada
ujung dan gaya jack yang ditentukan oleh gambar kerja atau instruksi
direksi. Tidak boleh ada kabel yang di tarik sebagian, lalu ditinggalkan
kecuali atas petunjuk gambar kerja atau direksi.
Tegangan pada kabel harus diukur dari perpanjangan kawat untaian
(elongasi) dan selama proses penarikan dapat dikendalikan dengan
pembacaan alat ukur tekanan. Alat ukur tekanan menunjukkan gaya yang
telah diberikan ke tendon sementara elongasi berfungsi scbagai counter
check. Elongasi yang terjadi harus berada dalam interval yang dlijinkan
yaitu antara -7% sampai +7% (sesuai ACT 318 psl 18.18 dan SK SNI T-
15.1991 psl. 3.1 1.1 8).
Apabila hasil stressing yang dilakukan tidak memenuhi toleransi yang
disyaratkan, hal-hal yang harus dilakukan adalah:
Jika hasil elongasi secara grafis masih lebih besar dan +7%, maka
dilakukan lift-off atau memeriksa gaya yang bekerja pada angkur
kemudian dibandingkan dengan gaya angkur hasil perhitungan. Jika masih
belum memenuhi maka harus di release dan dilakukan penarikan ulang.
Jika hasil elongasi secara grafis lebih kecil dari -7%, maka dilakukan
penarikan tambahan sampai batas gaya jacking force yang disyaratkan
Tahap tahap pekerjaan stressing metode DSI :
a. Pasang Jack force dengan perlengkapanya;
b. Nyalakan jack force, hal ini menandakan dimulai proses stressing
c. Proses pengukuran perpanjangan strand dimulai pada pressure 100 MPa,
d. Tiap kelipatan 50 MPa ukur perpanjangan strand
e. Pada pressure 150 MPa di ceck beda panjang strand gunanya untuk
kontrol
f. Pressure strand dengan jack force sampai 382,60 MPa. Pressure
382,60 MPa didapat dari data dan perhitungan sub penyedia jasa
sebelum melaksanakan pekerjaan stressing balok girder
g. Setelah semua selesai baru hitung elongasi dari tiap lubang girder;
h. Lanjutkan urutan seperti diatas pada lubang girder lainya.

Proses Pekerjaan CSL (Crosshole logging sonic)


Crosshole logging sonic (CSL) adalah metode untuk memverifikasi
integritas struktural poros dibor dan lainnya beton tumpukan. Metode CSL
dianggap lebih akurat daripada tes gema sonic dalam penentuan kesehatan
struktural beton dalam poros dibor. Agar struktur pondasi dapat memikul
bangunan dengan aman (dan ekonomis) maka syarat bahwa pondasi tidak
boleh mengalami keruntuhan daya dukung maupun kegagalan struktur
menjadi hal yang sangat penting. Dalam hal ini yang dimaksud keruntuhan
daya dukung adalah: pondasi tidak boleh mengalami penurunan yang dapat
membahayakan struktur yang dipikulnya dan tanah yang terbebani tidak
mengalami keruntuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan kegagalan struktur
adalah: bahan yang digunakan untuk mentransfer beban bangunan harus cukup
kuat dan tidak mengalami kerusakan bahan (contoh: keropos pada beton,
beton bercampur tanah, pengecilan penampang pada pondasi dalam). Hal ini
dikenal dengan nama keutuhan (integrity) bahan.
Gambar 4.2.d Proses stressing balok girder
a. Uji Sonic Logging
Konstruksi tiang bor, tiang barrette dan dinding diaphragma yang dicor
ditempat (cast in-situ) dapat mengalami beberapa kerusakan struktur berupa :
- Beton keropos.

- Segregasi material beton karena getaran yang terlalu kuat atau karena
metoda pengecoran yang tidak baik
- Tercucinya material semen akibat aliran air tanah

- Retak akibat penyusutan beton.

