Anda di halaman 1dari 4

Majalah TEMPO: Laut Diuruk Sedimen Menumpuk

Written by candra
Sunday, 12 June 2016 23:19 - Last Updated Sunday, 12 June 2016 23:33

Reklamasi akan membuat sirkulasi arus laut berkurang. Sedimen meningkat. Teluk Jakarta bisa
menjadi comberan raksasa.

Perahu kayu milik Nuryadi, 47 tahun, melambat ketika mendekati Pulau G di Teluk Jakarta,
Rabu pekan lalu. Dari kejauhan, daratan hasil reklamasi itu tampak seperti bukit pasir yang
mengapung di permukaan laut. Di atasnya, lima mesin penggali hidrolik berwarna hijau muda
sibuk menguruk.
Pulau buatan itu hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Kampung Nelayan Muara Angke,
Jakarta Utara. Sejak pulau baru tumbuh, banyak nelayan mengeluh. Cari rajungan dan ikan
makin susah karena lautnya makin dangkal, kata Nuryadi, nelayan sekaligus pemilik perahu
yang Tempo tumpangi itu.
Karena terjadi pendangkalan, nelayan terpaksa melaut sejauh 30 kilometer ke Pulau Damar di
Kabupaten Kepulauan Seribu. Itu pun tak ada jaminan nelayan bakal memperoleh ikan lebih
banyak. Sedangkan risikonya hampir pasti: mesin kapal jadi cepat rusak lantaran kemasukan

1/4
Majalah TEMPO: Laut Diuruk Sedimen Menumpuk

Written by candra
Sunday, 12 June 2016 23:19 - Last Updated Sunday, 12 June 2016 23:33

pasir yang terbawa arus.


Menurut Trisno, 22 tahun, anak buah Nuryadi, pendangkalan di dekat Pelabuhan Muara
Angke mulai terasa dua tahun lalu. Kala itu, Pulau D, sekitar dua kilometer dari Pulau G, mulai
dibangun. Trisno meyakini pendangkalan terjadi akibat pengurukan pasir di kedua pulau
tersebut.

Widodo Setiyo Pranowo, peneliti senior dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan
dan Perikanan, mengatakan pindahnya habitat ikan akibat pendangkalan sudah diperkirakan
jauh sebelum proyek reklamasi berjalan.

Widodo pernah membuat studi dampak pembangunan National Capital Integrated Coastal
Development proyek tanggul laut
Jakarta- dan Jakarta
Giant Sea Wall
. Hasilnya 17 pulau reklamasi dan tanggul raksasa bakal menahan sedimen dari 13 sungai di
Jakarta, Karawang, dan Bekasi.
Kajian serupa dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada 2013. Menurut riset
itu, konsentrasi sedimen yang terhambat bakal tersebar di badan sungai dan kanal di antara
pulau-pulau reklamasi.

Sedimentasi bahkan bisa menyatukan semua pulau, ujar Widjo Kongko, peneliti di Balai
Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT. Widjo juga menjelaskan,
volume sedimen akan meningkat karena sirkulasi arus laut berkurang. Sedimen juga terus
menumpuk karena daya flushing-pembilasan alami oleh pasang-surut laut-menghilang.
Menurut perhitungan Widjo, sedimen dasar laut, khususnya di muara sungai, akan bertambah
tiga sentimeter setiap sepuluh hari. Studi yang dilakukan tim Chiba University, Jepang,
menunjukkan hasil tak jauh berbeda. Memakai Alos Palsar, teknologi radar beresolusi tinggi,
mereka menemukan sedimentasi di utara Jakarta berasal dari dataran tinggi di Jawa Barat
yang terbawa sungai-sungai yang bermuara di Jakarta.

Pembangunan tanggul raksasa dan reklamasi Teluk Jakarta akan memperparah sedimentasi.
Kurang dari 40 tahun, wilayah teluk dan daerah pesisir Jakarta akan seperti kolam, kata
Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, pakar radar satelit asal Indonesia di Chiba yang memimpin
studi tersebut.Lumpur dan sampah yang dibawa 13 sungai akan terjebak di kolam itu,
termasuk polutan berupa logam berat dan limbah industri lain. Selat reklamasi akan terlihat
bak comberan raksasa, ujar Josaphat. Bangunan di atas pulau reklamasi pun tak lepas dari
masalah. Bila tak dirancang dengan padat, Josaphat ameramalkan, tanah pulau reklamasi

2/4
Majalah TEMPO: Laut Diuruk Sedimen Menumpuk

Written by candra
Sunday, 12 June 2016 23:19 - Last Updated Sunday, 12 June 2016 23:33

akan mengalami likuifaksi. Pulau reklamasi bisa mencair ketika gempa minimal berkekuatan
6 skala Richter mengguncang. Akibatnya, gerowong dalam tanah akan terbentuk. Likuifaksi
pernah terjadi di Urayasu, Chiba, Jepang. Sewaktu gempa hebat terjadi di Sendai tahun 2011
yang berujung tsunami, tanah pulau buatan untuk kawasan perumahan elite itu jadi encer.
Bangunannya tidak roboh, tapi miring sekitar 20 derajat, ucap Josaphat. Likuifaksi memang
menjadi dampak paling serius di kebanyakan pulau hasil reklamasi. Meski begitu, menurut
Josaphat, masih ada solusi untuk mencegah masuknya air laut ke dalam gerowong di bawah
tanah pulau reklamasi. Salah satu caranya adalah menyedot air laut dari gerowong. Kemudian
lubang tersebut disuntik beton cair guna mengembalikan kepadatan fondasi tanah. Yang
terakhir adalah menanamkan pelat baja hingga kedalaman 12 meter di sepanjang bibir pantai.
Fungsinya untuk mencegah air laut masuk kembali.

World Harbour Project , konsorsium internasional independen pemantau pembangunan


kawasan pesisir, mencatat masalah lain dari reklamasi: kerusakan lingkungan.
Salah satunya terbentuk comberan raksasa
, kata
Widodo
. Indonesia dan Singapura masuk konsorsium ini. Untuk mencegah timbulnya comberan
raksasa, Singapura memakai sistem jebakan sedimen. Cara kerjanya sederhana, yakni
memakai alat penangkap sedimen organik dan anorganik, lalu menyebarkannya ke berbagai
sudut. Cukup efektif, ujar
Widodo
. Selanjutnya, limbah bisa dinetralkan dengan instalasi penyaring sebelum air laut dibuang
kembali ke samudra. Norwegia menerapkan langkah seperti ini. Untuk menyiasati kerusakan
habitat biota laut, sementara itu, bisa dipilih beton yang menjadi hunian baru banyak spesies,
seperti kerang dan karang. Hanya,
Widodo
belum tahu apakah cara ini bisa diterapkan di Teluk Jakarta. Alasannya, desain jebakan
sedimen dan beton dengan sitrat ramah lingkungan harus dirancang sesuai dengan
karakteristik alam setempat. Yang jelas dia menekankan, desain reklamasi wajib memikirkan
semua dampak bagi daerah sekitarnya. Termasuk mitigasi bencana dan konsep ramah
lingkungan.

Di Teluk Jakarta, derap reklamasi baru mulai. Tapi dampaknya sudah dirasakan para nelayan.
Karena nelayan harus menjala ikan lebih jauh, sewaktu mereka pulang ke darat, harga ikan
sudah turun. Kami datang telat, ikan tak segar lagi, kata Trisno sambil menambatkan kapal.

3/4
Majalah TEMPO: Laut Diuruk Sedimen Menumpuk

Written by candra
Sunday, 12 June 2016 23:19 - Last Updated Sunday, 12 June 2016 23:33

Sumber: MAJALAH TEMPO 11-17 APRIL 2016. WWW.TEMPO.CO, ISSN: 0126-4273,

LAPORAN UTAMA: REKLAMASI TELUK JAKARTA, Reporter: Amri Mahbub

https://majalah.tempo.co/konten/2016/04/11/LU/150483/Laut-Diuruk-Sedimen-Menumpuk/07/4
5

4/4

Anda mungkin juga menyukai