ANALISIS
populasi Indonesia sekali setiap dekade. Menurut studi terakhir (dirilis pada tahun
2010), Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.6 juta orang. Namun, menurut
diperkirakan memiliki lebih dari 260 juta penduduk pada tahun 2017.1
sedangkan kita tahu bahwa lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal inilah
pertanian.
dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Alih fungsi lahan pada
dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya alih fungsi
lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih
produktif. Lahan pertanian dapat memberikan manfaat baik dari segi ekonomi,
1
https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/penduduk/item67?
84
sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian
akibat alih fungsi akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial dan lingkungan
tersebut. Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian terus terjadi
secara tak terkendali, maka hal ini akan menjadi ancaman tidak hanya bagi petani
Tanah adalah sumber daya alam terpenting saat ini, dimana hampir setiap
kegiatan manusia berkaitan dan berhubungan dengan tanah, baik yang berfungsi
sebagai Ibu Kota Provinsi Riau dan salah satu Kota terbesar. Tidak dapat
dipungkiri lagi, hampir setiap tahunnya penggunaan tanah yang tidak sesuai
kawasan daratan pulau sumatera merupakan wilayah yang masih memiliki banyak
lahan pertanian yang produktif. Pola penggunaan lahan Kota Pekanbaru dapat
dibagi atas 2 kelompok utama, yaitu lahan terbangun (built up areas) dan lahan
85
belum terbangun (non-built up areas). Dari luas Kota Pekanbaru, yaitu 63.226 Ha
diperkirakan sekitar 23,55% merupakan areal yang telah terbangun. Luas lahan
Sedangkan untuk lahan yang belum terbangun masih cukup luas dan pada
perkebunan Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara Kota Pekanbaru,
Kota Pekanbaru.3
Berkaca dari kondisi tanah pertanian Provinsi Riau sendiri, saat ini terjadi
laju penurunan lahan pertanian, tercatat dari data Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Riau menyatakan bahwa untuk luas pertanian pada lahan sawah di Riau
mengalami penyusutan hingga 100.891,19 hektare karena alih fungsi lahan. Data
yang diketahui bahwa luas baku dari lahan sawah pada tahun 2012 yaitu seluas
2
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016 hlm. II-8
3
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pekanbaru Tahun 2016 hlm. II-9
86
189.545 hektare dan tahun 2013 luasnya 88.653,81 hektare, namun pada tahun
2014 berkurang sebanyak 100.891,19 hektare.4 Faktor utama alih fungsi lahan
Hal ini mengakibatkan sampai saat ini Provinsi Riau belum bisa mencapai
beras setiap tahun, dimana penduduk Riau membutuhkan sekitar 660.000 ton
beras setiap tahun namun hanya bisa menghasilkan sekitar 245.000 ton beras per
tahun yang artinya kurang lebih 60 persen beras Provinsi Riau itu tergantung pada
provinsi lain.5
km2 dengan kepadatan penduduk tahun 2013 mencapai 15.034 orang /km2 hal ini
berdampak pada aspek kehidupan yang luas dan pembangunan. Kota Pekanbaru
sebagai Ibu Kota Provinsi Riau yang semakin laju kepadatan penduduknya
tuntutan terhadap kebutuhan dasar manusia seperti pangan, papan dan lahan
menjadi semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi bahwa luas lahan cenderung
4
Data statistic Kepala Bidang Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan
5
http://m.situsriau.com/read-28700-2017-02-27-alih-fungsi-lahan-merajalela-riau-
kekurangan-415-ribu-ton-beras.html#sthash.oWsGBjJA.dpbs
87
sosial ekonomi yang berlangsung, seperti semakin banyaknya pusat-pusat
ditunjang dengan akses jalan yang semakin baik. Hal tersebut terkait dengan
pertambahan penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya yakni dari tahun 1990
sebanyak 398.694 orang dan meningkat sampai dengan 950.571 orang pada tahun
2013.
begitu banyak orang yang semakin membutuhkan tanah untuk berbagai keperluan.
Dapat dilihat fenomena pembangunan wilayah kota Pekanbaru pada hari ini
Kepadatan juga dapat terlihat semakin macetnya lalu lintas Kota Pekanbaru,
volume kendaraan yang semakin padat menuntut pembangunan akses jalan yang
Pekanbaru memiliki lahan tidur (lahan yang belum termanfaatkan) setengah dari
88
luas wilayah Kota Pekanbaru. Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru
mencatat wilayah Kota Pekanbaru saat ini masih memiliki potensi lahan tidur
yang bisa digarap menjadi lahan pertanian yang memiliki luas 45% dari 632,26
Km total luas wilayah Kota pekanbaru, menurut dinas Pertanian dan Peternakan
Kota Pekanbaru lahan tidur milik rakyat dan pemerintah ini berpotensi
Selain hingga saat ini belum disahkannya RTRW terbaru mengenai lahan
jumlah rumah tangga usaha pertanian dan jumlah perusahaan pertanian berbadan
hukum pada tahun 2003 dan tahun 2013 di Pekanbaru menurun. Bahkan rumah
Kabupaten/Kota lain, yaitu sebesar 1,94 persen terhadap total rumah tangga
hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha
dari 19.324 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 11.299 rumah tangga pada
tahun 2013, yang berarti menurun sebesar 41,53% selama sepuluh tahun.7
6
http://sumatra.bisnis.com/read/20150627/13/58686/pekanbaru-punya-lahan-tidur-hampir-
setengah-dari-luas-wilayah
7
Hasil Sensus pertanian 2013, badan pusat statistik Kota Pekanbaru, 2013. Hlm
10. http://st2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/st1471.pdf
89
Target luas lahan pertanian yang sudah diatur dalam Peraturan Daerah kota
Pekanbaru Nomor 4 Tahun 1993 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota
Pekanbaru yakni direncanakan hingga akhir tahun 2015 adalah seluas 10.292
hektar atau sekitar 16,29% dari luas kota Pekanbaru masih belum dapat terealisasi,
bahkan pemilik lahan cenderung tidak tertarik untuk memanfaatkan lahan dalam
sektor pertanian, petani yang menggarap lahan pertanian Kota Pekanbaru menurut
data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru mayoritas petani
numpang atau menyewa lahan.8 Sementara dari hasil wawancara penulis terhadap
beberapa pemilik lahan yang lahannya dimanfaatkan oleh petani penyewa lahan
ekonomi.
mengakibatkan semakin seringnya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian di Kota Pekanbaru, bukan menjadi suatu hal yang tabu melihat lahan
pertanian pada hari ini sudah berubah menjadi bangunan rumah, perumahan,
maupun ruko.
Tahun 2009 kecuali untuk kepentingan umum. Terjadinya alih fungsi lahan
yang berlaku. Pada Pasal 44 Ayat (3) UU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
8
http://sumatra.bisnis.com/read/20150627/13/58686/pekanbaru-punya-lahan-tidur-hampir-
setengah-dari-luas-wilayah
90
Berkelanjutan mengatur bahwa pengalihfungsian lahan yang sudah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan syarat :
91
(1) Pembebasan kepemilikan hak atas tanah pada lahan dilakukan dengan
(2) Besaran ganti rugi dilakukan oleh Penilai yang ditetapkan oleh lembaga
peraturan perundang-undangan.
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan, yang dimaksud dengan Lahan Pengganti
adalah lahan yang berasal dari Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
tanah telantar, tanah bekas kawasan hutan, dan/atau lahan pertanian yang
dalam ketentuan umum PP No. 1 Tahun 2011 adalah lahan potensial yang
dimaksud dalam Pasal 46 Ayat (2) UU No. 41 Tahun 2009 yang mengatur bahwa
92
Tahunan, Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) instansi terkait pada saat alih fungsi direncanakan.
Berkelanjutan;
atau
Adapun tata cara penetapan lahan pengganti ini diatur dalam Pasal 49 UU
b. Peraturan Daerah Provinsi dalam hal lahan pengganti terletak di dalam dua
93
Teknis Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai
berikut :
instansi/lembaga terkait.
94
pertanian, perencanaan pembangunan, infrastruktur, administrasi
luas kurang dari 1 hektar. Izin ini dapat terbit dengan prosedur sebagai
berikut :
Pertanahan;
Pertanahan
95
(2) Izin Lokasi.
lokasi. Izin lokasi juga diatur pada UU No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang. Izin lokasi sebagai izin pemanfaatan ruang diatur dalam
pertanahan.
dimaksud dengan kajian kelayakan strategis diatur lebih lanjut pada Pasal 40 PP
Syarat kedua adalah rencana alih fungsi lahan, dimana dalam Pasal 41 PP
96
Dalam perizinan yang menjadi objek penelitian penulis, terkait rencana
alih fungsi lahan, luas dan lokasi lahan dan jadwal alih fungsi lahan yang akan
lahan pengganti untuk lahan pertanian yang dialihfungsikan, yang terjadi sejauh
ini tidak disediakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, sehingga secara umum
sampai saat ini belum dibuat peraturan daerah tentang lahan pengganti alih fungsi
RTRW Kota Pekanbaru dan tidak mungkin lagi mengacu pada RTRW lama, saat
disahkannya RTRW Kota Pekanbaru. Tanpa adanya RTRW serta Perda tentang
Persoalan mendasar dari kegiatan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
UU No. 41 Tahun 2009 mengatur bahwa lahan yang sudah ditetapkan sebagai
97
Kemudian pada Ayat (2) terdapat ketentuan pengecualian yang mengatur bahwa
44 Ayat (2) UU No. 41 Tahun 2009, bahwa yang dimaksud dengan kepentingan
2. waduk,
3. bendungan,
4. irigasi,
7. bangunan pengairan,
8. pelabuhan,
9. bandar udara,
11. terminal,
98
Dalam teori penggolongan kaidah, dikenal empat penggolongan kaidah
sesuatu;
izin, pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang secara umum dilarang,
ketentuan yang disebutkan pada Pasal di atas. Dari keempat belas bidang tentang
bahwa kegiatan alih fungsi lahan pertanian tersebut merupakan kegiatan alih
fungsi yang dilarang berdasarkan Pasal 44 Ayat (1) UU No. 41 Tahun 2009
Pasal 50 Ayat (1) UU No. 41 Tahun 2009 mengatur bahwa segala bentuk
9
JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar Dalam
Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hhlm. 100
99
dalam Pasal 44 Ayat (2). Hal ini membuktikan bahwa perlindungan hukum
terhadap lahan pertanian sangat kuat, sehingga segala bentuk perizinan yang
keadaan batal demi hukum adalah suatu perbuatan yang dinyatakan batal demi
hukum dianggap tidak pernah ada. Bahkan pada Pasal 50 Ayat (2) UU No. 41
Larangan alih fungsi lahan pertanian ini disertai ancaman sanksi yang
tegas, terdapat dua jenis ancaman sanksi dalam UU No. 41 Tahun 2009, yaitu :
a. peringatan tertulis;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
j. denda administratif.
100
2. Sanksi Pidana, pada Bab XVI tentang ketentuan Pidana terdapat dua
bentuk sanksi pidana yaitu pidana denda dan pidana penjara, adapun
Pasal 72
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2)
Pasal 73
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
101
Pasal 74
1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 Ayat (1)
dan Ayat (2) dilakukan oleh suatu korporasi, pengurusnya dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), korporasi dapat
kerugian
Dalam hal ini fungsi pemerintah sendiri adalah sebagai pengendali dan
non pertanian dapat terkendali maka harus ada izin untuk pengalihan fungsi tanah
102
Sesuai peraturan yang berlaku, ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah maka pemerintah atau
peraturan yang sudah ditetapkan, agar semua pihak yang bersangkutan dalam
dan lebih selektif dalam pemberian izin, sehingga pengendalian alih fungsi tanah
pembangunan daerah.
a. insentif;
b. disinsentif;
c. mekanisme perizinan;
d. proteksi; dan
103
e. penyuluhan.
Pemerintah Daerah. Juga Pemerintah lalai dalam menegakkan sanksi bagi pelaku
alih fungsi tanah pertanian menjadi non pertanian yang dalam hal ini tidak melalui
Implementasi UU No.41 Tahun 2009, saat ini baru sampai pada tahap
identifikasi lokasi dan belum ada suatu peraturan daerah yang mengatur tentang
hal tersebut, dan belum disahkannya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
berkelanjutan, juga belum dapat dibahas oleh legislatif, meskipun rancangan perda
disahkannya RTRW Provinsi Riau. Belum adanya perda menjadi hambatan dalam
sehingga tidak ada payung hukum yang jelas seandainya terjadi pelanggaran,
104
demikian pula dalam menyampaikan informasi lahan-lahan mana yang dijadikan
pertanian ini merupakan permasalahan lintas sektoral.10 Dari segi teknis, dinas
lingkup pertanian sangat berkompeten dalam permasalahan ini, tetapi jika ditinjau
dari segi lahannya, pihak Badan Pertanahan Nasional yang memiliki wewenang.
karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antar instansi terkait demi
10
Iqbal,M dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
Bertumpupada PartisipasiMasyarakat.Analisis Kebijakan Pertanian. 5(2):167-182.
105
seandainya ada pihak-pihak yang ingin membeli lahan pertaniannya untuk
fenomena yang sering terjadi. Pertumbuhan suatu kota, yang berakibat pada
pesatnya aktivitas ekonomi di luar bidang pertanian. Sejalan dengan hal tersebut,
lahan.
dengan fungsi dan nilai yang terkandung pada tanah sebagai modal utama
Alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian tidak hanya berkaitan dengan
aspek kehidupan masyarakat yang bersifat dinamis. Dengan kata lain alih fungsi
11
Handari, AW. 2012. Implementation Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Magelang [Thesis]. Semarang : Universitas Diponegoro.
106
Proses alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian pada dasarnya terjadi
dengan dua cara yang melibatkan berbagai faktor, yaitu secara sistematis dan
sporadik. Proses alih fungsi tanah pertanian secara sistematis pada umumnya
terjadi mengelompk, bersama-sama dan mencakup areal yang relatiif cukup luas
tanah pertanian secara sporadis pada umumnya terjadi secara individual, terpisah-
pisa dan mencakup areal yang relatif sempit-sempit seperti pengalihan tanah
hidup yang kian mahal serta tingginya harga jual tanah mengakibatkan banyak
petani yang kemudian menjual tanah sawahnya. Hal itu bertujuan untuk
memperbaiki taraf hidup dikemudian hari. Faktor lainnya adalah karena faktor
12
Asmadi Adnan, Alih Guna Tanah Pertnian dan Pengendaliannya, Jakarta : Pusat
Penelitian dan Pengembangan, Badan Pertanahan Nasional, 1996 hal 37-38
107
tidak ada lahan lain untuk membangun. Semakin meningkatnya jumlah penduduk
dan berkembanganya industri maka akan terus semakin menarik banyak penduduk
untuk tinggal di sana dan menarik banyak investor untuk membangun kawasan
alami dan urbanisasi. Dalam kaitan ini alih fungsi lahan pertanian
kota besar.
108
Kemudian pada kondisi pewarisan tanah kepada beberapa ahli
maka tidak diperlukan lagi untuk membeli tanah lain untuk dijadikan
109
yang lebih tinggi terbuka lebar. Paradigma masyarakat Kota dalam hal
2. Faktor Ekonomi
jasa).13
sebesar 3,95%, pada tahun 2010 sebesar 3,78%, tahun 2011 sebesar
3,74%, tahun 2012 sebesar 3,66%, dan pada tahun 2013 3,68% jika
dilihat dari peranan per sektor terhadap PDRB, pada tahun 2013
Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan, dan bangunan. Hal ini dapat
13
Asmadi adnan hlm. 40
110
kita cermati sektor pertanian bukan menjadi perhatian utama dari
ini.14
sebagainya).
14
Pendapatan Ekonomi Regional Kota Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha 2009-2013
111
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian menjadi pilihan
(land rent). Nilai sewa ekonomi tanah ini merupakan salah satu
tanah.
112
Kota Pekanbaru. Pada sisi lain, tanah-tanah di Kota Pekanbaru
relatif tanah masih luas dengan harga yang relatif lebih rendah.
3. Kepadatan Penduduk
113
menjangkau kebutuhan penduduk dimana kecenderungan penduduk
bawah dan olehnya itu upaya sosialisasi masih diperlukan. Upaya ini
114
pertanian produktif merupakan salah satu lahan pertanian pangan yang
dan terdapat sanksi bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian jika tanpa
relatif tinggi sehingga sangat sulit terhindarkan dari alih fungsi tanah
115
6. Belum ada Regulasi yang Tegas Mengatur Larangan Alih Fungsi
tindakan hukum karena payung hukum penataan wilayah pada saat ini
alih fungsi lahan pertanian ke non Pertanian jika luas wilayah tidak
memberikan izin alih fungsi lahan yang terjadi di Kota Pekanbaru tidak
sejalan, namun masih belum adanya regulasi RTRW dan Perda Kota
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian terus berlanjut. Hal
116
ini juga berkaitan dengan kurangnya ketegasan dan keseriusan
sanksi pelanggaran.
Pertanian
alih fungsi lahan pangan di provinsi Riau. Salah satu faktor penyebabnya
15
Subkhan Riza, Kegagalan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan di Provinsi Riau,
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014, hlm 5-6
16
Irawan, B. 2008. Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan.Forum Penelitan
Agro Ekonomi 26(2):116-131
117
Seperti yang dikemukakan oleh Nasoetion bahwa terdapat tiga kendala
di sisi lain justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut melalui
dan atau akan merubah lahan pertanian ke nonpertanian. Oleh karena itu,
17
Nasoetion, L.I. 2003. Konversi Lahan Pertanian : Aspek Hukum dan Implementasinya.
Dalam Kurnia dkk. (eds). Makalah Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah dan Konversi
Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Bogor
118
C. Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Pekanbaru dalam
fragmentasi lahan pertanian pangan telah mengancam daya dukung wilayah secara
Mengingat negara Indonesia adalah negara agraris, sudah selayaknya jika negara
fungsi lahan pertanian pangan tertumpu pada UUNo.41 tahun 2009 tentang
pengalaman yang terjadi selama ini, efektivitas UU No.41 tahun 2009, sangat
tergantung pada konsistensi dan koordinasi antar sektor, mulai dari tingkat pusat
sampai dilevel paling rendah; dan sikap proaktif masyarakat dalam memonitor
implementasi program.19
Dalam PP No. 1 tahun 2011 diatur bahwa lahan yang sudah ditetapkan
18
Rustiadi,E dan W. Reti.2008.Urgensi Lahan Pertanian pangan Abadi dalam Perspektif
Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E. Rustiadi (Ed), Penyelamatan tanah, Air dan
Lingkungan. Jakarta :Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia
19
Mulyani, A; S. Rirung, dan I. Las. 2011. Potensi dan Ketersediaan Sumberdaya Lahan
untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Litbang Pertanian.30(2): 73-80.
119
untuk kepentingan umum, yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan
alih fungsi lahan dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik, dan disediakan
lahan pengganti dari lahan yang dialih fungsikan. Dengan lajunya alih fungsi
lahan pertanian yang ada di Kota Pekanbaru yang semakin tinggi yang
tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap tanah, baik dari sektor pertanian
maupun dari sektor non pertanian sebagai akibat dari bertambahnya penduduk dan
permasalahan yang komplek dikemudian hari, jika tidak diantisipasi secara serius
dari sekarang.
120
Alihfungsi tanah pertanian merupakan fenomena yang tidak dapat
tanah yang dimilikinya. Upaya yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional
adalah pembenahan dan penertiban terhadap pembuatan sertifikat yang baru agar
tidak terjadi duplikasi kepemilikan. Upaya ini akan diupayakan secara terus-
saja. Untuk penanganan alihfungsi tanah yang mulanya adalah tanah pertanian,
terhadap ...
121
disebabkan oleh ketidaktahuannya dengan peraturan yang ada. Olehnya itu
dilakukan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa terkait dengan tugas pokok dan fungsi
menjadi lahan non pertanian. Himbauan ini disampaikan baik pada saat acara-
oleh aparat pemerintah masih sebatas menjalankan tugas pokok dan fungsinya
pertanian ke non pertanian dari aparat pemerintah masih belum ada, baik dalam
122
berpedoman pada sebatas tugas pokok dan fungsi dari masing-masing instansi
yang ada.
lahan non pertanian sangat sulit untuk kembali berubah menjadi lahan pertanian.
hal yang sangat urgen. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang didasari
123