Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA & LINGKUNGAN

Evaluasi Terhadap Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Di Industri Tekstil

Disusun oleh :
Ivan Nugroho Manurung
2016339012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan
tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain
kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang
mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
kerja.Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah.
Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun
waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih
perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik dari
pada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang
lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan
penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja terutama masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak
perusahaan yang belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yangmengarah
kepencegahan penyakit akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya
perhatian, waktu dan memerlukan biaya yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri
disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari
mereka masih segan menggunakan alat pelindung atau mematuhi aturan yang
sebenarnya. Oleh karena itu masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat
dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan secara terpadu yang
melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta
organisasi lainnya (Perguruan Tinggi)

B. Tujuan
1) Untuk mengetahui bahaya kecelakaan kerja pada indudtri tekstil
pemintalan benang.
2) Untuk mengetahui dampak penyakit yang timbul dari bahaya kecelakaan
kerja pada industri pemintalan benang.
3) Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan dari bahaya dan
dampak penyakit terhadap tenaga kerja industri tekstil pemintalan benang

BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/Kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit- penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-
penyakit umum (Sumakmur, 1981).Menurut Dainur, kesehatan kerja
adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara serta tindakan
lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan
baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal, sehingga dapat berproduksi
secara maksimal pula (Dainur,1992).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan
aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor,
dan sebagainya) dan menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja
dengan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan
masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit)
dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam kesehatan kerja, kedua hal
tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi
dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi.
Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian
diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat.
Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari
definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing).Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan
mesin jahit, televisi, dan radio.
3. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta,
plastik, obat-obatan, dan pipa.
4. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam
dan makanan kemasan.
5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu
lapis, dan marmer
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.
Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah
kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan
untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain
merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

2. Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu
kapas dikeluarkan dari gudang, kemudian kapas yang masih dalam keadaan
terbungkus dan terikat, di bawa ke Bill Store untuk dibuka dan dilepaskan
ikatannya agar kapas kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan untuk
diangin-anginkan selama 24 jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu
dikerjakan pada mesin carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan,
penarikan dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya
dikerjakan pada mesin yang lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan
sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8
sliver dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang
dan pendek terpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul
menjadi kotoran, sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja.
Serat silver yang dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded dengan
nomor 15 dan 35 atau sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded
dengan No.30 S dan 40 S.
Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (I dan II)
untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan baku
untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame. Dengan
sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil
yang disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang
tunggal selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin
cone winder) atau benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.

3. Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil


Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan
kerja. Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri
mengantisipasi dan meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan
atau terancamnya keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan
industry itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri. Hal-hal yang
menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja
pada industri busana.
Gudang resiko bahaya pada Packing dan Bahaya kebakaran
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus
singat
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat,
kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing,
tersengat arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta
Tergores dan bahaya jatuhan

Keserasian Peralatan dan Sarana Kerja Dengan Tenaga Kerja


Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan
disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi. Kesalahan atau ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja
dengan pegawai yang menggunakan. Ketidak serasian antara peralatan dan sarana
dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai atau tenaga kerja.
Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja
dengan tenaga kerja pada industri busana dapat dilihat pada tabel.
Proses Produksi Faktor Ergonomi :
A. Pemotongan Kain - Ukuran Meja Kerja
Kursi duduk
Sikap dan sistem kerja
Cara dan sistem keja
B. Mesin jahit, obras, bordir - Ukuran Meja Kerja
Kursi duduk
Sikap dan sistem kerja
Cara dan sistem keja
C. Seterika - Ukuran Meja Kerja
Kursi duduk
Sikap/ cara kerja
Kesesuaian sikap/sistem kerja
D. Packing - Kegiatan angkat junjung
Sikap dan cara kerja
Ruang gerak
Faktor Penyebab ;
Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial,
dan faktor tenaga kerja. Permasalahannya dapat merupakan:
1. Manajemen:
Pemahaman yang kurang tentang hiperkes dan keselamaatan kerja
Tidak melaksanakan teknik-teknik hiperkes dan keselamatan kerja
Tidak menyediakan alat proteksi/pelindung diri
2. Tenaga kerja:
Tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan K3
Tidak mengenakan alat proteksi yang telah disediakan
Tidak memiliki naluri cara kerja sehat
Tingkat pengetahuan terhadap perkembangan teknologi industri.

Faktor Lingkungan Kerja


di Perusahaan Industri Tekstil antara lain:
1) Penerangan yang kurang mengakibatkan kesalahan pewarnaan.
2) Iklim kerja mengakibatkan lelah kerja para pekerja.
3) Debu mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan mata.
4) Uap mengakibatkan suhu panas.
5) Formaldehyde mengakibatkan timbulnya limbah B3.

4. Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada


Industri Tekstil Pemintalan Benang
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang
penyebabnyaterutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil.
Penyakit ini berkaitan erat dengan pekerjaan blowing dan carding. Tetapi
terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses
(pembuangan biji kapas) sampai kepada proses akhir (penenunan).
Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun bagi para pekerja pada
blowing dan carding. Bagi pekerja lainnya lebih dari waktu 5 tahun
(Sumamur. 1993).

Penyakit Akibat Kerja dan Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan


a. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang mudah diakui.
b. Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan work related
disease
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor
pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor resiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang
kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi pekerja
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan
yang buruk bagi kesehatan.
d. Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam
penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu :
1) Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk
jaringan parut,yang silikonnya merupakan faktor utama penyebab
cacat dan kematian
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi
dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses
pekerjaan
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai
akibat dari penghirupan debu organik.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya
yang beracun.
7) Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8) Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang
beracun
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya
yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal,
fluor,benzena, derivat halogen, derivat nitro, dan amina
dari benzena atau homolognya yang beracun.

5. Pencegahan dari bahaya dan dampak terhadap tenaga kerja industri


tekstil pemintalan benang
Upaya-upaya pencegahan dalam keselamatan kerja dengan menggunakan APD.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki bahaya (hazard) control atau pengendalian
bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali
bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan
APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan
upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak
dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di
pabrik kimia adalah sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan
pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan
menerapkan instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi
paparan terhadap bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya
dengan menggunakan alat pelindung diri.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri.


Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh
yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
1) Mata
a) Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis
powder, proyektil, gas, uap dan radiasi.
b) APD: safety spectacles, safety glasses, goggle, faceshield, welding
shield.
2) Telinga
a) Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b) APD: ear plug, ear muff, canal caps.
3) Kepala
a) Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut
terlilit benda berputar.
b) APD: helmet, bump caps.
4) Pernapasan
a) Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen
defiency).
b) APD: respirator, breathing apparatus
5) Tubuh
a) Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
b) APD: ear plug, ear muff, canal caps.
6) Tangan dan Lengan.
a) Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda
berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit.
7) Kaki
a) Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh,
cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi.
b) APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis adalah :


1) Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu
kapas sangat sedikit di udara.
2) Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.
3) Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.
4) Ventilasi umum dengan sistim hisap.
5) Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
6) Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak
berbahaya.

Penanggulangan lain :
1) Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan
kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah ada.
2) Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para
karyawan lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja
utama industri jika memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus
disediakan untuk kegiatan industri, setidaknya diusahakan pembagian
tempat pengolahan khusus yang bersekat dan masing-masing disendirikan
sehingga ruang gerak menjadi luas.
3) Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga
yang teratur, dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa
dilakukan, contoh apabila biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan
agar gerakan dan posisi kerja para karyawan menjadi lebih bervariasi dan
tidak monotonis.
4) Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah
disediakan lahan kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya
dalam karung, bak, atau lubang khusus sehingga tidak terjadi pencemaran
lingkungan dan dari segi tata ruang pun menjadi lebih luas dan enak untuk
dipandang.
5) Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di
organisasi Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara
struktural kedalam organisasi tersebut. Sehingga industri ini akan lebih
terayomi dalam hal pelayanan kesehatannya yang paripurna (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal ini ditekankan pada
ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan
mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai kesehatan
kerja di perusahaan-perusahaan rumah tangga.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Pada proses pemintalan. limbah debu kapas paling banyak didapat pada
proses blowing, carding dan. Limbah aktual pada pekerjaan blowing dan
carding masing-masing sebesar 3.5% dan 2.5% sedangkan tingkat
kebisingan speed frame sebesar > 85 dB.
2) Penyakit yang akan timbul adalah Byssinosis (penyakit tergolong
pneumoconiosis) yang berasal dari limbah debu kapas kepada pekerja-
pekerja dalam industri tekstil. Pencengahan dengan menggunakan APD
(alat pelindung diri) seperti: memakai safety glasses, ear plung, ear muff,
respirator dan lain-lain.
3) Pencegahan yang lain dapat di lakukan dengan pemeliharaan rumah tangga
yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas sangat sedikit di
udara,pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa
hampa udara, membersihkan lantai dengan sapu tidak baik, ventilasi
umum dengan sistim hisap, pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum
bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, rotasi pekerja yang
telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.

B. Saran
1) Memutuskan jenis alat pelindung diri yang harus kita gunakan, lakukan
terlebih dahulu hazard identification (identifikasi bahaya).
2) Tinjau ulang setiap aspek dari pekerjaan, agar potensi bahaya bisa kita
identifikasi.
3) Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diri
terutama masker dan sumbat telinga.
4) Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai

  • Lirik Lagu
    Lirik Lagu
    Dokumen41 halaman
    Lirik Lagu
    Risma Nur Afifah
    Belum ada peringkat
  • B Inggris
    B Inggris
    Dokumen12 halaman
    B Inggris
    Risma Nur Afifah
    Belum ada peringkat
  • Gunung Pancar
    Gunung Pancar
    Dokumen11 halaman
    Gunung Pancar
    Risma Nur Afifah
    Belum ada peringkat
  • CIKUT
    CIKUT
    Dokumen19 halaman
    CIKUT
    Risma Nur Afifah
    Belum ada peringkat