- Tercampurnya beton dengan tanah / lumpur (bentonite) pengeboran

- Pengecilan penampang beton (necking) akibat kelongsoran dinding bor


Kerusakan diatas dapat dideteksi dengan teknik Sonic Logging
b. Alat Uji

Gambar 4.2 Cross Hole Analyzer Service


- Sonic Integrity Tester, berupa komputer yang dapat menghasilkan,
menerima dan men-digitasi gelombang ultra sonic. Alat ini juga dilengkapi
dengan pengukur kedalaman
- Sepasang probe pemancar (transmitter) dan penerima (receiver)
gelombang ultra sonic (selanjutnya disebut probe uji) yang dilengkapi

c. Proses Pengujian
Pengujian sonic logging dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
- Tansmitter dan receiver dimasukkan ke dalam pipa uji(pipa PVC atau pipa
baja berdiameter 25 mm, yang telah dicor bersama dengan proses
pengecoran tiang) yang berbeda. Cara ini disebut Cross Hole Method.
Jarak maksimum antara dua pipa berkisar antara 1.0 m hingga 3.0 m
- Tansmitter dan receiver dimasukkan kedalam pipa uji yang sama. Cara ini
disebut Single Hole Method. Teknik ini biasanya diaplikasikan untuk tiang
berdiameter kecil (kurang dari 1.0m)
- Baik dalam cara cross hole ataupun single hole, pengujian dimulai dengan
memasukkan probe uji ke dasar pipa yang telah diisi air hingga penuh (air
digunakan sebagai media penghantar gelombang ultra sonic). Kemudian,
komputer sonic tester dihidupkan, gelombang ultra sonic dipancarkan oleh
transmitter dan diterima oleh receiver. Setelah didapatkan sinyal awal yang
baik berupa garis-garis vertikal yang kontinyu dalam tampilan komputer,
kedua probe uji tersebut ditarik berbarengan ke atas secara perlahan-lahan
dengan kecepatan konstan hingga mencapai bagian teratas beton yang
diuji. Dalam metoda cross hole cara diatas diulangi dalam pipa/arah yang
berbeda.
d. Prosedur Pengujian dan Hasil Uji
Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu menghaluskan permukaan
tiang yang akan diuji dengan jalan menggurinda kepala tiang pada bagian
dimana akselorometer akan ditempatkan dan dimana pukulan palu
dilakukan. Kemudian akselorometer dipasang/dilekatkan pada
permukaan tiang dan pukulan palu dilakukan. Pemukulan ini
menimbulkan gelombang tekan atau gelombang akustik beregangan kecil
(low strain stress wave). Rambatan gelombang tekan ini dibatasi oleh
material tiang dan keadaan disekelilingnya (dalam hal ini tanah). Kalau
kedua media tersebut mempunyai karakteristik akustik yang sama maka
gelombang yang timbul akan terpencar ke segala arah dan tidak akan
menimbulkan rambatan gelombang bidang/satu dimensi yang berarti.
Untungnya, material tiang dan tanah pada umumnya mempunyai sifat
akustik yang sangat berbeda karenanya gelombang tekan akan merambat
di sepanjang badan tiang menuju ke dasar tiang. Akselerasi gelombang
tekan yang ditangkap oleh akselerometer diteruskan ke komputer yang
akanmengintegrasikan akselerasi terhadap waktu untuk memperoleh
sinyal kecepatan gelombang tekan. Hasilnya berupa grafik gelombang
tekan terhadap waktu (time domain). Dengan memasukkan kecepatan
gelombang tekan dan mengalikannya dengan waktu rambat akan
diperoleh kedalaman/panjang tiang, sehinga hasil uji PIT berupa grafik
kecepatan terhadap panjang/kedalaman tiang yang seketika itu juga
ditampilkan di monitor komputer. Pengujian pada satu tiang dilakukan
dengan beberapa kali pemukulan sampai diperoleh grafik hasil uji yang
konsisten.
Gambar 4.2 Pemasangan Angkur

Divisi 5. Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor


1. Marka Jalan Termoplastik
2. Patok Pengarah
3. Kerb Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mountable)
BAB V
MANAJEMEN DAN PENGAWASAN PROYEK
5.1 Umum
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak
rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta
memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki
agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa
tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan
kualitas yang diharapkan.

5.2 Organisasi Proyek Pengguna Jasa

KUASA PENGGUNA ANGGARAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


TIM TEKNIS
( KPA ) ( PPK )

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengguna Jasa


( Pejabat Pembuat Kebijakan 08 )

5.2.1 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Kuasa Pengguna Anggaran adalah adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA
untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk
menggunakan APBD. Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, Kuasa
Pengguna Anggaran memiliki tugas dan wewenang untuk:
a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan
b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di
website Kementerian / Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah /
Institusi lainnya
c. Menetapkan PPK
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan
e. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
f. Menetapkan pemenang lelang
g. Mengawasi pelaksanaan anggaran
h. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
i. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan,
dalam hal terjadi perbedaan pendapat
j. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa

Dalam proyek ini, Satuan Kerja Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional
(PJN) Provinsi Gorontalo bertindak sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.

5.2.2 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara.
PPK memiliki tugas dan wewenang:
1. Melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Hal ini dimulai dari menyusun HPS, spesifikasi barang/jasa. Kegiatan
ini dilakukan sebelum tahun anggaran berjalan untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan di awal tahun, sehingga pengadaan tersebut dapat dilaksanakan
tepat waktu. Untuk pengadaan yang dilaksanan di tengah-tengah tahun
anggaran, maka proses penyusunan HPS dan spesifikasi barang/jasa dapat
dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pengadaan. Namun, harus
dipertimbangkan jangka waktu pelaksanannya, sehingga PPK tidak sampai
kelebihan beban pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya.
2. Menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan
PPK meyusun semua rencana kegiatan selama satu tahun. Berikutnya
bersama KPA menetapkan kegiatan mana yang akan dilaksanan awal dan
jadwal kegiatan-kegiatan berikutnya. Penetapan ini menyesuaikan dengan
rencana strategis dan tupoksi satuan kerja yang bersangkutan. Termauk dalam
hal ini adalah menetapkan tanggal pelaksanaan kegiatan secara detil. Karena
hal ini akan berhubungan dengan kebutuhan dananya. Jadwal pelaksanaan
kegiatan tersebut dituangkan dalam bentuk action plan.
3. Menyusun rencana penarikan dana
Berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan,maka disusunlah rencana
penarikan dana. Berapa besar dana yang diperlukan dan kapan waktu
pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini berhubungan dengan aplikasi
penarikan dana dari KPPN. Sehingga hal ini memudahkan bagi otoritas
perbendaharaan untuk memperhitungkan kebutuhan dana dari satker.
4. Memonitor ULP
Dalam masa persiapan pengadaan barang dan jasa, PPK memonitor
semua tahapan yang dilakuan oleh ULP/ pejabat pengadaan. Jika dijumpai
hal-hal yang berkembang diluar yang sudah direncanakan, maka diperlukan
koordinasi intensif antara pejabat pengadaan/ULP, PPK dan KPA.
5. Menetapkan surat penunjukan
Setelah proses evaluasi penawaran selesai, tahap berikutnya PPK
menetapkan surat penunjukan penyedia brang/jasa. Harus diperhatikan benar
proses evaluasi yang dilaksanakan, sehinga PPK mendapat keyakinan penuh
bahwa penyedia tersebut adalah yang tepat untuk melaksanakan kegiatan
pengadaan barang/jasa.
6. Menandatangani kontrak
Proses penandatangan kontrak memerlukan ketelitian dan kecermatan
dalam setiap klausul dalam kontrak tersebut. PPK harus memahami aspek
hukum dalam kontrak tersebut. Diharapkan tidak ada pasal-pasal yang
merugikan negara dalam kontrak.
7. Selama kontrak berlangsung, PPK harus mengendalikan pelaksanaannya.
PPK memonitor dan mengawasi pelaksanaan di lapangan. Misalnya
kontraknya adalah kontrak dalam pekerjaan konstruksi, maka PPK juga harus
memperhatikan progress report dalam setiap tahapan proyek disesuaikn
dengan schedul pekerjaannya. Sehingga permasalahan keterlambatan
pelaksanaan proyek tidak terjadi.
8. Dalam mekanisme pencairan anggaran untuk keperluan pangadaan
barang/jasa, PPK menyiapkan surat permintaan pembayan (SPP) LS atas
nama rekanan tersebut. Yang perlu di perhatikan disini adalah dokumen-
dokumen yang diperlukan dalam mekanisme pencairan. Karena SPP LS
memerlukan penyiapan dokumen yang cukup banyak, maka semua dokumen
itu harus sudah disiapkan terlebih dahulu. Dokumen tersebut adalah:
a. Bukti perjanjian/kontrak
b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia
barang/jasa
c. Berita acara penyelesaian pekerjaan
d. Berita acara serah terima pekerjaan/barang
e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan
f. Berita Acara Pembayaran
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK
h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani
oleh Wajib Pajak
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya
sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak
yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau
hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah
perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
5.2.3 Kepala Proyek
a. Tugas kepala proyek
- Mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya dan menjamin pelaksanaan
pekerjaan sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh pihak pengguna jasa
serta mengoreski bila ada review design,
- Mengkoordinir pelaksanaan penyelesaian keluhan pelanggan dan
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan penyelesaian produk yang tidak
sesuai,
- Mendata perubahan-perubahan pelaksanaan terhadap kontrak,
- Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan yang telah direkomendasi
pengendalian sistem mutu,
- Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan,
- Membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan laporan-
laporan lain yang berhubungan dengan bidang tugasnya,
- Berkoordinasi dengan pihak konsultan supervisi, aparat setempat,
utamanya pihak direksi PU serta menyelesaikan masalah-masalah teknis
lapangan dengan pengawas,
- Membantu bidang administrasi kontrak untuk memeriksa dan menyetujui
tagihan upah mandor, sub kontraktor, dan sewa alat yang berhubungan
dengan prestasi fisik lapangan serta mengajukan request ke direksi proyek
sebelum pekerjaan dimulai termasuk koordinasi dengan konsultan
supervisi.
b. Tanggung Jawab
1. Menetapkan sasaran mutu,
2. Memimpin setiap pertemuan,
3. Melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait dilokasi proyek,
4. Memberikan persetujuan atas permintaan kebutuhan proyek ke kantor
pusat/ cabang

5.3 ORGANISASI PROYEK PENGAWASAN LAPANGAN


Struktur Organisasi PT. Yodya Karya (PERSERO)
Pengawasan Teknis Pembangunan Gorontalo Outer Ring Road III
(GORR III)

Ir. Yus Lambakeng


Site Engineer
Sekret/A : Tentri Afira, A.md
Operator/A : Hajriani
Office Boy/A : Abd. Rahman

Irjan, ST Johannes I. Oppier, ST.


Quality Engineer Quantity Engineer

Mufti Jayadi, ST.


Lab Teknisan
Ahmad R. Assayad, ST. Roys T. Blongkod
Insfektor Surfeyor
Nur Fadli
Lab Teknisan
Nober Kaselle, ST. Darwis, ST.
Insfektor Surfeyor
Jufrianto Hulinggi, ST.
Lab Teknisan Jainal Amirudin, ST. Nufail Syawal, ST.
Insfektor Surfeyor
Yahya T. Yahu, ST.
Lab Teknisan Kahar Ray, A.md Julpilki Djama.
Insfektor Surfeyor
Gambar 4.3. Foto Struktur Organisasi PT. Yodya Karya (Persero)
5.3.1 Pengawas Lapangan
Tugas dan kewajiban Tim Pengawas Teknis selama bulan Agustus sebagai
berikut :
a. Ketua Tim/ Site Engineer
- Mengkoordinir atau memerintahkan Quality engineer dan
labolatorium teknisian mengecek Quarry (pengambilan material) dan
pengujian hasil pengecoran RC plate ( Pengujian Kuat Tekan )
- Melaporkan progress bulanan dari hasil hitungan Quantity engineer
b. Quality Engineer
- Mengkoordinir pengujian kuat tekan beton ( K-350, K-125 ) di Dinas
PU Provinsi Gorontalo
- Membuat laporan Quality

- Melaporkan hasil pengujian dan JMD ke Site Engineer


c. Quantity Engineer
- Melaksanakan pengawasan, dan mengkoordinir personil konsultan
baik surveyor dan inspector dalam menentukan elevasi di tiap-tiap
jembatan
- Mengkoordinir personil konsultan dalam mengawasi pembesian untuk
bored pile
d. Sub-Professional Staff
Untuk membantu kelancaran pekerjaan maka Tenaga Ahli tersebut
diatas dibantu oleh Tenaga Sub-Professional Staff dengan persyaratan
Asisten Muda (S1)/Diploma 3 (D3)/SMK/SMU sederajat
berpengalaman 3 (tiga) tahun pada pekerjaan sejenis. Adapun jumlah
tenaga Sub-Professional Staff sebagai berikut :
- Inspector bertugas membantu Chief Inspector dalam pengawasan dan
keluaran hasil pekerjaan konstruksi jalan serta bertugas membantu
Chief Inspector dalam melakukan inspeksi pengawasan pekerjaan
dilapangan dan verifikasi pemenuhan tingkat layanan jalan, sebanyak
4 (empat) orang :
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km16+850
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 23+900
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 24+150
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 25+475
- Surveyor bertugas membantu Chief Inspector dalam pengawasan dan
pengukuran pekerjaan dilapangan, sebanyak 4 (empat) orang :
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 16+850
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 23+900
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 24+150
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 25+475
- Laboratorium Technician bertugas membantu Tenaga Ahli Quality
Engineer dalam pengendalian mutu dan verifikasi data mutu pekerjaan
dilapangan, sebanyak 4 (empat) orang :
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 16+850
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 23+900
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 24+150
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 25+475
- Sub-Professional Staff
Selain itu diperlukan tenaga-tenaga pendukung untuk membantu
kelancaran kegiatan yang terdiri dari: 1(satu) orang Sekretaris, 1 (satu)
orang Operator Komputer dan1(satu) orang Office Boy.
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km16+850
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 23+900
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 24+150
1 (satu) orang Inspector yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 25+475
- Surveyor bertugas membantu Chief Inspector dalam pengawasan dan
pengukuran pekerjaan dilapangan, sebanyak 4 (empat) orang :
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 16+850
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 23+900
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 24+150
1 (satu) orang Surveyor yang mengawasi pekerjaan jembatan pada
km 25+475
- Laboratorium Technician bertugas membantu Tenaga Ahli Quality
Engineer dalam pengendalian mutu dan verifikasi data mutu pekerjaan
dilapangan, sebanyak 4 (empat) orang :
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 16+850
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 23+900
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 24+150
1 (satu) orang Labolatorium Technician yang mengawasi pekerjaan
jembatan pada km 25+475
- Sub-Professional Staff
Selain itu diperlukan tenaga-tenaga pendukung untuk membantu
kelancaran kegiatan yang terdiri dari: 1(satu) orang Sekretaris, 1 (satu)
orang Operator Komputer dan1(satu) orang Office Boy.

