Anda di halaman 1dari 27

JURNAL

PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN II
ENZIM : PENGARUH PEMANASAN DAN INHIBITOR

Nama : Linda Puspita Oktaviani 24030115120027


Isabela Anjani 24030115120028
Dhina Anggraeni 24030115120029
Maya Sirotu Nufusil Hana 24030115120030
Eva Yuli Suswanti 24030115120031

Kelompok : II
Kelas :A
Hari : Rabu
Tanggal : 06 September 2017
Asisten :

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 06 September 2017


Praktikan 1 Praktikan 2

Linda Puspita O. Isabela Anjani


24030115120027 24030115120028
Praktikan 3 Praktikan 4

Dhina Anggraeni Maya Sirotu Nufusil H.


24030115120029 24030115120030
Praktikan 5

Eva Yuli suswanti


24030115120031

Mengetahui
Asisten Commented [WU1]: Eka chlara budiarti nim
24030113120048
ABSTRAK Commented [WU2]: Ngapain bikin abstrak -.- kan belum
mulai praktikum
Telah dilakukan percobaan yang berjudul Enzim : Pengaruh Pemanasan
dan Inhibitor terhadap Aktivitas Enzim. Tujuan dari percobaan ini yakni untuk
mengetahui pengaruh pemanasan dan inhibitor terhadap aktivitas enzim. Prinsipnya
adalah aktivitas enzimatis terhadap pengaruh eksternal dengan metode pemanasan
dan penambahan inhibitor. Hasil yang didapatkan adalah temperatur yang tinggi
(pemanasan) ataupun penambahan inhibitor akan mengakibatkan terhambatnya
aktivitas suatu enzim. Hasil percobaan dari uji aktivitas enzim amilase didapat
bahwa pada tabung yang direaksikan dengan iodine pada tabung I sampai III warna
yang terbentuk adalah ungu. Hal ini menunjukkan hasil positif. Sedangkan pada
tabung IV dan V warna yang terbentuk biru kehitaman. Hal ini juga menunjukkan
hasil positif mengandung amilum. Untuk tabung yang direaksikan dengan larutan
benedict kelima tabung menunjukkan hasil hasil negatif karena tidak menunjukkan
warna merah bata pada tabung. Sedangkan untuk uji aktivitas enzim lipase
pankreatik hasil yang didapat yaitu pada tabung I warna yang didapat sebelum
diinkubasi berwarna kuning pekat dan setelah diinkubasi berwarna kuning
memudar. Hal ini menunjukkan positif. Sedangkan pada tabung II sebelum dan
sesudah diinkubasi warna tetap sama yaitu kuing pekat. Hal ini menunjukkan hasil
negatif. Pada tabung III sebelum dan sesudah diinkubasi warna tetap sama yaitu
warna kuning sedikit kemerahan. Hal ini menunjukkan hasil negatif. Pada tabung
IV sebelum dan sesudah diinkubasi warna tetap sama yaitu kuning kemerahan. Hal
ini menunjukkan hasil negatif. Pada tabung V sebelum dana sesudah diinkubasi
warna tetap sama yaitu hijau muda. Hal ini menunjukkan hasil yang negatif.

Kata Kunci : Pemanasan, Inhibitor, Enzim Amilase dan Lipase Pankreatik


PERCOBAAN II
ENZIM : PENGARUH PEMANASAN DAN INHIBITOR
TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

I. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh pemanasan dan inhibitor terhadap aktivitas enzim
II. Dasar Teori
2.1. Enzim Commented [WU3]: Teori enzim belum dimasukin ya?
Kayak lock and key

Enzim adalah makromolekul biologis yang berfungsi sebagai fasilitato


(katalis) dari setiap reaksi metabolik yang terjadi pada setiap aktivitas makhluk
hidup. Dengan pengecualiaan dari sekelompok kecil molekul RNA katalitik, semua
enzim protein, dan aktivitasnya bergantung pada protein. Fungsi enzim adalah
untuk meningkatkan kecepatan (laju) reaksi biologis. Contoh fungsi enzim. Bisa
diambil dari bagaimana roti memberi persediaan energi kepada kita. Komponen
penting roti adalah pati, polimer glukosa. Saat kita makan roti, enzim pencernaan
menyatu dengan pati menjadi molekul glukosa bebas, yang kemudian mengalami
rantai enzimatik.Reaksi akhirnya diubah menjadi CO2 dan H2O. Keseluruhan
keseimbangan reaksi ini sangat eksergonik, dan energi terbebaskan menopang
aktivitas fisik dan mental kita.Namun, jika kita menyimpan roti dalam wadah, itu
bisa tahan selama bertahun-tahun tanpa perubahan yang nyata. Sama Reaksi yang
terjadi pada organisme kita bersifat termodinamika mungkin dan mungkin terjadi
dalam wadah. Enzim adalah agen yang berperan mengurangi waktu reaksi kimia
atau mempercepat reaksi kimia. Meskipun hampir semua enzim adalah protein, ada
banyak Kasus dimana protein membutuhkan komponen kimia lain (kofaktor) untuk
melakukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor ini mungkin ion anorganik, seperti
Fe2, Mg2, Mn2, atau Zn2, atau lebih molekul organik kompleks, diberi nama
koenzim, seperti koenzim. Bila koenzim terikat erat dengan protein, itu disebut
kelompok prostetik. Bagian protein disebut apoenzyme atau apoprotein, Enzim
aktif katalitik dengan kedua komponen tersebut disebut holoenzyme. Penggunaan
enzim oleh manusia berasal dari waktu paling awal peradaban, jauh sebelum waktu
ketika konsep enzim ada. Penggunaan enzim purba dikaitkan dengan produksi
beberapa jenis makanan dan minuman. Penggunaannya seperti pada produksi bahan
makanan yang dihasilkan Dari fermentasi mikroba, seperti roti, anggur, bir, atau
cuka. Selai itu juga produksi keju dari Susu, menggunakan renin yang didapat dari
perut ruminansia (Talens dkk,2016) (Journal International)

Protein adalah polimer yang terdiri dari antara 51 (insulin) dan 34 350 (titan)
residu asam amino. Mereka terdiri dari satu atau lebih rantai. Myoglobin terdiri dari
satu rantai sedangkan hemoglobin terdiri dari empat rantai. Urutan asam amino,
atau struktur primer, protein ditentukan oleh gennya. Struktur sekunder terdiri dari
-helices dan lembar lipit . Struktur tersier menggambarkan keseluruhan struktur
tiga dimensi, dan struktur kuartener menggambarkan bagaimana subunit protein
multimerik berinteraksi. Enzim seperti protease HIV atau protein kinase
menggunakan kimia tradisional untuk mengubah substrat menjadi produk.(
Roskoski,2014) (Journal International)

2.2. Klasifikasi Enzim


International Union of Biochemistry (IUB) membagi enzim menjadi 6
kelas, yaitu:
a. Oksidoreduktase : mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi, dan biasanya
menggunakan koenzim NAD+ dan NADP+.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : Dehidrogenase,
Oksidase, dan Hidroksilase
b. Transferase : mengkatalisis pemindahan gugus tertentu, seperti gugus
1-karbon, gugus aldehid dan keton, gugus asil, gugus glikosil, gugus
fosfat dan gugus mengandung S.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : Amino transferase, asil
karnitin transferase, transkarboksilase dan glukinase.
c. Hidrolase : meningkatkan pemecahan ikatan antara karbon dengan
atom lainnya dengan penambahan air.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : esterase, amidase,
peptidase,fosfatase dan glikosidase.
d. Liase : mengkatalisis pemecahan karbon-karbon, karbon-sulfur dan
karbon-nitrogen.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : dekarboksilase,
aldolase, sintase dan deaminase.
e. Isomerase : mengkatalisis raseminasi optic atau isomer geometric dan
reaksi oksidasi reduksi intramolekular tertentu.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : epimerase, mutase dan
isomerase.
f. Liase : mengkatalisis pembentukan ikatan antara karbon dengan
karbon, karbon dengan sulfur, karbon dengan nitrogen dan karbon
dengan oksigen.
Untuk pembentukan ikatan tersebut diperlukan energi yang berasal dari
ATP.
Yang termasuk enzim ini dengan nama trivial : Sintetase dan
Karboksilase (Shahib, 1992).
2.3 Komponen Enzim
Enzim terdiri dari dua komponen, yaitu:
1. Protein
2. Gugus Prostetik (Koenzim)
Bagian apoenzim menyebabkan kekhasan pada enzim. Bagian gugus
prostetik dapat berupa kofaktor. Kofaktor yaitu senyawa anorganik yang
diperlukan oleh enzim untuk aktivitas biologisnya. Kofaktor dapat berupa ion
logam seperti unsur besi, mangan, magnesium dan natrium. Koenzim yaitu
senyawa organik, misalnya vitamin B1, B2 dan B6 (Fessenden, 1986).
Komponen Enzim meliputi :
a. Apoenzim
Adalah bagian enzim yang terdiri dari protein.
Sifat: - tidak tahan panas
- tidak mampu melewati membran dialysis.
b. Koenzim
Adalah bagian enzim yang bukan protein.
Sifat: - tahan terhadap panas
- mampu melewati membran dialis.
Holoenzim adalah gabungan antara apoenzim dan koenzim yang terikat
satu sama lain. Koenzim, kofaktor, gugus prostetik merupakan kokatalis.
Gugus prostetik terikat erat pada apoenzim sedangkan kofaktor tidak begitu
erat. Gugus prostetik adalah bagian dari enzim yang berbentuk molekul
organic. Koenzim adalah suatu bagian yang bertindak sebagai penerima
hydrogen atau akseptor hidrogen seperti NAD/ATP (Winarno, 1986).
Enzim terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida, disamping itu
terdapat pula bagian yang bukan protein yang penting untuk aktivitas
katalitik. Bagian yang bukan protein ini disebut kofaktor. Koenzim adalah
bentuk tertentu dari kofaktor.
Kofaktor dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : gugus prostetik,
koenzim dan ion metal. Koenzim adalah senyawa organik yang berasosiasi
dengan apoenzim dan bersifat sewaktu (tidak permanen), biasanya pada saat
berlangsung katalisis. Selanjutnya koenzim yang sama dapat menjadi
kofaktor pada enzimyang berbeda. Pada umumnya koenzim tidak hanya
membantu enzim memecah substrat, tetapi juga bertindak sebagai aseptor
sementara untuk produk yang terjadi. Kebanyakan komponen kimia
koenzim adalah vitamin (Shahib, 1992).

a. Inhibitor Enzim
Inhibitor adalah beberapa zat kimia yang dapat menghambat kerja
enzim, misalnya garam-garam dan logam berat seperti air raksa.
Inhibitor dapat dikelompokkanmenjadi tiga macam yaitu inhibitor
kompetitif, inhibitor non-kompetitif dan inhibitor umpan balik (Poedjiadi,
1994).
Inhibisi kompetitif klasik terjadi pada tapak pengikatan-substrat
(katalitik). Struktur kimia sebuah inhibitor analog-substrat (I) umumnya
menyerupai struktur kimia substrat (S). oleh karena itu, inhibitor tersebut dapat
berikatan secara reversible dengan enzim sehingga yang seharusnya
membentuk kompleks EnzS, justru membentuk kompleks enzim inhibitor
(Enzl).
Pada inhibisi nonkompetitif, tidak terdapat persaingan antara S dan I.
struktur inhibitor biasanya tidak atau hanya sedikit mirip dengan struktur S dan
dapat dianggap berkaitan dengan domain yang berbeda pada enzim. Inhibitor
nonkompetitif reversible menurunkan kecepatan reaksi maksimal yang
diperoleh pada pemberian sejumlah enzim (Vmaks yang lebih rendah), tetapi
biasanya tidak mempengaruhi nilai Km (Murray,2001).
b. Sifat-Sifat Enzim
Secara umum, sifat-sifat enzim sebagai berikut:
Sebagai biokatalisator yaitu dapat menggiatkan atau kadang-kadang
dapat menyebabkan memuainya proses dalam sel.
Enzim bekarja spesifik artinya untuk merubah atau mereaksikan suatu
zat tertentu memerlukan enzim tertentu pula.
Enzim dapat bekerja bolak-balik artinya suatu reaksi memerlukan enzim
yang sama juga mempengaruhinya adalah jumlah substrat dan jumlah
produksi.
Enzim bekerja sangat cepat.
Enzim tidak ikut bereaksi artinya enzim tidak berubah dan dapat dipakai
kembali setelah reaksi enzimatis berlangsung.
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu.
Enzim sensitif terhadap pH (Murray, 2001).
2.4 Kekhasan Enzim
Nama enzim disesuaikan dengan substratnya dengan penambahan
ase di belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan
enzim.
Contoh: enzim menguraikan substrat (urea) disebut urease.
Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut
fungsinya. Misalnya, hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai
fungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis. Disamping nama trival (biasa)
maka oleh Commision On Enzimes of The International Union of
Biochemistry telah ditetapkan nama yang sistematis dan disesuaikan dengan
pembagian dan penggolongan enzim berdasar fungsi.
Kekhasan enzim terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Asam
amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan enzim
(Poedjiadi, 1994).
2.5 Dasar Kerja Enzim
Pada umumnya terdapat dua mekanisme kerja enzim yang mempengaruhi
reaksi katalis. Mekanismenya adalah :
a) Enzim meningkatkan kemungkinan molekul molekul yang bereaksi saling
bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi karena
enzim mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan
mempunyai kemampuan mengikatnya walaupun bersifat sementara.
Penyatuan antara substrat dengan enzim tidak seenaknya, melainkan
substrat terikat dengan enzim sedemikian rupa sehingga setiap substrat
terorientasi secara tepat untuk terjadi reaksi.
b) Pembentukan ikatan yang sementara (biasanya ikatan non kovalen) antara
substrat dengan enzim menimbulkan penyebaran ini menyebabkan suatu
regangan pada ikatan kovalen spesifik dalam molekul substrat sehingga
ikatan kovalen tersebut menjadi mudah pecah. Dapat disimpulkan bahwa
enzim mempercepat laju reaksi agar keseimbangan reaksi tercapai, tetapi
tidak mempengaruhi konstanta keseimbangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi laju reaksi suatu enzim diantaranya
yang penting adalah konsentrasi baik substrat maupun enzim. Faktor utama
lainnya antara lain : suhu, pH, kekuatan ikatan ionik dan adanya inhibitor
(penghambat reaksi). Faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzim
yaitu
1) Suhu
Laju reaksi meningkat seiiring bertambahnya suhu, namun apabila suhu
terlalu tinggi, maka enzim akan rusak sehingga reaksi berjalan optimal.
Suhu normal untuk aktivitas enzim berkisar antara 25 - 370C.
2) Derajat Keasamam (pH)
Pengaruh pH terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa
faktor yang dapat saling bersaing apabila aktifitas enzim mencapai
maksimum jika pH mencapai optimum, maka laju reaksi akan berkurang di
kedua sisi pH optimum. Untuk setiap kombinasi dari 3 aturan yang mungkin
:
Protein enzim terdenaturasi akibat pH ekstrem tinggi atau rendah.
Protein enzim dapat memerlukan gugus gugus amino yang
terionisasikan pada rantai samping yang mungkin di titik hanya pada
satu keadaan ionisasi.
Substrat dapat memperoleh protein dalam satu bentuk muatan.
3) Konsentrasi Enzim
Laju meningkat secara linier dengan bertambahnya konsentrasi enzim
jenuh lebih sedikit dari konsetrasi substrat.
4) Konsentrasi Substrat
Laju reaksi yang mengkatalisasikan dengan enzim mula mula berada
pada kesetimbangan, namun seiring konsentrasi substrat dinaikkan lebih
lanjut atau berlebih akan tercapai suatu laju limit atau laju maksimum suatu
reaksi hingga pada saat penambahan substrat lebih lanjut tidak
mempengaruhi reaksi (kinetika penjenuhan) ( Petrucci, 1997 ).
2.6 Fungsi dan Cara Kerja Enzim
2.6.1 Fungsi Enzim
Adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
didalam maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 106
1011 kali lebih cepat dari pada bila reaksi tersebut berlangsung tanpa
katalis (Poedjiadi, 1994).
2.6.2 Cara Kerja Enzim
Enzim diduga menyesuaikan diri di sekitar substrat ( molekul yang
akan dikerjakan ) untuk membentuk kompleks enzim substrat. Ikatan
menjadi tegang oleh gaya terik antara substrat dan enzim. Ikatan tegang
mempunyai energi dam mudah terpatahkan sehingga reaksi berlangsung
lebih mudah dan menghasilkan kompleks enzim substrat.

