Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN MANAJEMEN ASET PADA DAERAH IRIGASI

PAINGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

NASKAH SEMINAR HASIL

Oleh
Kukuh Imam Tristianto
NIM 111710201005

Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Dr. Ir. Heru Ernanda, M.T.
Dosen Pembimbing Anggota : Ir. Muharjo Pudjojono

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi merupakan aspek penting dalam mendukung produktivitas usaha tani
guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional
dan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pekerjaan Umum, 2006).
Pelaksanaan irigasi tidak bisa terlepas dari infrastruktur irigasi. Permasalahan
yang terjadi lebih dari 22,54% jaringan irigasi di Indonesia dalam kondisi rusak
(Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015). Kondisi jaringan
irigasi tersebut menjadi penghambat dalam kegiatan irigasi dan mengancam
keberlanjutan irigasi bagi pertanian. Untuk menjaga keberlangsungan irigasi maka
perlu dilakukan pengelolaan aset irigasi.
Pengelolaan aset irigasi dilakukan untuk memanfaatkan dan
mempertahankan kondisi dan fungsi aset irigasi. Kegiatan pengelolaan aset irigasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk perencanaan hingga pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Untuk mempertahankan kodisi dan
fungsi aset irigasi dilakukan dengan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi.
Pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan berdasarkan kondisi fisik jaringan irigasi
yang diamati oleh juru pengairan berdasarkan kerusakan aset (Depatemen
Pekerjaan Umum, 2007). Pemeliharaan jaringan irigasi diwujukan dengan
penerapan manajemen aset. Ruang lingkup manajemen aset meliputi (i)
inventarisasi, (ii) penentuan nilai kondisi dan fungsi aset, (iii) penetapan rangking
prioritas, (iv) sistem informasi, dan (v) rencana strategi aset (Burton, 2000).
Rangkaian kegiatan dalam ruang lingkup manajeman aset dilakukan untuk
menentukan program pemeliharaan jaringan irigasi.
Salah satu daerah irigasi yang perlu dilakukan peningkatan pengelolaan
asset irigasi adalah DI. Paingan (551 Ha). DI. Paingan berada dibawah
pengamatan UPTD Pengairan dan ESDM Gondang Kabupaten Tulungagung.
Salah satu usaha peningkatan pengelolaan jaringan irigasi adalah pemeliharaan
irigasi dengan melakukan identifikasi aset dan memberi penilaian kondisi dan
2

fungsi aset irigasi untuk mendapatkan prioritas perbaikan jaringan irigasi yang
tepat sasaran.

1.2 Rumusan Masalah


Pelaksanaan pengelolaan jaringan irigasi yang dilakukan belum mengacu
pada manajemen aset yang bertujuan untuk mendapakan prioritas aset irigasi
berdasarkan penilaian nilai kondisi dan keberfungsian aset dengan
memperhitungkan kondisi komponen aset, sehingga pelaksanaan pengelolaan
jaringan irigasi sulit dilakukan.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan pengelolaan jaringan irigasi yang belumk mengacu pada
metode manajemen aset, maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan inventarisasi aset irigasi,
2. Melaksanakan penilaian kondisi dan keberfungsian aset irigasi,
3. Melaksanakan prioritas pemeliharaan aset irigasi,
4. Melakukan pengujian antara penilaian juru dan penilaian dengan penerapan
manajemen aset menggunakan korelasi Spearman Rank.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melaksanakan inventarisasi aset irigasi,
2. Melaksanakan penilaian kondisi dan keberfungsian aset irigasi,
3. Melaksanakan prioritas pemeliharaan aset irigasi,
Melakukan pengujian antara penilaian juru dan penilaian dengan penerapan
manajemen aset menggunakan korelasi Spearman Rank.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk
pengembangan dan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi di DI. Paingan, terutama
pada tahap penetapan prioritas rehabilitasi aset irigasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Irigasi


Irigasi merupakan kegiatan mengalirkan air dari sumber air menuju petak
sawah, berdasarkan pendekatan tersebut fungsi irigasi adalah memberikan air
kepada tanaman, mengurangi kadar garam pada tanah, membantu pengolahan
tanah, membantu melarutkan pupuk, serta mempertahankan kelembaban tanah
pada waktu kekeringan (Asawa, 2008). Irigasi menurut Kementerian Pekerjaan
Umum (2006) adalah menyediakan, mengatur dan membuangan kelebihan air
untuk kebutuhan tanaman. Sehingga irigasi diartikan sebagai penyediaan,
pengaturan dan pembuangan kelebihan air untuk pertumbuhan tanaman.
Pelaksanaan irigasi meliputi 4 aspek yaitu rekayasa, sosial budaya,
kesehatan dan politik (Asawa, 2008). Salah satu bidang rekayasa adalah
menejemen. Pelaksanaannya manajemen irigasi sulit dilaksanakan karena
melibatkan dua kelembagaan yang berbeda, permintaan air yang berlebihan,
sehingga dapat mengakibatkan konflik (Vermillion dan Sagardoy, 1996). Oleh
karena itu pelaksanaan irigasi dilaksanakan dalam sistem irigasi.
Sistem irigasi merupakan sistem yang meliputi prasarana irigasi, air,
manajemen, kelembagaan pengelola dan sumber daya manusia (Kementerian
Pekerjaan Umum, 2006). Usaha manajemen dalam sistem irigasi diwujudkan
dalam prasarana dan manajemen. Manajemen dilakukan untuk mamantau kondisi
dan keberfungsian prasarana irigasi.

2.2 Prasarana Irigasi


Prasarana irigasi merupakan segala yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air. Pendekatan prasarana
irigasi menurut Renault dan Godaliyadda (1999) terdiri dari empat aspek dalam
sistem irigasi yang terbagi atas sistem dan struktur, jaringan (network), air dan
daerah layanan (consumer).
4

2.2.1 Sistem dan Struktur


Sistem dan struktur merupakan perwujudan dari usaha pemenuhan fungsi
irigasi berdasarkan perubahan (dimensi) air. Reaksi sistem dan struktur irigasi
berdasarkan perubahan air yaitu mengatur debit dan membagi air sehingga air
dapat didistribusikan menyebar ke seluruh daerah layanan (Renault dan
Godaliyadda, 1999). Sistem dan struktur diwujudkan oleh bangunan dan saluran
irigasi.
Dalam pelaksanaan distribusi air irigasi, bangunan dan saluran secara
hidrolik dibedakan berdasarkan fungsinya,, yaitu Bangunan Utama; Jaringan
Irigasi/Saluran Irigasi; Bangunan bagi dan sadap; Bangunan pengukur ; Bangunan
pembawa; Bangunan lindung; Bangunan pelengkap (Departemen Pekerjaan
Umum, 1986).
Bangunan dan saluran irigasi dibedakan menjadi 4 komponen, yaitu struktur
tanah, struktur utama, pintu air dan bangunan ukur.

2.2.2 Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi merupakan saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap
yang menjadi satu kesatuan untuk menyediakan, membagi, memberi,
menggunakan dan membuang air irigasi (Kementerian Pekerjaan Umum, 2006).
Secara pengelolaan, jaringan irigasi dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan utama
dan jaringan tersier (Departemen Pekerjaan Umum dan JICA, 1997).

2.2.3 Air
Konsep prasarana irigasi tingkat ketiga yaitu air. Air dalam konsep ini
mempertimbangkan kendala dan peluang melalui konteks hidrologi, yang
berfokus pada kendala yang berdampak pada operasi saluran berdasarkan
ketersediaan dan kualitas air (Renault dan Godaliyadda, 1999). Ketersediaan dan
kualitas air berakibat perbedaan pengelolaan aset. Pada umunya aset irigasi
dengan ketersedian air yang terbatas membutuhkan pengelolaan yang lebih
intensif.
5

2.2.4 Konsumen atau Pengguna


Pelayanan yang dilakukan melalui operasi irigasi merupakan nilai tambah
dalam irigasi, yaitu merubah nilai air yang rendah menjadi nilai air yang lebih
tinggi ke pengguna melalui kegiatan distribusi (Renault dan Godaliyadda, 1999).

2.3 Pengelolaan Jaringan Irigasi


Konsep pengelolaan irigasi pada dasarnya meliputi operasi, pemeliharaan
dan rehabilitasi (Kementerian Pekerjaan Umum, 2006). Departemen Pekerjaan
Umum (2007) pengelolaan jaringan irigasi terdiri dari kegiatan operasi dan
pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi. Tujuan dari pengelolaan jaringan
irigasi untuk menjaga keberfungsian prasarana jaringan irigasi agar tetap
berfungsi secara optimal.

2.3.1 Operasi Jaringan Irigasi


Pelaksanaan operasi tujuan utamanya yaitu mengirimkan air irigasi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga dalam
pencapaiannya, ruang lingkup operasi meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring (Sagardoy et al., 1985).
Ruang lingkup operasi jaringan irigasi secara garis besar dilakukan dengan:
a. Perencanaan operasi jaringan irigasi
Perencanaan operasi jaringan irigasi dilakukan dengan beberapa kegiatan
yaitu perencanaan penyediaan air, rencana tata tanam, perencanaan pembagian
dan pemberian air.
1) Ketersediaan air irigasi
Ketersediaan air irigasi yang ditentukan oleh debit dan efisiensi. Debit irigasi
merupakan debit yang dikeluarkan di bangunan pengambilan. Efisiensi dapat
dihitung dengan persamaan 2.1.

= 100% ....................................................................................(2.1)

Keterangan : = efisiensi (%)


Q out = kebutuhan air irigasi (l/dt)
Q input = debit yang tersedia
6

2) Kebutuhan Air Irigasi


Propinsi Jawa Timur dalam melaksanakan eksploitasi jaringan irigasi
berpedoman pada nilai Luas Polowijo Relatip (LPR) dan Faktor Polowijo
Relatip (FPR). Persamaan LPR dan FPR adalah sebagai berikut.
LPR = A x C (2.2)

keterangan : LPR = Luas Polowijo Relatip jenis tanaman i


Ai = Luas jenis tanaman (Ha)
Ci = Koefisien jenis tanaman
Qw
FPRw ..(2.3)
LPRw
Keterangan : FPRw = Faktor polowijo relatif (l/detik/Ha)
Qw = Debit bangunan utama (l/detik)
LPRw = Luas polowijo relatif (Ha.pol)

b. Pelaksanaan operasi jaringan irigasi


Pelaksanaan operasi jaringan irigasi dilakukan bedasarkan data perencanaan,
yaitu untuk menentukan keadaan air dan tanaman, penetapan pembagian air dan
pengoperasian bangunan pengatur.
Tabel 2.3 Pembagian air
No Ketersediaan Air Keterangan
(K)
1. 80% - 100% Pembagian biasa (tanpa gilir)
2. 60% - 80% Gilir antar saluran primer
3. 40% - 60% Giliran antar saluran sekunder
4. < 40% Giliran di petak tersier
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum dan JICA (1997).

c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memonitoring keberfungsian aset serta
menyimpulkan hasil capaian perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan
irigasi, yaitu rencana tata tanam dan rencana pembagian air.

2.3.2 Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Pemeliharaan jaringan irigasi merupakan upaya untuk menjaga dan
mengamanjan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik.
(Pemerintah Republik Indonesia, 2006). Ruang lingkup pemeliharaan meliputi
Inventarisasi jaringan irigasi; Perencanaan (inspeksi rutin, penelusuran jaringan
7

irigasi, identifikasi dan analisis tingkat kerusakan); dan program kerja berupa
pemeliharaan rutin (perawatan dan perbaikan ringan), pemeliharaan berkala
(perawatan, perbaikan dan pergantian) dan pemeliharaan darurat. Berdasarkan
ruang lingkup di atas, maka perencanaan pemeliharaan merupakan aktivitas
dominan dalam pengelolaan aset.

