Anda di halaman 1dari 14

HAK- HAK ORANG TUA DALAM ISLAM

Diposting di 2011

Islam telah memberi hak-hak kepada orang tua sebagaimana disebutkan dalam Al Quran : "Dan kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu" [QS. Luqman
31:14] "Dan ingatlah ketika kami mengambil janji dari Bani Israil, "'Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat." ' Tetapi
kemudian kamu berpaling (mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang." [QS. Al Baqarah 2:83]

AJARAN NABI MUHAMMAD SAW TENTANG ORANG TUA

Dalam satu Hadist Rasulullah SAW bersabda "Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba tiba turunlah
hujan. Maka mereka berteduh disebuah goa di gunung. Sebuah batu besar tiba-tiba menggelinding dan
menutup pintu goa. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Lihatlah amal shalih yang
telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengannya. Semoga Allah memberi
kemudahan. Salah seorang dari mereka berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua
yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang mengembala untuk mereka.
Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kepada kedua orang tuaku terlebih
dahulu sebelum anak-anakku. Suatu hari aku mengembala cukup jauh dari desa, aku tidak pulang kecuali
hari telah sore, dan aku mendapati mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu seperti biasa. Aku
membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu diatas kepala mereka berdua. Aku tidak
ingin membangunkan keduanya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum
keduanya minum. Sementara anak-anak menangis kelaparan dibawah kakiku. Keadaan ini berlanjut
sampai terbit fajar. Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari ridho-
Mu, maka bukalah pintu goa ini sehingga

kami bisa melihat langit. Lalu batu itupun bergeser sedikit. Lalu yang kedua berkata, "Ya Allah,
sesungguhnya aku mempunyai sepupu perempuan, dan aku sangat mencintainya seperti laki-laki yang
mencintai perempuan. Aku meminta dirinya, tetapi dia menolak sampai aku bisa memberinya seratus dinar.
Aku bekerja keras hingga aku berhasil mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya.
Manakala aku telah duduk diantara kedua kakinya, dia berkata kepadaku, "'Takutlah kepada Allah dan
janganlah membuka cincin (menyentuhnya) kecuali dengan haknya (melalui pernikahan)"', maka akupun
bangun dan meninggalkannya. Ya Allah, jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu semata-mata
hanya untuk mencari ridho-Mu maka bukakanlah pintu goa ini." Maka pintu goa itupun terbuka agak lebar.
Kemudian yang ketiga berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai pekerja dengan imbalan satu
faraq besarnya. Dan ketika dia selesai menunaikan pekerjaannya dan aku akan memberikan haknya, dia
menolaknya. Lalu akupun menanamnya sampai aku mengumpulkan beberapa sapi sekaligus
pengembalanya darinya. Setelah beberapa waktu laki-laki itu kemudian datang kembali dan meminta
upahnya. Lalu aku berkata kepadanya, pergilah kepada sapi-sapi itu berikut pengembalanya, ambillah. Dia
menjawab, "'Janganlah mengolok-olokku, bertakwalah kepada Allah"'. Aku berkata kepadanya bahwa aku
tidak mengolok-oloknya. Lalu dia pun mengambilnya dan pergi. Ya Allah jika engkau mengetahui apa yang
telah kulakukan tersebut hanya semata-mata untuk mendapat ridho-Mu, maka bukakanlah pintu ini". Lalu
batu yang menutupi mulut goa itupun terbuka lebar dan mereka dapat keluar. [HR Bukhari 3: 418]

AMAL APAKAH YANG PALING UTAMA DI SISI ALLAH SWT?

Abdullah bin Mas'ud r.a berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, "amal apakah yang paling utama?,
Rasulullah SAW menjawab, "Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain juga dikatakan shalat di awal
waktu)", aku bertanya lagi, "Kemudian apa?", Rasulullah SAW menjawab, "Berbakti kepada kedua orang
tua". Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?", Rasulullah SAW menjawab, "Jihad di jalan Allah"'. [HR Bukhari
1:505]

DOSA BESAR

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang dosa-dosa besar, dan beliau menjawab, dosa-dosa besar itu
adalah : 1. Mempersekutukan Allah (syirik). 2. Durhaka kepada kedua orang tua. 3. Membunuh seseorang
(yang Allah haramkan untuk dibunuh). 4. Dan memberi kesaksian palsu. [HR. Bukhari 3:821] Rasulullah
SAW bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Para Sahabat berkata,
" Ya Rasulullah!" Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada
kedua orang tua." [HR. Bukhari 8:290]. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara sebesar-besar
dosa besar ialah seseorang yang melaknat orang tuanya. Kemudian para sahabat merasa heran dan
bertanya, "Bagaimana bisa jadi seseorang melaknat kedua orang tuanya?", maka Nabi menjawab, "Yaitu
dia mencaci ayah orang lain kemudian orang tersebut balas mencaci ayahnya, dan ia mencaci ibu orang
lain, kemudian orang tersebut mencaci ibunya." [HR. Bukhari 8:4]

TIDAK ADA SURGA UNTUKNYA

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan." salah seorang
Sahabat bertanya, "Siapa yang kasihan wahai Rasulullah?", Beliau menjawab, "Orang yang sempat
berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang diantara keduanya, saat umur mereka
sudah menua namun tidak bisa membuatnya masuk surga." [HR. Muslim : 1160] Rasulullah SAW
bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya dan orang yang kecanduan khamr" [HR. Bukhari Muslim]

JIKA ORANG TUA MEMINTA

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, hak-hak apa yang bisa diminta oleh
orang tua dari anaknya?" Beliau menjawab, "Mereka adalah surga dan nerakamu" [1277]. Rasulullah SAW
memerintahkanku untuk melakukan 10 hal : 1. Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun
meskipun kamu akan dibunuh karenanya. 2. Janganlah durhaka kepada kedua orang tua meskipun mereka
memintamu untuk meninggalkan keluargamu dan harta bendamu. [HR. Tarmizi 14].

SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA

Ketika kami sedang duduk-duduk dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari
kalangan Bani Salamah bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, apakah masih tersisa bakti kepada kedua
orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?", Rasulullah SAW menjawab,"Ya, bacakanlah rahmat bagi
mereka, mohonlah ampun untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka, peliharalah silaturahmi yang biasa
mereka pelihara semasa hidup dan juga hormati teman-teman mereka." [Abu Dawud 2440]
HANYA SATU KONDISI DIMANA KAMU TIDAK BOLEH MENAATI MEREKA

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempuyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat
kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." [QS. Luqman : 15]
"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu
tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan aku
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Al 'Ankabut : 8].
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Bagi Seorang Pendidik


Hak dapat diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat
mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu. Hak juga dapat
berarti panggilan kepada kemauan orang lain dengan perantara akalnya, berlawanan dengan
kekuasaan atau kekuatan fisik untuk mengakui wewenang yang ada pada pihak lain.[1] Pengertian
hak dalam Al-quran disebut dengan kata Al-haq yang mempunyai empat pengertian, yaitu:[2]
1. Hak yang berarti untuk menunjukkan terhadap pelaku yang mengadakan sesuatu
yang mengandunng hikmah. Seperti adanya Allah disebut sebagai Al-haq karena Dialah
yang mengadakan sesuatu yang mengandung hikmahnya dan nilai bagi kehidupan.
Penggunaan hak yang demikian dapat kita jumpai pada ayat :
4 d,ys9$# Ng9s9qtB !$# n<) (#r NO
Artinya: kemudian kembalilah kamu sekalian kepada Allah. Dialah tuhan mereka yang
hak(QS: Al-anam: 62)

2. Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan kepada sesuatu yang diadakan


mengandung hikmah. Misalnya Allah SWT menjadikan matahari dan bulan dengan al-Haq
yakni mengandung hikmah kepada kehidupan. Penggunaan Al-haq seperti ini dapat
dijumpai misalnya pada ayat:

..... 4 d,ys9$$/ w) 9s !$# t,n=y{ $tB


Artinya: Allah tidak menciptakan yang demikian itu (matahari dan bulan) kecuali dengan haq.
(QS: yunus: 5)

3. Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan keyakinan seseorang terhadap sesuatu


yang cocok dengan jiwanya. Seperti keyakinan seseorang terhadap adanya kebabangkitan
di hari akhirat.
4. Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan terhadap perbuatan atau ucapan yang
dilakukan menurut kadar atau porsi yang seharusnya dilakukan sesuai keadaan waktu dan
tempat.

Dari beberapa definisi mengenai hak diatas, dapat disimpulkan bahwa hak adalah wewenang
atau kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang dalam menuntut sesuatu. Sedangkan pendidik
adalah mereka yang terlibat langsung dalam membina, mengarahkan dan mendidik peserta didik,
waktu dan kesempatannya dicurahkan dengan tujuan untuk mentransformasikan ilmu dan
menginternalisasikan nilai termasuk pembinaan akhlak mulia dalam kehidupan peserta didik.

B. Hak-hak bagi Seorang Pendidik


Telah kita ketahui bahwa pendidik telah menghabiskan waktunya untuk peserta didik
dalam mencerdaskan anak bangsa sehingga pendidik berhak mendapatkan :

1. Gaji
Dalam hal ini ada banyak perbedaan pendapat diantaranya yaitu, Socrates (seorang
filosof Yunani),[3] dan imam Al-Ghozali (seorang filosof muslim). mereka berkesimpulan bahwa
gaji adalah sebuah perkara yang haram bagi seorang pendidik karena apabila seorang pendidik di
gaji maka munculah anggapan bahwa guru itu merupakan sebuah profesi dan bukan pengabdian.
Padahal seorang pendidik dalam mendidik peserta didik, seyogyanya hanya
mengharapkan ridho Allah swt. semata dan tidak mengharapkan sesuatu apapun. Sementara itu al-
Qabisi (935-1012) mempunyai pendapat yang berbeda, ia memandang gaji itu patut diberikan
pada seorang pendidik karena pendidk telah menjadi jabatan profesi, tentu mereka berhak
mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi, berupa gaji ataupun honorarium.

2. Penghargaan
Pada hakikatnya pendidik (guru) adalah abu al ruh (bapak rohani) bagi peserta didiknya.
Dialah yang memberikan santapan rohani dan memperbaiki tingkah laku peserta didik.Oleh
karena itu, profesi guru wajib dimuliakan, mengingat perannya yang sangat signifikan dalam
menyiapkan generasi mendatang.[4] Muhammad athiyyat al abrasi,
mengungkapkanbahwa, menghormati guru berarti penghormatan kepada anak-anak[5].
Bangsa yang ingin maju peradabannya adalah bangsa yang mampu memberikan
penghargaan dan penghormatan kepada para pendidik. Seperti yang terjadi pada ratusan abad yang
lalu, Setelah hancurnya Hiroshima dan naghasaki, pertama kali yang dicari Kaisar Hirihito adalah
para guru. Hikmahnya, Dalam waktu yang relatif singkat bangsa jepang kembali bangkit dari
kehancuran sehingga menjadi Negara modern pada masa sekarang.
C. Hak-Hak Guru Profesional
Dalam ajaran Islam memang tidak dikenal terminologi hak, kecuali dalam arti kewajiban,
karena sesungguhnya yang disebut hak adalah sesuatu yang menyertai kewajiban. Atau dengan
kata lain ada kewajiban pasti ada hak, dan tidak akan pernah ada hak tanpa kewajiban. Di dalam
UU RI No.20 tahun 2003 Bab IV pasal 14 ayat 1 dan 2 telah dijelaskan bahwa Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berhak :
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
Kebutuhan minimum itu seperti apa dan jika diukur dengan rupiah berapa masih perlu dijelaskan
lebih lanjut. Demikian pula jaminan kesejahteraan sosial meliputi apa saja masih diperlukan
penjelasan dan implementasi. Di dalam pasal 15 ayat 1 dijelaskan bahwa kebutuhan minimum
sebagaimana dimaksud pada pasal 14, meliputi: gaji pokok, tunjangan melekat, tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan serta penghargaan
atas dasar prestasi.

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerja. Hak ini mencakup
semua guru pada semua jenjang pendidikan tanpa membedakan apakah ia PNS atau guru
Swasta dan tanpa membedakan status sekolah apakah ia mengajar di sekolah atau madrasah
swasta atau pun di sekolah atau madrasah negeri.

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
Sebagai tugas profesional guru harus mengembangkan keprofesionalannya, melalui karya-karya
pengembangan akademik yang telah ditulis, dan yang telah ditemukan. Karya tulis dan karya
penemuannya akan mendapatkan hak intelektual yang dilindungi secara perundangan. Karena
itu juga guru tidak boleh melakukan plagiat atas karya-karya orang lain.

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. Agar pengetahuan dan pengalaman


guru berkembang, maka ia berhak mengikuti kegiatan-kegiatan baik tingkat lokal nasional
maupun internasaional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.

5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang


kelancaran tugas profesionalnya. Agar guru bisa mendapatkan layanan sebagaimana
diamanatkan undang-undang, maka BSNP menetapkan standar minimal sarana dan prasarana.
Bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi: perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang lainnya
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan,
dan sangsi kepada peserta didik sesuai kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundangan-undangan. Kewenangan ini belum sepenuhnya berjalan dimiliki guru termasuk
penentuan kelulusan. Mengapa demikian karena hak ini nampaknya tidak secara otomatis
melekat pada tiap guru, akan tetapi terkait dengan kemampuan pada masing-masing guru.

7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. Secara tehnis
harus ada jaminan atau asuransi ketika terjadi sesuatu pada diri guru dalam menjalankan
tugasnya. Sehingga guru tidak perlu khawatir dalam melaksanakan tugas profesinya.

8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. Memang dalam rangka
mengembangkan kompetensi sosial guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar
tetapi juga harus mempunyai kemampuan berorganisasi.

9. Memilki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan. Melalui hak ini
guru sebenarnya harus menjadi manusia yang serba bisa dan luar biasa, karena kebijakan
pendidikan itu terkait dengan sesuatu yang strategis, terkait dengan pikiran-pikiran genius yang
menghasilkan kebijakan pendidikan yang berkeadilan.

10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan
kompetensi. Hak ini penting diberikan sehubungan bahwa kualifikasi akademik baru diberlakukan
setelah diundangkannya sistem pendidikan nasional tahun 2003. Dan baru implementasi intensif
setelah diundangkannya UUGD tahun 2005. Padahal banyak guru dalam jabatan yang kualifikasi
akademiknya belum S 1. Terkait dengan hak ini juga pemerintah harus menyiapkan dana
pelaksanaan program kualifikasi.

11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Hak ini terkait dengan
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan yang harus difasilitasi oleh pusat maupun pemda agar SDM
guru yang berada di daerahnya memiliki kinerja yang unggul dan berkompetensi.

mendapat gaji yang sesuai


~ diberikan fasilitas untuk mendukung dalam proses pembelajaran
~ memperoleh perlakuan baik dari sekolah dan wali siswa
~ mendapat perlakuan sopan dari siswa
~ memperoleh perlakuan sama dari organisasi sekolah

Islam mengajarkan untuk menunaikan hak semua orang yang mempunyai hak.
Rasulullah n berkata kepada Abu Darda z, Berilah setiap orang haknya masing-masing.
Dituntunkan dalam Islam untuk menunaikan hak-hak teman. Hak seorang teman atas temannya
sangatlah banyak. Diantaranya:
Membantu kelapangan temannya (muwasah)
Muwasah adalah tanda persahabatan yang jujur. Seorang teman yang jujur dalam persahabatannya
akan memberikan kemudahan (membantu) temannya sebatas kemampuannya. Dia senantiasa
merasakan senang dan susahnya teman.
Dari Abu Hurairah z, bahwa Nabi n bersabda:





.



.


Barangsiapa yang melepaskan dari orang mukmin satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan dunia,
pasti Allah l akan melepaskan darinya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan hari kiamat.
Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesukaran pasti Allah l akan memudahkan (urusannya)
di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya pasti Allah l akan menutupi aibnya
di dunia dan akhirat. Allah l akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong
saudaranya. Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu pasti Allah l akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah dari
rumah-rumah Allah l, membaca dan mempelajari kitab Allah l diantara mereka, kecuali turun kepada
mereka sakinah dan mereka diliputi rahmat serta dinaungi malaikat. Allah l menyebut mereka di
majelis-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalannya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(HR. Muslim)
Rasulullah n berkata:




Orang yang paling Allah l cintai adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Amalan yang paling
Allah l cintai adalah menimbulkan kegembiraan bagi seorang muslim atau menghilangkan
kesulitannya atau membayarkan utangnya atau menghilangkan kelaparan darinya (HR. Ath-
Thabarani dan dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 906 dan Shahihul Jami
no. 176)
Ibnul Qayyim t berkata: Muwasah kepada kaum mukminin ada beberapa macam:
Muwasah dengan harta
Muwasah dengan kedudukan
Muwasah dengan badan dan bantuan
Muwasah dengan nasihat dan bimbingan
Muwasah dengan doa dan memintakan ampun untuknya
Muwasah dengan menasihati mereka (Lihat Al-Fawaid hal. 168)
Para sahabat g telah memberikan teladan kepada kita, bagaimana mereka bermuwasah kepada
sahabatnya. Rasulullah n berkata:



Sesungguhnya para sahabat dari Asyariyin, jika habis perbekalan mereka dalam jihad atau
makanan mereka tinggal sedikit di Madinah, mereka mengumpulkan apa yang mereka miliki dalam
sebuah kain. Kemudian mereka bagi rata di antara mereka. Mereka dari golonganku dan aku
termasuk golongan mereka. (HR. Al-Bukhari no. 2486 dan Muslim no. 2500)
Dari Anas bin Malik z:
Abdurahman bin Auf datang kepada kami dan Rasulullah n telah mempersaudarakan beliau dengan
Sad bin Rabi seorang sahabat Anshar yang banyak harta. Sad berkata, Orang-orang Anshar
telah tahu aku adalah orang yang paling banyak hartanya. Aku akan membagi dua hartaku untuk
kita berdua. Aku juga punya dua istri. Lihatlah siapa yang paling kau senangi, aku akan menalaknya.
Jika telah halal, engkau bisa menikahinya.
Abdurahman bin Auf berkata: Semoga Allah memberikan barakah kepadamu, keluarga dan
hartamu. (Cukup) tunjukkanlah pasar kepadaku (HR. Al-Bukhari no. 3781)
Menjenguknya ketika sakit
Menjenguk orang sakit termasuk hak persaudaraan dalam Islam. Rasulullah n menyatakan:


: : .

Hak muslim atas muslim ada enam. Beliau ditanya, Apa itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab,
Jika berjumpa dengannya engkau mengucapkan salam kepadanya, ketika mengundang engkau
penuhi undangannya, jika minta nasihat engkau nasihati dia, jika bersin dan mengucapkan
hamdalah engkau mendoakannya (dengan berkata: yarhamukallah), jika dia sakit hendaknya
menjenguknya, dan jika meninggal engkau iringi jenazahnya. (HR. Muslim no. 2162)
Menjenguk orang sakit banyak keutamaannya
Dari Abu Hurairah z, Rasulullah n berkata:
:



Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya, akan ada penyeru yang
menyeru dari atas: Engkau telah berbuat baik dan telah baik perjalananmu. Engkau telah
mempersiapkan tempat di surga. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami no. 6163)
Menjaga rahasianya
Dari Jabir bin Abdillah z, Rasulullah n berkata:



Jika seseorang berbicara (denganmu), kemudian dia menoleh (melihat sekeliling) maka ketahuilah
itu adalah amanah. (HR. Abu Dawud no. 4868 dan At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah no. 1090 dan Shahihul Jami no. 486)
Ibnu Ruslan t berkata: Karena, menolehnya dia ke kanan ke kiri adalah pemberitahuan bagi yang
diajak bicara tentang kekhawatirannya bila ada orang lain yang mendengar ucapannya. Sehingga,
artinya dia mengkhususkan rahasia ini untuknya. Tindakannya ke menoleh ke kanan dan ke kiri
sama dengan ucapan: Rahasiakan ini dariku, yakni ambil dan rahasiakan, ini adalah amanah
bagimu. (Lihat Nimatul Ukhuwah hal. 70-72)
Al-wafa dan ikhlas
Al-wafa adalah terus-menerus mencintainya sampai meninggal, dan ketika telah meninggal ia
mencintai anak-anak dan teman-temannya. Nabi n telah memuliakan sahabat dan famili Khadijah x
setelah beliau wafat. Sampai-sampai Ummul Mukminin Aisyah x, berkata, Aku tidak pernah
cemburu kepada seseorang seperti cemburuku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah
melihatnya. (HR. Al-Bukhari)
Termasuk al-wafa adalah tidak berubah tawadhunya kepada temannya, walaupun dia semakin
tinggi kedudukannya dan semakin luas kekuasaannya.
Termasuk al-wafa adalah tidak mau mendengarkan cercaan-cercaan orang kepada temannya dan
tidak membela musuh temannya.
Ibnu Qudamah t berkata: Ketahuilah, bukan termasuk al-wafa bila mencocoki teman dalam perkara
yang menyelisihi agama. (Lihat Mukhtashar Minhajil Qashidin hal. 103)
Menerima udzur/ alasannya
Diantara hak temanmu adalah menerima alasan yang disampaikannya. Ketika salah seorang
temanmu berbuat jelek kepadamu kemudian datang menyampaikan alasan kepadamu, maka
terimalah alasannya. Hal ini termasuk kemuliaan, karena udzur (alasan) diterima oleh orang-orang
yang punya kemuliaan. Menerima udzur teman, selain menambah kecintaan teman, juga
mendatangkan pahala yang banyak.
Rasulullah n berkata:

Barangsiapa yang menerima udzur seorang muslim maka Allah l akan memaafkan kesalahannya.
(HR. Abu Dawud no. 3460 dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud, juga dalam
Shahih Jami no. 6071)
Terlebih lagi seseorang yang terpandang yang kita tidak mengetahui kejelekannya, kita harus
menerima udzurnya. Rasulullah n berkata:

Terimalah udzur orang-orang yang punya kedudukan atas kesalahan-kesalahan mereka. (HR. Abu
Dawud no. 4375 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud)
Ibnul Mubarak t berkata, Seorang mukmin mencari udzur bagi temannya. Adapun seorang munafik,
dia mencari-cari kesalahan orang lain.
Bagaimana jika orang yang minta udzur berdusta dalam udzur yang disampaikannya?
Jika terjadi hal demikian, maka bersikaplah seperti yang diajarkan oleh Ibnul Qayyim t, Barangsiapa
yang berbuat jelek kepadamu kemudian datang untuk minta udzur atas kejelekannya kepadamu
maka sifat tawadhu mengharuskan engkau menerima udzurnya baik udzur tersebut benar atau
batil (dusta) dan kau serahkan isi hatinya kepada Allah l.
Menerima udzur orang lain adalah bukti tawadhu.
Ibnul Qayyim t berkata, Tanda kemuliaan dan tawadhu adalah ketika engkau melihat cela dalam
udzurnya namun tetap engkau terima dan tidak membantahnya, serta berkata: Mungkin saja
masalahnya seperti yang kau sebutkan. (Lihat Nimatul Ukhuwah hal. 79-83)
Membelanya ketika tidak ada
Diantara hak teman adalah menjaganya ketika dia tidak ada, membantah ucapan jelek tentangnya.
Dari Abud Darda z, Rasulullah n berkata:


Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya maka Allah l akan memalingkan wajahnya
dari neraka di hari kiamat nanti. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, serta dishahihkan Asy-Syaikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami no. 6262)
Dalam hadits Kab bin Malik z tentang kisah taubatnya, Nabi n berkata di Tabuk ketika beliau
sedang duduk, Apa yang dilakukan Kab? Seseorang dari Bani Salamah berkata, Dia tertahan
burdahya dan melihat dua sisinya, ya Rasulullah. Muadz bin Jabal z berkata kepadanya, Alangkah
jeleknya yang kau ucapkan. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahuinya kecuali
kebaikan. Rasulullah n pun diam. (HR. Al-Bukhari no. 4418 dan Muslim no. 2769)
Al-Imam An-Nawawi t berkata: Ketahuilah, seseorang yang mendengar ghibah terhadap seorang
muslim hendaknya membantahnya dan menghardik pelakunya. Jika tidak bisa dihentikan dengan
lisan, maka hentikanlah dengan tangan. Jika tidak mampu dengan lisan ataupun dengan tangan,
hendaknya dia keluar untuk memisahkan diri dari majelis tersebut. Jika mendengar ghibah terhadap
syaikhnya atau orang yang mempunyai hak atasnya atau orang yang punya keutamaan dan shalih,
maka mengingkari pelakunya lebih ditekankan. (Al-Adzkar)
Rasulullah n berkata:


Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya ketika ada yang mengghibahinya, maka hak
atas Allah l untuk membebaskannya dari neraka. (HR. Ahmad dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami no. 6240)
Mendoakan kebaikan bagi teman
Ibnu Qudamah t berkata, Hak yang kelima adalah mendoakan kebaikan untuknya ketika masih
hidup maupun sesudah meninggalnya, dengan semua doa yang dia peruntukkan untuk dirimu.
Dalam Shahih Muslim dari hadits Abud Darda z, Nabi n berkata:
:


Doa seorang muslim bagi saudaranya yang sedang tidak bersamanya adalah doa mustajab. Di
sisinya ada malaikat yang ditugaskan setiap kali dia berdoa kebaikan bagi saudaranya, malaikat
berkata, Amin, dan engkau mendapatkan yang semisalnya.
Abud Darda z mendoakan banyak sahabatnya dalam doanya. Beliau selalu menyebut nama-nama
mereka dalam doanya. Demikian pula Al-Imam Ahmad t berdoa di waktu sahur untuk enam orang.
(Lihat Mukhtahar Minhajul Qashidin hal. 103)
Menasihatinya
Nasihat termasuk hak persahabatan. Rasulullah n berkata:


: : .
Hak muslim atas muslim lainnya ada enam: Jika berjumpa dengannya engkau mengucapkan salam
kepadanya, ketika mengundang engkau penuhi undangannya, jika minta nasihat engkau nasihati
dia (HR. Muslim no. 6162)
Rasulullah n menyatakan:

Agama adalah nasihat (HR. Muslim no. 55)
Bagaimana bentuk nasihat seorang muslim kepada saudaranya agar mendatangkan manfaat yang
besar?
Ibnu Qudamah t berkata: Seyogianya, nasihat engkau sampaikan ketika sedang sendirian (tidak di
hadapan orang banyak). Beda antara nasihat dengan menjatuhkan (kehormatan) orang lain adalah
dalam masalah ini (dilakukan dengan tertutup atau di hadapan orang banyak). (Mukhtashar
Minhajul Qashidin hal. 102)
Ibnu Hibban t berkata: Tanda seorang pemberi nasihat yang menginginkan kebaikan bagi yang
dinasihatinya adalah nasihat tersebut dilakukan tidak di hadapan orang lain. Tanda orang yang ingin
menjelekkan (menjatuhkan) yang dinasihati adalah menasihatinya di hadapan banyak orang.
Misar bin Kidam t berkata: Allah l merahmati seseorang yang membeberkan aibku secara
sembunyi-sembunyi antara aku dan dia saja. Karena nasihat di hadapan orang banyak adalah
celaan. (Lihat Nimatul Ukhuwah hal. 86-87)
Seseorang yang dinasihati hendaknya menerima nasihat yang baik
Seseorang belum disebut memiliki sifat tawadhu hingga dia menerima al-haq dari orang yang
menyampaikannya. Oleh karena itu, Rasulullah n berkata:




Sombong adalah menolak al-haq (kebenaran) dan merendahkan orang lain.
Al-Imam Waki berkata: Seseorang tidak akan pandai sampai mengambil ilmu dari orang yang di
atasnya, atau selevel dengannya, juga dari orang yang lebih rendah darinya.
Fudhail bin Iyadh t ditanya tentang tawadhu. Beliau t berkata, Tunduk kepada al-haq, patuh dan
menerimanya dari orang yang membawakannya. (Lihat Nimatul Ukhuwah hal. 86-87)

. Hak Teman

a. Membantu kelapangan temannya (muwasah)


Muwasah adalah tanda persahabatan yang jujur. Seorang teman yang jujur dalam
persahabatannya akan memberikan kemudahan (membantu) temannya sebatas kemampuannya.

b. Menjenguknya ketika sakit


Menjenguk orang sakit termasuk hak persaudaraan dalam Islam. Rasulullah n menyatakan:
: .
:

Hak muslim atas muslim ada enam. Beliau ditanya, Apa itu, ya Rasulullah? Beliau
menjawab, Jika berjumpa dengannya engkau mengucapkan salam kepadanya, ketika
mengundang engkau penuhi undangannya, jika minta nasihat engkau nasihati dia, jika bersin dan
mengucapkan hamdalah engkau mendoakannya (dengan berkata: yarhamukallah), jika dia sakit
hendaknya menjenguknya, dan jika meninggal engkau iringi jenazahnya. (HR. Muslim no.
2162)

Menjenguk orang sakit banyak keutamaannya


Dari Abu Hurairah z, Rasulullah n berkata:

:

Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya, akan ada penyeru yang
menyeru dari atas: Engkau telah berbuat baik dan telah baik perjalananmu. Engkau telah
mempersiapkan tempat di surga. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani dalam Shahihul Jami no. 6163)
c. Menjaga rahasianya
Dari Jabir bin Abdillah z, Rasulullah n berkata:



Jika seseorang berbicara (denganmu), kemudian dia menoleh (melihat sekeliling) maka
ketahuilah itu adalah amanah. (HR. Abu Dawud no. 4868 dan At-Tirmidzi, dihasankan Asy-
Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1090 dan Shahihul Jami no. 486)
Ibnu Ruslan t berkata: Karena, menolehnya dia ke kanan ke kiri adalah pemberitahuan bagi
yang diajak bicara tentang kekhawatirannya bila ada orang lain yang mendengar ucapannya.
Sehingga, artinya dia mengkhususkan rahasia ini untuknya. Tindakannya ke menoleh ke kanan
dan ke kiri sama dengan ucapan: Rahasiakan ini dariku, yakni ambil dan rahasiakan, ini adalah
amanah bagimu. (Lihat Nimatul Ukhuwah hal. 70-72)

d. Al-wafa dan ikhlas


Al-wafa adalah terus-menerus mencintainya sampai meninggal, dan ketika telah meninggal ia
mencintai anak-anak dan teman-temannya. Nabi n telah memuliakan sahabat dan famili Khadijah
x setelah beliau wafat. Sampai-sampai Ummul Mukminin Aisyah x, berkata, Aku tidak pernah
cemburu kepada seseorang seperti cemburuku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah
melihatnya. (HR. Al-Bukhari)
Termasuk al-wafa adalah tidak berubah tawadhunya kepada temannya, walaupun dia semakin
tinggi kedudukannya dan semakin luas kekuasaannya.
Termasuk al-wafa adalah tidak mau mendengarkan cercaan-cercaan orang kepada temannya dan
tidak membela musuh temannya.
Ibnu Qudamah t berkata: Ketahuilah, bukan termasuk al-wafa bila mencocoki teman dalam
perkara yang menyelisihi agama. (Lihat Mukhtashar Minhajil Qashidin hal. 103)

e. Membelanya ketika tidak ada


Diantara hak teman adalah menjaganya ketika dia tidak ada, membantah ucapan jelek
tentangnya.

Hak-Hak Tetangga
Kita pada umumnya mengharapkan tinggal dalam suatu lingkungan yang harmonis.
Lingkungan yang saling menghargai, tidak saling menyakiti antara yang satu dengan
yang lain, baik dalam bentuk perbuatan maupun

By Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST. 23 February 2011


6 8912 9
Kita pada umumnya mengharapkan tinggal dalam suatu lingkungan yang harmonis. Lingkungan
yang saling menghargai, tidak saling menyakiti antara yang satu dengan yang lain, baik dalam
bentuk perbuatan maupun hanya sekedar ucapan. Tidak berselisih walaupun di dalamnya
terdapat orang yang berbeda-beda. Betapa indahnya! Kami yakin bahwa kita semua
menginginkannya.

Islam Mewajibkan untuk Berbuat Baik pada Tetangga

Islam berusaha mewujudkan hal tersebut dan salah satu metodenya adalah dengan menekankan
bagi pemeluknya untuk menunaikan hak-hak para tetangga. Islam memerintahkan untuk
senantiasa berbuat baik terhadap tetangganya dan tidak menyakiti mereka. Alloh Taala
berfirman yang artinya, Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri (QS. An Nisaa : 36).
Orang yang tidak berbuat baik kepada tetangganya, bahkan tetangganya merasa terganggu
dengan perbuatan ataupun perkataannya yang keji, maka orang seperti ini berhak untuk masuk
neraka. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda,Tidak akan masuk surga orang yang
tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya (HR. Bukhori dan Muslim).

Beberapa Hak Tetangga

Beberapa hak tetangga yang wajib kita ditunaikan adalah :

Tidak menyakitinya baik dalam bentuk perbuatan maupun perkataan.

Dalilnya telah disebutkan di atas. Sebagian kaum muslimin merasa enjoy menyakiti
tetangganya dengan cara menggunjing dan menceritakan kejelekannya. Wahai saudaraku,
sungguh ucapan itu telah menyakiti tetangga kita walaupun dia tidak mengetahuinya. Hal ini
lebih sering dilakukan oleh para istri. Namun anehnya, kadang para suami juga tidak mau
ketinggalan.
Menolongnya dan bersedekah kepadanya jika dia termasuk golongan yang kurang mampu.

Termasuk hak tetangga adalah menolongnya saat dia kesulitan dan bersedekah jika dia
membutuhkan bantuan. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang
menghilangkan kesulitan sesama muslim, maka Alloh akan menghilangkan darinya satu
kesulitan dari berbagai kesulitan di hari kiamat kelak (HR. Bukhori). Beliau juga
bersabda,Sedekah tidak halal bagi orang kaya, kecuali untuk di jalan Alloh atau ibnu sabil atau
kepada tetangga miskin (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Menutup kekurangannya dan menasihatinya agar bertaubat dan bertakwa kepada Alloh
Taala.

Jika kita mendapati tetangga kita memiliki cacat maka hendaklah kita merahasiakannya. Jika
cacat itu berupa kemaksiatan kepada Alloh Taala maka nasihatilah dia untuk bertaubat dan
ingatkanlah agar takut kepada adzab-Nya. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
bersabda,Barangsiapa menutupi aib muslim lainnya, maka Alloh akan menutup aibnya pada
hari kiamat kelak (HR. Bukhori).

Berbagi dengan tetangga

Jika kita memiliki nikmat berlebih maka hendaknya kita membagikan kepada tetangga kita
sehingga mereka juga menikmatinya. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Jika
Engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu (HR.
Muslim). Dan tidak sepantasnya seorang muslim bersantai ria dengan keluarganya dalam
keadaan kenyang sementara tetangganya sedang kelaparan. Rosululloh shollallohu alaihi wa
sallam bersabda,Bukanlah seorang mukmin yang tidur dalam keadaan kenyang sementara
tetangga sebelahnya kelaparan (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod).

Jika Tetangga Menyakiti Kita

Untuk permasalahan ini, maka cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah bersabar dan berdoa
kepada Alloh Taala agar tetangga kita diberi taufik sehingga tidak menyakiti kita. Kita
menghibur diri kita dengan sabda Rosululloh,Ada 3 golongan yang dicintai Alloh. (Salah
satunya adalah) seseorang yang memiliki tetangga yang senantiasa menyakitinya, namun dia
bersabar menghadapi gangguannya tersebut hingga kematian atau perpisahan memisahkan
keduanya (HR. Ahmad).

. Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga

2. Meringankan beban dan kesulitan tetangga

3. Menutup aib tetangga

4. Larangan keras mengganggu tetangga

Sumber: https://muslim.or.id/5637-hak-hak-tetangga.html

Anda mungkin juga menyukai