E+S ES E+P

Keterangan : E+S = enzim + substrat


ES = kompleks enzim substrat
E+P = enzim + produk
Bentuk yang diubah dari produk menyebabkan kompleks itu berdisosiasi
dan permukaan enzim siap menerima substrat lain. Teori aktivitas enzim ini disebut
Teori Kesesuaian Terimbas (Induced-Fit Theory) ( Fessenden, 1983 ).
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim. Faktor-
faktor tersebut dapat bersifat fisik atau bersifat kimia yaitu :
2.7.1. Suhu atau Temperatur
Laju reaksi yang dikatalis oleh enzim akan meningkat dengan
adanya penurunan suhu. Pada suhu transisi aktivitas enzim menurun
tajam. Kenaikan kecepatan dibawah temperatur optimal disebabkan oleh
kenaikan energi kinetika molekul yang bereaksi. Bila suhunya dinaikkan
terus, energi kinetika menjadi besar sehingga melampaui penghitung
energi untuk memecahkan ikatan sekunder yang mempertahankan enzim
dalam bentuk aslinya. Akibatnya struktur sekunder dan tersier hilang
disertai hilangnya aktivitas biologis (Mayes, 1992).

Aktivitas
Enzim

37o C Temperatur
( suhu optimum )

Gambar Grafik
Hubungan temperatur dengan aktivitas enzim
(Underwood, 1994)

2.7.2 Konsentrasi Substrat


Bila konsentrasi substrat (s) naik sedangkan semua keadaan
lainya dipertahankan tetap, kecepatan tetap, keceepatan awal yang diukur
v naik sampai nilai maksimum v berhenti. Efek konsentrasi substrat pada
kecepatan reaksi yang dikatalis enzim.
Kecepatan akan naik bila konsentrasi substrat dinaikkan sampai
konsentrasi enzim dikatakan telah jenuh dengan substrat. Jumlah substrat
masih melebihi jumlah enzim dengan persamaan molar yang besar.
Apabila titik A dan B, Kenaikkan atau penurunan jumlah enzim
tergabung dengan substrat dan v akan tergantung pada (s). Pada C, semua
enzim tergabung dengan substrat sehingga kenaikkan selanjutya dari S.
Walau ini menaikkan konsentrasi benturan anatar enzim dan substrat
tidak dapat menaikkan kecepatan reaksi karena tidak ada enzim yang
terdapat unsur bereaksi (Poedjiadi, 1994).
2.7.3 Pengaruh pH
Enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH
yang disebut pH optimum, yang umumnya antara pH 4,5 8,0. suatu
enzim tertentu mempunyai pH optimum sangat ekstrim , misalnya
pepsin pada pH 1,8 dan organisme pada pH 10,0.
Kisaran pH yang ekstrim, baik asam maupun basa terjadi aktivasi,
yang irreversible. Pada kisaran pH selebihnya masih dapat terjadi
inaktivasi, tetapi bersifat reversible. Perlu diketahui pada enzim yang
sama, sering pH umumnya berbeda, tergantung asal enzim tersebut.
Misalnya metal esterase yang diperoleh dari kapan mempunyai pH
optimum sekitar 5,0 sedang enzim yang sama yang diperoleh dari kacang
merah mempunyai pH sekitar 8,5.

Aktivitas
Enzim

7 pH

( suhu optimum )

Gambar Grafik
Hubungan pH dengan aktivitas enzim
(Poedjiadi, 1994)

2.7.4 Pengaruh Ion Logam


Lebih dari 25% dari keseluruhan enzim mengandung ion logam yang
terikat erat atau membutuhkan ion logam bagi aktivitasnya. Metal enzim
mengandung ion logam fungsional dalam jumlah pasti yang dipertahankan
selama proses pemurnian. Enzim yang diaktifkan oleh logam memperlihatkan
ikatan dengan logam yang kurang erat, namun memerlukan logam tambahan.
Dengan demikian perbedaan metaloenzim dan enzim yag diaktifkan oleh
logam terletak pada afinitas enzim terhadap ion logam. Mekanisme yang
diinginkan ion logam untuk melaksanakan fungsinya tampak serupa dengan
metaloenzim dan enzim yang diaktifkan oleh logam (Murray, 1997).

2.8. Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang mempengaruhi laju reaksi tanpa
adanya perubahan permanen pada zat tersebut. Katalis berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan reaksi.
Katalis dibedakan menjadi:
a) Katalis Homogen
Katalis homogen adalah jenis katalis yang berfase sama dengan pereaksi.
b) Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah jenis katalis yang tidak berfase sama dengan
pereaksi (Keenan, 1984).
2.9. Katalis Enzimatis
Banyak reaksi dalam kimia sistem organik dilakukan dengan enzim
sebagai katalis. Enzim merupakan protein yang terdiri dari berbagai asam
amino sama seperti molekul lain. Katalis enzimatik melibatkan ikatan-ikatan
kimia yang digunakan dengan ikatan-ikatan pada reaksi kimia organik biasa.
Dalam pelaksanaannya, katalis enzimatik menggunakan struktur yang dibentuk
oleh berbagai gugus asam amino dan prostestik. Sejumlah protein bertindak
cepat sebagai katalis yang sangat reaktif, lebih reaktif dari senyawa lsin yang
dapat mempercepat sejumlah reaksi karena protein mampu dirakit menjadi
beberapa bentuk.
Dasar fungsi enzim adalah keefektifan katalis asam amino, gugus
karboksil dan gugus pengikat lain dinaikkan beberapa puluh kaki lipat dengan
menempatkannya dalam ruang tertentu sehingga dapat mengunci senyawa
yang dipengaruhi.
Suatu senyawanya dapat mengkatalis reaksi dari beberapa substrat yang
berbeda. Falam reaksi enzimatik gugus pengikat dan gugus-gugus katalistik
dan enzim bergabung dengan substrat membentuk kompleks enzim substrat/
kemampuan enzim prostate ( Poedjiadi, 1994 ).
2.10 Kinetika Katalis Enzim
Salah satu reaksi kimia yang paling sederhana adalah pengubahan
suatu molekul zat S, menjadi suatu molekul hasilnya P, dengan laju reaksi k.

Reaksi ini dapat dituliskan sebagai berikut :


S P
Dalam reaksi yang dikatalis enzim semacam S, disebut substrat atau
senyawa yang transformasinya dikatalis oleh enzim. Pada reaksi ini panah
baliknya dihapuskan karena kesetimbangan reaksinya jauh cenderung menuju
ke hasilnya atau sebab beranjak dari konsentrasi hasil nol (hanya meninjau
tahap awal reaksi sebelum hasil yang memadai terkumpul). Hal ini berarti
bahwa jumlah dari bentuk hasilnya tidak penting. Jadi dengan model ini dapat
pula dicakup peningkatan banyaknya reaksi enzim. Dan dengan hasil ini
dapat di tuliskan :
S+A P
Jika terdapat sejumlah besar A dibandingkan dengan S sehingga
konsentrasinya dapat dianggap tetap sebelum reaksi. Dalm hal ini konstanta
K sama dengan K kali konsentrasi A yang tak berubah. Misalnya semua
reaksi hidrolisis, termasuk jenis ini dengan A ialah air.
Apabila tidak ada enzim pada kebanyakan reaksi hidrolase, laju
pembentukan hasilnya diabaikan (atau penekanan substrat). Biasanya laju
reaksi semacam itu disebut kecepatan (V) reaksi.
V = -d [S] / dt
= K [S]
Akan tetapi dengan enzim dan konsentrasi substrat pada persamaan ini
tidak berlaku, K tidak lagi konstan tetapi sebanding dengan konsentrasi
enzim.
d [S] / dt = -K [S]
(Poedjiadi, 1994)
2.11 Sisi Aktif Enzim
Yaitu daerah terspesialisasi dari protein dimana enzim berikatan dengan
substrat. Sisi aktif dari suatu enzim merupakan suatu celah yang
terspesialisasi untuk mengenal substrat khusus dan mengkatalisis
transformasi kimia (Poedjiadi, 1994).

2.12 Aktivitas Enzim


Aktivitas juga disebut kinetika enzim. Kinetika enzim adalah
kemampuan enzim dalam membantu reaksi kimia. Kemampuan enzim ini
dapat dihitung dengan mengukur jumlah produk yang terbentuk atau dengan
menghitung kurangnya substrat dalam satuan waktu tertentu. Selain itu dapat
juga dihitung dengan peningkatan atau penurunan koenzim. Menghitung
jumlah substrat, produk atau koenzim di dalam laboratorium tidak mudah
karena jumlahnya yang sangat sedikit. Oleh karena itu, menghitung aktivitas
enzim dilakukan dengan mengukur perubahan absorbansi dalam satuan
waktu, pH dan suhu tertentu sewaktu reaksi berjalan (Poedjiadi, 1994).
2.13 Substrat Enzim
Yaitu senyawa organik atau anorganik yang dipengaruhi atau dikatalisis
oleh enzim. Struktur kimia substrat dapat berupa sederhana tetapi dapat juga
kompleks. Setiap enzim mempunyai substratnya yang tertentu ( Poedjiadi,
1994).
2.14 Enzim Lipase
Enzim ini mengkatalisis pemecahan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Enzim lipase mempunyai sifat khusus dapat memecah ikatan ester
pada lemak dan gliserol. Lipase mempunyai kemampuan mengkatalisis reaksi
organik baik didalam media air maupun non air. Enzim lipase sangat berperan
dalam pemisahan asam lemak dan pelarutan noda minyak pada alat industri
agar minyak dapat dilarutkan dalam air. Reaksi yang dikatalisis enzim lipase
adalah reaksi hidrolisis, alkoholis, esterifikasi, dan interesterifikasi.
Aktivitas optimum lipase pada pH 8. Pada pH 8 gugus pemberi dan
penerima proton yang penting pada sisi katalitik enzim perada pada keadaan
yang diinginkan sehingga aktivitas katalitiknya tinggi (Winarno, 1983).
2.15 Suhu Optimum Enzim Lipase Commented [WU4]: Lihat komenan yang amilase
Suhu optimum enzim lipase umumnya berkisar antara 30-40 0C.
Meskipun telah ditemukan adanya lipase yang aktif pada suhu -29 0C
terutama pada ikan dan udang yang dibekukan (Winarno, 1983).
2.16 Enzim Amilase
Enzim amilase terdapat dalam saliva atau air liur manusia. Amilase
yang terdapat dalam saliva adalam -Amilase yang mampu menghidrolisis
polisakarida dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida dengan
menyerang ikatan -1,4 glikosida. Amilase akan segera terinaktivase pada pH
4,0 atau kurang sehingga pencernaan makanan dalam mulut akan terhenti bila
lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan (Winarno,
1983).
2.17 Suhu Optimum Enzim Amilase Commented [WU5]: Jadikan satu sama pengertian
amilase jangan dibikin subab sendiri
Suhu optimum enzim amilase yang terdapat dalam saliva (enzim -
amilase) adalah 37 0C, sama dengan suhu normal tubuh. Secara umum enzim
amilase bekerja optimal pada pH 6,6 (Winarno, 1983).
2.18 Inkubasi Commented [WU6]: Inkubasi apa inkubator

Inkubasi merupakan alat yang digunakan sebagai tempat pertumbuhan


bakteri yang akan dibiakkan, yang dapat diatur termperaturnya sehingga
sesuai dengan temparatur yang diperlukan bakteri agar dapat tumbuh dan
berkembangbiak dengan secara optimal. Pengaturan temperatur pada
temperatur optimum tersebut dimaksudkan agar bakteri mudah berkembang
biak dan tumbuh secara optimal. Penginkubasian dilakukan untuk
menumbuhkan bakteri yang akan dibiakkan sesuai dengan suhu yang
diperlukan bakteri untuk tumbuh. Misalnya temperatur optimum untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berkisar antara 25-75o C
sedangkan temperatur minimum antara (-5) (-45)oC (Guchanan, 1992).
2.19 Analisa Bahan Commented [WU7]: Pake MSDS... kalian udah ngambil
keslab kan? Pasti taulah pentingnya MSDS.analisa bahan
2.19.1 Amilum untuk enzyplex mana

Sifat Fisik : Merupakan polisakarida yang terbentuk dari cara sintesa


banyak terdapat pada tanaman.
Sifat Kimia : Campuran 10 -20% amilosa dan 80-90% amilopeptin. Jika
bereaksi dengan iodine membentuk warna hijau (Basri,
1996).

2.19.2 Iodin
Sifat Fisik : Berat atom 126,90 gram/mol, nomor atom 53, berwarna
hitam kebiruan dengan uap ungu,digunakan sebagai bahan
antiseptic, katalis dan lain-lain.
Sifat Kimia : Larut dalam alkohol, kloform, eter, gliserol, dan karbon
disulfida, tidak larut dalam air (Basri, 1996).
2.19.3 Aquades
Sifat Fisik : titik didih 100C, titik beku 0C, memiliki Kb = 0,51
gram/mol.
Sifat Kimia : Memiliki rumus molekul H2O, merupakan senyawa berfasa
cair, tidak berwarna (Mulyono, 2005).
2.19.4 Saliva
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar
1 1,2 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri dari
99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion Ca2+, Na+, K+, PO4-, Cl, HCO3,
SO4 2-
dan zat zat organic, seperti enzim amilase dan ptyalin
(Milller,1993).
2.19.5 Enzim Amilase
Termasuk kelompok enzim hidrolase, yaitu enzim yang mengkatalis
hidrolisa substrat dengan molekul air. Enzim amilase, dapat memecah
ikatan peptide dalam amilum sehingga terbentuk maltose. Macam
macam enzim amilase, amilase, amilase, terdapat dalam saliva dari
pankreas (Poedjiadi, 1994).
2.19.6 Pereaksi Benedict
Terdiri atas larutan CuSO4, Na2CO3 dan Na2SO4, bila senyawa aldehid
dipanaskan dengan benedict, maka akan teroksidasi menjadi asam
karboksilat, benedict akan tereduksi menjadi endapan Cu2O (Suminar,
1994).
2.19.7 Minyak kelapa
minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses
dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa
bahan kimia dan RDB, adalah modifikasi proses pembuatan minyak
kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam
lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum (Basri, 1996).
2.19.8 Alkohol
Istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat
pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain (Basri, 1996).
2.19.9 Detergen
campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air (Basri, 1996).
2.19.10Na2CO3
Menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan gangguan kelenjar lendir
(Basri, 1996).
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas Beker - Kertas Saring
- Tabung Reaksi - Penangas air
- Pipet Tetes - Penjepit
- Corong - Rak tabung reaksi
- Gelas ukur
3.1.2. Bahan
Larutan Amilum 1% Aquadest
Larutan I dalam KI Larutan benedict
Alkohol Minyak kelapa
Saliva Na2CO3
Lipase Pankreatik Indikator fenol merah
(enzyplex tablet)
Deterjen Cair
3.2 Gambar Alat Commented [WU8]: Gausah gambar alat

Gelas beker Tabung Reaksi Kertas Saring

Penangas Air Corong Gelas ukur

Pipet Tetes Rak tabung reaksi Penjepit

3.3 SKEMA KERJA Commented [WU9]: Kalo bagannya ga cukup ditaruh


dihalaman selanjutnya. Jangan kepotong2. Dan setiap
3.3.1 Uji Aktivitas Enzim Amilase skema kerja disesuaikan dengan yang dibuku PP

2ml larutan saliva + 5ml larutan amilum 1%


Tabung Reaksi 1
Diinkubasi pada suhu ruang
370C selama 30 menit
Pembagian menjadi 2 : bagian
1 diuji dengan larutan iodine
dan bagian 2 diuji dengan
larutan benedict (perlu
pemanasaan)
Pengamatan

Hasil

2ml larutan saliva (sudah dididihkan) + 5ml larutan amilum 1%

Tabung Reaksi 2

Diinkubasi pada suhu ruang


370C selama 30 menit
Pembagian menjadi 2 : bagian
1 diuji dengan larutan iodine
dan bagian 2 diuji dengan
larutan benedict (perlu
pemanasaan)
Pengamatan
Hasil

2ml larutan saliva + 1ml larutan inhibitor + 5ml larutan amilum 1%


Tabung Reaksi 3

Diinkubasi pada suhu ruang


370C selama 30 menit
Pembagian menjadi 2 :
bagian 1 diuji dengan larutan
iodine dan bagian 2 diuji
dengan larutan benedict
(perlu pemanasaan)
Pengamatan

Hasil

1ml larutan inhibitor + 5ml larutan amilum 1%

Tabung Reaksi 4

Diinkubasi pada suhu ruang


370C selama 30 menit
Pembagian menjadi 2 : bagian
1 diuji dengan larutan iodine
dan bagian 2 diuji dengan
larutan benedict (perlu
pemanasaan)
Pengamatan

Hasil

2ml akuades + 5ml larutan amilum 1%

Tabung Reaksi 5
Diinkubasi pada suhu ruang
370C selama 30 menit
Pembagian menjadi 2 : bagian 1
diuji dengan larutan iodine dan
bagian 2 diuji dengan larutan
benedict (perlu pemanasaan)
Pengamatan

Hasil

3.3.2 Uji Aktivitas Enzim Lipase Pankreatik

3.3.2.1 Preparasi Emulsi Lemak

2 mL minyak kelapa + 10 ml alkohol

Tabung reaksi
Penambahan 12 mL aquades, kocok dengan
cepat
Penambahan 1 mL indikator fenol merah
Penambahan 2 tetes Na2CO3 0,1 M hingga
campuran emulsi lemak berwarna merah
muda
Pengamatan

Hasil

3.2.2.2 Reaksi Enzim Lipase dengan Emulsi Lemak

2 mL Larutan Pankreatik + 3 ml Emulsi Lemak

Tabung reaksi I
Penginkubasian selama 30 menit pada suhu
370C
Pengamatan

Hasil

2 mL Larutan Pankreatik ( telah didihkan 5 menit) + 3 ml Emulsi Lemak

Tabung reaksi II
Penginkubasian selama 30 menit pada suhu
370C
Pengamatan

Hasil

2 mL Larutan Pankreatik + 3 ml Emulsi Lemak + Larutan Inhibitor

Tabung reaksi III


Penginkubasian selama 30 menit pada suhu
370C
Pengamatan

Hasil

2 mL Larutan Pankreatik + 3 Larutan Inhibitor

Tabung reaksi IV
Penginkubasian selama 30 menit pada suhu
370C
Pengamatan

Hasil

2 mL Larutan Pankreatik + 3 ml Aquades

Tabung reaksi V
Penginkubasian selama 30 menit pada suhu
370C
Pengamatan

Hasil

IV. DATA PENGAMATAN


NO PERLAKUAN HASIL KET
1. o Uji Aktivitas Enzim
Amilase
Tabung I : 2ml larutan
saliva + larutan amilum
1%
Tabung II : 2ml larutan
saliva (sudah dididihkan)
+ 5ml larutan amilum 1%
Tabung III : 2ml larutan
saliva + 1ml larutan
inhibitor + 5ml larutan
amilum 1 %
Tabung IV : 1ml larutan
inhibitor + 5ml larutan
amilum 1%
Tabung V : 2ml akuades +
5ml larutan amilum 1%
o Kemudian masing
masing tabung diinkubasi
pada suhu ruang 370C
selama 30menit
o Pembagian menjadi 2 :
bagian 1 diuji dengan
larutan iodine dan bagian 2
diuji dengan larutan
benedict (perlu
pemanasan)

2. Uji Aktivitas Enzim Lipase


Pankreatik
Preparasi Emulsi Lemak
2ml minyak kelapa +
10ml alcohol
Penambahan 12ml
akuades, kocok dengan
cepat
Penambahan 1ml
indicator fenol merah
Penambahan 2 tetes
Na2CO3 0,1M hingga
campuran emulsi lemak
berwarna merah muda
Reaksi Enzim Lipase
dengan Emulsi Lemak
Tabung I : 2ml larutan
pankreatik + 3ml emulsi
lemak
Tabung II : 2ml larutan
pankreatik (telah
dididihkan 5 menit ) +
3ml emulsi lemak
Tabung III : 2ml larutan
pankreatik + 3ml emulsi
lemak + larutan inhibitor
Tabung IV : 2ml larutan
pankreatik + 3ml larutan
inhibitor
Tabung V : 2ml larutan
pankreatik + 3 ml
akuades
o Kemudian masing
masing tabung diinkubasi
pada suhu ruang 370C
selama 30menit
V. HIPOTESIS
Judul dari percobaan ini adalah Enzim : Pengaruh Pemanasan dan
Inhibitor terhadap Aktivitas Enzim. Tujuan dari percobaan ini yakni untuk
mengetahui pengaruh pemanasan dan inhibitor terhadap aktivitas enzim.
Prinsipnya adalah aktivitas enzimatis terhadap pengaruh eksternal dengan
metode pemanasan dan penambahan inhibitor. Hasil yang didapatkan adalah
temperatur yang tinggi (pemanasan) ataupun penambahan inhibitor akan
mengakibatkan terhambatnya aktivitas suatu enzim.

DAFTAR PUSTAKA Commented [WU10]: Penulisan daftar pustaka emang


gitu? Coba cek!

Basri, Sarjoni, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta

Daintith, J. 1994, Kamus Lengkap Kimia, Oxford, edisi baru, Erlangga, Jakarta

D. Talens-Perales, J. Marn-Navarro,J. Polaina,2016,Encyclopedia of Food and


Health, Commented [WU11]: Yang ini gak menjorok kedalam

Keenan, 1994, Ilmu Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta

Lehninger, 1999, Biokimia Dasar, Erlangga, Jakarta

Murray, R. K., 2001, Biokimia Harper, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Petrucci, R., 1997, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta

Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI Press, Jakarta

R. Roskoski Jr,2014, Reference Module in Biomedical Sciences

Shahib. M. N., 1992, Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung

Sumardjo, Damin, 1997, Kamus Kimia, Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai