Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMUPUKAN BAWANG MERAH

DISUSUN OLEH :

MIRNA ANRIANI SRG

16/407508/PPN/04159

DOSEN PENGAMPU

Dr. Agr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2017
PEMUPUKAN PADA BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama
telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka
pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia.
Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses
pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun
ekonomis.

Pada tahun 2003, total pertanaman bawang merah petani Indonesia sekitar 88.029
hektar dengan rata-rata hasil 8,7 t/ha (Biro Pusat Statistik 2003). Produktivitas hasil bawang
merah tersebut dipandang masih rendah, karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 20
t/ha. Setiap tahun permintaan bawang merah untuk konsumsi dan bibit dalam negeri
mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dan mutu hasil
bawang merah harus selalu ditingkatkan. Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain
menggunakan varietas unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok, teknik
budidaya yang baik dan menggunakan intensifikasi pemupukan yang berimbang.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Mengetahui syarat tumbuh dan kombinasi pemupukan terbaik pada bawang merah.
2. Mengetahui dosis pupuk P optimal dan varietas bawang merah pada tingkat
kesuburan (status P-tanah) yang berbeda.
II. PEMUPUKAN PADA BAWANG MERAH

A. SYARAT TUMBUH

1. Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman
bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca
berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal
70% penyinaran), suhu udara 25-32C, dan kelembaban nisbi 50-70% (Sutarya dan Grubben
1995, Nazarudin 1999). Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam
di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam. Di bawah suhu udara 22C tanaman bawang
merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh
di dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar 1986).

2. Tanah

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai
liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak
masam (pH tanah : 5,6 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah
tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya dan
Grubben 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman
bawang merah (Rismunandar 1986).

Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan
ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April/Mei setelah panen padi dan
pada bulan Juli/Agustus. Penanaman bawang merah di musim kemarau biasanya
dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan
dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat ditanam secara tumpangsari, seperti
dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben 1995).
B. Pemupukan

Pemupukan dasar pada bawang merah menggunakan pupuk organik yang sudah
matang seperti pupuk kandang sapi dengan dosis 10 20 t/ha atau pupuk kandang ayam
dengan dosis 5-6 t/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 t/ha khususnya pada lahan kering.
Selain itu pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha (70 90 kg P2O5/ha), yang
diaplikasikan 2-3 hari sebelum tanaman dengan cara disebar lalu diaduk secara merata
dengan tanah. Balitsa merekomendasi penggunaan pupuk organik (kompos) sebanyak 5 t/ha
yang diberikan bersama pupuk TSP/SP-36. Pemberian pupuk organik tersebut untuk
memelihara dan meningkatkan produktivitas lahan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa
kompos tidak meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, tetapi mengurangi susut bobot
umbi (dari bobot basah menjadi bobot kering jemur) sebanyak 5% (Hidayat et al. 1991).

Pada bawang merah dilakukan 2 kali pemupukan susulan dimana, Pemupukan susulan
I berupa pupuk N dan K dilakukan pada umur 10 15 hari setelah tanam dan susulan ke II
pada umur 1 bulan sesudah tanam, masing-masing dosis. Macam dan jumlah pupuk N dan
K yang diberikan adalah sebagai berikut : N sebanyak 150-200 kg/ha dan K sebanyak 50-100
kg K2O/ha atau 100-200 kg KCl/ha.

Pupuk K sebanyak 50-100 kg K2O/ha diaplikasikan bersama-sama pupuk N dalam


larikan dan dibenamkan ke dalam tanah. Sumber pupuk K yang paling baik adalah KCl atau
K2MgSO4 (Kamas). Untuk mencegah kemungkinan kekurangan unsur mikro dapat
digunakan pupuk pelengkap cair yang mengandung unsur mikro. Komposisi pupuk N yang
paling baik untuk menghasilkan umbi bawang merah konsumsi adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N
(ZA) (Tabel 3).
Pemberian 90 kg/ha P2O5 dikombinasikan dengan 200 kg N/ha (1/3 N-Urea + 2/3 N-
Za) dan 100 kg K2O/ha dapat meningkatkan haisl umbi bawang merah, sedfangkan untuk
dosis P sebanyak 180 kg P2O5 menunjukkan peningkatan pada bobot umbi basah, dan
penggunaan dosis pupuk 240 kg P2O5 menunjukkan peningkatan pada bobot umbi kering
bawang merah.
Hasil-hasil penelitian pemupukan N pada bawang merah menunjukkan bahwa
penggunaan campuran Urea + ZA lebih baik dibandingkan penggunaan Urea atau ZA saja.
Pupuk ZA selain mengandung N (21%) juga mengandung S (23%). Bawang merah
merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak sulfat. Jumlah S yang
dibutuhkan tanaman sama dengan jumlah P (Yamaguchi 1999). Menurut Hamilton et al.
(1998) ketajaman aroma tanaman bawang merah berkorelasi dengan ketersediaan S di dalam
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas kritis sulfat untuk bawang merah bervariasi
antara 50-90 ppm tergantung pada tipe tanahnya. Pemberian S dengan dosis 20-60 ppm
meningkatkan serapan S, P, Zn dan Cn (Hatta et al. 2001).

