PENDAHULUAN
heterogen karena kaya dengan keberagaman budaya unik yang terbentuk oleh
oleh batas primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama.
Kebudayaan yang beragam ini muncul karena manusia selalu berupaya untuk
untuk menyatakan tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada, kemudian
kebudayaan berupa benda yang dapat ditangkap indera dan budaya material tidak
hadir dengan sendirinya tetapi dia dibangun berdasarkan nilai tertentu. Budaya
material juga bisa muncul akibat dari adaptasi manusia dengan alamnya.
dikalangan manusia yang berbeda-beda pula. Menurut Steward (1955) dan Force
kepastian proses kreatif dan tingkat penyesuaian budaya dari manusia terhadap
Proses adaptasi yang digambarkan oleh Steward ini dapat terjadi di dalam struktur
memiliki banyak sungai sebagai salah satu sumber daya alamnya. Bahkan sering
mendapat sebutan sebagai kota seribu sungai. Secara geografi Kalimantan Selatan
menempati posisi sentral dan dibatasi oleh Sungai Barito, Laut Jawa, Selat
Makasar, dan Pegunungan Meratus. Daerah ini merupakan warisan pusat kerajaan
wilayah perairan, yaitu seluas 17.610 kilometer persegi atau sekitar 47,62%
meliputi perairan sungai, danau dan daerah genangan, pantai, termasuk terusan
Keberadaan sungai sudah sejak lama menjadi bagian penting dan urat nadi
dipandang sebagai sumber daya alam yang sangat penting. Mereka biasa
buang hajat dan memasak makanan serta minuman. Masyarakat Banjar juga
atau kampung, ketika belum terdapat infrastruktur jalan darat yang baik yang
sepanjang tepian sungai dengan arah rumah (depan rumah) menghadap ke sungai.
pemukiman seperti ini terjadi karena adanya keperluan akan barang dan jasa yang
hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari yang hilir mudik di sungai setiap pagi
hari. Semakin lama jumlah pedagang berperahu ini semakin banyak sehingga
memunculkan pasar dadakan yang cukup ramai di atas air. Keberadaan pasar
berdagang masyarakat, selain itu pasar juga berperan sebagai pusat informasi,
komunitas, pendidikan, dan sosial budaya. Pasar juga dapat menciptakan banyak
berkisar antara 60%-70% dari seluruh pedagang yang ada di pasar (Chandler,
1985:50).
perempuan untuk menciptakan dunia baru yang tidak hanya berfungsi sebagai
tempat untuk mencari keuntungan, tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan
memperoleh informasi baru. Pasar pada akhirnya juga memberi peluang kepada
1
Menurut penuturan warga sekitar pasar terapung, dahulu pasar terapung banyak terdapat di
beberapa anak sungai (sungai kecil) Martapura. Namun seiring dikembangkannya fasilitas yang
lebih memadai di jalur darat, pasar-pasar terapung ini perlahan mulai di tinggalkan. hanya ada 2
buah saja yang masih bertahan, salah satunya adalah pasar terapung Lok Baintan.
tradisional, namun terdapat pasar yang memiliki keunikan dari segi budaya dan
berbeda dari kondisi pasar pada umumnya di Indonesia yaitu pasar terapung.
Pasar terapung di Kalimantan Selatan sekarang hanya tersisa dua buah, yaitu pasar
terapung Muara Kuin dan pasar terapung Lok Baintan. Proses transaksi antara
diatas perahu) atau bagi penduduk sekitar pasar terapung transaksi juga dilakukan
2
di tabing dan batang. Sejarah pasti mengenai kapan terjadi atau mulai adanya
pasar terapung (pasar di atas sungai) di Lok Baintan ini belum pernah diketahui,
hal ini berdasarkan penuturan warga sekitar dan para pedagang ketika peneliti
melakukan observasi pada awal bulan oktober 2012. Pasar terapung Lok Baintan
telah terjadi secara turun temurun dari nenek moyang sejak beberapa puluh tahun
yang silam.
masyarakat Kalimantan Selatan, hal itu berarti bahwa sungai merupakan sumber
lingkungan.
