Anda di halaman 1dari 40

MINI RESEARCH

TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU RUMAH

TANGGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAYU II

DisusunOleh:
Mardylla Nur Fitriany 20120310060
Aziz Akhmad Muslim 20120310104
Wistha Miyaki 20120310147
Fatimatus Solekha 20120310152
Syahidatul Arifa 20120310272

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN MINI RESEARCH

TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU RUMAH

TANGGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAYU II

Disusun oleh:

Mardylla Nur Fitriany 20120310060


Aziz Akhmad Muslim 20120310104
Wistha Miyaki 20120310147
Fatimatus Solekha 20120310152
Syahidatul Arifa 20120310272

PembimbingIKM Kepala Puskesmas


Puskesmas Sedayu II Puskesmas Sedayu II

dr. Kriessita Andiyanti drg. Elmi Yudihapsari, MPH


NIP.198402172009032011 NIP. 196508201993032010

Mengetahui
Dosen Pembimbing IKM FKIK
UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta

dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc


NIK. 173 076
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh

SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya akhirnya penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Tingkat

Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Rumah Tangga tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah Kerja Puskesmas Sedayu II.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,

utusan Alloh SWT yang telah menjunjung umat manusia dari kehidupan

jahiliyah menuju kehidupan yang beriman, berakhlak, dan berperadaban.

Penulis karya tulis ilmiah ini merupakan langkah awal penulis

untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dengan harapan penulis dapat

lebih mudah, cepat, dan terarah dalam melakukan penelitian karena sudah

mempunyai pola yang sistematis dalam pelaksanaannya.

Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ini penulis tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak guna menyelesaikan kesulitan yang

ada, baik berupa bimbingan, pengarahan, nasehat maupun dorongan moral.

Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. dr. Wiwiek selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


2. drg. Elmi Yudihapsari, MPH selaku kepala Puskesmas Sedayu II

Bantul.
3. dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc, selakudosenpembimbing yang

telahbanyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada tim

penulis selama menyelesaikan Mini Research..


4. dr. Kriessita Andiyanti dan dr. Sri Rahayu selaku dokter pembimbing

Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sedayu II Bantul.


5. Seluruh staf Puskesmas Sedayu II Bantul atas bimbingan dan

masukannya.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran Mini Research

dan penyelesaian laporan kepaniteraan klinik yang tidak dapat tim

penulis sebutkan satu persatu.

Segenap Tim Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan Mini

Research ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan

baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Tim Penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun. Akhir kata, tim penulis mengharapkan Mini

Research ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah

ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Juli 2017

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit

menular dan tidak menular disebabkan oleh masih buruknya kondisi

kesehatan lingkungan, perilaku masyarakat yang belum mengikuti pola

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan belum optimalnya upaya-upaya

penanggulangan penyakit. Realisasi indikator rumah tangga ber-PHBS tahun

2014 sebesar 56,6% dari jumlah rumah tangga di Indonesia yaitu sebanyak

59.118.900 jiwa atau capaian kinerjanya sebesar 84,71% lebih rendah dari

target sebesar 70%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi capaian

indikator rumah tangga ber-PHBS mengalami kenaikan sebesar 2,8%,

sementara dalam 5 tahun terdapat kenaikan sebesar 12,97% dengan rata-rata

2,59% pertahun.Presentase rumah tangga ber-PHBS tertinggi adalah provinsi

Jambi (72,4%), Jawa Tengah (71,1%), Bali (74,2), Kalimantan Timur

(75,3%), dan Sulawesi Utara (76,6%). Sedangkan presentase rumah tangga

yang ber-PHBS terendah adalah Papua Barat (25,5%), Nusa Tenggara Barat

(29,5%), dan Aceh (30,3%). (Kemenkes RI, 2015)

Rumah tangga ber-PHBS didapatkan dari rumah tangga yang

seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat. Indikator ini

merupakan indikator komposit dari 10 kriteria, yaitu pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI ekslusif, balita ditimbang setiap bulan,

menggunakan air bersih, mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu,

makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan
tidak merokok didalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak

ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian

rumah tangga ber-PHBS adalah jumlah rumah tangga yang memenuhi 7

kriteria. (Kemenkes RI, 2015)

Struktur keluarga menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun perannya di lingkungan

masyarakat. Sering dikatakan bahwa ibu adalah jantung dari keluarga.

Apabila jantung berhenti berdenyut maka seseorang tidak bisa

melangsungkan hidupnya. Perumpamaan ini menyimpulkan bahwa

kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk

melaksanakan kehidupan. Peran ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri

dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peran ibu didefinisikan

sebagai kemampuan untuk mengasuh, mendidik dan menentukan nilai

kepribadian.

Berdasarkan uraian diatas masyarakat banyak yang memiliki

pengetahuan kurang tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta

betapa pentingnya fungsi peran seorang ibu sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku

Ibu Rumah Tangga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sedayu II.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan sikap dan perilaku ibu rumah tangga

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di wilayah kerja

puskesmas sedayu II ?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah

tangga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di

wilayahkerjapuskesmassedayu II

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan


Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan tentang perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya perilaku hidup sehat di

rumah tangga dan dapat menambah wacana kepustakaan mengenai

pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat.


2. Bagi Masyarakat
Dapat digunakan sebagai masukan kepada masyarakat di wilayah kerja

puskesmas Sedayu II dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu

rumah tangga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).


E. Keaslian Penelitian

1. Hilya Hanick (2011), dengan judul Hubungan pengetahuan dam

Sikap terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah

Tangga di Kecamatan Lubuk Sikaping. Sampel adalah ibu rumah

tangga yang dipilih berdasarkan metode cluster random sampling.

Perbedaan penelitian ini adalah tempat, dan teknik pengambilan

sample.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo,

Notoadmodjo 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). ( Rogers,

1974).

a. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada

beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba


kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode

trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah

coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun

dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

ahliahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan


sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara

untuk memperoleh pengetahuan.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

5) Cara Moderen dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research

methodology).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Menurut Erfandi (2009), faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, antara lain:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses


belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

2) Media Massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan


pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan

orang.Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

terjadinya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan


berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja

yangdikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

c. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai

6 tingkatan :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan protein dan

kalori pada balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang


telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan bergizi.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan,

dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003).

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan


predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.


Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu

obyek untuk memihak atau tidak memihak yang merupakan

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).

2. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2005). Komponen-komponen sikap adalah:

a. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang

diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan sesuatu

keputusan untuk bertindak.

b. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhdap

suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.

c. Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan

berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek

sikap yang dihadapinya.

3. Tingkatan Sikap
Berbagai tingkatan menurut Notoadmodjo (2003) terdiri dari :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Meespon (Responding)

Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu

benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga. Misalnya seorang ibuyang mengajak ibu yang lain untuk

pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

4. Macam Sikap

Menurut Heri Purwanto (1998), ada dua macam sikap:

a. Sikap positif

Kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan

mengharapkan obyek tertentu.

b. Sikap negatif

Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari dan tidak

menyukai obyek tertentu.

C. Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

sangat luas.Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar.
Skiner seorang ahli psikologi seperti yang dikutip

Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa perilaku merupakan

respon terhadap stimulus yang diterima dari luar. Oleh karena ada
stimulus tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme

tersebut yang merupakan respon. Sehingga teori ini dinamakan S

O R atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari

bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Seseorang dalam memberikan respon terhadap suatu

stimulus masih terselubung atau tertutup (covert). Respons atau

reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. Misalnya : seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa

HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain. Misal, seorang ibu

memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke

Puskesmas untukdiimunisasi, penderita TB paru minum obat

secara teratur.
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga

manusia berperilaku.Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku

(Machfoedz danSuryani, 2007) :

1. Teori Naluri (Instinc Theory)

Menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh naluri,

dan McDougall mengajukan suatu daftar naluri. Naluri merupakan

perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan naluri akan

mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat McDougall

ini mendapat tanggapan yang cukup tajam dari F. Allport yang

menerbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1924, yang

berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan oleh banyak

faktor, termasuk orang orang yang ada disekitarnya dengan

prilakunya.

2. Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme

itu mempunyai dorongan dorongan atau drive tertentu.Dorongan

dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan kebutuhan

organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila

organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin

memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri

organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi


kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari

dari dorongan dorongan tersebut. Oleh karena itumenurut Hull

disebut juga teori drive reduction

3. Teori Insentif (Incentive Theory)

Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau

berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada yang

positif dan negatif.Reinforcement positif adalah yang berkaitan

dengan hadiah atau award, sedangkan reinforcement negatif

adalah yang berkaitan dengan sanksi sehingga dapat menghambat

organisme dalam berperilaku.Ini berarti bahwa perilaku timbul

karena adanya insentif atau reinforcement.

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab sebab perilaku

orang.Apakah perilaku tersebut disebabkan oleh disposisi internal

(misal motif, sikap, dsb) ataukah oleh keadaan eksternal.Teori ini

dikemukakan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan

psikologi sosial.Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi

internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Perilaku kesehatan


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner pada pembahasan

sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,


makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2005).

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah tindakan atau

usaha-usaha seseorang untuk menjaga serta meningkatkannya

kesehatannya agar terhindar dari penyakit. Oleh sebab itu perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit

bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

penyakit

b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam

keadaan sehat

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman

2. Perilaku pencarian atau penggunaan system atau fasilitas

pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan

(health seeking behavior)

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri

(self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana

seseorang (organisme) merespons lingkungan terhadap stimulus

yang diterima, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan lingkungan adalah

upaya upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola

lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik bagi

dirinya sendiri ataupun anggota keluarga yang lain serta

masyarakat sekitar. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan

tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan

limbah dan sebagainya

D. Ibu Rumah Tangga

a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat

diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan

berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain

ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi

berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor)

(Purwodarminta, 2005).

b. Tips bagi ibu rumah tangga

Menurut Dinendra (2010), tips ibu rumah tangga yang profesional:


1) Menikmati peran ibu rumah tangga

Ini merupakan titian pertama, yang dapat mengantarkan ke

gerbang kehidupan aman, tentram, damai, dan rileks tanpa

dihinggapi stres ataupun beban ketika terjun menjalankan karier

full time mother. Untuk menciptakan kadar professional,

menikmati peran kerja sangat diperlukan. Dimana dia

mengetahui dengan jelas seluk beluk, tantangan dan reward jika

menjalankan aktivitas tersebut.

2) Memiliki visi dan motivasi

Menjadi ibu rumah tangga adalah profesi, sama halnya dengan

pekerjaan di luar rumah. Karena butuh keahlian,pengetahuan dan

ketrampilan dalam menjalankannya. Agar semuanya berjalan secara

profesional tanpa ada perasaan malu, risih ataupun jengah, seorang

ibu rumah tangga juga perlu memiliki visi dan motivasi yang jelas,

tidak semata-mata dijalankan karena keterpaksaan. Visi adalah

wawasan jauh ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu

tertentu. Visi adalah sumber motivasi yang menggerakan hati

untuk berbuat sesuatu. Dengan adanya visi dan motivasi tersebut,

maka paradigma bahwa peran ibu rumah tangga adalah

menjemukan akan hilang sedikit demi sedikit.

3) Pendidik yang terdidik


Ibu adalah sekolah yang pertama bagi anak-anak. Dengan ilmu

pengetahuannya, seorang ibu rumah tangga akan tahu bagaimana

mendidik anak (memberikan ilmu dan hal-hal yang dibutuhkan

anak), sehingga kelak mampu mengantar anak pada gerbang

kesuksesan.

4) Mampu mengaktualisasikan diri

Diharapkan seorang ibu rumah tangga tidak merasa terkukung pada

rutinitas. Aktualisasi dapat berupa menyalurkan hobi, melakukan

pekerjaan yang disenangi, atau memiliki waktupribadi, dengan

tanpa megabaikan peran utamanya sebagai ibu rumah tangga.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga

a. Pengertian

Menurut Proverawati (2012), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat.

Menurut Sudayasa (2009), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas

kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam


kegiatan kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan

kegiatan kesehatan di masyarakat

b. Indikator PHBS dalam rumah tangga

Menurut Sudayasa (2009), rumah tangga ber-Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang melakukan

10PHBS di rumah tangga yaitu: persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan, memberi ASI ekslusif, menimbang bayi dan balita,

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan

buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan

tidak merokok di dalam rumah.

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Menurut Proverawati (2012), persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

yaitu bidan, dokter dan para medis lainnya.

2) Memberi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi

dilahirkan sampai sekitar 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan

mendapat tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air

teh , madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak
diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu,

tim dan sebagainya (Suradi, 2004).

Menurut Suradi (2004), manfaat pemberian ASI, meliputi:

a) Manfaat ASI untuk Ibu

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat membantu

menjarangkan kehamilan. Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu

yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui

11 bulan.Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja

menekan hormon ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya

kesuburan.Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban bagi ibu

sendiri, juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk

mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan

kematian akibat persalinan.

b) Manfaat ASI untuk Keluarga

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan

karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga

mengurangi biaya berobat.

c) Manfaat ASI untuk Negara yaitu mengurangi subsidi untuk

rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi

komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi

biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang

mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit

dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

d) Manfaat ASI untuk bayi menurut Roesli (2008), manfaat ASI

untuk bayi yaitu:

(1)ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat

ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan

dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.

(2)ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi yang baru

lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin dari ibunya

melalui plasenta. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali

menurun segera setelah bayi lahir. Pada saat kadar

zatkekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk

oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi

kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan

hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI

adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,

virus, parasit dan jamur.


(3)ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan. Memberikan ASI

secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin

tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara

optimal.

(4)ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang yaitu bayi

yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu

akan merasakan kasih sayang ibunya.

3) Menimbang balita setiap bulan

Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk

memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan

ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1

bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat

hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat)

4) Menggunakan air bersih

Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak,

mandi, hingga untuk kebutuhan air minum.Air yang tidak

bersihbanyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit (Sudayasa, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2007), agar air minum tidak menyebabkan

penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi

persyaratan kesehatan. Air yang sehat harus memenuhi persyaratan

yaitu sebagai berikut:


a) Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat

adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah

suhu udara di luarnya.

b) Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas ari

segala bakteri.

c) Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-

zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau

kelebihan salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan

gangguan fisiologis pada manusia.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat

menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang

menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas

kuman.Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan

aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan

hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan

maupun sebelum menyusui bayi (Sudayasa, 2009).

Menurut (Sudayasa, 2009) waktu untuk cuci tangan pakai sabun

yang harus diperhatikan, yaitu:

d) Sebelum makan

e) Sebelum menyiapkan makanan

f) Setelah buang air besar


g) Setelah menceboki bayi/anak

h) Setelah memegang unggas/hewan

i) Sebelum menyusui bayi

j) Setelah battuk/bersin dan membersihkan hidung

k) Setelah membersihkan sampah

l) Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)

Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang

melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain:

a) Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan

b) Mencegah penularan penyakit, seperti disentr, flu burung, flu

babi, typhus dan lain-lain.

c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman

Menurut Proverawati (2012,) Cara mencuci tangan yang benar

yaitu:

a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai

sabun seperlunya.

b) Gosok tangan setidaknya selama 15 20 detik

c) Besihkan bagian pergelagnan, tangan, punggung tangan, sela-

sela-sela jari dan kuku.


d) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

6) Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyaifasilitas

pembuangan pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher

angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat

untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum,

tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak

mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman

digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan

ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan

alat pembersih.

7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah

tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan

nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas

bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang

dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M

(Menguras, Mengubur, Menutup) (Dinkes, 2010)

8) Makan buah dan sayur setiap hari

Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak

mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang

bermanfaat bagi tubuh (Dinkes, 2010).

Menurut Proverawati (2012), sayur dan buah-buahan merupakan

sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur

berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (provitamin

A).semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan

karotennya.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain yang

mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar

tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki,

berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya (Dinkes, 2010).

10) Tidak merokok di dalam rumah.

Satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan lebih dari 4.000

bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon

monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok


(perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang

dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok

itu sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokokpasif)

yang tentu saja berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai

tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh

karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk

bebas dari kepulan asap rokok (Dinkes, 2010).

b.Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Menurut Proverawati (2012), manfaat rumah tangga yang

melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), yaitu

1) Setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak

mudah sakit.

2) Rumah tangga yang sehat apat meningkatkan produktivitas kerja

anggota keluarga.

3) Biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk

biaya investasi yang lain seperti pendidikan dan usaha lain.

4) Meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.


BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang

bertujuan untuk melihat suatu gambaran fenomena kesehatan masyarakat

pada satu titik point waktu tertentu. Penelitian ini merupakan studi deskriptif

analitik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variable umur,

pendidikan, mata pencaharian, dengan pengetahuan, sikap, perilaku hidup

bersih dan sehat pada ibu rumah tangga puskesmas sedayu II Bantul.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu pengumpulan data dalam penelitian ini berlangsung mulai

dari tanggal 24 Juli 2017 hingga 29 Juli 2017 di Puskesmas Sedayu II

Bantul.

3. Subjek dan Objek Mini Research


Subjek penelitian adalah subjek yang dituju oleh peneliti untuk

diteliti, sedangkan objek penelituan adalah objek yang dijadikan penelitian

atau yang menkadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi subyek penelitian adalah Ibu Rumah Tangga di yang melakukan

kunjungan di Puskesmas Sedayu II selama waktu pengambilan data dan

yang menjadi obyek penelitian adalah perilaku hidup bersih dan sehat pada

ibu rumah tangga puskesmas sedayu II Bantul.


4. Definisi Operasional

a. Pengetahuan

Pengetahuan ditekankan pada pengetahuan yang dimiliki tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat. Cara pengukuran dilakukan dengan kuesioner


yang terdiri dari 21 butir pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan

sehat.

b. Sikap

Sikap adalah tanggapan ibu rumah tangga dalam bentuk pertanyaan sangat

setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap perilaku hidup

bersih. Pengukuran dilakukan dengan kuesioner yang terdiri dari 17 butir

pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Perilaku

Perilaku dalam mini research ini adalah tindakan hidup bersih dan sehat

yang dilakukan ibu rumah tangga cakupan Puskesmas Sedayu II Bantul

dalam kesehariannya. Perilaku dinilai dengan kuesioner yang terdiri dari

14 butir pertanyaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

5. Teknik Pengumpulan Data


Tim melakukan pengumpulan data dengan melakukan teknik

observasi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat

pada ibu rumah tangga. Proses pengumpulan data juga dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner pengetahun dan sikap perilaku hidup bersih dan

sehat pada ibu rumah tangga cakupan Puskesmas Sedayu II Bantul.

6. Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan mentabulasi lalu

dipindahkan kedalam tabel baris yang sesuai kebutuhan analisa

menggunakan program komputer.


7. Instrumen Mini Research
Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah berupa kuesioner (daftar pertanyaan)

tentang pengetahuan, sikap dan PHBS indikator mencuci tangan dengan

airbersih dan sabun, ASI eksklusif, tidak merokok, beraktifitas fisik,

menggunakan air bersih, jamban dan memberantas jentik nyamuk.

8. Etika Mini Research

a. Informed consent

Tujuannya agar respinden dapat mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yag diteliti selama pengumpulan data. Jika

subyek bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden. Jika subyek menolak menjadi responden maka

peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya

b. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

memberi nama responden pada lembar pengumpulan data dan hanya

diberi kode tertentu.

c. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai