Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK

Informasi Geospasial Tematik Golongan Konservasi Bangunan Cagar Budaya di Kota


Makassar Berdasarkan Nilai Sejarahnya

DOSEN

Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA. DESS.


Udiana Deviantari, S.T, M.T

Oleh :
Nurul Chayah Amalina
3514100013
Informasi Geospasial Tematik

JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
praktikum dan laporan Informasi Geospasial Tematik Golongan Konservasi Bangunan
Cagar Budaya di Kota Makassar Berdasarkan Nilai Sejarahnya ini dengan lancar dan
tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Informasi Geospasial Tematik semester VI program studi S1
Teknik Geomatika ITS tahun ajaran 2016-2017 dan untuk melaporkan hasil praktikum yang
telah penulis laksanakan sebelumnya.

Laporan Pemetaan Pertambangan ini dapat tersusun dengan baik berkat kerja sama
seluruh pihak yang telah terlibat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA. DESS. selaku dosen pengampu mata
kuliah Informasi Geospasial Tematik

2. Ibu Udiana Deviantari, S.T, M.T selaku dosen response mata kuliah Informasi
Geospasial Tematik

3. Teman-teman Teknik Geomatika ITS yang turut membantu dalam terselesaikannya


laporan ini

4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu dan berperan dalam pelaksanaan
praktikum hingga penyusunan laporan ini

Demikian laporan ini penulis susun, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusunan laporan-laporan
berikutnya. Terima kasih.

Surabaya, 15 Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 5

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 7

2.1 Pengertian Cagar Budaya ............................................................................................ 7

2.2 Klasifikasi Cagar Budaya ............................................................................................ 7

2.2.1 Benda Cagar Budaya............................................................................................ 7

2.2.2 Bangunan Cagar Budaya...................................................................................... 8

2.2.3 Struktur Cagar Budaya ......................................................................................... 8

2.2.4 Situs Cagar Budaya .............................................................................................. 8

2.2.5 Kawasan Cagar Budaya ....................................................................................... 8

2.3 Konservasi Bangunan Cagar Budaya .......................................................................... 8

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN....................................................................... 15

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 15

3.2.1 Alat ..................................................................................................................... 15

3.2.2 Bahan ................................................................................................................. 15

3.3 Diagram Alir ............................................................................................................. 16

BAB IV HASIL DAN ANALISA .......................................................................................... 17

4.1 Hasil .......................................................................................................................... 17

4.2 Analisa....................................................................................................................... 19

BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 20
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 20

5.2 Rekomendasi ............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar
budaya, bangu- nan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan
kawasan cagar budaya di da- rat dan di air yang perlu dilestarikan kebera- daannya
karena memiliki nilai penting bagi seja- rah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan (UU No 11 Tahun 2010). Pelestarian
terhadap ba- ngunan bersejarah dapat didefinisikan sebagai suatu upaya memelihara
dan melindungi suatu peninggalan bersejarah baik berupa artefak, bangunan, kota
maupun kawasan bersejarah lainnya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkannya
sesuai dengan fungsi lama atau menerapkan fungsi yang baru untuk membiayai
klangsungan eksistensinya (Akbar dan Wijaya,2008).

Kawasan bersejarah di Kota Makassar menyimpan nilai-nilai sejarah dan


kearifan lokal sejak awal berkembangnya Kerajaan Gowa Tallo seperti kawasan
Pecinan, Benteng Rotterdam, Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Gedung Mulo dan
sebagainya. Bangunan tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wisata
sejarah dan identitas kota. Perkembangan perkotaan telah merubah pola spasial kota
yang telah lama terbentuk, terutama di kawasan kota tua. Pengelolaan yang belum
optimal serta fenomena alih fungsi bangunan dan lahan di perkotaan menjadikan
peninggalan bersejarah tersebut tidak terpelihara dan bahkan beberapa telah di-
musnahkan akibat kebutuhan ruang. Fenomena spasial yang terjadi akan terus
mengancam eksistensi bangunan cagar budaya di Kota Makassar, sehingga perlu
adanya inventarisasi demi kepentingan pelestarian bangunan cagar budaya.

1.2 Tujuan
- Membuat informasi mengenai daftar bangunan cagar budaya di Kota Makassar
berdasarkan golongan konservasinya

- Memetakan letak,posisi dan memberikan informasi tentang persebaran bangunan cagar


budaya di Kota Makassar
- Membuat Informasi Geospasial Tematik dalam persebaran bangunan cagar budaya di
Kota Makassar sesuai dengan hubungan parameter yang telah ditentukan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Cagar Budaya


UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Pasal 1 dijelaskan
tentang pengertian cagar budaya meliputi :

1. Benda cagar budaya adalah :


a. benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan
atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang berusia
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh tahun) atau mewakili gaya yang khas dan
mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh tahun), serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
b. Benda alam yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.
2. Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar
budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya
(Depdikbud, 1993: 98).

Cagar budaya menurut Aris Soviyani (2006: 3) merupakan salah satu bentuk
peninggalan dan warisan budaya nenek moyang yang mempunyai nilai sebagai
sumber inspirasi bagi kehidupan bangsa masa kini dan masa yang akan datang. Ada
beberapa pengertian yang memperjelas arti penting suatu cagar budaya sebagai
aset yang patut dilestarikan keberadaannya.

2.2 Klasifikasi Cagar Budaya


UU CB Nomer 11 tahun 2010, mengklasifikasikan Cagar Budaya dalam
Bangunan Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya.

2.2.1 Benda Cagar Budaya


Benda Cagar Budaya didalam UU CB Nomer 11 tahun 2010 tersebut
disebutkan adalah sebagai benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-
bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan
dan sejarah perkembangan manusia.

2.2.2 Bangunan Cagar Budaya


Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap.

2.2.3 Struktur Cagar Budaya


Struktur Cagar Budaya disebutkan sebagai susunan binaan yang terbuat dari
benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung
kebutuhan manusia.

2.2.4 Situs Cagar Budaya


Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur
cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa
lalu.

2.2.5 Kawasan Cagar Budaya


Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan
ciri tata ruang yang khas.

2.3 Konservasi Bangunan Cagar Budaya


Berdasarkan Perda Kota Surabaya nomor 5 tahun 2005 tentang pelestarian
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya, penentuan bangunan cagar budaya
ditetapkan berdasarkan kriteria:

a. Umur
umur berkenaan dengan batas usia bangunan cagar budaya sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) tahun
b. Estetika
estetika berkenaan dengan aspek rancangan arsitektur yang menggambarkan suatu
zaman dan gaya/langgam tertentu
c. Kejamakan
kejamakan berkenaan dengan bangunan-bangunan, atau bagian dari kota yang
dilestarikan karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup
berperan
d. Kelangkaan
kelangkaan berkenaan dengan jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya, atau
hanya satu-satunya di lingkungan atau wilayah tertentu
e. Nilai Sejarah
nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan kota
Surabaya, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia,
ketokohan, politik, sosial, budaya serta nilai arsitektural yang menjadi simbol nilai
kesejarahan pada tingkat nasional dan/atau Daerah
f. Memperkuat Kawasan
memperkuat kawasan berkenaan dengan bangunan-bangunan dan/atau bagian kota
yang karena potensi dan/atau keberadaannya dapat mempengaruhi serta sangat
bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya
g. Keaslian
keaslian berkenaan dengan tingkat perubahan dari bangunan cagar budaya baik
dari aspek struktur, material, tampang bangunan maupun sarana dan prasarana
lingkungannya
h. Keistimewaan
keistimewaan berkenaan dengan sifat istimewa dari bangunan dimaksud
i. Tengeran.
tengeran atau landmark berkenaan dengan keberadaan sebuah bangunan, baik
tunggal maupun jamak dari bangunan atau lansekap yang menjadi simbol/karakter
suatu tempat atau lingkungan tersebut.

Berikut ini merupakan indikator tiap kriteria :

Tabel 2.1 Indikator Kriteria Bangunan Cagar Budaya

Kriteria Variabel Indikator

Kuno Berumur lebih dari 50 tahun dan sudah ditetapkan sebagai


Umur
bangunan cagar budaya oleh pemerintah setempat atau
bangunan lembaga/instansi yang terkait

Berumur lebih dari 50 tahun namun belum ditetapkan


Cukup kuno sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah setempat
atau lembaga/ instansi yang terkait

Tidak kuno Berumur kurang dari 50 tahun

Bangunan yang mewakili masa gaya dan langgam tertentu


Mewakili
paling singkat 50 tahun

Cukup Bangunan yang mewakili masa gaya dan langgam tertentu


Estetika
mewakili kurang dari 50 tahun

Tidak Bangunan yang tidak mewakili masa gaya dan langgam


mewakili tertentu

Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan karena


Dilestarikan mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup
berperan

Bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan tetapi


Cukup
Kejamakan tidak mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang
dilestarikan
cukup berperan

Bangunan atau bagian dari kota yang tidak dilestarikan


Tidak
karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang
dilestarikan
cukup berperan

Menggunakan salah satu gaya arsitektur dan tidak


Langka
ditemukan atau digunakan terhadap bangunan lainnya

Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang masih


Kelangkaan Cukup langka digunakan dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun
arsitekturnya tidak sama persis

Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang masih


Tidak langka
digunakan dalam jumlah yang cukup banyak

Berperan Berperan terhadap nilai sejarah dengan peristiwa


Peranan
perubahan dan/atau perkembangan kota, nilai-nilai
sejarah kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia,
ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol
nilai kesejarahan pada tingkat nasional dan daerah untuk
memperkuat jati diri bangsa

Berperan diantara nilai sejarah dengan peristiwa perubahan


Cukup
dan/atau perkembangan kota dan nilai-nilai dalam cakupan
berperan
lokal atau kedaerahan

Tidak berperan terhadap nilai sejarah dengan peristiwa


perubahan dan/atau perkembangan kota, nilai-nilai
Tidak kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia,
berperan ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol
nilai kesejarahan pada tingkat nasional dan daerah untuk
memperkuat jati diri bangsa

Bentuk bangunan tidak mengalami perubahan dan


Asli
cenderung sama secara fisik dengan keaslian bangunan

Bentuk bangunan sebagian mengalami perubahan dan


Keaslian Cukup Asli cenderung tidak berbeda secara fisik dengan keaslian
bangunan

Bentuk bangunan mengalami perubahan dan cenderung


Tidak Asli
berbeda secara fisik dengan keaslian bangunan

Bercorak Mewakili salah satu corak arsitektur

Cukup Perpaduan corak arsitektur (campuran)


Arsitektur bercorak

Tidak Tidak mewakili salah satu corak arsitektur


bercorak

Sebagai landmark kawasan (bentuk yang menonjol, tinggi


Kuat
dan besar)
Tengeran
atau Ciri bangunan dominan dan diulang pada bangunan
Cukup kuat
Landmark sekitarnya

Tidak kuat Bukan sebagai landmark kawasan dan ciri tidak menonjol

Bangunan yang karena potensi dan keberadaannya


Mempengaru
Memperkuat mempengaruhi serta sangat bermakna untuk meningkatkan
hi
kawasan di kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya
sekitarnya
Cukup Bangunan yang karena potensi dan keberadaannya tetapi
mempengaru tidak mempengaruhi serta sangat bermakna untuk
hi meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya

Tidak Bangunan yang tidak mempengaruhi lingkungan di


mempengaru sekitarnya
hi

Berdasarkan kriteria dan tolok ukur di atas bangunan cagar budaya dibagi dalam 4
(empat) golongan, yaitu bangunan cagar budaya

1. Golongan A
Bangunan cagar budaya Golongan A adalah bangunan cagar budaya yang
harus dipertahankan dengan cara preservasi.
Konservasi bangunan cagar budaya Golongan A (Preservasi) dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Bangunan dilarang dibongkar dan/atau diubah ;
Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak
berdiri, dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali seperti
semula sesuai dengan aslinya;
Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang
sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan
detail ornamen aslinya;
Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian perubahan
fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk aslinya ;
dan
Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya
bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan
bangunan utama.
2. Golongan B
Bangunan cagar budaya Golongan B adalah bangunan cagar budaya yang
dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi/rehabilitasi atau
rekonstruksi.
Konservasi bangunan cagar budaya Golongan B (Restorasi/rehabilitasi atau
rekonstruksi) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
Bangunan dilarang dibongkar kecuali apabila kondisi fisik bangunan
buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak, sehingga dapat dilakukan
pembongkaran ;
Dalam hal bangunan cagar budaya sudah tidak utuh lagi maka apabila
dilakukan pembangunan harus sesuai dengan bentuk aslinya dan tidak
boleh membongkar bagian bangunan yang masih ada ;
Pemeliharaan dan perawatan bangunan cagar budaya harus dilakukan
tanpa mengubah tampang bangunan, warna dan detail serta ornament
bangunan ;
Dalam upaya restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi dimungkinkan adanya
perubahan tata ruang bagian dalam, sepanjang tidak mengubah struktur
utama bangunan; dan
Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya
bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan
bangunan utama.
3. Golongan C
Bangunan cagar budaya Golongan C adalah bangunan cagar budaya yang
dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi/adaptasi.
Konservasi bangunan cagar budaya Golongan C (Revitalisasi/adaptasi)
dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan syarat tetap mempertahankan
tampang bangunan utama termasuk warna, detail dan ornamennya ;
Warna, detail dan ornamen dari bagian bangunan yang diubah disesuaikan
dengan arsitektur bangunan aslinya ;
Penambahan bangunan di dalam tapak atau persil hanya dapat dilakukan di
belakang bangunan cagar budaya dan harus disesuaikan dengan arsitektur
bangunan cagar budaya dalam keserasian tatanan tapak ; dan
Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana kota
4. Golongan D
Bangunan cagar budaya Golongan D adalah bangunan cagar budaya yang
keberadaannya dianggap dapat membahayakan keselamatan pengguna maupun
lingkungan sekitarnya, sehingga dapat dibongkar dan dapat dibangun kembali
sesuai dengan aslinya dengan cara demolisi.
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tanggal : 20 April 15 Mei 2017
Lokasi obyek sampel : Kota Makassar

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
- Laptop
- Mouse
- Software ArcGIS
- Microsoft Office
- Web Browser

3.2.2 Bahan
- Citra satelit dari ArcGIS
- Shapefile batas administrasi Kota Makassar
- Shapefile jaringan jalan Kota Makassar
3.3 Diagram Alir

Mulai

Penentuan Parameter

Pengumpulan Data

Scoring Parameter

Tema IG Tematik

Pembuatan IG Tematik

Layouting

IG Tematik

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Kegiatan


BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Hasil
Tabel 4.1. Hasil Scoring Antar Paramater

Umur
Estetika Kelangkaan Keaslian Arsitektur Landmark
Bangunan

Umur Bangunan 100 90 92 87 98 88

Estetika 94 100 95 95 94 89

Kelangkaan 96 97 100 88 97 92

Keaslian 94 95 98 100 96 85

Arsitektur 98 95 92 88 100 96

Landmark 91 92 87 85 93 100

Total 856 845 830 814 853 831


Umur Bangunan Arsitektur

Estetika Landmark

Kejamakan Kelangkaan

Memperkuat Keaslian
Kawasan

Peta Konservasi Cagar


Budaya Berdasarkan
Nilai Sejarah

Gambar 4.1 Diagram Hubungan Antar Parameter


Gambar 4.2 Hasil Layout Peta

4.2 Analisa
Berdsarkan pembuatan informasi geospasial tematik dapat dilakukan analisa sebagai
berikut:
- Kriteria yang dipakai dalam scoring parameter yakni Arsitektur, Umur Bangunan,
Landmark, Kelangkaan dan Keaslian
- Sampel obyek yang diambil sebanyak 30 bangunan cagar budaya yang terdiri dari
9 bangunan cagar budaya golongan A, 16 bangunan cagar budaya golongan B dan
5 bangunan cagar budaya golongan C
- Lokasi terbanyak dari persebaran bangunan cagar budaya terletak di area sebelah
barat kota Makassar
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
bangunan cagar budaya dikelompokkan menjadi 4 golongan tipe konservasi yakni
golongan A, B, C dan D berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan pada
Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun 2005. Hasil analisis dengan metode
scoring/pembobotan didapatkan dari parameter Arsitektur, Umur Bangunan,
Landmark, Kelangkaan dan Keaslian. Dari 30 sampel bangunan cagar budaya di
Makassar yang paling banyak jumlahnya adalah bangunan cagar budaya golongan B
dan sebagian besar berlokasi di Makassar bagian barat

5.2 Rekomendasi
Kota Makassar memiliki situs bangunan bersejarah yang beragam, terutama
pada bagian barat Kota Makassar. Karena itu, untuk kepentingan pelestarian maupun
sebagai ajang untuk mempromosikan wisata heritage di Makassar perlu adanya
inventarisasi data bangunan cagar budaya yang lengkap sebagai penunjang. Alangkah
baiknya jika data tersebut tersimpan dalam suatu sistem informasi geospasial sehingga
akan membantu dikemudian harinya untuk memudahkan baik dalam perencanaan tata
ruang maupun dalam kegiatan promosi wisata.
DAFTAR PUSTAKA

http://sdm.data.kemdikbud.go.id/upload/files/Laporan%20CB%20-%20Kota%20Makassar-
revisi-1.pdf

http://referensi.data.kemdikbud.go.id/

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

https://books.google.co.id/books?id=DdjgCgAAQBAJ&pg=PT42&lpg=PT42&dq=Paviliun+
Hasanuddin&source=bl&ots=e-pupC5EyW&sig=b4DKAAiBI7F-
DftWbUPqK_pTKDQ&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjX3-
nAld7TAhUkR48KHZ_sA8AQ6AEIMzAG#v=onepage&q=Paviliun%20Hasanuddin&
f=false

https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/Perda_KotaSby_5_2005.pdf

https://www.academia.edu/13160745/Analisa_Kriteria_Bangunan_Bersejarah

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2015/05/11/definisi-cagar-budaya-dan-
permuseuman/

Anda mungkin juga menyukai