5.4 Hubungan Antara Unsur-Unsur Organisasi Proyek


Pelaksanaan sebuah Proyek, masing-masing unsur mempunyai wewenang
dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya.

5.4.1 Hubungan Kerja Secara Teknis


Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara
berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Hubungan
kerja antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan pelaksana adalah
hubungan segitiga. Masalah teknis perencana diserahkan oleh pemimpin
kegiatan kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh
pemimpin kegiatan, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada
pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut
peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat berhubungan langsung
dengan pelaksana tetapi harus melalui pengawas. Pelaksanaan dilapangan
pengawas berkuasa penuh untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang
dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada,
baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila
teguran-teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk
sementara waktu maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau
memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui
pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan
pelaksana/kontraktror tidak ada hubungan kerja, sebaliknya antara
perencana dan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.
Skema Hubungan Kerja Antara Organisasi Proyek Secara Teknis

OWNER

Pengawas Perencana Pelaksana

5.5 Penerapan Program K3 dan Lingkungan (K3-L)


Penerapan program K3 dan lingkungan dilaksanakan oleh seluruh
personil proyek sesuai dengan tugas masing-masing. Peralatan pelindung
diri untuk pekarja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri.
Rendahnya motivasi dari pihak pekarja untuk menggunakan peralatan itu
hendaknya diimbangi dengan kesungguhan kontraktor menerapkan aturan
penggunaan peralatan K3-L.
1. Jenis Alat Pelindung
a. Baju Kerja
Baju kerja dipakai selama melakukan tugas pekerjaan dengan ukuran
yang pas dengan besar dan tingginya badan, para tenaga kerja dengan
badan cukup memadai sesuai jenis pekerjaan.
Gambar 5.5.a Baju Kerja
b. Pelindung Kepala
Untuk pelindung kepala selalu digunakan Helm pengaman yang
berguna untuk menghindari risiko kejatuhan benda-benda tajam dan
berbahaya.Peralatan atau bahan kecil tetapi berat bila jatuh dari
ketinggian dan menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan
berdiri dalam posisi berdiri atau ketika naik ketempat yang lebih
tinggi.

Jenis Helm yang digunakan juga harus standar, ada standar


Nasional dan ada juga standar Internasional. Juga cara pemakaiannya
harus betul, tali pengikat ke dagu terpasang sebagaimana mestinya
sehingga tidak mudah terlepas.
Gambar 5.5.b Pelindung Kepala (Helm Proyek)
c. Pelindung Kaki
Sepatu Keselamatan ( Safety Shoes ) untuk menghindari kecelakaan
yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu,
terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada
waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerjaan pada pekerjaan tanah
dan pengecoran.
Ada beberapa jenis sepatu kerja :
1. Memakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda
2. Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air
3. Sepatu untuk memanjat
4. Sepatu untuk pekerjaan berat
5. Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan
sejenis.

Gambar1.c Pelindung Kaki


d. Pelindung Tangan
Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera
lecet atau terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian febrikasi
dan penyetelan, pekerjaan las, membawa barang barang berbahaya
dan korosif seperti asam dan alkali.
Pekerjaan yang memerlukan pelindung tangan misalnya adalah :
a. Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam,
atau permukaan menonjol.
b. Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau
atau zat zat seperti aspal dan resin beracun.
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan listrik dan cuaca.
Ada berbagai sarung tangan yang dikenal antara lain :
d. Sarung tangan kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan,
pekerjaan pemindahan pipa dll.
e. Sarung tangan katun digunakan pada pekerjaan besi beton,
pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki
tangga untuk pekerjaan ketinggian.
f. Sarung tangan karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak
ada yang robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik.

Gambar 1.d Pelindung Tangan (Sarung Tangan Katun)


g. Pelindung pernafasan
Beberapa alat pelindung pernafasan ( masker ) diberikan sebagai
berikut, dengan penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi
dilapangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
h. Pelindung pendengaran
Pelindung pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat
suara bising diatas ambang aman seperti pekerjaan plat logam.
i. Pelindung mata
Kaca mata pelindung ( protective goggles ) untuk melindung mata dari
percikan logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata pelindung
untuk pekerjaan menggerinda dan pekerjaan berdebu.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
Alat pelindung diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai
secara baik dan benar :
a. Sediakanlah alat prlindung diri yang sudah teruji dan dan telah
memiliki SNI atau standar Internasional lainnya yang diakui.
b. Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan
walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
c. Alat pelindung diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
d. Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan, ketidak
nyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan
untuk menolak memakainya.
e. Alat pelindung diri tidak boleh diubah ubah pemakaiannya kalau
memang terasa tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau
pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut.
f. Alat pelindung diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
g. Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus
memakai alat pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi keselamatan
dll.
2. Teknik memeriksa ketersediaan kotak P3K ( Pertolongan pertama
pada kecelakaan )

P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan,


secara harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan
terhadap korban suatu kecelakaan, dalam hal ini pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja.
3. Maksud dan Tujuan
i. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) diselenggarakan untuk
memberikan pertolongan permulaan/awal yang diperlukan sebelum
penderita dibawah ke rumah sakit / Poliklinik terdekat.
ii. Pertolongan pertama ini memegang peranan yang penting, karena
tanpa pertolongan pertama yang baik, korban mungkinan tidak akan
tertolong lagi kalau harus menunggu pengangkutan ke rumah sakit.
iii. Mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kematian, jika bahaya
tersebut sudah ada, seperti pada korban yang shock , terjadi pendaratan
yang luar biasa atau korban yang pingsan.
iv. Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani
v. Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah
parah yang disebabkan perbuatan-perbuatan atau pertolongan yang
salah.
vi. Meringankan rasa sakit.
vii. Perlu diingat bahwa pemberian pertolongan pertama tersebut harus
dilaksanakan dengan cara-cara dan prosedur yang benar, karena cara
atau prosedur yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi korban
bertambah buruk, Oleh karena itu penolong harus paham benar dalam
P3K.
BAB VI
PENUTUP

Kerja Praktek dilakukan pada proyek Pembangunan Jembatan Gorontalo


Outer Ring Road III (GORR III) dengan menggunakan APBN Murni. Dalam
melakukan kerja praktek ini penulis telah banyak memperoleh pengetahuan dan
pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi perkuliahan. Dalam
situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan antara konsultan pengawas
dengan pelaksana yang dapat dipertanggung jawabkan tanpa melewati batas
toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan serta
keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan
proyek.
6.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan proyek pembangunan Jembatan Gorontalo Outer Ring Road III
dapat dikatakan sangat kurang dalam penggunaan K3-L karena masih banyak
pekerja yang belum mematuhi aturan menggunakan K3-L seperti pelindung mata,
pelindung pernapasan, dan pelindung pendengaran. Dalam proses perencanaan
proyek ini sudah dikatakan baik karena terlihat dari spesifikasi teknik.
2. Permasalahan yang terjadi dilapangan yakni Mesin bore pile sering mengalami
kerusakan (trouble) dan Curah hujan sudah mulai tinggi, pada siang sampai sore
hari.
6.2 Saran
Pihak Penyedia Jasa (kontraktor)
Dalam penerapan K3L diharapkan pada penyedia jasa agar lebih ketat lagi serta
memberi teguran pada para pekerja yang tidak menerapkan K3 L.
Dalam permasalah yang terjadi dilapangan harus adanya solusi dan tindak
lanjut seperti Mengganti mesin bore pile yang lebih besar, dan secepatnya
mendatangkan/mobilisasi mesin bore pile, membuat aliran air sementara pada
daerah pengeboran pondasi, dan pengadaan tenda

Anda mungkin juga menyukai