PENDAHULUAN
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan,
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer
mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada
jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan
diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal
merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh,
elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan
oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume
darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga
berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui masalah dan faktor
apa saja yang mempengaruhi proses eliminasi seseorang terutama pada pasien
b. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan. Sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan
menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung.
Eliminasi urin adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
3
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara
glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
b. Fungsi Ginjal:
4
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
1. Peredaran Darah
2. Persyarafan Ginjal
B. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
5
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara
volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya
dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan
otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial
dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan
kontraksi spinter interna.
6
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis
bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
D. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya 20 cm.
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis
(sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
1. Proses Filtrasi
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring
disebut filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
7
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara
aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain
itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air
kecil.
8
7. Kondisi Penyakit
9. Kebiasaan Seseorang
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontirolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu
kondisi yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak
bersifat kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan
terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.
Karena kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita
BPH adalah pria. Umumnya pria yang terkena kondisi ini berusia di atas 50 tahun.
9
Gejala BPH
Berikut ini gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat
jinak (BPH):
Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan
uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.
Disarankan untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan.
Diagnosis sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan
BPH, di antaranya:
Kanker prostat.
Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.
Penyebab BPH
Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui,
namun diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual
akibat proses penuaan.
Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar
dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara
kebetulan melewati kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka
secara bertahap akan mempersempit uretra dan pada akhirnya aliran urine mengalami
penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat otot-otot pada kandung kemih membesar dan
lebih kuat untuk mendorong urine keluar.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:
10
Kurang berolahraga dan obesitas.
Faktor penuaan.
Menderita penyakit jantung atau diabetes.
Efek samping obat-obatan penghambat beta.
Keturunan
b. Sistitis
Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri(biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergi atau
akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri yang
disertai darah dalam urine (hematuria).
c. Glomerulonefritis
- Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri
tertentu.
d. Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Infalamasi
dapat berawal ditraktus urinaria bawah (kanduung kemih) dan menyebar ke ureter, atau
karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinari terjadi akibat
pembesaran kelenjar prosfat atau batu ginjal.
e. Batu Ginjal
Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersam dengan urine, batu yang lebih
besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik ginjla)
yang menyebar dari ginjal ke selangkangan.
f. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi
garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urine
(oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua macam yaitu:
11
- Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati. Penyakit ini
ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan penghentian produksi urine
(anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat
trauma atau cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak cocok,
atau dehidrasi berat.
- Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit yang
mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis kronik atau
pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati( penyakit ginjal yang diakibatkan oleh
diabetes melitus).
g. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
2. Kerusakan ateren.
3. Penyumbatan spinkter.
5. Enuresis
h. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
12
3. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan.
i. Inkontinensia
- Inkontinensia Fungsional/urgensi
Faktor Penyebab:
4. Lingkungan
5. Lanjut usia.
- Inkontinensia Stress
Faktor Penyebab:
4. Lanjut usia.
- Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
13
1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
7. Perubahan pola
8. Frekuensi
10. Urgency
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
14
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
5. Toksin.
6. Hormon.
c. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih. Sistem
saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,
sehingga otot detrusor relax dan
spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot
detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak
nyeri).
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
3. Baunya tajam.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1 Pengkajian
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih
bergantung ada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu berkemih pada malam hari.
2. Pola berkemih
Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam.
Urgensi
Perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.
Disruria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan demikianlah dapat ditemukan pada
striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria, dan uretra.
Poliuria
Keadaan produksi urin yang abnormal pada jumlah yang besar tanpa adanya peningkatan asupan
cairan.
Urinaria supresi
3. Volume Urin
Volume urin menentukan berapa jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.
a. Diet
16
b. Gaya hidup
c. Stres psikologis
d. Tingkat aktivitas
5. Karakteristik urin
Warna
Coklat gelap : peningkatan bilirubin akibat disfungsi hati bila dikocok busa kuning.
Kejernihan
Normal : transparan
Bau : Amonia
Urin berbau buah : DM dan kelaparan akibat aseton dan asam asetoasetik.
Pemeriksaan urin
Urinalisis
Kultur urin
Acak
17
Bersih tapi tidak harus steril
Spesimen midstream
Spesimen steril
Inflamasi uretra
Obstruksi pd uretra
Keterbatasan mobilitas
Inkontinensia urin
18
Resiko infeksi berhubungan dengan
Terapi deuretik
Keterbatasan mobilitas
Inkontinensia urgensi
Retensi urin
3.1.3 Perencanaan
1. Tingkatkan kesehatan untuk memelihara serta melindungi fungsi sistem kemih yang sehat
2. Penyuluhan klien
5. Laki-laki
19
berdiri.
6. Stimulus sensori : suara air yang mengalir, menepuk pada bagian dalam, meletakkan
tangan dlm panci berair.
2000 s.d 2500 ml / hari, but 1200 s.d 1500 biasanya adekuat.
13. Asupan cairan yang adekuat untuk meningkatkan pengeluaran urin & mikroorganisme
dari uretra
Perawatan Akut
Kateterisasi
Tipe kateter.
Kateter caude. Ujungnya melengkung, untuk pria yang mengalami pembesaran prostat
20
Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih
Perawatan restorasi
Bladder training
Melatih kembali kandung kemih untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
3.1.4 Pelaksanaan
21
Melakukan Kateterisasi
a. Pengertian
Katerisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan katerisasi dapat dilakukan melalui dua cara :
intermiten (straight kateter) dan indwelling (foley kateter).
Indikasi
Tipe Intermiten
Tipe Indwelling
Obstruksi uretra
a. Tujuan
22
Untuk pengumpulan spesimen urine
b. Persiapan alat
2) Kateter steril
3) Duk steril
7) Perlak
8) Pinset anatomi
9) Bengkok
11) Sampiran
12) Aquades
c. Prosedur kerja
2) Cuci tangan
3) Pasang sampiran
23
4) Pasang perlak
Pada klien laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak
lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar
kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis
dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol.
Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan
memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
8) Kateter diberi minyak pelumas/jelly pada ujung merata sampai sepanjang 4 cm lalu
masukkan perlahan sambil anjurkan klien menarik napas dalam.
Pada laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh
penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang
kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita
menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan
berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi
dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.
Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 7,5 cm dan selanjutnya
dimasukkan lagi +/- 3 cm.
17) Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya untuk kateter
menetap (mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera
pada label spesifikasi kateter yang dipakai) dan bila intermiten tarik kembali sambil klien
di minta menarik napas dalam.
19) Memfiksasi kateter : pada laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
24
20) Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih.
23) Menempatkan urin bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
24) Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status klien yang meliputi:
A. Definisi
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan
antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter
B. Tujuan:
4) Mengendalikan infeksi
25
2) Pengalas
3) Bengkok
5) Kapas steril
6) Antiseptic (Bethadin)
8) Korentang
9) Plester
10) Gunting
11) Bensin/alkohol
12) Pinset
D. Pelaksanaan:
5) Cuci tangan
26
8) Pakai sarung tangan steril
9) Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter
10) Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah dibasahi dengan aquadest / air
hangat dengan arah menjauhi uretra
11) Oles ujung uretra dan kateter memakai lidi waten + bethadin dengan arah menjauhi uretra
12) Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
14) Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien
Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merawat kateter menetap
Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam kateter
A. Definisi
Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk membersihkan alat kelamin pria bagian
luar
27
B. Tujuan
2. Mencegah infeksi
3. Memberikan pengobatan
C. Indikasi
- Pasien dengan penurunan kesadaran
- Pasien yang akan dipasang kateter
- Pasien dengan masalah pada genetalia
D. Persiapam Pasien
E. Persiapan Alat
2. Sarung tangan
3. Pinset anatomis
4. Korentang
5. Perlak
6. BengkokPispot
F. Cara Kerja
1. Dekatkan alat-alat
28
3. Lepas celana dalam
4. Cuci tangan
7. Tangan kiri memegang penis dengan gentle. Pada pasien yang belum dicircumisi Tarik
preputium sehingga glands penis terlihat. Tunda tindakan apabila pasien ereksi.
9. Usapkan kapas savlon pada metus uretra dengan gerakan memutar kearah luar. Buang
kapas dan ulangi sesuai prosedur. Keringkan
10. Cuci batang penis dengan perlahan namun kuat kearah bawah. Bilas dan keringkan
11. Bersihkan skrotum. Angkat testis dengan hati-hati dan cuci lipatan kulit dibawahnya.
Bilas dan keringkan
3.1.5 Evaluasi
v Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala ggn perkemihan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri
dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung
kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon
keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.
4.2 Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita sehari-
hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga pola
makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air yang
berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi bekerja
lebih keras.
30
DAFTAR PUSTAKA
31