2.4 Manajemen Aset


Manajemen aset adalah proses pengelolaan aset untuk mengoptimalkan
kinerja suatu aset. Aset irigasi dapat dinilai dari kemampuan air mengalirkan air
dibanding dengan kapasitas rencana (Burton, 2000).
Berdasarkan kajian diatas Ruang lingkup manajemen aset meliputi
inventarisasi, penentuan nialai kondisi dan fungsi aset, penetapan rangking
prioritas, sistem informasi, dan rencana strategi aset.

2.4.1 Inventarisasi Aset Irigasi


Inventarisasi aset irigasi berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (2012)
bertujuan untuk mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan fungsi
seluruh Aset Irigasi serta data ketersediaan air, nilai aset, dan areal pelayanan pada
setiap Daerah Irigasi dalam rangka keberlanjutan sistem irigasi.

2.4.2 Penilaian Kondisi dan Fungsi Aset Irigasi


Penilaian kondisi dan fungsi aset irigasi dilakukan untuk mengetahui
kerusakan aset irigasi berdasarkan keadaan awal aset irigasi yang semakin lama
akan mengalamai kerusakan. Tingkat penilaian kondisi dan fungsi disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.4 Skor Kondisi
Kondisi Index Kerusakan Skor K
Baik <10% 4
Rusak Ringan 10-20% 3
Rusak Sedang 20-40% 2
Sangat Baik >40% 1
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (2007).
8

Tabel 2.5 Presentase tingkat fungsi aset


Fungsi Index Kerusakan Skor K
Baik >80% 4
Kurang 40%-80% 3
Buruk 20%-40% 2
Tidak Berfungsi <20% 1
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2015).

2.4.3 Penetapan Prioritas


Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (2012) penetapan prioritas aset
irigasi berdasarkan rengking prioritas asset irigasi menurut bobot kondisi, fungsi
aset irigasi dengan menggunakan persamaan.
0 , 5
A
P
K 0,35 F 0,65 D
1, 5
.....(2.4)
ADI
Keterangan : P = Prioritas
K = Skor Kondisi
F = Skor Fungsi
AD = Luas Pengaruh Kerusakan
ADI = Luas Daerah Irigasi

2.5 Pengujian Rangking Menggunakan Metode Spearman Rank


Pengujian rangking spearman rank dilakukan untuk menguji hubungan
korelasi prioritas aset juru dengan prioritas perhitungan. Metode ini dipilih karena
prioritas aset berupa angka rangking. Pengujian korelasi dilakukan dengan
membandingkan nilai rs (rho) hitung dengan tabel, sehingga diketahui hipotesis
antara variabel satu dengan lainnya signifikan atau tidak. Hubungan variabel
antara X dan Y dikatakan signifikan apabila nilai rs hitung > rs tabel (Walpole,
1982). Model pengujian adalah sebagai berikut:
Dengan hipotesis:
H0 = jika hubungan variabel antara X dan Y tidak sesuai atau signifikan
H1 = jika hubungan variabel antara X dan Y sesuai atau signifikan
6 2

= 1 (2 1) ...................................................................................................(2.5)

Keterangan : rs = koefisien Spearman Rank (rho)


bi = nilai hasil perangkingan dari dua variabel (X1; Y1; . . .)
= X1 Y1
n = jumlah data
9

1. Sampel Kecil (n = 5 sampai 30)


Jika jumlah sampel kecil (n = 5 - 30) maka pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel rs atau dihitung dengan persamanaan 2.8.

= 1
1

= 1 ..................................................................................................(2.6)
Keterangan : Z = koefisien persamaan Z
rs = koefisien spearman rank
n = jumlah data
2. Sampel Besar (n > 30)
Jika jumlah variabel yang dihitung menggunakan jumlah aset lebih dari 30 (n >
30), uji signifikan menggunakan persamaan 2.9.
2
= 1 2

.......................................................................................................................(2.7)
Keterangan : t = koefisien persamaan t
rs = koefisien spearman rank
n = jumlah data
Untuk membandingkan variabel yang lain digunakan tabel t sehingga
diketahui nilai rs hitung dan nilai rs berdasarkan tabel t.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengendalian dan
Konservasi Lingkungan (TPKL) Jurusan Teknik Pertanian Universitas Jember dan
di UPTD Pengairan dan ESDM Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung.
3.1.2 Waktu Penelitian
Keseluruhan kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan September
November 2014.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Global Positioning System (GPS), untuk menentukan koordinat bangunan dan
kerusakan bangunan.
b. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang diunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) MapInfo Professional Versi 11.0
2) MapSource Versi 9.0
3) Microsoft Office Excel 2007
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Gambar desain as build drawing pengamat pengairan Paingan tahun 2007.
b. Peta Rupa Bumi Indonesia Nomor 1507-543 (Kalang Bret).
c. Data Debit diperoleh dari UPTD Pengaira Gondang dari Formulir 04 E
dengan pengamatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 (10 tahun).
d. Data Tanaman, diperoleh dari UPT Pengairan Gondang dari Formulir 05 E
dengan pengamatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 (3 Tahun).
11

3.3 Metodologi
Metodologi penelitian ini dilakukan dengan tahapan yang disajikan dalam
diagram alir pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


12

3.3.1 Survei Aset


Suvei aset dilakukan dengan penelusuran jaringan irigasi untuk
mengidentifikasi keadaan aset irigasi. Variabel yang diamati disajikan pada Table
3.1 berikut.
Tabel 3.1 Parameter Penilaian Kerusakan Berdasarkan Jenis Konstruksi
Parameter
Variabel
Kondisi Fungsi
Retak Kinerja Baik Sekali (>90%)
Terkelupas Kinerja Baik (70%-90%)
Struktur Berlubang < 0.40 m Kinerja sedang (55%-70%)
Berlubang > 0.40m Kinerja buruk (<55%)
Roboh
Berkarat dan Tanpa Olie Pintu Tertutup Rapat
Kerusakan Penyangga Kebocoran Aliran <5%
Pintu Air
Kerusakan Sistem Penggerak Kebocoran 5%-20%
Kerusakan Daun Pintu Kebocoran >20%
Peilscall Rusak Aliran Bebas
Bangunan Ukur Pisau Ukur Lepas Peilscall Kesesuaian titik
Kontruksi Tidak Sesuai Kontruksi Tidak Sesuai

3.3.2 Data Debit dan Tanaman


Interpetasi data tanaman dan data debit dilakukan untuk mengetahui akibat
dari kerusakan pada aset irigasi. Metode interpetasi tanaman dan debit disajikan
pada Gambar 3.2.
Mulai Mulai

Data
Data Debit
Tanaman

Interpetasi
Interpetasi Debit
Tanaman

Tidak Tidak

Data Benar Data Benar

Ya Ya

Debit Saluran
Tata Tanam
Kajian

Selesai Selesai

Gambar 3.2 Diagram Pengolahan Data Debit dan Tanaman


13

3.3.3 Penilaian Kondisi Aset Irigasi


Penilaian kondisi aset irigasi berdasarkan pada kerusakan kontruksi aset.
Kerusakan pada kontruksi aset irigasi dibagi menjadi tiga kelompok kontruksi
yaitu: (a) kontruksi tanah; (b) kontruksi struktur; dan (c) pintu air.

3.3.4 Penilaian Fungsi Aset Irigasi


Penilaian fungsi aset irigasi dilakukan untuk menilai keberfungsian aset
dalam mengalirkan air. Keberfungsian aset irigasi dinilai berdasarkan komponen
aset yang meliputi struktur, pintu air dan bangunan ukur.

3.3.5 Kondisi dan Fungsi


Nilai kondisi dan fungsi aset irigasi diperoleh berdasarkan perkalian bobot
pada komponen aset dengan komponen aset. Bobot diasumsikan berdasarkan
fungsi hidrolis komponen aset, sehingga diasumsikan sebagai berikut:
Bobot struktur (BS) = 0,40
Bobot pintu air (BP) = 0,30
Bobot bangunan ukur (BB) = 0,30
Penilaian kondisi dan fungsi aset dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
K = BS KS + BP KP + BB KB .....................................................................(3.1)
F = BS FS + BP FP + BB FB ......................................................................(3.2)
Keterangan : K = kondisi aset
F = fungsi aset
BS = bobot aset struktur
BP = bobot aset pintu air
BB = bobot aset bangunan ukur
KS = nilai kondisi struktur
KP = nilai kondisi pintu air
KB = nilai kondisi bangunan
FS = nilai fungsi struktur
FP = nilai fungsi pintu air
FB = nilai fungsi bangunan

3.3.6 Penentuan Prioritas Aset Irigasi


Penentuan prioritas aset irigasi dilakukan dengan perhitungan kondisi dan
fungsi aset. Perhitungan prioritas aset dihitung menggunakan persamaan 3.3 dan
persamaan 3.4 untuk rangking aset irigasi.
14


= ( 0,35 + 1,5 0,65) ( )-0,5 ........................................................(3.3)

Keterangan : P = prioritas
K = skor kondisi
F = skor fungsi
Aas = luas pengaruh kerusakan
Adi = luas daerah irigasi

NP max P ........................................................................................ (3.4)


min

Keterangan : P = nilai prioritas aset irigasi


NP = nomor prioritas aset irigasi

3.3.7 Analisis Data


Pengujian rangking Spearman Rank dilakukan untukmenguji hubungan
antara prioritas aset perhitungan dan prioritas aset juru. Model pengujian yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Dengan hipotesis:
H0 = tidak ada hubungan antara Phitung dan Pjuru,
H0 diterima apabila nilai rs hitung rs tabel.
H1 = ada hubungan antara Phitung dan Pjuru,
H1 diterima apabila nilai rs hitung rs tabel.
Untuk mengetahui perbedaan atau signifikansi dilakukan uji Z dengan
hipotesis :
Z0 = hubungan antara Phitung dan Pjurutidak signifikan,
Z0 diterima apabila nilai z hitung z tabel.
Z1 = hubungan antara Phitung dan Pjuru signifikan,
Z1 diterima apabila nilai z hitung z tabel.
15

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Kondisi dan Potensi


Daerh irigasi Paingan memiliki luas layanan 551 Ha, terletak di kabupaten
Tulungagung. Secara geografis DI. Paingan terletak pada 111o 83 10,6 111o
86 99 BT dan -8o 06 56,57 -8o 09 58,69 LS. Adapun batas wilayah kajian
penelitaian adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pucangan dan Desa Blendis
Sebelah Timur : Desa Panggungrejo dan Desa Balerejo
Sebelah Selatan : Desa Karanganom dan Desa Kendal
Sebelah Barat : Desa Pandean, Desa Pakis, Desa Notorejo
dan Kabupaten Trenggalek

4.1.1 Sumber Daya Lahan


Hasil interpretasi peta jenis tanah menunjukkan wilayah kajian penelitian
termasuk jenis tanah aluvial, jenis tanah ini mempunyai karakteristik tanah liat
dan liat berpasir. Hasil hand feelling menunjukkan bahwa tanah wilayah kajian
memiliki tekstur liat dan liat jenis tanah alluvial. Nilai Faktor Polowijo Relatif
(FPR) optimum pada wilayah kajian penilitaian adalah 0,36.

4.1.2 Sumber Daya Air


Sumber air wilayah kajian berasal dari kali bodeng yang di bendung oleh
dam Paingan. Sumber air wilayah kajian melayani 551 Ha petak tersier yang
terbagi dalam 9 petak tersier. Air dari dam paingan mengalir malalui saluran
sekunder Paingan dengan total 7 bangunan sadap dengan panjang saluran
sepanjang 2,336 km.

4.1.3 Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi dan keragaan bangunan irigasi wilayah kajian penelitian
disajikan pada Tabel 4.1 Jaringan irigasi wilayah kajian penelitian dan Tabel 4.2
Potensi Jaringan Irigasi Wilayah Kajian Penelitian.
16

Tabel 4.1 Jaringan Irigasi kajian wilayah penelitian


Ruas Saluran
Jarak Langsung
No. Nomenklatur Nomenklatur Kode Aset Tipe Aset Keterangan
Bgn. Awal Bgn. Akhir Km 1 Km 2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)
I. Dam Paingan 1-1-1-1-02 Bendung
II. Sal. Sek. Paingan
1. R. PG. 1 Dam Paingan B. PG. 1 0,000 0,189 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
2. B. PG. 1a 0,013 1-1-1-2-13 Jembatan Desa
3. B. PG. 1 0,189 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
4. R. PG. 2 B. PG. 1 B. PG. 2 0,189 0,600 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
5. B. PG. 2a 0,442 1-1-1-2-07 Gorong gorong
6. B. PG. 2 0,600 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
7. R. PG. 3 B. PG. 2 B. PG. 3 0,600 0,873 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
8. B. PG. 3 0,873 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
9. R. PG. 4 B. PG. 3 B. PG. 4 0,873 0,932 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
10. B. PG. 4a 0,897 1-1-1-2-13 Jembatan Desa
11. B. PG. 4 0,932 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
12. R. PG. 5 B. PG. 4 B. PG. 5 0,932 1,400 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
13. B. PG. 5a 0,943 1-1-1-2-07 Gorong gorong
14. B. PG. 5 1,400 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
15 R. PG. 6 B. PG. 5 B. PG. 6 1,400 1,762 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
16. B. PG. 6a 1,684 1-1-1-2-07 Gorong gorong
17. B. PG. 6 1,762 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap
18. R. PG. 7 B. PG. 6 B. PG. 7 1,762 2,366 1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa
19. B. PG. 7a 1,920 1-1-1-2-07 Gorong gorong
20. B. PG. 7 2,366 1-1-1-1-07 Bangunan Sadap

Tabel 4.2 Potensi Jaringan Irigasi wilayah kajian penelitian


No. Aset Irigasi
Jumlah/panjang Keterangan
Kode Uraian
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Luas Layanan (Ha) 551 Ha
2. Bangunan Utama
1-1-1-1-02 Bendungan 1
3. Bangunan Pengatur
1-1-1-1-07 Bgn. Sadap 7
3. Bangunan Pelengkap
1-1-1-2-07 Gorong-Gorong 4
1-1-1-2-13 Jembatan Desa 2
Total Aset Bangunan 13
4. Saluran
1-1-1-3-02 Sal. Sekunder Pembawa 7
Total Panjang Saluran 2.336 m

4.1.4 Tata Tanam


Tata tanam wilayah kajian diawali pasa bulan Oktober dekade III. Pada MH
total tanam yaitu 100% (551 Ha), MK I 100% (551 Ha) dan MK II 85,5% (471
17

Ha). Total dari keseluran luas lahan yang ditanami dalam setahun didapatkan nilai
intensitas total wilayah kajian yaitu sebesar 1.573 Ha (285,5%). Rekapitulasi data
tanaman ditunjukan pada tabel 4.3.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Debit
Luas Baku MH
Wilayah Kajian Keterangan
Sawah (Ha) Padi Tebu Polowijo Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
506 35 10 551
91,8% 6,4% 1,8 % 100 %
MK I
Padi Tebu Polowijo Total
468 45 20 551
SekunderPaingan 551
88,2% 8,2% 3,6 % 100 %
MK II
Padi Tebu Polowijo Total
426 45 0 471
77,3% 8,2% - 85,5 %
1.573
Total tanam MH + MK I + MK II
285,5%

4.1.5 Ketersediaan Air Irigasi


Ketersediaan air irigasi pada wilayah kajian saluran sekunder Paingan, debit
disediakan oleh dam Paingan. Data debit diiterpetasi dari data debit tahun 2004
samapi dengan tahun 2014. Hasil rekapitulasi debit disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Rekapitulasi debit
LuasLayanan (Ha)
SekunderPaingan
No Periode Satuan 551
Q input Q output
l/det 728,63 516,13
Minimum
l/det/Ha 1,32 0,94
l/det 1121,93 838,78
1 MH Maksimum
l/det/Ha 2,22 1,52
l/det 1000,4 709,75
Rata rata
l/det/Ha 1,82 1,29
l/det 772,39 562,14
Minimum
l/det/Ha 1,40 1,02
l/det 1125,24 812,54
2 MK I Maksimum
l/det/Ha 2,04 1,47
l/det 972,94 700,28
Rata rata
l/det/Ha 1,77 1,27
l/det 728,63 516,13
Minimum
l/det/Ha 1,32 0,94
l/det 1221,93 838,78
3 MK II Maksimum
l/det/Ha 2,22 1,52
l/det 918,7 647,19
Rata rata
l/det/Ha 1,67 1,17
Efisiensi % 71
18

Hasil interpetaasi nilai efisiensi penyaluran sebesar 71%. Sedangkan


wilayah kajian memiliki 2336 m saluran dengan rata rata bertipe pasangan.
Standart saluran pasangan, memiliki nilai efisiensi 95% untuk penyaluran air
irigasi. Sehingga nilai efisiensi penyaluran wilayah kajian lebih kecil
dibandingkan efisiensi penyaluran yang seharusnya.
4.1.6 Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi dihitung berasarkan metode LPR dan FPR. Kebutuhan
air irigasi wilayah kajian dihitung berdasarkan data tata tanam mulai tahun 2012
hingga tahun 2014. Rekapitulasi kebutuhan air berdasarkan FPR Optimum
disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kebutuhan Air Berdasarkan FRP Optimum
LPR Q Intake
No. Periode
(Ha.pol) (l/dt)
MIN 757 242
1 MK MAX 1978 727
Rata - rata 1457 442
MIN 1474 521
2 MH I MAX 1837 701
Rata - rata 1589 583
MIN 1160 421
3 MH II MAX 1399 534
Rata - rata 1273 462

4.2 Penilaian Kinerja Aset


Kondisi dan fungsi aset irigasi dinilai berdasarkan tingkat kerusakan dan
kemampuan mengalirkan air.

4.2.1 Kondisi dan Keberfungsian Aset Irigasi


Hasil interpetasi kondisi aset wilayah kajian penelitian, dari total 21 aset
irigasi yang ada 48% bangunan masih dalam kondisi baik, 24% dalam kondisi
rusak ringan, dan 29% dalam kondisi rusak berat. Berikut persentasenya.
Tabel 4.6 Persentase Kondisi Aset
SekunderPaingan
Nilai KondisiAset
Total Aset Persentase
1 RusakBerat 6 29%
2 RusakSedang 0 0%
3 RusakRingan 5 24%
4 Baik 10 48%
19

Berdasarkan hasil interpetasi keberfungsian aset, dari total 21 aset 19%


dalam keadaan fungsi yang buruk, 14% aset dalam keadaan kurang berfungsi, dan
67% dalam keadaan berfungsi dengan baik. Persentase keberfungsian asset irigasi
wilayah kajian disajikan pada table 4.7. Rekapitulasi nilai kondisi dan nilai
keberfungsian aset irigasi berdasarkan perhitungan disajikan pada Tabel 4.8
Tabel 4.7 Rekapitulasi Kondisi Aset
SekunderPaingan
Nilai KeberfungsianAset
Total Aset Persentase
1 TidakBerfungsi 0 0
2 Buruk 4 19%
3 KurangBerfungsi 5 24%
4 Baik 12 57%

Tabel 4.8 Rekapitulasi fungsi aset


Kondisi Aset Fungsi aset
No. Nomenklatur Aset Uraian Nilai Nilai Keterangan
Uraian Uraian
Kondisi Fungsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Dam Paingan Bendung 2,3 Rusak Ringan 2,7 Kurang Berfungsi
2. R. PG. 1 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
3. B. PG. 1a Jembatan Desa 4,0 Baik 4,0 Baik
4. B. PG. 1 Bangunan Sadap 2,5 Rusak Ringan 2,8 Kurang Berfungsi
5. R. PG. 2 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
6. B. PG. 2a Gorong gorong 4,0 Baik 4,0 Baik
7. B. PG. 2 Bangunan Sadap 3,4 Baik 4,0 Baik
8. R. PG. 3 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
9. B. PG. 3 Bangunan Sadap 3,4 Baik 4,0 Baik
10. R. PG. 4 Sal. Sekunder Pembawa 2,0 Rusak Sedang 2,0 Buruk
11. B. PG. 4a Jembatan Desa 4,0 Baik 4,0 Baik
12. B. PG. 4 Bangunan Sadap 2,8 Rusak Ringan 2,8 Kurang Berfungsi
13. R. PG. 5 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
14. B. PG. 5a Gorong gorong 4,0 Baik 4,0 Baik
15. B. PG. 5 Bangunan Sadap 3,6 Baik 3,6 Baik
16. R. PG. 6 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
17. B. PG. 6a Gorong gorong 4,0 Baik 4,0 Baik
18. B. PG. 6 Bangunan Sadap 3,1 Baik 3,1 Baik
19. R. PG. 7 Sal. Sekunder Pembawa 1,0 Rusak Berat 2,0 Buruk
20. B. PG. 7a Gorong gorong 4,0 Baik 4,0 Baik
21. B. PG. 7 Bangunan Sadap 2,5 Rusak Ringan 3,1 Baik
Keterangan nilai : 1 = Tidak berfungsi
2 = Buruk
3 = Kurang berfungsi
4 = Baik
20

4.2.2 Penilaian Kinerja Aset Irigasi Juru


Penilaian kinerja oleh juru wilayah kajian disajikan pada Lampiran C6.
Berdasarkan penilaian kondisi dan fungsi aset irigasi oleh juru, persentase kondisi
aset dan fungsi aset disajikan pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.
Tabel 4.9 Persentase Kondisi Aset Irigasi Berdasarkan Penilaian Juru
SekunderPaingan
Nilai KondisiAset Total Aset Persentase
21 100 %
1 RusakBerat 1 5%
2 RusakSedang 5 24%
3 RusakRingan 12 57%
4 Baik 3 14%

Tabel 4.2 Persentase Fungsi Aset Irigasi Berdasarkan Penilaian Juru


SekunderPaingan
Nilai KeberfungsianAset Total Aset Persentase
21 100%
1 TidakBerfungsi 1 5%
2 Buruk 5 24%
3 KurangBerfungsi 9 43%
4 Baik 6 29%

Dari hasil penilaian kondisi dan fungsi aset irigasi oleh juru, rekapitulasi
nilai kondisi dan nilai fungsi aset disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Nilai Kondisi dan Nilai Keberfungsian Aset Irigasi Juru
Kondisi Aset Fungsi aset
No. Nomenklatur Aset Uraian Nilai Nilai Keterangan
Uraian Uraian
Kondisi Fungsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Dam Paingan Bendung 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
2. R. PG. 1 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
3. B. PG. 1a Jembatan Desa 4 Baik 4 Baik
4. B. PG. 1 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
5. R. PG. 2 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
6. B. PG. 2a Gorong gorong 4 Baik 4 Baik
7. B. PG. 2 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 4 Baik
8. R. PG. 3 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
9. B. PG. 3 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
10. R. PG. 4 Sal. Sekunder Pembawa 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
11. B. PG. 4a Jembatan Desa 4 Baik 4 Baik
12. B. PG. 4 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
13. R. PG. 5 Sal. Sekunder Pembawa 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
14. B. PG. 5a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
15. B. PG. 5 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
16. R. PG. 6 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
17. B. PG. 6a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 4 Baik
18. B. PG. 6 Bangunan Sadap 1 Rusak Berat 1 Tidak Berfungsi
19. R. PG. 7 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
20. B. PG. 7a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 4 Baik
21. B. PG. 7 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
21

4.3 Penetapan Ranking Prioritas


Metode perhitungan prioritas rehabilitasi aset irigasi diakukan dengan
metode manajemen aset. Hasil perhitungan di bandingkan dengan hasil
perhitungan prioritas oleh juru. Uji perbandingan prioritas rehabilitasi aset
dilakukan dengan metode Spearman Rank. Rakapitulasi prioritas rehabilitasi aset
disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Rekapitulasi rangking prioritas
Dampak Priorotas Rehabilitasi Aset Irigasi
No. Nomenklatur Luas Peringkat Keterangan
Layanan
Perhitungan Juru Delta
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Dam Paingan 551 6 3 3
2. R. PG. 1 551 1 2 -1
3. B. PG. 1a 551 9 20 -11
4. B. PG. 1 107 11 10 1
5. R. PG. 2 444 2 4 -2
6. B. PG. 2a 444 10 19 -9
7. B. PG. 2 113 17 13 4
8. R. PG. 3 331 3 6 -3
9. B. PG. 3 43 20 12 8
10. R. PG. 4 288 4 15 -11
11. B. PG. 4a 288 12 21 -9
12. B. PG. 4 88 18 11 7
13. R. PG. 5 200 5 9 -4
14. B. PG. 5a 200 14 17 -3
15. B. PG. 5 29 21 14 7
16. R. PG. 6 171 7 5 2
17. B. PG. 6a 171 15 16 -1
18. B. PG. 6 36 19 1 18
19. R. PG. 7 135 8 7 1
20. B. PG. 7a 135 16 18 -2
21. B. PG. 7 135 13 8 5

Hasil interpetasi perbedaan prioritas rehabilitasi oleh juru dengan metode


manajemen aset ditunjukan oleh perbedaan nilai pada setiap kriteria rehabilitasi
yaitu nilai kondisi dan fungsi aset. Perbedaan ini dikarenakan pada metode
penilaian aset dengan manajemen aset dilakukan dengan mengukur dimensi
kerusakan pada setiap komponen aset dan dampak dari kerusakan aset, sedangkan
penilaian oleh juru terhadap kondisi aset cenderung subjektif tanpa
memperhitungkan dimensi kerusakan pada setiap komponen aset. Sehingga
22

metode penilaian aset menggunakan manajemen aset lebih disarankan karena


memperhitungkan kondisi dan keberfungsian komponen komponen aset.
4.3.1 Pengujian Penetapan Peringkat Aset
Hasil pengujian penetapan prioritas rehabilitasi aset metode manajemen aset
irigasi dan perhitungan juru menggukan koefisien Spearman Rank. Berdasarkan
hasil uji statistik dengan metode spearman rank menunjukan bahwa hubungan
antara peringkat rehabilitasi aset dengan metode manajemen aset tidak sesuai atau
berbeda nyata dengan perhitungan peringkat rehabilitasi juru. Taraf signifikansi
() yang digunakan adalah 0,005 dan 0,01 atau dengan tingkat kepercayaan 95%
dan 99%.
Untuk mengetahui hubungan antar peringkat rehabilitasi dilakukan uji Z.
Uji z dilakukan dengan taraf signifikansi () 0,05 dan () 0,01. Hasil uji
Sprearman Rank disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.4 Hasil Uji Mann Whitney
Tabel Z Tabel
Nilai rs hitung
dan z hitung
0,05 0,01 0,05 0,01
rs 0,3571 0,368** 0,521**
z 1,5977 1,96** 2,57**
Keterangan: * = tidakberbeda
** = berbeda

Berdasarkan hasil pengujian menunjukan hipotesis H0 diterima karena nilai


prioritas juru tidak sesuai dengan nilai prioritas metode manajemen aset.
Perbedaan ini dikarenakan penilaian juru dilakukan dengan subyektif dan tidak
spesifik pada setiap komponen aset irigasi.

4.3.2 Prioritas Aset berdasarkan Luas Layanan


Nilai prioritas rehabilitasi aset juga dipengaruhi oleh nilai kondisi dan
fungsi. Berdasarkan persamaan prioritas aset irigasi, nilai koefisien kondisi lebih
kecil dibandingkan nilai koefisien fungsi. Perbedaan nilai ini menunjukan bahwa
nilai fungsi memiliki pengaruh besar pada penentuan nilai prioritas dibandingkan
dengan nilai kondisi aset.
Untuk mendapatkan nilai rehabilitasi yang tepat, perlu mempertimbangkan
beberapa faktor sebagai berikut:
23

a. Luas Layanan
Nilai prioritas aset dipengaruhi oleh luas layanan. Berdasarkan nilai prioritas
semakin besar luas layanan suatu aset, semakin kecil nilai prioritasnya. Nilai
prioritas berdasarkan luas layanan disajikan pada Gambar 4.1.

25

21 - B. PG. 5
20 20 - B. PG. 3
19 - B. PG. 6
18 - B. PG. 4
17 - B. PG. 2
16 - B. PG. 7a
15 15 - B. PG. 6a
Rangking Aset

14 - B. PG. 5a
13 - B. PG. 7
12 - B. PG. 4a
11 - B. PG. 1
10 10 - B. PG. 2a
9 - B. PG. 1a
8 - R. PG. 7
7 - R. PG. 6
6 - Dam Paingan
5 5 - R. PG. 5
4 - R. PG. 4
3 - R. PG. 3
2 - R. PG. 2
1 - R. PG. 1
0
0 100 200 300 400 500 600
Luas Layanan (Ha)

Rangking Prioritas Metode Manajemen Aset Irigasi

Gambar 4.1 Nomor Ranking Aset pada Berbagai Luas Layanan

b. Efisiensi Penyaluran
Untuk pertimbangan prioritas berdasarkan efisiensi penyaluran dilakukan
berdasarkan besar debit pemanfaatan dibandingkan dengan debit tersedia.
Selisih dari debit input dan output menunjukan besar kehilangan air pada
proses penyaluran. Kehilangan air ini dipengaruhi oleh kondisi dan fungsi
jaringan irigasi. Berdarkan hasil perhitungan rehabilitasi aset, terlihat bahwa
aset pada hulu lebih diprioritaskan dari pada aset pada hilir, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyaluran debit pada bangunan dan salur di hulu
menentukan ketersediaan air pada hillir.
c. Intensitas Pertanaman
Pertimbangan prioritas berdasarkan itensitas pertanaman dilakukan
berdasarkan nilai persentase intensitas pertanaman dalam satu tahun. Nilai
intensitas yang baik bernilai 300%, sedangkan nilai intensitas sekunder paingan
adalah 285,5%. Untuk mengoptimalkan intensitas tanaman perlu dilakukan
perbaikan jaringan, karena jika kondisi jaringan rusak berakhibat pada
24

penyediaan air. Sehingga perlu dilakukan perencanaan tata tanam berdasarkan


ketersediaan air. Dalam penilaian prioritas rehabilitasi jaringan irigasi,
intensitas tanaman hanya digunakan sebagai pertimbangan, sehingga rangking
rehabilitasi yang diberikan lebih tepat.
BAB. 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hasil Inventarisasi daerah irigasi Paingan diperoleh data luas layanan (551 Ha),
jumlah aset bangunan (21 unit), panjang saluran (2.336 m), nilai efisiensi
saluran (71%) dan nilai intensitas tanaman (285,5%).
2. Hasil kajian kondisi dan keberfungsian aset diperoleh total aset 21 unit terdiri
dari 1 bangunan utama, 13 aset bangunan, dan 7 ruas saluran irigasi. Terdapat
kondisi aset irigasi dalam kondisi rusak berat (6 unit), rusak ringan (5 unit) dan
kondisi baik (10 unit). Sedangkan keberfungsian aset terdapat aset (4 unit)
dengan fungsi buruk, (5 unit) kurang berfungsi dan (12 unit) berfungsi baik.
3. Hasil penetapan prioritas rangking optimal aset menunjukan bahwa ruas
saluran R. PG. 1 mendapat prioritas perbaikan pertama, dilihat dari luas
layanan, dengan mepertimbangkan efisiensi penyaluran dan intensitas
pertanaman. Hal ini juga dipertimbangkan karena R. PG. 1 merupakan
saluran/ruas pertama.
4. Hasil pengujian penetapan prioritas aset terhadap prioritas juru menunjukan
hasil yang signifikan sehingga penerapan metode manajemen aset baik
dilakukan untuk memperoleh prioritas rehabilitasi aset yang optimal.

5.2 Saran
Penerapan manajemen asetdilakukan untuk menentukan prioritas
pemeliharaan dalam pengembangan pengelolaan jaringan irigasi. Dalam
pelaksanaannya perlu mempertimbangkan kondisi dan keberfungsian aset irigasi
berdasarkan besar kerusakan dan dampak yang di akibatkan. Selain itu perlu
adanya pertimbangan faktor-faktor lain dalam menentuan prioritas aset irigasi
antara lain efisiensi penyaluran dan intensitas pertanaman. Agar penentuan
prioritas aset irigasi lebih tepat sasaran sehingga kegiatan pemeliharaan lebih
efektif.
26

DAFTAR PUSTAKA

Asawa, G.L. 2008. Irrigation and Water Resources Engineering. New Delhi: New
Age International (P) Limited, Publishers.

Burton, M. 2000. Using Asset management Techniques for Condition and


Performance Assemment of Irrigation abbd Infrastructure. Eschborn:
Deutsche Geseleschaft for Technischw Zusammenabeft(GTZ) GmbH.

Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi: Kriteria


Perencanaan Jaringan Irigasi (KP 01). Jakarta: Sub. Direktorat
Perencanaan Teknis, DirektoratIrigasi I, Dirjen Pengairan.

Departemen Pekerjaan Umum., dan JICA. 1997. Pedoman Operasi dan


Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jendral Pengairan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Rencana Strategis


Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015
2019. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
http://www.pu.go.id [Diakses pada 21 Juli 2016]

Kementrian Pekrjaan Umum. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 20 tahun 2006 Tentang Irigasi. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012. Irigasi. Jakarta:


Departemen Pekerjaan Umum.

Renault, D., dan G. G. A. Godaliyadda. 1999. Generic Typology For Irrigation


Systems Operation. Colombo: International Water Managemen Institute.

Sagardoy, J. A., A. Bottral, dan G. O. Uittenbogaard. 1985. Organization,


Operation, and Maintenance of Irrigation Schemes FAO Irrigation and
Drainage Paper 40. Rome: Food and Agricuture Organization Of The
United Nations.

Walpole, R. E. 1982. Introduction to Statistics. 3rd Edition. Terjemahan oleh B.


Sumantri. Pengantar Statistik. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai