Anda di halaman 1dari 4

Analisis Mengapa Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Di Kalimantan

Timur Belum Sesuai Dengan Harapan?

Magister Ilmu Lingkungan


Universitas Mulawarman
Nama: Hamzah
Nim: 1612016006

A. Pendahuluan
Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam
hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset
pembangunan Indonesia yang penting. Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Lingkungan hidup
sebagai media hubungan timbal balik makhluk hidup dengan faktor-faktor alam terdiri
dari bermacam-macam keadaan dan hubungan yang secara bersama-sama mewujudkan
struktur dasar ekosistem sebagai kesatuan yang mantap, hubungan timbal balik tersebut
merupakan mata rantai siklus penting yang menentukan daya dukung lingkungan hidup
bagi pembangunan. Kegiatan-kegiatan pembangunan dapat mempengaruhi struktur dasar
ekosistem, dengan menimbulkan perubahan yang merusak atau dengan menimbulkan
tambahan pencemaran di dalam aliran bahan dalam proses-proses ekosistem,
Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah dengan potensi sumber daya alam
yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut menjadi modal dasar dalam
mengelola dan membangun daerahnya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
mengelola sumber daya alam tersebut terdapat berbagai persoalan yang menjadi dinamika
dalam pelaksanaan pemerintahan. Persoalan sumberdaya alam menjadi sangat penting
ketika dikaitkan dengan implementasi otonomi daerah. Betapa tidak, kemampuan
pemerintah daerah dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut akan
memberikan dampak bagi pengelolaan keuangan daerah. Potensi sumber daya alam yang
dimiliki Provinsi Kalimantan Timur menjadi hal strategis ketika mampu dikelola dan
dikembangkan secara maksimal dalam menunjang roda pemerintahan dan pembangunan
wilayah tersebut. Kewenangan pengelolaan sumberdaya alam yang selama ini terkesan
mengabaikan koordinasi diantara level pemerintahan menjadi fakta empirik bagi
pemerintah dalam mewujudkan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
B. Analisis Mengapa Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Di
Kalimantan Timur belum sesuai dengan harapan ?
Pertama, Peran pemerintah provinsi yang selama ini diharapkan menjadi sentral
dalam pengelolaan sumberdaya alam di daerah belum mampu diwujudkan sesuai dengan
harapan. Kerjasama antara pemerintah dengan pemangku kepentingan di daerah belum
terwujud sebagaimana mestinya Upaya pelibatan stakeholders sebagaimana yang
diamanahkan dalam Undang Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa negara
melakukan penguasaan terhadap sumberdaya alam (bumi dan air beserta isinya) untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari
pemerintah provinsi. Keterbatasan kewenangan yang dimiliki pemerintah propinsi
memerlukan kerja keras guna mendapatkan kewenangan yang lebih besar dalam
pengelolaan sumberdaya alam diwilayahnya. Kewenangan pengelolaan sumber daya alam
yang dimiliki oleh pemerintah provinsi perlu disinergikan dengan stakeholders yang ada
di daerah. Keterlibatan masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan
sumber daya alam menjadi begitu penting seiring dengan implementasi otonomi daerah
dalam satu dasawarsa terakhir. Hal ini menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan.
Kedua, Aktifitas pertambangan batu bara dikalimantan timur sudah menjadi
rahasia umum disetiap daerah, penambangan terus saja terjadi seolah-olah semua pihak
yang berkepentingan acuh tak acuh dengan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
tambang, banyak kasus meninggalnya anak-anak dilubang tambang juga seolah-olah tidak
cukup menjadi cambuk bagi pemerintah dan perusahaan akan akibat yang ditimbulkan,
disinyalir aktivitas ini melibatkan banyak pihak yang berkepentingan didalamnya
sehingga sangat sulit untuk di rubah. Disisi lain aktivitas tambang dianggap Sebagai
perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total
baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang
disingkirkan. Berdasarkan data yang disebutkan bahwa aktivitas pertambangan
merupakan paling besar pengaruhnya terhadap perusakan kawasan hutan dan lingkungan
tidak cukup disitu Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut menghilangkan fungsi
hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok
oksigen dan pengatur suhu. Selain itu penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan
perubahan social ekonomi masyarakat disekitar kawasan penambangan.
Ketiga, Penebangan hutan secara illegal(illegal logging). Tingginya permintaan
kebutuhan kayu yang berbanding terbalik dengan persediaannya. Dalam konteks
demikian dapat terjadi bahwa permintaan kayu yang sah tidak mampu mencukupi
tingginya permintaan kebutuhan kayu. Tingginya permintaan kebutuhan kayu dipasar
dalam dan luar negeri ini tidak sebanding dengan kemampuan penyedian industry kayu.
Ketimpangan antara persediaan dan permintaan kebutuhan kayu ini mendorong praktek
illegal logging dihutan Kalimantan. Selain itu lajunya deforestasi hutan lebih tinggi
dibndingkan dengan aktivitas kita melakukan reboisasi dan rehabilitasi. Faktor lajunya
deforestasi dibangding dengan reboisasi sangat besar pengaruhnya terhadap belum
sesuianya harapan akan pengelolaan SDA dan lingkungan di wilayah Kalimantan timur,
betapa tidak, anggaran yang diperlukan dalam perbaikan dan penegelolaan SDA dan
rusaknya lingkungan akibat tambang dan illegal logging itu lebih besar terlebih lagi
program-program pemerintah belum memprioritaskan program yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan, sehingga pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup belum sesuai harapan kita sampai saat ini.
Keempat, Penegakan Hukum yang Lemah. penegakan hukum barulah menjangkau
para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja
untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan
bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling
bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal
yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini sering juga
melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan yang seharusnya menjadi benteng
pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan.
Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik diantara
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap
dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.
Kelima, Mentalitas manusia. Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak
yang memiliki otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan
hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan
yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini
menjadikan manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi
lisensi kepada manusia untuk menguasai hutan. Karena manusia memposisikan dirinya
sebagai pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering
lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan
kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya hutanpun dianggap
hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan sesuka hati.
Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan
akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai
lahan perkebunan atau penambangan dengan alasan.
Selain itu, lemahnya pengelolaan SDA dan lingkungan juga diperburuk oleh
lemahnya sistem dan sumber daya manusia, kita lihat zaman sekarang ini banyak suatu
pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya, sistem birokrasi dan administrasi yang
ada dikalimantan timur jga masih sangat lemah dalam bidang pengawasan dan penegakan
hukum termasuk perusakan lahan dan hutan tanpa izin sehingga pengelolaan SDA yang
diharapkan belum mampu memenuhi harapan yang kita impikan
Keenam, Pengalihan fungsi dari hutan menjadi pemukiman. Meningkatnya jumlah
penduduk dari tahun ke tahun erat hubungannya dengan pengalihan fungsi hutan menjadi
pemukiman, sifat egosentris dari manusia dalam eksploitasi alam secar berlebihan tanpa
melihat dan mempertimbangkan dampak negative yang terjadi terhadap lingkungan
menyebabkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan berjalan tidak sesuai
harapan. Banyak investor yang masuk ke Kalimantan timur yang mampu secara financial
hanya perduli dengan tujuan dan kepentingan semata yaitu hanya ingin mencari
keuntungan ekonomi sebanyak-banyaknya tanpa melihat aspek perusakan lingkungan
yang telah di timbulkan, miris sekali masyarakat sebagai pemain lapangan yang langsung
merasakan dampaknya tidak mampu berbuat apa-apa, pemerintah pun sebagai lembaga
roda pemerintahan hanya pandai beretorika dan mengumbar janji kepada masyarakat,
tanpa bukti dan solusi. Melihat fakta diatas, diperlukan pemimpin yang dapat
memposisikan dirinya sebagai masyarakat supaya dapat merasakan apa yang dirasakan
masyarakat selama ini, diperlukan pemimpin yang berorientasi pada pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai