Makalah - Bedah
Makalah - Bedah
KELOMPOK 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari
trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi
organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan
mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam
prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis
penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma. Untuk itu, pertolongan pertama yang cepat dan tepat sangat diperlukan
dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan
perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh
dari penyakit yang dialami.
Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya
akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat
dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan
terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu
kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis
bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita
tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan
terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan.1
Kasus
Seorang pemuda dewasa diantar oleh seorang polisi ke PMT. Terlihat bahwa pemuda tersebut
mengalami luka yang dapat dideskripsikan sbb: luka terbuka di lengan kanan bawah dan
memar di belakang kepala.
Polisi yang mengantar mengatakan bahwa luka tersebut didapat akibat tawuran warga
kampung A.
Pembahasan teoritis
akibat trauma dari luar. Jaringan dalam tubuh membentuk suatu kesatuan yang kemudian
disebut organ yang melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam tubuh baik vital dan non-vital.
Cabang kedokteran yang membahas tentang luka / trauma dan penyebabnya disebut dengan
traumatologi.
Etiologi luka / trauma secara umum dapat dibagi menjadi lima macam yaitu: trauma tumpul,
yaitu luka karena benda-benda tumpul; trauma tajam, yaitu luka karena benda-benda tajam;
trauma termis, yaitu luka yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah;
trauma listrik disebabkan oleh pajanan jaringan terhadap arus listrik; trauma bahan kimia
akibat pajanan jaringan terhadap bahan kimia yang dapat bersifat korosif atau irritatif dan
Berdasarkan letaknya, luka dapat dibagi kedalam empat macam yaitu: trauma capitis, yaitu
luka yang terjadi di kepala; trauma abdomen yang terjadi pada bagian abdomen; trauma
thorax terjadi pada bagian thorax dan trauma extremitas, yaitu luka yang terjadi pada
tertutup) dimana tidak terjadi pendedahan jaringan / organ tubuh kepada dunia luar (e.g.
memar) dan complicatum (luka terbuka) dengan adanya pendedahan jaringan / organ dalam
terhadap dunia luar. Perbedaan mendasar dari vulnus simplex dan vulnus complicatum adalah
bahwa pada vulnus complicatum terjadi kerusakan kulit atau jaringan mukosa sehingga
memungkinkan masuknya benda asing kedalam jaringan, berbeda dengan vulnus simplex
yang memungkinkan terjadinya perbaikan jaringan tanpa adanya interferensi benda asing.2
Vulnus simplex terbagi atas vulnus contussio (luka memar) disebabkan oleh benda tumpul
tetapi tidak sampai merobek jaringan dan vulnus traumaticum yang terjadi pada organ dalam
dan tidak tampak dari luar. Vulnus complicatum terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu,
vulnus excuratio (luka lecet) yang terjadi karena gesekan dengan benda yang keras dan kasar,
vulnus incisivum/scisum (luka sayat) yang terjadi karena alat-alat tajam, vulnus punctum (luka
tusuk) yang terjadi karena benda runcing, vulnus laceratum (luka gores) terjadi karena benda
tumpul yang merobek jaringan, vulnus caesum (luka potong) terjadi karena benda tajam yang
besar, vulnus sclopetorum (luka tembak) akibat proyektil senjata api dan vulnus morsum
Tanda-tanda
Luka dapat diidentifikasi dengan memerhatikan tanda-tanda lokal (local signs) dan tanda-
tanda umum (general sign). Adapun yang termasuk tanda-tanda lokal adalah nyeri dan
perdarahan kecil yang terjadi pada kapiler dan biasanya tidak berbahaya kecuali pada organ
vital; venosa, merupakan perdarahan pada vena yang umunya juga tidak berbahaya dan
arterial yang merupakan perdarahan pada arteri, bersifat memancar, seirama dengan denyut
syndrome. Shock merupakan keadaan dimana terdapat kekurangan pengiriman oksigen dan
nutrien untuk menyokong fungsi seluler yang normal. Shock dapat terjadi akibat gagal
jantung (cardiogenic shock), volume darah yang berkurang (hypovolemic shock) akibat
perdarahan, adanya mikroorganisme yang dapat menganggu sirkulasi darah (septic shock)
atau ketidakmampuan saraf untuk memertahankan resistensi perifer vaskuler sehingga perfusi
oksigen dan nutrien tidak sempurna.[3][4] Tanda-tanda dari shock ini diantarnya adalah denyut
yang lemah dan cepat, tekanan darah yang rendah serta kulit yang dingin dan berkeringat.
Tanda umum yang lain adalah crush syndrome yang terjadi karena banyaknya daerah yang
hancur yang juga menyebabkan hancurnya myoglobin sehingga menumpuk di ginjal dan
Penanganan luka
Penanganan luka pada pasien didasari oleh prinsip pertolongan pertama yaitu pemeriksaan
cedera dan pengobatan segera. Tujuan dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk
menyelamatkan nyawa (life saving) dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tubuh pasien.
Diantara tindakan dan pengobatan yang dapat dilakukan adalah: Resusitasi jantung-paru
(RJP), memerbaiki volume darah yang telah berkurang, menghilangkan rasa nyeri,
menghentikan perdarahan, pemberian antibiotika dan anti tetanus serum (ATS), oksigenisasi
Ketika akan melakukan penanganan luka, pertama-tama diperiksa dahulu apakah luka
tersebut masih ada perdarahan, kotor atau bersih dan ada atau tidaknya kontaminasi benda
asing. Jika luka trsebut bersih, tetap dilakukan sterilisasi dengan larutan perdrol (H2O2 3%)
kemudian dilanjutkan dengan jahitan primer yang rapat. Jika luka tersebut merupakan luka
kotor, maka dilakukan debridement (pembuangan jaringan kotor dan benda asing disertai
dengan pengaturan bentuk luka) terlebih dahulu dilanjutkan dengan jahitan situasional yang
tidak terlalu rapat dan kemudian dilakukan drenasi (membuang kotoran berupa pus dan benda
Penanganan luka dilakukan pada golden period (6-8 jam setelah luka) dimana suplai oksigen
ke jaringan luka masih tercukupi sehingga jaringan luka belum mengalami necrosis.
Penanganan pada masa ini masih dapat dilakukan dengan jahitan primer yang memungkinkan
tumbuhnya jaringan baru yang dapat mengganti jaringan yang rusak. Setelah masa ini
Pengobatan luka secara umum dibagi tiga yaitu pengobatan umum, pengobatan lokal dan
pengobatan definitif. Pengobatan umum ditujukan untuk mengatasi tanda-tanda umum luka
khususnya shock. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberi obat-obat analgesik untuk
mengatasi rasa nyeri, pemberian NaCl 0,9 % dan transfusi darah. Pengobatan lokal dilakukan
untuk mengatasi tanda lokal luka seperti perdarahan dengan menggunakan pembalut tekan,
tourniquet atau kompresi jari pada titik tekanan (pressure point) tertentu. Pengobatan definitif
dapat dilakukan dengan bedah (untuk luka berat) atau jahitan (untuk luka ringan).
Perhatian khusus dapat diberikan pada luka tertutup yang dapat menimbulkan perdarahan
dalam. Untuk memastikan ada tidaknya perdarahan dilakukan tes von Slany berupa
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit. Jika hemoglobin menurun, hematokrit dan
leukosit meningkat dapat dikatakan terjadi perdarahan dalam atau von Slany (+). Jika
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi penanganan luka antara lain adalah lama luka, bentuk
secara primer dan memungkinkan jaringan untuk tumbuh dengan sendirinya. Apabila golden
period telah terlewati tanpa penanganan akan timbul jaringan parut. Bentuk anatomis luka
memengaruhi penanganan luka dimana pada luka-luka kecil cukup dibersihkan dan diobati,
berebeda untuk luka-luka besar yang mungkin diperlukan tindakan debridement. Penanganan
pada luka yang kotor berbeda dengan penanganan pada luka yang bersih, pada luka yang
bersih cukup dibersihkan dengan perdrol dan dijahit primer, sementara pada luka kotor
diperlukan debridement dan jahitan situasional disertai dengan drainase. Lokalisasi luka juga
berperan pada penanganan, luka di daerah thorax dan abdomen lebih sulit untuk ditangani
dibandingkan daerah lain; luka pada wajah dan kepala harus ditangani lebih cepat karena
Penyembuhan
Penyembuhan luka secara umum terdiri atas 5 tahap yaitu peradangan, proliferasi, maturasi
dan remodelling.4,5.6
Penyembuhan luka berjalan tahap demi tahap dalam jangka waktu harian hingga bulanan.
Fase pertama adalah fase perlekatan luka oleh fibrinogen dan limfosit yang terjadi pada 24
jam pertama; fase kedua adalah peradangan aseptik yang ditandai dengan adanya tanda
radang akut berlangsung antara 1-3 hari; fase ketiga adalah pembersihan, ditandai dengan
adanya edema, terjadi fagositosis jaringan mati oleh leukosit terjadi hari ke 2-5; fase keempat
adalah proliferasi dimana terjadi sintesis kolagen dan pembuluh darah yang baru, pada fase
ini juga terjadi epitelisasi; fase kelima merupakan fase maturasi dan remodelling yang
Terdapat 3 macam penyembuhan luka yakni sanatio per primum (penyembuhan primer),
sanatio per secundum (penyembuhan sekunder), sanatio per tertium (penyembuhan tersier).4
Penyembuhan primer dilakukan dengan luka dibersihkan dan dijahit dengan baik sehingga
penampakan jarngan parut minimal. Penyembuhan sekunder dilakukan dengan luka yang
dibiarkan terbuka sehingga dapat terbentuk jaringan parut. Jaringan parut terbentuk dari
kontraksi, granulasi dan epitelisasi jaringan luka. Penyembuhan sekunder juga dilakukan
pada luka bakar. Penyembuhan tersier melibatkan debridement atau pemberian antibiotik
selama beberapa hari hingga infeksi lenyap. Setelah infeksi lenyap dapat dilakukan jahitan
Pembahasan kasus
Berdasarkan kasus, dapat dilakukan penanganan sbb: pertama, lihat kesadaran pasien. Jika
pasien masih dalam keadaan compos mentis, pemeriksa dapat melakukan anamnesis untuk
menegakkan diagnosis serta menentukan penanganan apa yang tepat untuk pasien. Adapun
Pertanyaan ini diberikan untuk menentukan apakah luka masih berada dalam golden
period atau tidak dan dapat memengaruhi jenis penanganan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
Pada luka yang besar dapat terjadi kehilangan sensibilitas akibat shock setempat,
Karena hal tersebut dapat memengaruhi jenis penangan yang akan dilakukan terhadap
pasien.
Setelah dilakukan anamnesis, periksa tanda vital pasien, yaitu berupa pemeriksaan terhadap
tekanan darah, frekuensi denyut nadi, kesadaran, pernapasan, serta berat badan dan tinggi
badan. Namun pada keadaan gawat darurat, pemeriksaan terhadap tanda vital ini dilakukan
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pemeriksa perlu melihat apakah ada luka ditempat lain selain yang dikeluhkan
oleh pasien, dan pada tempat yang telah teridentifikasi ada luka, perlu dilihat jenis luka dan
Perawatan
Pada kasus didapatkan dua luka dengan jenis yang berbeda. Luka pertama merupakan luka
pada extremitas atas, tepatnya pada lengan kanan bawah dan jenisnya merupakan luka
terbuka. Bila luka terbuka tersebut bersih dan belum melewati golden period, dapat dilakukan
pencucian dengan perdrol dan diikuti jahitan primer. Bila luka tersebut kotor atau telah
Luka yang kedua adalah memar dibelakang kepala. Perhatian khusus dapat diberikan pada
luka tertutup ini karena bisa terjadinya perdarahan dalam. Untuk menentukan ada tidaknya
perdarahan dalam dapat digunakan tes von Slany. Jika tidak terjadi perdarahan atau luka
Kesimpulan
Luka dapat terjadi karena berbagai sebab dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ
tubuh. Untuk tiap sebab diperlukan penanganan yang berbeda. Penanganan luka dipengaruhi
oleh lama luka, bentuk anatomis luka, bersih/tidaknya luka dan lokalisasi. Penanganan luka
dilakukan sededmikian rupa agar dapat dicapai tujuan yang utama yaitu menyelamatkan
4. Brunicardi CF, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE.
5. Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upchurch Jr. GR.
Greenfields Surgery: Scientific Principles & Practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
6. Townsend Jr. CM, Beauchamp, Evers, Matton. Sabiston Textbook Of Surgery. 18th