bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan, karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah bahwa teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Penerapan Bioremediasi 1. Bioremediasi Pencemaran Minyak Tanah Bioremediasi telah diterapkan pada pengolahan lahan akibat pencemaran minyak tanah. Caranya yaitu dengan menstimulasi sejumlah kecil mikroba (genus Pseudomonas) untuk mendegradasi hidrokarbon pada minyak. 2. Bioremediasi Pencemaran Gas-Gas Buangan Untuk memindahkan senyawa-senyawa volatile digunakan biofilter, trickle filter, dan bioscrubber. Dengan scrubber dapat memindahkan H2S, dimetil sulfide, terpen, gas-gas organosulfur, etil benzena, tetrakloroetilena, dan klorobenzena. Penyerapan gas-gas tersebut dengan menggunakan biofilter. 3. Bioremediasi Limbah Sub Permukaan Bioremediasi in-situ kemungkinan dapat dilaksanakan pada sub permukaan. Bioremediasi mikrobial secara khemis pada sumber mata air dan air tanah sub permukaan terbatas oleh avaibilitas oksigen. Suatu larutan dipompakan oksigen (O2) atau dilarutkan dalam larutan H2O2. Dekomposisi H2O2 menjadi O2 didukung pada metabolisme aerobic. Konsentrasi yang sering digunakan adalah 100 ppm. Metode tersebut menggunakan bioremediasi BTEX (benzene, toluene, etil benzene, xilena). 4. Biotreatment Logam Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan untuk bioremediasi suatu lingkungan tercemar. Tumbuhan Asparagus (loco weed) dapat mengumpulkan cemaran Se dalam jaringannya. Indian mustard dapat mengumpulkan Pb pada jaringannya. 5. Teknologi Enzim Bioremediasi dan detoksifikasi terjadi karena ekoenzim (Bollag dan Liu, 1990 dalam Coyne, 1999). Beberapa enzim yang digunakan untuk bioremediasi adalah esterase, acylamidase, fosfatase, liase, lipase, protease, dan fenol oksidase. Teknik Remediasi Pelaksanaan remediasi pada lahan yang tercemar dapat dilakukan baik secara in-situ maupun eks-situ. Teknik in-situ dilakukan apabila : a. Lokasi yang terkontaminasi berada jauh di dalam tanah, atau secara teknis sulit untuk diambil, misalnya pencemaran tanah atau akifer oleh NAPL (non-aqueous phase liquid) b. Pencemaran terjadi dalam skala yang luas Pengolahan in-situ merupakan cara yang disarankan bila memungkinkan, karena akan mengurangi resiko penyebaran pencemar dan menghemat biaya bila dibandingkan dengan pengolahan eks-situ. Sedangkan teknik eks-situ yakni dengan mengambil tanah atau air yang tercemar untuk kemudian dilakukan bioremediasi. Urutan Prioritas Remediasi Lahan yang Tercemar National Environmental Protection Measure-Assesment of Site Contamination (McClure, 2002), mengusulkan urutan atau hierarki dalam pengelolaan dan pembersihan lahan yang tercemar sebagai berikut : a. Bila memungkinkan, pengolahan di lokasi (on-site treatment) dapat dilakukan sehingga resiko bahaya akibat pencemaran dapat dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima. b. Pengolahan di luar lokasi (off-site treatment) dari lahan yang tercemar dengan menggali, bila cara pertama tidak dapat dilakukan. c. Pemadatan atau isolasi lahan yang tercemar di lokasi dengan membuat struktur penghalang yang memadai. d. Pemindahan lahan yang terkontaminasi ke suatu tempat pembuangan atau pengolahan dan bila perlu diikuti dengan mengganti lahan yang tercemar dengan yang lebih baik.