2
Tabing adalah pinggiran/tepian sungai. Tetapi sekarang ini bantaran sungai banyak didirikan
rumahsebagaitempattinggalmasyarakatsekitarnya.
antara tempat yang satu dengan yang lain. Selain itu, perilaku warga yang
kerusakan lingkungan sungai. Salah satu akibat dari perilaku itu adalah telah
penyempitan ini dapat juga terjadi karena proses alami yang berasal dari tanaman
gulma air, seperti ilung/enceng gondok dan pohon nipah yang pada musim
sampah dan tanaman air yang dalam waktu lama dapat menyebabkan kedangkalan
dan penyempitan sungai. Hal ini akan sangat mempengaruhi aktifitas berdagang
para pedagang.
Namun berbeda dengan yang terjadi di pasar terapung Lok Baintan, pasar
ini masih terus bertahan hingga saat ini, bahkan semakin ramai ditengah
Kealamian/keaslian pasar ini tetap terjaga dengan baik hingga saat ini. Bahkan
Pasar terapung Lok Baintan bukan hanya sebagai salah satu aplikasi dari
kebudayaan sungai, tetapi juga sebagai tempat mencari nafkah bagi para pedagang
untuk tempat berdagang adalah sebagai bentuk pemanfaatan modal yang telah
para pedagang memerlukan strategi dalam berdagang. Oleh karena itu, penelitian
ini menarik dan penting untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai
B. Rumusan Masalah
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sekarang ini jumlah pedagang dan
disertai wawancara dengan kepala Desa Lok Baintan, serta beberapa pedagang
diketahui bahwa sebagian besar para pedagang yang beraktifitas di pasar terapung
diperjual-belikan di pasar terapung Lok Baintan adalah hasil kebun sendiri dan
pasar desa.
terapung Lok Baintan diangkat, ditelaah dan diteliti secara mendalam khususnya
yang menyangkut strategi kerja sebagai pedagang pasar dan berbagai faktor atau
Lok Baintan untuk terus bertahan di tengah pesatnya arus modernitas dan di
1. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
2. Manfaat Penelitian
Baintan.
1. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang terkait dengan pasar terapung sudah pernah diteliti oleh 3
Muara Kuin dan 1 (satu) penelitian yang menggunakan tempat di pasar terapung
Muara Kuin :
strategi yang diterapkan oleh para pedagang pasar terapung Muara Kuin. Hasil
dalam hal ini adalah cara rumah tangga menggunakan segenap kemampuan setiap
hidupnya. Strategi yang digunakan oleh rumah tangga pedagang pasar terapung
Muara Kuin antara lain adalah strategi konsolidasi sebanyak 51% atau sebanyak
miliki adalah pertama, modal sosial mencakup sistem barter, meminjam uang,
orang lain karena balas budi dan bantuan dari tempat lainnya. Kedua, modal
keuangan dari pendapatan pokok untung yang didapat dari berjualan dipasar
terapung, pendapatan sampingan dan tabungan. Ketiga, modal fisik, dan keempat,
keberlangsungan hidup pedagang pasar terapung Muara Kuin adalah waktu kerja,
Kedua, penelitian Fatimah Maseri (2006) tentang Konsep kerja dan peran
Selatan. Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah peran majemuk perempuan
pedagang termanifestasi dalam kerja, dan berimplikasi pada posisi faktual dalam
tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang tidak tercukupi oleh suami.
10
peran dalam kegiatan kerja itu terlihat pada posisi faktual dalam perbandingan
relatif dengan suami pada kerja reproduktif, hal ini terlihat dengan adanya
pembagian tugas rumah tangga antara anggota keluarga, baik dengan suami
manpun dengan anak. Sedangkan pada kerja produktif juga terbukti dengan
adanya kerja sama antara suami-istri serta anggota keluarga lainnya, sehingga
majemuk yang disandangnya itu membuat mereka harus memikul beban majemuk
pula.
pasar terapung Lok Baintan). Rumusan masalah penelitian ini tentang dampak
desa dan komunitas pasar terapung Lok Baintan. Adapun permasalahan pokok
dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh keberadaan pasar terapung Lok
Baintan bagi masyarakat Desa Lok Baintan dan bagi kepentingan pembangunan
11
pariwisata daerah. Bagaimana pasar terapung Lok Baintan yang pada awalnya
sebuah kekuatan ekonomi lokal, dimana transaksi jual beli dipasar ini berjalan
terapung tidak lagi diapresiasi sebagai produk kebudayaan yang telah sekian lama
menjalani proses sosialnya tetapi direduksi sebagai artefak budaya yang hanya
banyak orang lain, namun keuntungan sosial tersebut tidak sebanding dengan
beberapa tulisan yang sama membahas tentang pasar terapung seperti penelitian
Meskipun ada kemiripan dalam pengkajian yaitu sama mengenai para pedagang di
pasar terapung, tetapi lokasi penelitian dan kajian penelitian ini berbeda dan
karena kedua peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda yaitu dari Jurusan Geografi
dan Kajian Wanita, tentu pembahasan secara teori dan sosialnya pun juga berbeda.
12
terapung Lok Baintan bagi masyarakat Desa Lok Baintan dan bagi kepentingan
pedagangnya adalah para petani sendiri yang mendagangkan hasil panen sayur
dan buahnya, juga sebagai tempat bertemunya antara pedagang tangan pertama
(pedagang grosir) dan tangan kedua (pedagang eceran) yang umumnya berasal
dari para pedagang pasar-pasar di daratan, sebagian juga dari pasar terapung
atau jukung sebagai tempat berdagang. Sedangkan pasar terapung Muara Kuin
hanya terdapat pedagang tangan kedua (pedagang eceran). Perahu sebagai tempat
berdagang juga sudah bervariasi, selain menggunakan jukung juga ada perahu
besar dan klotok, dan pasar terapung ini memang sudah dikembangkan pemerintah
kota Banjarmasin sebagai tempat tujuan wisata. Walaupun dalam hasil penelitian
terakhir tahun 2011 oleh El Kari diketahui keberadaan pasar terapung Muara Kuin
sudah hampir punah, karena sangat sedikitnya para pedagang serta pembeli atau
pengunjungnya.
satu alternatif yang dapat dilakukan ketika mereka harus mencukupi kebutuhan
13
lama yakni sekitar 3 sampai 4 bulan, memaksa mereka untuk mencari alternatif
lain agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perempuan sebagai salah satu
ganda. Sejak malam hari hingga siang hari, perempuan pedagang mempersiapkan
diri dan pergi ke pasar. Ketika kembali sore harinya, ia harus mengerjakan
pekerjaan rumah tangga dan kadang kala turut membantu pekerjaan pertanian.
Meski demikian ada juga yang menyerahkan urusan rumah tangga kepada
sangat bangga dengan menjadi bakul, mereka memandang diri sendiri sebagai
kelompok yang memiliki status sosial yang tinggi dibandingkan perempuan desa
yang tidak ke pasar, karena secara ekonomi mereka juga lebih mampu. Mereka
mengatakan bahwa mereka orang yang mengetahui lebih banyak dunia luar.
mereka lebih terbuka dan dapat berkomunikasi dengan lapisan sosial lain. Mereka
14
melalui perdagangan.
pedagang kaki lima di kota Ranai Kabupaten Natuna agar tetap eksis. Akan tetapi
2. Kerangka Teori
pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
15
yang digunakan sebagai alat analisa ketika peneliti turun kelapangan. Kerangka
teori yang ada menjadi bagian penting dalam penyajian penelitian. Sebagai alat
analisis berbagai konsep teori tersebut akan mengawal proses penelitian hingga
mencapai beberapa target substantif maupun praktis. Adapun teori yang dipakai
sebagai alat analisa dalam penelitian ini yaitu teori rasionalitas Max Weber dan
teori aksi Talcott Parsons. Fenomena lapangan yang diteliti, dianalisa sesuai
dengan teori yang dipakai. Hasil analisa akan menunjukkan apakah teori tersebut
masih relevan untuk dipakai atau dibutuhkan teori baru. Dalam keadaan seperti
tersebut diatas analisa lapangan dapat memunculkan teori baru yang relevan
dengan keadaan saat ini. Selain itu hasil analisa dapat memperluas, melengkapi,
batasan teori sebagai berikut : teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak,
definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
16
kepentingan pribadinya :
Self interest rules all man that what they seek is their own pleasure or
good. Man is not naturally a social animal, as Aristotle tought, but enters
into association with his fellow man to gain some pleasure or adavantage
for him self.
aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan
dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu
Weber disini yaitu tindakan yang melibatkan orang lain atau tindakan yang
dirinya sendiri dan diarahkan kepada orang lain. Tindakan yang dilakukan para
hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga ditujukan kepada orang lain
17
ekonomi, yang dia definisikan sebagai orientasi yang sadar, terutama kepada
membuat persediaan ekonomi, tetapi kepercayaan bahwa hal itu perlu. Di dalam
teorinya tentang tindakan, jelaslah Weber ingin berfokus pada para individu, pola-
diberikan adalah antara tindakan rasional dan tindakan yang nonrasional. Weber
rasionalitas yang paling tinggi, meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar
yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan
untuk mencapainya atau dengan kata lain tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dengan harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia
lain.
yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya
beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam kriteria baik
18
nilai adalah tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai
perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari
prospek keberhasilannya.
bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Tindakan ini merupakan
membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan
digunakan.
dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang
cara yang digunakannya dengan tujuan yang ingin dicapai atau bisa juga disebut
subyektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan hal tersebut. Untuk
tindakan rasional, arti subyektif itu dapat ditangkap dengan skema alat tujuan.
19
Teori tindakan ini mempunyai asumsi bahwa manusia pada umumnya rasional;
baik bagi mereka. Namun, rasionalitas dalam jenis tindakan Weber ini tidak
oriented). Oleh karena itu, apapun strategi yang dipilih manusia untuk mencapai
suatu tujuan, tentu didasari oleh pertimbangan untung rugi atau selalu berorientasi
pada keuntungan. Prioritas diletakkan pada strategi yang dipandang paling baik
pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang
macam-macam tujuan yang diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria tertentu,
ini. Individu lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang dipilih tersebut. Dalam hal ini, mungkin mencakup pengumpulan
20
konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu
Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan strategi adalah cara-
cara, tindakan yang dilakukan oleh para perempuan pedagang di pasar terapung
yang membeli dagangannya. Para pedagang yang aktif bergerak dan punya
strategi tertentu pasti berbeda dengan para pedagang lainnya yang tidak
21
akses menjajakan barang dagangan. Kondisi seperti ini membuka peluang bagi
Hal ini pada tahap berikutnya dapat pula melahirkan pluralitas strategi pada para
pedagang di pasar terapung Lok Baintan sesuai dengan situasi dan kondisinya
menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka
22
menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
untuk menganalisa strategi yang telah dijalankan dan mengevaluasi hasilnya. Ini
sudah ada atau yang selama ini telah diaplikasikan para pedagang. Dengan
langkah strategis tersebut para pedagang di pasar terapung akan lebih siap dalam
Asumsi ini senada dengan pernyataan Hinkle (Ritzer, 2002:46), bahwa manusia
memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan
melalui pendekatan teori aksi, karena teori aksi juga dikenal sebagai teori
bertindak, yang pada awalnya teori ini juga dikembangkan oleh Max Weber,
pengalaman, pemahaman, persepsi atas suatu objek stimulus dan situasi tertentu.
Tindakan individu merupakan sosial yang rasional yaitu untuk mencapai tujuan
atau sarana-sarana yang paling tepat. Teori ini menekankan bahwa individu
23
menentukan sendiri sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai
yang memberikan makna baginya. Teori ini sesuai untuk menjelaskan strategi
manusia berkeinginan semua itu dapat tercapai. Untuk itu mereka melakukan dan
beberapa asumsi teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle yang menyatakan:
adanya kepentingan, maksud, dan tujuan tertentu. Untuk mencapai semua itu
24
prakteknya, istilah strategi sering pula disebut kiat atau taktik. Menurut
Purwadarminta (1976:965) strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai
suatu maksud. Sedangkan Menurut Snel dan Staring (dalam Resmi Setia, 2005:6)
secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.
Jadi strategi adalah akal atau cara-cara tertentu yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Dengan kata lain strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada,
motivasi pribadi. Nantinya akan dilihat apakah jaringan sosial dan kemampuan
dari orang lain (dalam hal ini pelanggan) dapat membantu mereka dalam
strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau
strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai
25
berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak
dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang
tidak bisa berjalan dengan baik. Hal ini juga dilakukan sebagian para perempuan
mereka juga sebagai petani kebun dan juga petani sawah. Begitu juga dengan para
laki-laki (suami), selain sebagai petani sawah dan kebun, mereka juga sebagai
26
bahwa rumah tangga miskin banyak menggantungkan diri pada pendapatan kaum
Utara yang menunjukkan bahwa bagi petani kecil dan orang-orang tanpa tanah,
bahwa kegiatan perempuan berdagang adalah sangat penting untuk dapat bertahan
hidup.
kerja dan usaha yang cocok bagi perempuan untuk memperoleh pendapatan yang
kepandaian, keterampilan dan modal (Oey, 1984:5, dalam Djodi, 1986:59). Selain
itu menurut Kutanegara (2006, dalam Abdullah, ed, 2006:213) salah satu daya
pasar tidak hanya berfungsi sebagai tempat mencari keuntungan, tetapi juga
kepada perempuan untuk otonomi yang lebih besar. Sejalan dengan Saptari dan
Holzner (1997:328) yang juga melihat bahwa selain fakta berdagang secara
27
penting, misalnya bertukar berita, bertemu orang lain, memperoleh teman dan
Evers (dalam Arianto, 1994:5) melihat akses yang dimiliki dan relatif
harus mampu memperoleh penghasilan, dan hal ini tampak sangat besar terjadi di
daerah pedesaan.
keluarga, mengisi waktu luang (Ihromi, 1989), kondisi sosial ekonomi yang
dan memperoleh penghasilan yang teratur sebagai sumber penting bagi rumah
berfungsinya suami oleh Reneen dan Dharma (Gardiner, ed, 1991:81, dalam
28
lebih lapang dekat rumah, dan mencoba pasar-pasar di luar tetangga dekat mereka,
namun masih dalam kota mereka, untuk menjamin penghasilan yang cukup.
wilayahnya.
E. Metode Penelitian
penjelasannya :
1. Lokasi Penelitian
Selatan. Lokasi ini dipilih karena budaya sungai dan tradisi masyarakatnya yang
kental dengan budaya berdagang. Salah satunya adalah pasar terapung Lok
Baintan yang merupakan pasar tradisional yang mengandung unsur atau nilai
budaya. Menurut pengamatan awal (tahun 2012) tempat ini dinilai masih sangat
perempuannya.
29
Pasar terapung Lok Baintan ini juga sebagai tempat bertemunya antara
pedagang tangan pertama (dimana mereka adalah petani yang menjual sendiri
hasil panennya berasal dari sekitar pasar terapung) dan tangan kedua (pedagang
yang berasal dari pasar di daratan dan anak-anak sungai sekitar pasar terapung).
Para pedagang di pasar terapung Lok Baintan adalah mayoritas masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar pasar tersebut, berbeda dengan para pedagang di pasar
terapung Muara Kuin yang mayoritas para pedagangnya adalah para pendatang
dari berbagai daerah dan kebanyakan menjual barang dagangan dalam bentuk
eceran. Menurut observasi awal di pasar terapung Lok Baintan ini masih terdapat
perempuan, bahkan menurut penuturan warga sekitar, jika pada musim buah
biasanya lebih ramai dan banyak lagi para pedagangnya, yaitu sekitar bulan
oktober sampai desember. Karena banyak para petani sekaligus sebagai pedagang
30
2. Pendekatan Penelitian
metode kualitatif karena fokus kajian atau permasalahan yang diteliti bersifat
kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin bila data pada
situasi sosial ini diperoleh dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu, metode
ini lebih mampu menemukan definisi situasi dan gejala sosial dari subjek,
perilaku, motif-motif subyektif, perasaan dan emosi orang yang diamati, sehingga
mampu mendefinisikan situasi subyek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati dan tujuan untuk menyumbang pengetahuan secara mendalam
empiris. Selain itu, apabila ditinjau dari tempat kegiatannya merupakan kategori
Baintan, para pelanggan/pembeli di pasar terapung Lok Baintan dan dinas terkait
31
Baintan. Studi kasus (case study) merupakan metode eksploratif dan analitis yang
sangat cermat dan intensif (terinci dan mendalam) mengenai suatu keadaan unit
kelompok masyarakat atau gejala tertentu. Sedangkan dalam Yin (2004) studi
kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial secara umum
merupakan strategi yang berkenaan dengan pertanyaan tentang how dan why,
kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Adapun tujuan dari
individu, rumah tangga, kelompok, organisasi, lembaga sosial dan lain-lain. Unit
analisis seperti apa yang akan diambil dalam proses penelitian ini tergantung dari
32
permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini unit analisis berguna untuk
memfokuskan kajian yang dilakukan atau dengan pengertian lain obyek yang
Dalam penelitian perempuan pedagang di pasar terapung ini, unit analisis yang
kelompok, yaitu pedagang tetap dan pedagang tidak tetap. Untuk lebih jelasnya
33
pedagang tersebut tidak seimbang, karena lebih banyak para pedagang tidak tetap
yang berdagang di pasar terapung Lok Baintan apalagi dalam bulan-bulan tertentu
4. Penentuan Informan
dan data yang diperlukan dalam penelitian atau yang terkait dengan subjek
penelitian. Informan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu informan utama
adalah para pembeli/pelanggan yang berada disekitar pasar terapung, aparat Desa
Lok Baintan dan Kabid. Pariwisata dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
sebelumnya. Adapun informan yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu dan
wawancara dengan aparat Desa Lok Baintan, serta dengan beberapa pedagang di
pasar terapung, diketahui bahwa sebagian besar pedagang yang beraktifitas sehari-
hari di pasar terapung adalah kaum perempuan yang umumnya bertempat tinggal
di tepian sungai sekitar pasar terapung. Menurut data tahun 2012 dari Kordinator
Pariwisata dan Kepala Desa Lok Baintan terdapat 47 (empat puluh tujuh) orang
34
pedagang tetap yang berasal dari Desa Lok Baintan, jumlah tersebut belum
orang informan utama yang terlibat dalam perdagangan di pasar terapung Lok
Baintan.
kelontongan, pedagang beras, pedagang buah dan sayur, pedagang makanan dan
pedagang pakaian. Serta 3 (tiga) orang pedagang tidak tetap, dimana mereka
adalah para petani yang mendagangkan sendiri hasil panennya ketika mereka
panen dan pedagang yang berdagang dengan jenis barang dagangan yang tidak
informan tersebut dapat mewakili heterogenitas pedagang pasar terapung yang ada
antara pedagang tetap dan pedagang tidak tetap, kerena dalam penelitian ini fokus
kepada perempuan pedagang yang mempunyai banyak pelanggan, lebih laris dan
memang berbeda dari para pedagang lainnya. Hal itu ditemukan pada pedagang
35
dari lamanya berdagang 3 (tiga) tahun sampai 30 (tiga puluh) tahun. Untuk
perempuan pedagang di pasar terapung juga perlu untuk diketahui, oleh karena
itu, penulis mengambil 3 (tiga) orang informan yaitu Kepala Desa Lok Baintan,
Kordinator Pariwisata Desa Lok Baintan dan Kepala Bidang Pariwisata di Dinas
terhadap pasar terapung Lok Baintan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan
informan lain yaitu masyarakat sekitar pasar terapung yang aktif berbelanja setiap
36
penelitian ini data didapatkan melalui dua sumber, yaitu: data primer dan data
sekunder. Data primer sebagai sumber data utama, yang didapatkan berupa kata-
literatur, data statistik, monografi lokasi penelitian, dan studi kepustakaan yang
melakukan kombinasi teknik dari beberapa tools (alat kajian), yang lazim disebut
tingkat akurasi data. Triangulasi yang dimaksud meliputi : a) triangulasi data atau
sumber data yaitu dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber
data berupa data primer, data sekunder, dan observasi. b) triangulasi metode yaitu
triangulasi peneliti yaitu peneliti melakukan review dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh beberapa peneliti yang sama atau menggunakan pendekatan sama
dengan kajian penelitian ini. d) triangulasi teori yaitu peneliti dalam membahas
permasalahan yang sedang dikaji tidak menggunakan satu perspektif teori tetapi
dikoneksikan dengan teori lain yang memiliki relevansi untuk lebih memperdalam
37
analisa data hasil penelitian ini. Untuk selengkapnya berikut pembahasan dari
masing-masing teknik pengumpulan data serta teknik analisis dan verifikasi data :
a) Observasi
dengan berperan serta melalui interaksi yang intensif dengan subjek yang diteliti
(Denzin dan Lincoln, 2009). Dengan keterlibatan peneliti pada beberapa kegiatan
keseharian para informan seperti pada saat bekerja sebagai pedagang dan saat
sosial yang sedang berlangsung. Peneliti mencatat beberapa temuan selama berada
maupun terlibat dalam aktifitas keseharian informan. Dalam hal ini objek
observasi meliputi 3 (tiga) komponen meliputi : (1) Tempat, yaitu lokasi di mana
yang dipilih sebagai informan dalam penelitian ini yang ada di desa Lok Baintan.
(2) Aktor, yaitu pelaku yang meliputi para perempuan pedagang di pasar terapung
terapung Lok Baintan, instansi/dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan aparat
Desa Lok Baintan, (3) Aktivitas, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor sesuai
dengan situasi sosial yang sedang berlangsung sebagai sumber data penelitian.
b) Wawancara
38
observasi tidaklah memadai, karena tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati
dan dirasakan orang lain, karena itu perlu dilengkapi dengan wawancara
mendalam agar dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan informan (Nasution,
kelas sosial, kesukuan dan gender (Denzin dan Lincoln, 2009). Dalam penelitian
ini, kualitas data ditentukan oleh kualitas peneliti, yaitu kapasitas peneliti untuk
antara peneliti dan informan ini membantu informan terbuka dan semakin
bahwa tidak ada keintiman dalam sebuah dialog tanpa adanya hubungan timbal
balik yang seimbang. Dengan demikian, seorang peneliti dapat menunjukkan sisi
yang memiliki derajat yang sama dengan informan. Jika hal ini dapat dilakukan
dengan maksimal, maka perempuan sebagai subjek penelitian ini akan lebih
perempuan akan membentuk relasi yang seimbang antara peneliti dan informan.
39
pedagang, awal mula usaha dagang dan berbagai strategi yang dilakukannya
informan yang terdiri dari perempuan pedagang yang paling sering berdagang di
pasar terapung Lok Baintan dan aparatus pemerintah selaku pengelola pasar
dalam panduan wawancara, (3) membuat alur wawancara, (4) menuliskan hasil
wawancara dalam catatan lapangan dan (5) mengidentifikasi tindak lanjut hasil
c) Analisis Dokumen
kecamatan setempat), arsip yang dapat menunjang kapan mulai adanya pasar
terapung Lok Baintan, dan data-data dari media massa, foto-foto di lapangan,
serta catatan lapangan peneliti. Diharapkan data-data ini dapat melengkapi data
primer yang didapat dari lapangan. Dan terakhir studi pustaka dilakukan dengan
internet) yang relevan dengan fokus penelitian, dengan melakukan studi pustaka
metode studi kasus. Dalam menganalisa studi kasus terdapat beberapa tahapan-
40
a. Mengorganisasikan Data
bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang
agar peneliti mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.
pengertian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa
yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti
menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi
untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata
41
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asusmsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan
teori, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis
dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
didapat dari kaitannya tersebut, peneliti merasa perlu mencari sesuatu penjelasan
lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian studi kasus
memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
sebelumnya. Pada tahap ini diperlukan penjelasan dengan alternatif lain melalui
referensi atau teori-teori lain. alternatif ini sangat berguna pada bagian
hal yang membantu peneliti untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang
dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah
42
berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan informan. Proses
dimulai dari data-data yang diperoleh dari informan, dibaca berulang kali
Untuk kesahihan data yaitu validitas dan objektifitas dalam penelitian ini
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai
dengan cara: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan
apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan
orang tentang penelitian dan apa yang diucapkannya sepanjang waktu, (4)
pandangan orang, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan. Runtutan proses ini akan membentuk keutuhan hasil penelitian yang
dapat dipertanggungjawabkan.
43