Oleh
Kukuh Imam Tristianto
NIM 111710201005
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Dr. Ir. Heru Ernanda, M.T.
Dosen Pembimbing Anggota : Ir. Muharjo Pudjojono
fungsi aset irigasi untuk mendapatkan prioritas perbaikan jaringan irigasi yang
tepat sasaran.
2.2.3 Air
Konsep prasarana irigasi tingkat ketiga yaitu air. Air dalam konsep ini
mempertimbangkan kendala dan peluang melalui konteks hidrologi, yang
berfokus pada kendala yang berdampak pada operasi saluran berdasarkan
ketersediaan dan kualitas air (Renault dan Godaliyadda, 1999). Ketersediaan dan
kualitas air berakibat perbedaan pengelolaan aset. Pada umunya aset irigasi
dengan ketersedian air yang terbatas membutuhkan pengelolaan yang lebih
intensif.
5
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memonitoring keberfungsian aset serta
menyimpulkan hasil capaian perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan
irigasi, yaitu rencana tata tanam dan rencana pembagian air.
irigasi, identifikasi dan analisis tingkat kerusakan); dan program kerja berupa
pemeliharaan rutin (perawatan dan perbaikan ringan), pemeliharaan berkala
(perawatan, perbaikan dan pergantian) dan pemeliharaan darurat. Berdasarkan
ruang lingkup di atas, maka perencanaan pemeliharaan merupakan aktivitas
dominan dalam pengelolaan aset.
= 1 ..................................................................................................(2.6)
Keterangan : Z = koefisien persamaan Z
rs = koefisien spearman rank
n = jumlah data
2. Sampel Besar (n > 30)
Jika jumlah variabel yang dihitung menggunakan jumlah aset lebih dari 30 (n >
30), uji signifikan menggunakan persamaan 2.9.
2
= 1 2
.......................................................................................................................(2.7)
Keterangan : t = koefisien persamaan t
rs = koefisien spearman rank
n = jumlah data
Untuk membandingkan variabel yang lain digunakan tabel t sehingga
diketahui nilai rs hitung dan nilai rs berdasarkan tabel t.
BAB 3. METODOLOGI
3.3 Metodologi
Metodologi penelitian ini dilakukan dengan tahapan yang disajikan dalam
diagram alir pada Gambar 3.1.
Data
Data Debit
Tanaman
Interpetasi
Interpetasi Debit
Tanaman
Tidak Tidak
Ya Ya
Debit Saluran
Tata Tanam
Kajian
Selesai Selesai
= ( 0,35 + 1,5 0,65) ( )-0,5 ........................................................(3.3)
Keterangan : P = prioritas
K = skor kondisi
F = skor fungsi
Aas = luas pengaruh kerusakan
Adi = luas daerah irigasi
BAB 4. PEMBAHASAN
Ha). Total dari keseluran luas lahan yang ditanami dalam setahun didapatkan nilai
intensitas total wilayah kajian yaitu sebesar 1.573 Ha (285,5%). Rekapitulasi data
tanaman ditunjukan pada tabel 4.3.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Debit
Luas Baku MH
Wilayah Kajian Keterangan
Sawah (Ha) Padi Tebu Polowijo Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
506 35 10 551
91,8% 6,4% 1,8 % 100 %
MK I
Padi Tebu Polowijo Total
468 45 20 551
SekunderPaingan 551
88,2% 8,2% 3,6 % 100 %
MK II
Padi Tebu Polowijo Total
426 45 0 471
77,3% 8,2% - 85,5 %
1.573
Total tanam MH + MK I + MK II
285,5%
Dari hasil penilaian kondisi dan fungsi aset irigasi oleh juru, rekapitulasi
nilai kondisi dan nilai fungsi aset disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Nilai Kondisi dan Nilai Keberfungsian Aset Irigasi Juru
Kondisi Aset Fungsi aset
No. Nomenklatur Aset Uraian Nilai Nilai Keterangan
Uraian Uraian
Kondisi Fungsi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Dam Paingan Bendung 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
2. R. PG. 1 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
3. B. PG. 1a Jembatan Desa 4 Baik 4 Baik
4. B. PG. 1 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
5. R. PG. 2 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
6. B. PG. 2a Gorong gorong 4 Baik 4 Baik
7. B. PG. 2 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 4 Baik
8. R. PG. 3 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
9. B. PG. 3 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
10. R. PG. 4 Sal. Sekunder Pembawa 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
11. B. PG. 4a Jembatan Desa 4 Baik 4 Baik
12. B. PG. 4 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
13. R. PG. 5 Sal. Sekunder Pembawa 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
14. B. PG. 5a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
15. B. PG. 5 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
16. R. PG. 6 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
17. B. PG. 6a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 4 Baik
18. B. PG. 6 Bangunan Sadap 1 Rusak Berat 1 Tidak Berfungsi
19. R. PG. 7 Sal. Sekunder Pembawa 2 Rusak Sedang 2 Buruk
20. B. PG. 7a Gorong gorong 3 Rusak Ringan 4 Baik
21. B. PG. 7 Bangunan Sadap 3 Rusak Ringan 3 Kurang Berfungsi
21
a. Luas Layanan
Nilai prioritas aset dipengaruhi oleh luas layanan. Berdasarkan nilai prioritas
semakin besar luas layanan suatu aset, semakin kecil nilai prioritasnya. Nilai
prioritas berdasarkan luas layanan disajikan pada Gambar 4.1.
25
21 - B. PG. 5
20 20 - B. PG. 3
19 - B. PG. 6
18 - B. PG. 4
17 - B. PG. 2
16 - B. PG. 7a
15 15 - B. PG. 6a
Rangking Aset
14 - B. PG. 5a
13 - B. PG. 7
12 - B. PG. 4a
11 - B. PG. 1
10 10 - B. PG. 2a
9 - B. PG. 1a
8 - R. PG. 7
7 - R. PG. 6
6 - Dam Paingan
5 5 - R. PG. 5
4 - R. PG. 4
3 - R. PG. 3
2 - R. PG. 2
1 - R. PG. 1
0
0 100 200 300 400 500 600
Luas Layanan (Ha)
b. Efisiensi Penyaluran
Untuk pertimbangan prioritas berdasarkan efisiensi penyaluran dilakukan
berdasarkan besar debit pemanfaatan dibandingkan dengan debit tersedia.
Selisih dari debit input dan output menunjukan besar kehilangan air pada
proses penyaluran. Kehilangan air ini dipengaruhi oleh kondisi dan fungsi
jaringan irigasi. Berdarkan hasil perhitungan rehabilitasi aset, terlihat bahwa
aset pada hulu lebih diprioritaskan dari pada aset pada hilir, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyaluran debit pada bangunan dan salur di hulu
menentukan ketersediaan air pada hillir.
c. Intensitas Pertanaman
Pertimbangan prioritas berdasarkan itensitas pertanaman dilakukan
berdasarkan nilai persentase intensitas pertanaman dalam satu tahun. Nilai
intensitas yang baik bernilai 300%, sedangkan nilai intensitas sekunder paingan
adalah 285,5%. Untuk mengoptimalkan intensitas tanaman perlu dilakukan
perbaikan jaringan, karena jika kondisi jaringan rusak berakhibat pada
24
5.1 Kesimpulan
1. Hasil Inventarisasi daerah irigasi Paingan diperoleh data luas layanan (551 Ha),
jumlah aset bangunan (21 unit), panjang saluran (2.336 m), nilai efisiensi
saluran (71%) dan nilai intensitas tanaman (285,5%).
2. Hasil kajian kondisi dan keberfungsian aset diperoleh total aset 21 unit terdiri
dari 1 bangunan utama, 13 aset bangunan, dan 7 ruas saluran irigasi. Terdapat
kondisi aset irigasi dalam kondisi rusak berat (6 unit), rusak ringan (5 unit) dan
kondisi baik (10 unit). Sedangkan keberfungsian aset terdapat aset (4 unit)
dengan fungsi buruk, (5 unit) kurang berfungsi dan (12 unit) berfungsi baik.
3. Hasil penetapan prioritas rangking optimal aset menunjukan bahwa ruas
saluran R. PG. 1 mendapat prioritas perbaikan pertama, dilihat dari luas
layanan, dengan mepertimbangkan efisiensi penyaluran dan intensitas
pertanaman. Hal ini juga dipertimbangkan karena R. PG. 1 merupakan
saluran/ruas pertama.
4. Hasil pengujian penetapan prioritas aset terhadap prioritas juru menunjukan
hasil yang signifikan sehingga penerapan metode manajemen aset baik
dilakukan untuk memperoleh prioritas rehabilitasi aset yang optimal.
5.2 Saran
Penerapan manajemen asetdilakukan untuk menentukan prioritas
pemeliharaan dalam pengembangan pengelolaan jaringan irigasi. Dalam
pelaksanaannya perlu mempertimbangkan kondisi dan keberfungsian aset irigasi
berdasarkan besar kerusakan dan dampak yang di akibatkan. Selain itu perlu
adanya pertimbangan faktor-faktor lain dalam menentuan prioritas aset irigasi
antara lain efisiensi penyaluran dan intensitas pertanaman. Agar penentuan
prioritas aset irigasi lebih tepat sasaran sehingga kegiatan pemeliharaan lebih
efektif.
26
DAFTAR PUSTAKA
Asawa, G.L. 2008. Irrigation and Water Resources Engineering. New Delhi: New
Age International (P) Limited, Publishers.