Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MANAJEMEN Juli 2017

POS PELAYANAN TERPADU

DISUSUN OLEH:

NAMA : MARHAMA

STAMBUK : N 111 15 043

PEMBIMBING : dr. Benny Siyulan, M.Kes

Dr. dr. M. Sabir, M.Si

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut WHO, yang termasuk katagori lansia, adalah mereka yang


berusia 65 tahun ke atas (AS dan Eropa Barat). Sedangkan di negara-negara
Asia, lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. Pengkategorian
lebih detail dikemukakan oleh Durmin dalam Arisman (2007), yang
membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75
tahun). Sementara di Indonesia, M. Alwi Dahlan dalam Arisman (2007)
menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60
tahun.

Posbindu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan


terhadap lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja
Puskesmas (Departemen Kesehatan RI, 2005). Dasar pembentukan Posbindu
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu
pralansia 45-59 tahun, lansia 60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia
lebih dari 70 tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga
di mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang
melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan
RI,2006).

Pada tahun 2015 di wilayah Puskesmas Talise sebanyak 6 Posbindu


Lansia pada 3 kelurahan yaitu di kelurahan Talise 2 kelompok, Kelurahan
Layana 2 kelompok, Kelurahan Tondo 2 Kelompok, Pada tahun 2016 - 2017
di wilayah Puskesmas Talise mengalami perkembang menjadi 8 Posbindu
pada 4 kelurahan yaitu di Kelurahan talise 2 kelompok, Kelurahan Layana 2
kelompok, Kelurahan Tondo 2 Kelompok, dan Kelurahan Valangguni 2
kelompok. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kesehatan,

2
pengobatan, dan penyuluhan. Meskipun demikian kegiatan posyandu lansia
belum optimal karena belum semua warga lansia memanfaatkan keberadaan
posbindu atau posyandu lansia tersebut.

Pada tahun 2016 Jumlah Usila 60 tahun keatas sebanyak 2984 orang
dan Usila yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan
sebanyak 2722 orang, yang tidak mendapat pelayanan kesehatan 262 orang.
Dilakukan penyuluhan sebanyak 8 kali per bulan dan dilaksanakan senam
lansia setiap bulan di masing-masing posbindu. (Profil Puskesmas Talise,
2016). Pada tahun tahun 2015 Jumlah Usila 60 th keatas sebanyak 2514 orang
dan Usila yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan
sebanyak 1938 orang, yang tidak mendapat pelayanan kesehatan 576 orang.
Dilakukan penyuluhan sebanyak 6 kali per bulan dan dilaksanakan senam
lansia setiap bulan di masing-masing posbindu. (Profil Puskesmas Talise,
2015). Pada tahun 2014 Jumlah Usila 60 th keatas sebanyak 2315 orang dan
Usila yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan
sebanyak 2185 orang, yang tidak mendapat pelayanan kesehatan 130 orang.
Dilakukan penyuluhan sebanyak 6 kali per bulan dan dilaksanakan senam
lansia setiap bulan di masing-masing posbindu. (Profil Puskesmas Talise,
2014).

Berdasarkan data profil Puskesmas Talise jumlah lansia dari tahun ke


tahun terus meningkat, sehingga ini menyebabkan transisi epidemiologi yaitu
munculnya masalah-masalah penyakit tidak menular, dan berikut ini beberapa
penyakit yang menduduki peringkat 3 besar di wilayah kerja Puskesmas
Talise, Hipertensi, Osteoporosis dan Penyakit Jantung Koroner, kasus-kasus
ini dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah lansia.

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

Pada laporan manajemen ini, permasalahan program Posbindu Lansia yang


akan dibahas dikaitkan dengan indikator keberhasilan :
Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan
pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian, dengan menggunakan patokan
yaitu:
Terlaksananya kegiatan posbindu di 8 posbindu setiap bulannya
Tercapainya target posbindu yang ditetapkan dari dinas kesehatan.
Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang
berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut
Posbindu Lansia Puskesmas Talise dari tahun ke tahun meningkatkan jumlah
Posbindu di tiap Kecamatan yang termasuk wilayah kerjanya, yakni tahun
2015 terdapat 6 Posbindu, dan tahun 2016-sekarang terdapat 8 Posbindu.
Berdasarkan jumlah lansia tahun 2016 sebanyak 2984 orang dan yang
mendapat pelayanan kesehatan 2722 orang, sehingga didapatkan 95% lansia di
wilayah kerja Puskesmas telah mendapat pelayanan kesehatan, mengalami
peningkatan dibanding tahun 2015 sebanyak 89 % lansia.

Berdasarkan indikator ini masalah yang didapat di Posbindu Lansia adalah :


- Input : Tenaga kesehatan yang turut serta dalam pelayanan Posbindu
kurang, terkadang tidak ada dokter dan apotek yang turut dalam pelayanan
ini karena mengutamakan pelayanan di Puskesmas, sarana dan prasarana
masih kurang, dan sumber dana masih kurang.
- Proses : Pada mekanisme pelaksanaan kegiatan, di Posbindu belum semua
tahap dilakukan
- Output : Kehadiran lansia saat pelaksanaan Posbindu masih perlu
ditingkatkan meskipun target program sudah tercapai.

BAB III
PEMBAHASAN

4
Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap
Lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas
(Departemen Kesehatan RI, 2005). Keterpaduan dalam Posbindu berupa
keterpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia yang
memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. (Departemen Kesehatan
RI ,2005).

a. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah kurangnya tenaga
kesehatan Puskesmas Talise yang ikut dalam pelaksanaan Posbindu lansia ini,
biasanya apoteker di Puskesmas kurang sehingga tidak ikut turun dalam
pelaksanaan serta dokter tidak setiap saat ikut, hanya saja jika di Puskesmas
ada dokter muda yang bertugas maka dokter muda yang berperan aktif dalam
Posbindu Lasia ini. Hal ini disebakan karena tenaga kesehatan seperti dokter
dan apoteker lebih mengutamakan pelayanan di Puskesmas.
b. Proses
Masalah yang muncul pada proses program ini adalah mekanisme
pelaksanaan kegiatan tidak semuanya dilakukan sesuai pedoman. Menurut
pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
5 tahapan/5 meja sebagai berikut:

5
a. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
Pada Posbindu Puskesmas Talise, tahap pertama sudah dilakukan sesuai
pedoman, dan pelaksana di lapangan adalah perawat dan bidan, dibantu
oleh kader yang bertugas memanggil nama lansia yang akan telah
mendaftar.
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001 hal yang perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari meliputi :
makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar / kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan

6
diluar rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah, mengambil pension,
arisan, pengajian dan lain-lain.
Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan)
Kategori B : Apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan)
Kategori C : Apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri)
Pada Posbindu Puskesmas Talise tahap kedua yang dilaksanakan hanyalah
penimbangan berat badan, dan kadang sempat ditanyakan sekilas tentang
kegiatan sehari-hari namun tidak dilakukan pencatatan, serta tidak
dilakukan pengukuran tinggi badan.
c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001, Pemeriksaan Status Mental menggunakan pedoman metode 2 menit
melalui 2 tahap pertanyaan :
Pertanyaan tahap 1 :
1. Apakah anda mengalami sukar tidur?
2. Apakah anda sering merasa gelisah?
3. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?
4. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?
Bila ada 1 atau lebih jawaban ya lanjutkan pada pertanyaan tahap 2
Pertanyaan tahap 2 :
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
3. Apakah anda mempunyai keluhan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?

7
4. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ya maka usia lanjut memiliki masalah
emosional
Pada Posbindu Puskesmas Talise, tahap 3 yang dilakukan pengukuran
tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter yang ikut dalam
kegiatan Posbindu), dan tidak dilakukan pemeriksaan status mental.

d. Tahap keempat: laboratorium sederhana


Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001, meliputi pemeriksaan Hemoglobin untuk deteksi anemi
menggunakan metode Sahli, atau Talquist, atau Cuprisulfat, dan
pemeriksaan urin untuk deteksi gangguan ginjal, dan Diabetes

Gambar 1. Metode Talquist Gambar 2. Metode Sahli

Gambar 3 Combour Test


Pada Posbindu Puskesmas Talise pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dilakukan adalah pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol

8
yang dilayani tiap 3 bulan sekali, kadang jika bahan habis pakai yang
dibawa terbatas maka hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium pada
pasien yang memiliki riwayat DM, asam urat maupun kolesterol tinggi.

e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling


Penyuluhan dan konseling diberikan berdasarkan hasil pada tahap 1
sampai 4.
Pada Posbindu Puskesmas Talise penyuluhan dan konseling sudah
dilaksanakan dengan baik oleh petugas puskesmas (bidan atau perawat).
Dokumentasi Posbindu di Puskesmas Talise

Gambar 4. Obat-obatan yang disediakan pada setiap Posbindu

Gambar 5. Pelayanan kesehatan Pada Posbindu Layana Sosial

9
Gambar 6. Penyuluhan kesehatan pada Posbindu Tondo

c. Output
Sasaran Posbindu dapat dibagi menjadi dua kelompok di mana kelompok
yang pertama adalah sasaran langsung meliputi kelompok virilitas/pra senilis
adalah usia 45-59 tahun dan kelompok Lansia yaitu berusia 60-69 tahun dan
kelompok Lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Adapun sasaran
kelompok tidak langsung adalah, keluarga yang mempunyai Lansia,
masyarakat di lingkungan Lansia berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan Lansia, petugas kesehatan usia lanjut, dan masyarakat luas
(Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan, 2001).
Melalui pedoman ini diketahui bahwa output dari program ini adalah usia
lanjut. Pada output program ini sudah mencapai target. Menurut data yang
diambil dari Profil Puskesmas sejak tahun 2014 hingga 2016 jumlah lansia
mengalami peningkatan. Adapun kendala Menurut wawancara dengan
penanggungjawab program hal ini disebabkan karena banyaknya lansia yang
terkadang tidak datang saat pelayanan Posbindu Lansia dikarenakan tidak ada
yang mengantar, lupa waktu pelaksanaan Posbindu, sedang sakit, ataupun
malas untuk datang. Namun, hal ini disiasati oleh kader berupa pencatatan
nama-nama lansia yang tidak datang, dan setelah Pelayanan berakhir kader
bersama petugas kesehatan lainnya datang langsung ke rumah usia tersebut

10
untuk melakukan pelayanan posbindu. Dan sampai saat ini kader,
penanggungjawab program dan seluruh petugas kesehatan wilayah kerja
Puskesmas Talise senantiasa berusaha meningkatkan presentasi pelayanan
Posbindu Lansia.

BAB IV

11
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Program Posbindu Lansia di Puskesmas Talise sudah baik, namun masih
perlu peningkatan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih
kurang saat pelaksanaan kegiatan (dokter dan apotek yang tidak selalu hadir
saat pelayanan), proses yakni pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya
dilakukan sesuai dengan Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan, 2001 di tahap 2 pencatatan kegiatan sehari-hari, pengukuran tinggi
badan, di tahap 3 pemeriksaan status mental, di tahap 4 pemeriksaan
laboratorium dilakukan setiap pelayanan Posbindu kepada setiap lansia baik
yang telah didiagnosis berkaitan dengan pemeriksaan tersebut maupun yang
belum, sedangkan pada output yakni sudah mencapai target namun perlu
ditingkatkan agar lansia yang mendapat pelayanan bisa mencapai 100 %.

1.2. Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu
Peningkatan SDM yang turun saat pelaksanaan program serta pembekalan
kembali kepada seluruh petugas kesehatan yang ikut serta sehingga semua
tahap kegaitan Posbindu dilaksanakan, dan mengoptimalkan kunjungan rumah
apabila lansia tidak datang saat pelayanan Posbindu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia


Lanjut. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
2. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu
Lanjut Usia.Komisi Nasional Lanjut Usia. Jakarta

12
3. Depkes RI. 2000. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
4. Notoatmojdo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni dan
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
5. Puskesmas Talise, 2016. Profil Puskesmas Talise Tahun 2016
6. Arisman. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC.
Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai