Pemeliharaan sistem kontrol bertugas untuk pengecekan sensor dan juga untuk turun
ke lapangan jika terjadi kerusakan komunikasi antara DCS, juga pengecekan DCS jika
ada troble. Juga bagian pemrograman DCS yang ada di seluruh pabrik.
Pemeliharaan Sistem kontrol juga operator yang bertugas mengawasi semua sistem di
pabrik yang telah dipasang oleh pemeliharaan sistem kontrol. Pemeliharaan Sistem
kontrol bertugas untuk mengoperasikan kegiatan, takaran, dan juga arus transportasi
pabrik berdasarkan keputusan dari laboratorium.
DCS adalah PLC yang berkomunikasi satu sama lain. namun jaman sekarang,PLC
dan DCS adalah sama dan tidak mungkin dibedakan.
Kadar alkalisis, klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran
material masuk kiln. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah untuk
mencampur dan mengoreksinya. Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa
larutan. Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses. KERUGIAN Proses basah baik
digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi Pada waktu pembakaran
memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi bahan bakar lebih banyak Kiln yang dipakai
lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang
kiln.
KEUNTUNGAN: Kiln yang digunakan relatif pendek Kebutuhan panas lebih rendah.
KERUGIAN: Rata-rata kapasitas kiln lebih besar Fluktuasi kadar air menganggu operasi,
karena materail lengket di inlet kiln Terjadipenebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln.
Hasil Akhir:
Semen PPC: semen campuran yang menggunakan pozzolan sebagai bahan tambahan pada
campuran terak dan gips dalam proses penggilingan akhir. Sesuai untuk pengecoran beton
massa, dam, irigasi, bangunan tepi laut atau rawa, yang memerlukan ketahanan sulfat dan
panas hidrasi sedang.
A. Proses Basah
Disebut proses basah bila bahan mentah selain gips sebelum dibakar dalam kiln
dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu dan digiling halus sehingga
menjadi luluhan ( umpan ). Proses selanjutnya sama seperti proses kering.
B. Proses kering
Disebut proses kering bila bahan baku selain gips sebelum dibakar dalam tanur putar
(rotary kiln) digiling dalam keadaan kering. Proses ini banyak digunakan di Eropa
sebab bahan dasarnya tanah liat diambil dari batuan yang memang kering, dan
proses ini merupakan metode yang digunakn pada proses produksi kebanyakan.
Tabel 1. Perbedaan Proses Pembuatan Semen dengan Proses Basah dan Proses Kering
No Proses Penggilingan Homogenisasi
1. Basah Penggilingan dilakukan dalam raw mill Slurry dicampur di
dengan menambahkan sejumlah air mixing
kemudian dihasilkan slurry dengan kadar basin,kemudian
air 34-38 %.Material-material ditambah slurry dilairkan ke
air diumpankan ke dalam raw mill. tabung koreksi;
Karena adanya putaran, material akan proses
bergerak dari satu kamar ke kamar pengoreksian
berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses
pemecahan dan kamar 2/3 terjadi gesekan
sehingga campuran bahan mentah
menjadi slurry.
2. Kering Terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Terjadi di blending
Drying Chamber, Compt 1, dan Compt 2. silo dengan sistem
Material-material dimasukkan bersamaan aliran corong
dengan dialirkannnya gas panas yang
berasal dari suspension preheater dan
menara pendingin. Pada ruangan
pengering terdapat filter yang berfungsi
untuk mengangkut dan menaburkan
material sehingga gas panas dan material
berkontaminasi secara merata sehingga
efisiensi dapat tercapai. Terjadi
pemisahan material kasar dan halus
dalam separator.
Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi
Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi bahan bakar
lebih banyak
Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi dalam kiln
menggunakan 22 % panjang kiln.
Keuntungan dan kerugian proses kering :
1. Keuntungan
Kiln yang digunakan relatif pendek
Kebutuhan panas lebih rendah
2. Kerugian
Kualitas di Pasaran
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika
dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun
demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk
mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Dalam pengujian kekerasan logam kekerasan merupakan ketahanan logam terhadap goresan
(skala Mohs),
tekanan, dsb. Kekerasan merupakan sifat mekanik suatu logam yang dapat di uji salah
satunya melalui
'Skala Mohs' diambil dari nama penemunya Friedrich Mohs.
Skala kekerasan mineral atau skala Mohs merupakan skala yang digunakan untuk mengukur
dan mengelompokkan kekerasan mineral dengan membandingkan kekerasan tiap mineral
melalui 'goresan'
Dimana mineral yang lebih keras akan mampu menggores mineral yang lunak.
Skala ini ditemukan pada tahun 1812 oleh geolog & minaralog Jerman ' Friedrich Mohs'
Dalam skala Mohs terdiri dari 10 tingkatan dari yang terlunak sampai yang terkeras dimana
mineral yang
terkeras tidak bisa lagi digores oleh mineral lain.
Perlu diketahui mineral-mineral tersebut merupakan mineral murni atau zat murni yang
ditemukan di alam yang
belum dicampur dengan mineral dan zat lain.
Kekerasan Kekerasan
Mineral Formula kimia Gambar
Mohs absolut
1 Talek/Talc Mg3Si4O10(OH)2 1
2 Gipsum CaSO42H2O 3
3 Kalsit CaCO3 9
4 Fluorit CaF2 21
Ca5(PO4)3(OH,Cl
5 Apatit 48
,F)
Feldspar
6 KAlSi3O8 72
Ortoklas
7 Kuarsa SiO2 100
10 Intan/Diamond C 1600
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwasannya mineral yang paling lunak ialah 'Talk/
kapur' dan
mineral yang paling keras ialah 'diamond/intan' yang artinya intan dapat menggores semua
jenis
mineral dan mineral lainnya dapat menggores mineral yang berada di bawah tingkattannya.
Perlu diketahui bahwa kuku taangan kekerasan 2-2,5 skala Mohs, Gigi 5 skala Mohs, pisau
baja 5,5 skala Mohs, Kaca 5.5 skala Mohs, Baja 6.5 skala Mohs.
Produksi semen melibatkan bahan baku dikeringkan, tanah, proporsional dan homogen
sebelum ditransfer ke rotary kiln untuk dibakar. Bahan yang dihasilkan, yang dikenal sebagai
klinker, dilumatkan dengan gipsum di pabrik penggilingan semen untuk membuat OPC atau
dicampur dengan aditif lain untuk membuat berbagai jenis semen lainnya. Rata-rata, sekitar
960kg klinker digunakan untuk membuat satu ton OPC.
Penggalian
Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi semen adalah batu kapur, pasir silika,
tanah liat, pasir besi dan gipsum. Kapur, tanah liat dan pasir silika yang digali oleh
pengeboran dan peledakan dan kemudian dibawa ke pabrik menghancurkan terletak
berdekatan dengan tambang. Hancur batu kapur, tanah liat dan pasir silika kemudian
disampaikan melalui sistem conveyor belt atau truk.
Dalam sistem wet-proses, bahan baku tanah basah dan diumpankan ke kiln dalam bentuk
bubur, yang menghasilkan tingkat yang relatif tinggi konsumsi panas. Dalam sistem kering-
proses, bahan baku tanah yang kering dan diumpankan ke kiln dalam bentuk bubuk.
Mengingat keuntungan ini, kiln kering-proses telah digunakan oleh produsen semen modern.
Indocement menggunakan kiln kering-proses, yang mengkonsumsi lebih sedikit panas dan
lebih efisien daripada kiln basah-proses.
Bahan baku dikeringkan dalam pengering rotary menggunakan limbah panas dari kiln. Kadar
air sangat berkurang untuk meningkatkan kontrol kualitas dan penanganan. Bahan kering
yang dicampur dan dimasukkan ke pabrik penggilingan baku untuk menghasilkan "makanan
mentah". Selama proses penggilingan, sampel diuji setengah jam melalui analisis X-ray untuk
memastikan kualitas makanan mentah yang konsisten. Makanan mentah dicampur
disampaikan ke silo penyimpanan.
Makanan mentah dicampur diangkut oleh konveyor pneumatik untuk kiln suspensi pra-
pemanas di mana ia dipanaskan untuk mencapai tingkat tinggi kalsinasi (oksidasi dari
kalsium karbonat) sebelum makan mentah memasuki tanur putar. Dalam rotary kiln,
makanan mentah dipanaskan benar-benar dikalsinasi dan akhirnya disinter pada 1.450 C
untuk membentuk klinker.
Hot klinker dari rotary kiln dibuang ke pendingin di mana ia dipadamkan dan didinginkan
oleh udara segar dari penggemar kapasitas tinggi. Udara yang melewati lapisan klinker yang
demikian dipanaskan dan selanjutnya digunakan sebagai udara pembakaran di kiln.
Berpendingin klinker dikirim ke silo klinker
Finish Grinding
Dari silo klinker, klinker didinginkan dicampur dengan gipsum dan dimasukkan ke dalam
pabrik penggilingan untuk menghasilkan semen. Semen selesai kemudian dipompa ke silo
semen.
Kemas Kemas
Semen ditransfer dari silo penyimpanan ke pabrik packing tas dan pemuatan massal.
Mengantongi dilakukan dengan kecepatan tinggi sejalan dan mesin kemasan rotary. Tas diisi
secara otomatis ditimbang, disegel dan dimuat ke truk dengan conveyor belt. Total gabungan
dinilai kapasitas mesin packing semua Indocement adalah 5.000 ton per jam. Semen curah
dimuat ke truk tangki khusus untuk pengiriman ke silo portabel pelanggan di lokasi
konstruksi atau diangkut ke fasilitas pelabuhan Indocement.
b. Roller crusher, digunakan untuk memecah tanah liat dengan kapasitas alat 500 ton tanah
liat/jam (WB).
2. Raw mill, digunakan untuk menggiling dan mengeringkan bahan mentah dengan kapasitas
360 ton/jam(DB).
3. Preheater
a. Cyclone preheater, digunakan untuk pemanasan awal dengan kapasitas 1700 ton/hari.
b. Cyclone preheater dengan precalsiner (secondary burner), digunakan untuk calsinasi raw
meal dengan kapasitas 2500 ton/hari.
Standar penggunaan bahan peledak adalah 130 gram/ton. Sedangkan urutan pekerjaan
yang dilakukan selama pengisian bahan peledak adalah sebagai berikut :
- Mempersiapkan bahan peledak, detonator, listrik dan peralatan lain.
- Pengecekan kedalaman lubang.
- Mengontrol detonator dengan Ohm Meter.
- Memasukkan detonator ke dalam Damotin.
- Memasukkan primer bahan peledak ke dalam lubang.
- Memasukkan pekerjaan stemming (pemadatan lubang tambang).
- Menghubungkan detonator listrik sehingga menjadi rangkaian yang tersusun baik.
- Menguji rangkaian dengan alat Blasting Ohm Meter untuk mengetahui apakah sudah
sempurna.
- Memberikan tanda sirine sebagai awal dimulainya peledakan.
5. Loading (Pemuatan)
Merupakan rangakaian kegiatan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat
material ke dalam alat angkut. Alat muat yang dipakai antara lain : Hydraullic Shovel, Back
Hoe, Whell Loader. Setelah batu kapur digali dengan alat muat lalu dimasukkan ke Dump
Truck.
6. Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut batu kapur ke
peralatan pemecah batu kapur. Alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck.
7. Crushing (Pemecahan)
Batu kapur yang diangkut dari tambang dengan Dump Truck dituangkan ke
dalam lime stone hopper. Selanjutnya batu kapur dimasukkan ke dalam alat pemecah (single
shaft hammer crusher) oleh appron feeder. Prinsip kerja dari alat pemecah yaitu berdasarkan
putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer yang membentuk impact wall lining.
Produk yang lolos dari saringan (grate basket) masuk discharge steel conveyor, sedangkan
material jatuhan dari appron feeder ditampung oleh drag chain dan masuk discharge steel
conveyor. Selanjutnya batu kapur tersebut diangkut dengan melalui rangkaian seri belt
conveyor dicurahkan dengan membentuk layer layer ke tempat penumpukan yang dibagi
dua bagian yaitu stock pile I dan II.
4. Pembakaran
Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo dikeluarkan dan
dengan menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung baku di umpankan ke kiln.
Tepung baku yang di umpankan ke Kiln di sebut umpan baku atau umpan kiln (kiln feed) .
proses pembakaran yang terjadi meliputi pemanasan awal umpan baku di preheater
(pengeringan, dehidrasi dan dekomposisi) , pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan
pendinginan di Grate cooler (quenching).
a. Pengeringan
Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung dalam umpan
baku. Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas pada temperature sampai 200
C.
b. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water) yang terikat
secara molekuler di dalam mineral mineral umpan baku . Proses ini terjadi temperatur 100
400 C . Kondisi ini menyebabkan struktur mineral menjadi tidak stabil dan akan terurai
menjadi pada temperature 400 900 C.
c. Dekomposisi dan kalsinasi
Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral mineral umpan
baku menjadi oksida oksida yang relatif terjadi pada temperature 400 900 C .
d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa senyawa penyusun semen
Portland baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Pada temperature 1260 - 1310 C
mulai terjadi lelehan terutama terdiri dari komponen Al203 dan Fe2O3. Pada temperatur 1450
C, jumlah fasa cair dapat mencapai 20 -30 %. Dalam fasa cair terjadi pembentukan ( C3S ) 3
CaO.SiO2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
2 CaO.SiO2 + CaO 3 CaO.SiO2
Apabila dalam proses klinkerisasi masih terdapat CaO yang belum bereaksi dengan
oksida lainnya, maka akan terbentuk CaO bebas ( free lime ) yang bersifat merugikan
terhadap , mutu semen . Banyaknya CaO bebas pada klinker dapat di jadikan salah satu
indikator apakah proses pembakaran klinker berjalan dengan baik atau tidak. Semakin banyak
CaO berarti proses pembakaran tidak berjalan dengan baik.
Peralatan utama untuk pembakaran P.T Semen Baturaja (Persero) adalah Rotary kiln
yang dilengkapi dengan Suspension Preheater.
Kecepatan pembakaran bahan baku dalam rotary kiln ( tanur putar ) bergantung pada :
- Kecepatan putar kiln = 3 rpm
- Panjang kiln = 75 m
- Diameter kiln = 4,5 m
- Kemiringan kiln = 150
e. Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker scara mendadak setelah reaksi
klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam Grate Cooler dengan media pendingnnya
berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam Grate Cooler dengan menggunakan fan.
Tujuan quenching adalah untuk mendapatkan klinker dengan mutu yang baik ,
diantaranya :
- Mencegahnya terjadinya reaksi inversi terjadi pada pendinginan lambat pada temperatur
1200 C.
- Mencegahnya terjadinya pembentukan struktur Kristal beta 2 CaO.SiO2 yang bersifat
hidraulis menjadi Kristal alfa 2 CaO.SiO2 yang bersifat kurang atau tidak hidraulis. Klinker
yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam klinker silo.
- Dengan adanya pendinginan yang mendadak dari temperatur tinggi (1000C) menjadi
temperatur yang rendah (100C) akan dihasilkan terak yang rapuh (berpori-pori tinggi)
sehingga memudahkan dalam proses penggilingan terak.
- Untuk melindungi peralatan transportasi terak dari temperatur tinggi.
- Panas terak dikembalikan ke dalam kiln sebagai udara sekunder pada pembakaran.
5. Penggilingan semen
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut dengan chain
conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari gerbong dibongkar dan
disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan
dari bin masing masing dan akan bercampur di belt conveyor. Dari belt conveyor campuran
ini kemudian dihancurkan dengan roller press sehingga memiliki ukuran tertentu yang
selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang berisi bola
bola besi sehingga media penghancurnya.
Dengan menggunakan sebuah fan , material yang telah halus dihisap dan dipisahkan
dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat pemisah debu. Hasil
penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap udara. Semen yang dihasilkan harus
memenuhi syarat mutu fisik semen dengan kehalusan minimal 3000 cm2/g (SNI
mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).
6. Pengantongan Semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan belt conveyor
masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa Rotary Packer, semen dikantongi
dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen , kemudian di bawa ke truk untuk dipasarkan.
Untuk lebih jelasnya, proses pembuatan semen Baturaja dapat dilihat diagram alirnya
pada gambar berikut.
2.3 Produk
Produk yang dihasilkan dari proses pembuatan semen di PT. Semen Baturaja
(Persero) adalah Semen Portland Type I menurut standar Nasional Indonesia. Semen
Portland Type I adalah semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Penggunaan semen
Portland type I dapat dipakai untuk seluruh bangunan seperti untuk jalan, jembatan,
bangunan gedung dan lain-lain jenis konstruksi, terutama yang tidak ada kemungkinan
mendapat serangan sulfat dari tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
Proses Pembuatan
prosesnya.
1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur,
tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan
menggunakan alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
4. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker
5. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-
bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip
tangki minyak pertamina)
8. Dari silo ini semen dipak dan dijual ke konsumen.
Silica
Sand
Iron
Sand
FINISHING
RAW MILL COAL MILL
MILL
310 TPH TONASA
48 TPH
IV PACKING PLANT
KILN, FINISHING
RAW MILL BIRINGKASSI
7500 TPD MILL
310 TPH
PT. Semen Tonasa
Lokasi: Ds Tonasa, Kab. Pangkep (Sulsel)
Didirikan tanggal: 5 Desember 1960
Jumlah pabrik: 3
Kapasitas produksi total: 3.480.000 ton
Website: http://www.sementonasa.co.id
a. Quary
Batu kapur yang diquary diledakkan dengan menggunakan bahan peledak. Lalu
dengan alat-alat berat batu kapur itu dipilih yang mempunyai diameter maksimum
170 cm, selanjutnya dimuat dan diangkut dengan menggunakan Damp Trucks ke atas
pemecah.
b. Crusher
Tanah liat yang merupakan hasil query dipecah oleh Hammer Crusher menjadi
c. Clay pit
Tanah liat yang berasal dari clay pit diambil dengan menggunakan alat-alat berat
d. Clay Drier
Clay yang terdapat di storage hall dikeringkan dengan clay drier untuk mendapatkan
e. Pasir Silika
Pasir silika diambil dari deposit yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Pasir silika
f. Raw Material
Batu kapur, clay dan pasir silika secara bersama-sama digiling dalam raw material
hingga silo. Dalam proses penggilingan tersebut selalu mendapatkan pengawasan dari
g. Kiln/Tungku Putar
Raw mill yang berasal dari silo diangkut ke kiln untuk dibakar dengan temperatur
h. Finish Mill
penggilingan ini kemudian disimpan dalam silo-silo. Semen yang dihasilkan ini siap
Silica
Sand
Iron
Sand
FINISHING
RAW MILL COAL MILL
MILL
310 TPH TONASA
48 TPH
IV PACKING PLANT
KILN, FINISHING
RAW MILL BIRINGKASSI
7500 TPD MILL
310 TPH