Anda di halaman 1dari 11

BEDAH

KELOMPOK 7

03010174 Meita Kusumo Putri 03010188 Muhammad Arfan Eriansyah

03010176 Melissa Mauli Sibarani 03010190 Muhammad Fachri Ridha H.

03010178 Mentari 03010192 Muhammad Ferdy Agustian

03010180 Mochammad Satrio Faiz 03010194 Muhammad Reza Aditya

03010182 Monica Olivine 03010196 Muhammad Syahrizal

03010184 Muhammad Alfi Aulya Rahman 03010198 Muhammad Zaky

03010186 Muhammad Agrifian 03010200 Nadia Andriani Putri Maizalius

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

Kamis, 14 Juli 2011


PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari
trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi
organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan
mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam
prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis
penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma. Untuk itu, pertolongan pertama yang cepat dan tepat sangat diperlukan
dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan
perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh
dari penyakit yang dialami.

Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya
akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat
dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan
terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu
kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis
bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita
tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan
terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan.1
Kasus

Seorang pemuda dewasa diantar oleh seorang polisi ke PMT. Terlihat bahwa pemuda tersebut
mengalami luka yang dapat dideskripsikan sbb: luka terbuka di lengan kanan bawah dan
memar di belakang kepala.

Polisi yang mengantar mengatakan bahwa luka tersebut didapat akibat tawuran warga
kampung A.

Pembahasan teoritis

Luka & traumatologi

Luka didefiniskan sebagai terputusnya kontinuitas / keseimbangan jaringan dalam tubuh

akibat trauma dari luar. Jaringan dalam tubuh membentuk suatu kesatuan yang kemudian

disebut organ yang melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam tubuh baik vital dan non-vital.

Cabang kedokteran yang membahas tentang luka / trauma dan penyebabnya disebut dengan

traumatologi.

Etiologi luka / trauma secara umum dapat dibagi menjadi lima macam yaitu: trauma tumpul,

yaitu luka karena benda-benda tumpul; trauma tajam, yaitu luka karena benda-benda tajam;

trauma termis, yaitu luka yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah;

trauma listrik disebabkan oleh pajanan jaringan terhadap arus listrik; trauma bahan kimia

akibat pajanan jaringan terhadap bahan kimia yang dapat bersifat korosif atau irritatif dan

trauma radiasi, akibat dari bahan-bahan radioaktif yang bersifat mengion.

Berdasarkan letaknya, luka dapat dibagi kedalam empat macam yaitu: trauma capitis, yaitu

luka yang terjadi di kepala; trauma abdomen yang terjadi pada bagian abdomen; trauma

thorax terjadi pada bagian thorax dan trauma extremitas, yaitu luka yang terjadi pada

extremitas baik extremitas atas maupun bawah.


Luka (vulnus) berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: simplex (luka

tertutup) dimana tidak terjadi pendedahan jaringan / organ tubuh kepada dunia luar (e.g.

memar) dan complicatum (luka terbuka) dengan adanya pendedahan jaringan / organ dalam

terhadap dunia luar. Perbedaan mendasar dari vulnus simplex dan vulnus complicatum adalah

bahwa pada vulnus complicatum terjadi kerusakan kulit atau jaringan mukosa sehingga

memungkinkan masuknya benda asing kedalam jaringan, berbeda dengan vulnus simplex

yang memungkinkan terjadinya perbaikan jaringan tanpa adanya interferensi benda asing.2

Vulnus simplex terbagi atas vulnus contussio (luka memar) disebabkan oleh benda tumpul

tetapi tidak sampai merobek jaringan dan vulnus traumaticum yang terjadi pada organ dalam

dan tidak tampak dari luar. Vulnus complicatum terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu,

vulnus excuratio (luka lecet) yang terjadi karena gesekan dengan benda yang keras dan kasar,

vulnus incisivum/scisum (luka sayat) yang terjadi karena alat-alat tajam, vulnus punctum (luka

tusuk) yang terjadi karena benda runcing, vulnus laceratum (luka gores) terjadi karena benda

tumpul yang merobek jaringan, vulnus caesum (luka potong) terjadi karena benda tajam yang

besar, vulnus sclopetorum (luka tembak) akibat proyektil senjata api dan vulnus morsum

(luka gigit) terjadi akibat gigitan.3

Tanda-tanda

Luka dapat diidentifikasi dengan memerhatikan tanda-tanda lokal (local signs) dan tanda-

tanda umum (general sign). Adapun yang termasuk tanda-tanda lokal adalah nyeri dan

perdarahan. Perdarahan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: parenkimatosa, merupakan

perdarahan kecil yang terjadi pada kapiler dan biasanya tidak berbahaya kecuali pada organ

vital; venosa, merupakan perdarahan pada vena yang umunya juga tidak berbahaya dan

arterial yang merupakan perdarahan pada arteri, bersifat memancar, seirama dengan denyut

jantung dan dapat mengakibatkan shock.


Selain tanda lokal, juga bisa terdapat tanda umum adanya luka, yakni: shock dan crush

syndrome. Shock merupakan keadaan dimana terdapat kekurangan pengiriman oksigen dan

nutrien untuk menyokong fungsi seluler yang normal. Shock dapat terjadi akibat gagal

jantung (cardiogenic shock), volume darah yang berkurang (hypovolemic shock) akibat

perdarahan, adanya mikroorganisme yang dapat menganggu sirkulasi darah (septic shock)

atau ketidakmampuan saraf untuk memertahankan resistensi perifer vaskuler sehingga perfusi

oksigen dan nutrien tidak sempurna.[3][4] Tanda-tanda dari shock ini diantarnya adalah denyut

yang lemah dan cepat, tekanan darah yang rendah serta kulit yang dingin dan berkeringat.

Tanda umum yang lain adalah crush syndrome yang terjadi karena banyaknya daerah yang

hancur yang juga menyebabkan hancurnya myoglobin sehingga menumpuk di ginjal dan

dapat mengakibatkan lower nephron nephrosis.

Penanganan luka

Penanganan luka pada pasien didasari oleh prinsip pertolongan pertama yaitu pemeriksaan

cedera dan pengobatan segera. Tujuan dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk

menyelamatkan nyawa (life saving) dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tubuh pasien.

Diantara tindakan dan pengobatan yang dapat dilakukan adalah: Resusitasi jantung-paru

(RJP), memerbaiki volume darah yang telah berkurang, menghilangkan rasa nyeri,

menghentikan perdarahan, pemberian antibiotika dan anti tetanus serum (ATS), oksigenisasi

dan foto X-Ray.

Ketika akan melakukan penanganan luka, pertama-tama diperiksa dahulu apakah luka

tersebut masih ada perdarahan, kotor atau bersih dan ada atau tidaknya kontaminasi benda

asing. Jika luka trsebut bersih, tetap dilakukan sterilisasi dengan larutan perdrol (H2O2 3%)

kemudian dilanjutkan dengan jahitan primer yang rapat. Jika luka tersebut merupakan luka

kotor, maka dilakukan debridement (pembuangan jaringan kotor dan benda asing disertai
dengan pengaturan bentuk luka) terlebih dahulu dilanjutkan dengan jahitan situasional yang

tidak terlalu rapat dan kemudian dilakukan drenasi (membuang kotoran berupa pus dan benda

asing menggunakan selang).

Penanganan luka dilakukan pada golden period (6-8 jam setelah luka) dimana suplai oksigen

ke jaringan luka masih tercukupi sehingga jaringan luka belum mengalami necrosis.

Penanganan pada masa ini masih dapat dilakukan dengan jahitan primer yang memungkinkan

tumbuhnya jaringan baru yang dapat mengganti jaringan yang rusak. Setelah masa ini

terlewati tanpa penanganan dapat terbentuk jaringan parut (cicatrix).

Pengobatan luka secara umum dibagi tiga yaitu pengobatan umum, pengobatan lokal dan

pengobatan definitif. Pengobatan umum ditujukan untuk mengatasi tanda-tanda umum luka

khususnya shock. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberi obat-obat analgesik untuk

mengatasi rasa nyeri, pemberian NaCl 0,9 % dan transfusi darah. Pengobatan lokal dilakukan

untuk mengatasi tanda lokal luka seperti perdarahan dengan menggunakan pembalut tekan,

tourniquet atau kompresi jari pada titik tekanan (pressure point) tertentu. Pengobatan definitif

dapat dilakukan dengan bedah (untuk luka berat) atau jahitan (untuk luka ringan).

Perhatian khusus dapat diberikan pada luka tertutup yang dapat menimbulkan perdarahan

dalam. Untuk memastikan ada tidaknya perdarahan dilakukan tes von Slany berupa

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit. Jika hemoglobin menurun, hematokrit dan

leukosit meningkat dapat dikatakan terjadi perdarahan dalam atau von Slany (+). Jika

perdarahan terjadi di daerah abdomen dapat dilakukan laparoskopi.

Faktor yang memengaruhi penanganan luka

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi penanganan luka antara lain adalah lama luka, bentuk

anatomis luka, bersih/tidaknya luka dan lokalisasi luka.


Luka yang lama kemungkinan besar telah melewati golden period dimana luka bisa dijahit

secara primer dan memungkinkan jaringan untuk tumbuh dengan sendirinya. Apabila golden

period telah terlewati tanpa penanganan akan timbul jaringan parut. Bentuk anatomis luka

memengaruhi penanganan luka dimana pada luka-luka kecil cukup dibersihkan dan diobati,

berebeda untuk luka-luka besar yang mungkin diperlukan tindakan debridement. Penanganan

pada luka yang kotor berbeda dengan penanganan pada luka yang bersih, pada luka yang

bersih cukup dibersihkan dengan perdrol dan dijahit primer, sementara pada luka kotor

diperlukan debridement dan jahitan situasional disertai dengan drainase. Lokalisasi luka juga

berperan pada penanganan, luka di daerah thorax dan abdomen lebih sulit untuk ditangani

dibandingkan daerah lain; luka pada wajah dan kepala harus ditangani lebih cepat karena

perdarahan pada daerah ini mengeluarkan darah yang banyak.

Penyembuhan

Penyembuhan luka secara umum terdiri atas 5 tahap yaitu peradangan, proliferasi, maturasi

dan remodelling.4,5.6

Penyembuhan luka berjalan tahap demi tahap dalam jangka waktu harian hingga bulanan.

Fase pertama adalah fase perlekatan luka oleh fibrinogen dan limfosit yang terjadi pada 24

jam pertama; fase kedua adalah peradangan aseptik yang ditandai dengan adanya tanda

radang akut berlangsung antara 1-3 hari; fase ketiga adalah pembersihan, ditandai dengan

adanya edema, terjadi fagositosis jaringan mati oleh leukosit terjadi hari ke 2-5; fase keempat

adalah proliferasi dimana terjadi sintesis kolagen dan pembuluh darah yang baru, pada fase

ini juga terjadi epitelisasi; fase kelima merupakan fase maturasi dan remodelling yang

berlangsung antara mingguan hingga bulanan tergantung dari lukanya.

Terdapat 3 macam penyembuhan luka yakni sanatio per primum (penyembuhan primer),

sanatio per secundum (penyembuhan sekunder), sanatio per tertium (penyembuhan tersier).4
Penyembuhan primer dilakukan dengan luka dibersihkan dan dijahit dengan baik sehingga

penampakan jarngan parut minimal. Penyembuhan sekunder dilakukan dengan luka yang

dibiarkan terbuka sehingga dapat terbentuk jaringan parut. Jaringan parut terbentuk dari

kontraksi, granulasi dan epitelisasi jaringan luka. Penyembuhan sekunder juga dilakukan

pada luka bakar. Penyembuhan tersier melibatkan debridement atau pemberian antibiotik

selama beberapa hari hingga infeksi lenyap. Setelah infeksi lenyap dapat dilakukan jahitan

atau cangkok kulit untuk menutup luka.5

Pembahasan kasus

Berdasarkan kasus, dapat dilakukan penanganan sbb: pertama, lihat kesadaran pasien. Jika

pasien masih dalam keadaan compos mentis, pemeriksa dapat melakukan anamnesis untuk

menegakkan diagnosis serta menentukan penanganan apa yang tepat untuk pasien. Adapun

pertanyaan yang dapat diberikan pada anamnesis adalah sbb:

Sejak kapan luka diderita?

Pertanyaan ini diberikan untuk menentukan apakah luka masih berada dalam golden

period atau tidak dan dapat memengaruhi jenis penanganan yang akan dilakukan

terhadap pasien.

Apakah luka yang diderita terasa nyeri?

Pada luka yang besar dapat terjadi kehilangan sensibilitas akibat shock setempat,

sehingga penderita tidak merasa nyeri pada luka

Apakah jenis benda yang menyebabkan luka?

Karena hal tersebut dapat memengaruhi jenis penangan yang akan dilakukan terhadap

pasien.
Setelah dilakukan anamnesis, periksa tanda vital pasien, yaitu berupa pemeriksaan terhadap

tekanan darah, frekuensi denyut nadi, kesadaran, pernapasan, serta berat badan dan tinggi

badan. Namun pada keadaan gawat darurat, pemeriksaan terhadap tanda vital ini dilakukan

terlebih dahulu sebelum anamnesis.

Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Pemeriksa perlu melihat apakah ada luka ditempat lain selain yang dikeluhkan

oleh pasien, dan pada tempat yang telah teridentifikasi ada luka, perlu dilihat jenis luka dan

derajat keparahan dari luka tersebut.

Perawatan

Pada kasus didapatkan dua luka dengan jenis yang berbeda. Luka pertama merupakan luka

pada extremitas atas, tepatnya pada lengan kanan bawah dan jenisnya merupakan luka

terbuka. Bila luka terbuka tersebut bersih dan belum melewati golden period, dapat dilakukan

pencucian dengan perdrol dan diikuti jahitan primer. Bila luka tersebut kotor atau telah

melewati golden period, kemungkinan diperlukan tindakan debridement.

Luka yang kedua adalah memar dibelakang kepala. Perhatian khusus dapat diberikan pada

luka tertutup ini karena bisa terjadinya perdarahan dalam. Untuk menentukan ada tidaknya

perdarahan dalam dapat digunakan tes von Slany. Jika tidak terjadi perdarahan atau luka

dalam, memar ini dapat sembuh dengan sendirinya.

Kesimpulan

Luka dapat terjadi karena berbagai sebab dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ

tubuh. Untuk tiap sebab diperlukan penanganan yang berbeda. Penanganan luka dipengaruhi

oleh lama luka, bentuk anatomis luka, bersih/tidaknya luka dan lokalisasi. Penanganan luka
dilakukan sededmikian rupa agar dapat dicapai tujuan yang utama yaitu menyelamatkan

nyawa dan mencegah kerusakan lebih lanjut dari tubuh pasien.


Referensi
1. http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm
2. Encyclopedia Britannica (CD-ROM). Chicago, IL: Encyclopedia Britannica; 2011.

3. Encarta Encyclopedia (CD-ROM). Redmond, WA: Microsoft Corporation; 2008.

4. Brunicardi CF, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.

Schwartzs Principles Of Surgery. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2004.

5. Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upchurch Jr. GR.

Greenfields Surgery: Scientific Principles & Practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins; 2006.

6. Townsend Jr. CM, Beauchamp, Evers, Matton. Sabiston Textbook Of Surgery. 18th

ed. Philadelphia: Saunders; 2007.

Anda mungkin juga menyukai