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60 70
hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak,
tanaman rebah, dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan
tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.

C. Pemupukan berdasarkan varietas bawang merah dan status P-tanah.

Hasil uji tanah di satu lokasi hanya mengukur kandungan hara tersedia, tetapi bukan
untuk menetapkan kebutuhan hara secara langsung. Untuk rekomendasi kebutuhan pupuk
secara tepat perlu ditetapkan hubungan antara nilai data tanah dengan dosis aplikasi pupuk
yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Fosfor (P) merupakan salah satu
unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan hasil optimum. Fosfor
merupakan komponen enzim dan protein, ATP, RNA, DNA, dan fitin, yang mempunyai
fungsi penting dalam proses fotosintesis, penggunaan gula serta pati, dan transfer energi.

Fosfor kurang tersedia pada tanah masam karena ion fosfat dapat bereaksi dengan Fe
dan Al membentuk senyawa tidak larut, sedangkan ketersediaan P pada tanah alkalis juga
kurang karena ion fosfat bereaksi dengan Ca membentuk senyawa tidak larut. hal ini
menyebabkan ketersediaan P bagi tanaman sangat rendah, P-total dalam tanah jarang lebih
dari 0,01 % (Brady & Ray 1996). Oleh karena itu, pemberian pupuk P penting untuk
mencapai hasil tanaman yang optimum (Allen & Mallarino 2006). Selain itu penggunaan
varietas atau klon juga mempengaruhi hasil bawang merah. Bawang merrah varietas Bangkok
memberikan hasil panen umbi paling tinggi, sedangkan varietas Kuning sebaliknya. Ada
interaksi antara varietas dan dosis pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil umbi
bawang merah (Ghaffor et al 2003). Sejalan dengan (Sumani et al, 2012) dalam penelitiannya
tersebut menunjukkan terjadinya interaksi yang nyata antara varietas x status P-tanah x dosis
pupuk P terhadap eskip umbi kering dan umbi basah per tanaman (Tabel 5 dan 6).
Hasil bobot umbi segar dan kering eskip paling tinggi varietas Bangkok diperoleh
dengan dosis pupuk P sebesar 120 kg/ha P2O5 pada status P-tanah tinggi, yaitu berturut-turut
35,02 dan 25,00 gram/tanaman. Pada varietas Kuning, pemberian dosis pupuk P sampai 240
kg/ha P2O5 secara nyata memberikan hasil bobot umbi segar dan kering eskip per tanaman
lebih tinggi dibanding pada status P-tanah rendah dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
ketersediaan P yang cukup dalam tanah sangat penting untuk meningkatkan hasil tanaman.

Pada status P-tanah tinggi, pemberian dosis pupuk P lebih tinggi dari 60 kg/ha P2O5
dapat menurunkan hasil bobot umbi segar dan kering eskip per tanaman. Hal ini dapat
disebabkan karena terjadi kelebihan hara P dalam tanah, sehingga keseimbangan hara
terganggu. Kelebihan hara P-tanah dalam tanah dapat menyebabkan tanaman kekurangna
hara mikro Zn (Jones et al. 1991), sehingga pertumbuhan tanaman (daun-daun) terhambat,
pada akhirnya hasil tanaman berkurang. Hasil bobot umbi segar dan kering eskip varietas
Kuning tertinggi diperoeh dengan dosis 60 kg/ha bobot umbi pada status P-tanah tinggi, yaitu
berturut turut 38,09 dan 28,57 g/tanaman.
III. KESIMPULAN

1. Pemupukan N pada bawang merah lebih baik menggunakan campuran Urea+Za lebih
baik dibandingkan penggunaan Urea saja atau Za saja.

2. Pada tanah dengan status P-tanah tinggi, varietas kuning tidak memerlukan
penambahan pupuk P, sedangkan varietas Bangkok masih memerlukan pemberian
pupuk P lebih dari 60 kg/ha P2O5 untuk meningkatkan pertumbuhan daun dan bobot
kering tanaman.

3. Penurunkan hasil bobot umbi segar dan kering eskip per tanaman disebabkan karena
terjadi kelebihan hara P dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman kekurangna
hara mikro Zn.

4. Dibutuhkan dosis yang berbeda untuk setiap jenis varietas yang berbeda pada bawang
merah.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung.

Basuki, RS., Hilman, Y, Rosliana, R, dan Sumarni, N. 2012. Respon Tanaman Bawang
Merah terhadap Pemupukan pada Beberapa Tingkat Kesuburan Lahan (Status P-
Tanah). Bandung.

Anda mungkin juga menyukai