Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai petunjuk dan rahmat bagi seluruh manusia,

Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus Rasul-Nya
Sungguh penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT sebab hanya dengan ridlo dan karunia-
Nyalah penulis sanggup menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul HUKUM TAHLILAN
guna memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir.

Maka segala puji bagi Allah SWT yang telah menunjukkan kita Agama Islam. Seandainya
bukan karena petunjuk Allah SWT, niscaya kita tidak akan mendapat petunjuk yang benar ini.

Dan sebagai pelajar yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca karena penulis yakin bahwa karya tulis ini masih
banyak kekurangan, dan memerlukan penyempurnaan lebih lanjut. Semoga Allah SWT selalu
menjadikan kita sebagai orang yang Istiqamah di jalan-Nya.

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar .............................................................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

Bab II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

2.1. Definisi Tahlilan .................................................................................................................... 2

2.2. Asal Usul dan Waktu Pelaksanaan ........................................................................................ 3

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 7

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Segala puji bagi Allah SWT yang telah banyak memberikan kita nikmat sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan dan
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan yang berliku-
liku menuju jalan yang lurus yakni Agama Islam.

Di zaman sekarang ini sebagaian Masyarakat Islam masih mengikuti atau menganut tradisi-tradisi
nenek moyang terdahulu. Adapun kebiasaan yang mereka lakukan telah bertentangan dengan
ajaran Islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Dan perbuatan itu adalah mungkar, oleh karena itu
tradisi yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah tersebut Wajib kita rubah agar sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. 1.2.

1.2 ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Alasan penulis memilih HUKUM TAHLILAN karena kebanyakan masyarakat sekarang telah
meyakini dan melakukan acara seperti ini, yang merupakan tradisi di kalangan pedesaan, lebih
khususnya di sekitar masyarakat saya saya yang telah melembaga dan dianggap sebagai ajaran
Islam. Sedangkan acara seperti itu merupakan perbuatan yang bertentangan dengan syari.

Oleh karena itu penulis memilih judul ini ingin memperdalam agar bisa merubah, membenarkan
dan meluruskan sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI TAHLILAN

Tahlilan adalah acara yang berkaitan dengan peristiwa kematian seseorang lalu keluarga mayat
dan kerabat serta masyarakat sekitarnya mengadakan bacaan ayat al-Quran dan Dzikir-Dzikir
tertentu berikut doa-doa yang ditunjukkan untuk si mayit di alam kubur. Ritual ini dilakukan
secara berjamaah dan dengan suara keras.

Biasanya acara ini berlangsung tiga sampai tujuh hari berturut-turut setelah hari kematian. Tradisi
ini telah melembaga di kalangan masyarakat atau telah menjadi milik sebagian masyarakat Islam
di tanah air ini. Menurut kepercayaan tersebut, bahwa seseorang yang telah meninggal apabila kita
mengupahkan atau menghadiakan bacaan tahlil dan al-Quran kepadanya, maka sampailah bacaan-
bacaan pahala itu kepada si mayit. Perlu diketahui, bahwa menurut ayat-ayat Al-Quran dan As-
Sunnah, pahala bacaan tersebut serta amalan amalan lain tidak bisa sampai kepada si mayit.

Artinya : Bahwasanya seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan
sesungguhnya manusia tidak akan memperoleh (pahala), melainkan pahala dari usahanya sendiri
(an-Najm : 38-39)

2
Nabi SAW bersabda :

Artinya : Apabila seseorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal :
Shadaqah jariyah (waqaf), atau Ilmu yang bermanfaat dengannya, atau Anak yang sholeh yang
mendoakannya (HR. Muslim)

Menurut Nash-Nash di atas bahwa menghadiahkan bacaan tahlil, Al-Quran, dan semacamnya
tidak akan pernah sampai kepada si mayit kecuali apa yang diusahakan sendiri.

2.2.ASAL USUL TAHLILAN DAN PELAKSANAANNYA

A. ASAL USUL

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang di anut oleh sebagian
besar penduduk tanah air ini, di antara keyakinan keyakinan yang mendominasi saat itu adalah
animisme dan dinamisme. Di antara mereka meyakini bahwa arwah yang telah dicabut dari
jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selam tujuh hari, kemudian setelahnya akan
meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke empat puluh, hari keseratus dan hari
keseribunya atau mereka mereka meyakini bahwa arwah akan datang setiap tanggal dan bulan
dimana dia meninggal ia akan kembali ke tempat tersebut, dan keyakinan seperti ini masih melekat
kuat di hati kalangan awan di tanah air ini sampai hari ini.

Sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah tersebut dan membacakan
mantra-mantra sesuai keyakinan mereka. Setelah Islam mulai masuk di bawa oleh para Ulama
yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ini adalah suatu kebiasaan yang
menyelisihi syariat Islam,

3
lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan bacaan
berupa kalimat kalimat thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan
menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bisa berubah sedikit dan mininggalkan acara
tersebaut menuju ajaran Islam yang murni. Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan
acara pembacaan kalimat-kalimat thoyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam, para Ulama yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga
datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal yang telah
mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara perlahan. Perkembangan
selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya, kemudian pembacaan
kalimat-kalimat thoyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan
dari generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara tahlilan di suatu daerah berbeda dengan
prosesi tahlilan di tempat lain sampai hari ini.

B. PELAKSANAANNYA

Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah meninggal, biasanya dilakukan pada hari
pertama kematian sampai dengan hari ketujuh, selanjutnya dilakukan pada hari keempat puluh,
keseratus, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Dan ada juga yang melakukan pada
hari keseribu. Dalam upacara di hari-hari tersebut, keluarga si mayit mengundang orang untuk
membaca beberapa bacaan ayat-ayat dan surat al-Quran, Tahlil, Tasbih, Tahmid, Shalawat, dan
Doa pahala bacaan tersebut dihadiahkan kepada si mayit.

Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut di adopsi oleh para dai terdahulu dari upacara
kepercayaan animisme agama budha dan hindu, jika di dalam rumah si mayit tidak ada orang ramai
yang berkumpul kumpul dan mengadakan upacara-upacara sesaji, maka untuk itu semalam para
tetangga dan masyarakat berkumpul di rumah si mayit, hal semacam itu dilakukan pada malam
pertama kematian, selanjutnya malam ketiga, ketujuh, keseratus, kesatu tahun, dua tahun, dan
malam ke seribu.

4
c. MENYEDIAKAN MAKANAN TAHLILAN

Dalam acara tahlilan keluarga si mayit biasanya menyediakan makanan untuk orang-orang yang
datang pada upacara tahlilan tersebut sebagai sedekah. Padahal Nabi Muhammad SAW
menganjurkan supaya para tetangga memberi atau menyediakan makanan kepada keluarga si
mayit. Para tengga dan Sanak famili supaya datang ikut bela sungkawa dengan membawa sesuatu
untuk menyegerakan si mayit.

Sebagaimana Sabda Nabi SAW : Artinya : Dari Abdullah bin Jafar berkata : Tatkala datang
berita terbunuhnya Jafar,

Nabi SAW bersabda :

Buatlah makanan untuk keluarga Jafar. Sesungguhnya mereka tengah ditimpa musibah yang
menyibukkan mereka (HR. Abu Dawud, Tirmnidzi, Ibnu Majah)

Jadi yang menyediakan makanan adalah tetangga untuk keluarga si mayit, bukan yang terkena
musibah menyediakan makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain menjelaskan bahwa
menyediakan atau menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah termasuk meratap
yang dilarang oleh Agama,

5
sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Artinya : Dari Jarir al-Balaji berkata : Adalah kami (shahabat-shahabat nabi SAW) menganggap
berkumpul-berkumpul ke rumah ahli mayat dan membikin makanan sesudah ditanamnya itu
(termasuk) meratap. (HR. Ibnu Majah).

6
BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan

Berdasarkan pandangan muhammadiyah tahlilan merupakan sesuatu yang mengandung unsur


takhayul,bidah dan khurafat adalah sesuatu yang wajib di tinggalkan karena tidak ada nilainya
atau manfaatnya serta tidak ada dalil dan sunnah rasullah yang mengatakan untuk melakukan
tahlilan setelah orang meninggal.Jadi,kita sebagai umat muslim hendaknya meninggalkan tradisi
seperti ini.

3.2. Saran
Setelah menguraikan secara sistematis, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Saran kami kepada pembaca agar dapat memahami dan mempelajari makalah ini
dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara
kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.

7
DAFTAR PUSTAKA

AL-QURANUL KARIM DAN AS-SUNNAH

KATA BERJAWAB JUZ M1

YASINAN, TAHLIL DANS SELAMATAN, ABU IBRAHIM MUHAMMAD ALI, PUSTAKA


AL-UMMAH

TAHLILAN, YASINAN DAN MAULIDAN, ABU IHSAN AL-ATSARI AL-MADANI


BULUGHUL MARAM, IBNU KATSIR, PENERBIT DIPONEGORO BANDUNG

iii
MAKALAH AL-ISLAM
HUKUM TAHLILAN

Disusun Oleh :
Nama : 1. Desni Rahmawati
: 2.Trinita Ningsih
: 3. Misjuda
: 4. Wita Hardianti
: 5. Ika Julian
: 6. Heni Purnama Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


MUHAMMADIYAH JAMBI
2017

Anda mungkin juga menyukai