Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An A
Jenis kelamin : Perempuan
Tgl Lahir : 14 Maret 2012
Umur : 4 tahun 8 bulan
BB : 22 Kg
TB : 96 cm
Alamat : Sambi Sirah 001/002 Wonorejo Pasuruan
Tgl MRS : 16 November 2016
Tgl Pemeriksaan : 16 November 2016
Tgl KRS : 19 November 2016
No. RM : 00313719

2.2 ANAMNESA

2.2.1 KELUHAN UTAMA

Demam sejak hari senin (3 hari yang lalu).

2.2.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSUD Bangil dengan


keluhan demam sejak hari senin (3 hari yang lalu) desrtai batuk sejak 3 hari
pilek, dan muncul ruam-ruam kulit berwarna merah di kulit kaki, tangan
dan badan sejak kemarin. Pasien tidak mau makan, hanya mau minum air
putih saja. BAK banyak, BAB cair 2x sehari kemarin.

2.2.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Penderita belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya


Riwayat penyakit Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Darah Tinggi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat Batuk Lama disangkal
Riwayat alergi disangkal

2.2.4 RIWAYAT PENYAKIT KELUAGA

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan seperti ini.

2.2.5 RIWAYAT PENGOBATAN

Tidak ada riwayat pengobatan

2.2.6 RIWAYAT KEHAMILAN

Ibu pasien tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur setiap bulan


selama 9 bulan.
Kesan : Riwayat pemeliharaan perinatal tidak baik

2.2.7 RIWAYAT KEHAMILAN/NATAL

Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, lahir secara normal,


persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan
lahir 3 kg.
2.2.8 RIWAYAT IMUNISASI
Pasien tidak mengikuti program imunisasi sejak kecil
BCG : - (tidak melakukan)
DPT /TT : - (tidak melakukan)
Polio : - (tidak melakukan)
Hepatitis B : - (tidak melakukan)
Campak : - (tidak melakukan)

2.2.9 RIWAYAT GIZI

ASI sampai 1 tahun


Makanan padat (pisang, bubur) mulai usia 6 bulan

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

2.3.1 TANDA VITAL

Keadaan umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
GCS : 4/5/6
Nadi : 112 x/menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Temperatur : 38,9C
SpO2 : 99

2.3.2 STATUS GENERALISATA

KEPALA LEHER

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar dan sudah menutup, cephal

hematom (-), rambut hitam, tidak mudah dicabut, kulit kepala


tidak ada kelainan.

Mata : Mata cowong (-/-), palpebra odem (-/-), konjungtiva hiperemi

(+/+).

Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, secret (+/+).

Telinga : Normotia, discharge (-/-)

Mulut : Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (+), bercak-bercak putih

pada lidah dan mukosa (+), bibir kering (+).

Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-), tumor (-)

PARU-PARU

Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris


Palpasi : Bentuk dan pergerakan dada simetris
Perkusi : Suara ketok sonor/sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Pulmo : vesikuler/vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

JANTUNG

Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak teraba


Palpasi : Ictus kordia tidak teraba
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Datar, sikatrik luka post operasi (-)


Audkultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, hepar danlien tidak teraba, Turgor kulit normal
Perkusi : timpani di semua region abdomen, shifting dullness (-), nyeri
tekan (-), meteorismus (-).

GENETALIA : Dalam Batas Normal

ANUS : Dalam Batas Normal

EKSTREMITAS : Akral Hangat : Odem :


+ +

+ +
CRT < 2 Detik

STATUS LOKALIS : lesi makulopapular hiperemi di ekstremitas superior D/S,

inferior D/S, abdomen

2.3.3 STATUS GIZI

BB : 22 Kg

TB : 96 cm

Status nutrisi anak menurut WHO dan CDC

a.) Status gizi berdasarkan WHO

BB/U : Antara -2 WAZ 0

PB/U : Antara -2 LAZ 0

BB/PB : Antara -1 WLZ 0

%BBI = 80%

Status gizi = gizi baik

b.) Berdasarkan CDC

BB actual = 7,2 kg
BBI = 8,4 kg (Grafik CDC Birth to 36 Mounths : Girls)

Status Gizi = (BB actual / BB ideal) x 100%

= (7,2/8,4) x 100% = 85,7 % (Gizi baik).

2.3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah Lengkap Tanggal 16 November 2016

Hematologi Hasil Rujukan

Leukosit/ WBC 3,43 x 103/L 3,70-10,1

Eritrosit (RBC) 5,610 106/ L 4,2-11,0

Hemoglobin 8,47 g/Dl 12,0-16,0

Hematokrit(HCT) 29,10 % 38-47

MCV 51,90 m3 81,1-96,0

MCH 15,10 pg 27,0-31,2

MCHC 29,10 g/Dl 31,8-35,4

RDW 14,10 % 11,5-14,5

PLT 605 103/L 155-366

Glukosa Darah Sewaktu 95 mg/dl <200

2.3.5 DAFTAR PERMASALAHAN

1. Demam 3 hari

2. Batuk, Pilek 3 hari

3. Mata merah (Konjungtivitis)


4. Sariawan

5. Ruam-ruam merah pada tangan, kaki dan badan

6. Penurunan nafsu makan

2.3.6 DIAGNOSA KERJA

Morbili

2.3.7 DIAGNOSA BANDING

Rubela
Roseola infantum
Ruam akibat obat-obatan

2.3.8 PENATALAKSANAAN

Inf D5 NS
Inj antrain 3 X 220 mg
Inj Omeprazole 30 mg
Inf Kaen 3A
Inj Dyphen 0,5 cc
Inj Antrain 220 mg
Inj Vit A 200.000 IU

Oral

Ambroxol syr 3 X cth I


Probiotik/ L-Bio 1X1

2.3.9 PROGNOSIS
Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sabationam : bonam

2.3.10 FOLLOW UP selama diruang anak :

NO 16/11/2016 17/11/2016 18/11/2016 19/11/2016

S Demam (+), Demam (<), BAB Demam (<), Demam (-),

konjungtivitis (+), cair (-), muntah (-) Konjungtivitis (-), Konjungtivitis (-),

penurunan nafsu batuk (+) pilek(+) penurunan nafsu penuruanan nafsu

makan (+), penurunan nafsu makan (+), batuk makan (+),

sariawan (+), makan (+), (+), pilek (+), sariawan (+),

BAB cair (+), sariawan (+), sariawan (<), muntah (-), BAB

muntah kalau konjungtivitis (+) muntah (-), BAB cair (-), batuk (+),

batuk (+) batuk cair (-) pilek (+)

(+) pilek(+)

O Konjungtivitis Konjungtivitis (+), Konjungtivitis (-), Konjungtivitis (-),

(+), Bibir kering Bibir kering (+), Bibir kering (<), Bibir kering (-),

(+), rash di rash di ekstremitas rash di ekstremitas rash di

ekstremitas superior (+), di superior (+), di ekstremitas

superior (+), di ekstremitas inferior ekstremitas inferior superior (+), di

ekstremitas (+), di abdomen (+), di abdomen ekstremitas


inferior (+), di (+) di thorax (+), (+) di thorax (+), inferior (+), di

abdomen (+) di akral hangat (+). akral hangat (+). abdomen (+) di

thorax (+), akral Suhu:37,3 Suhu:37,7 thorax (+), akral

hangat (+). Nadi:112 Nadi:104 hangat (+).

Suhu:38,9 RR:31 RR: 27 Suhu:37,7

Nadi :112 Nadi:106

RR:20 RR: 24

A Morbili Morbili Morbili Morbili

P 1. Inf Asering 1. Inf Kaen 3B 1. Inf Kaen 3B 1. Inf Kaen 3B

1100 cc/hr 1500 CC/24 1500 CC/24 jam 1500 CC/24

2. Inj Antrain jam 2. Inj Dyphen 0,5 jam

220 mg iv 2. Inj Dyphen 0,5 cc 2. Inj Dyphen 0,5

3. Inj OMZ 10 cc 3. L-Bio 1X1 cc

mg iv 3. Inj Antrain 220 sachet 3. Inj Antrain

4. L-Bio 1X1 mg 4. Ambroxol syr 3 220 mg

sachet 4. L-Bio 1X1 X Cth I 4. Inj OMZ 10

5. Ambroxol syr sachet 5. KIE ibu higine mg iv

3 X Cth I 5. Vit A 200.000 5. L-Bio 1X1

6. KIE ibu higine IU sachet

6. KIE ibu higine 6. Ambroxol syr

7. Ambroxol syr 3 3 X Cth I


X Cth I 7. KIE ibu higine

8. Acc KRS
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Campak dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin),
yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa
Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah muncul ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne).

Campak adalah penyakit akut yang menular, disebabkan oleh infeksi virus yang
umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3
stadium yang masing-masing mempunyai cirri khusus: (1) stadium masa tunas
berlangsung kira-kira 10-12 hari. (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan
batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi(bercak Koplik),
faring dan peradangan mukosa menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam
timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas.

3.2 ETIOLOGI

Virus campak berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35C, dan beberapa hari pada suhu
0C. virus tidak aktif pada pH rendah.
3.3 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, menururt Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak


menduduki tempat ke-5 dalam ururtan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%)
dan tempat ke-5 dalam ururtan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun
(0,77%).

Campak merupakan penyakit epidemis, terutama dinegara sedang berkembang.


Di Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau campak
dianggap suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena
campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat
sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam
yang keluar semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat
keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit campak akan berbahaya bila ruam
tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dalam rongga tubuh lain seperti
dalam tenggorokan, paru, perut atau usus. Hal ini diyakinii akan menyebabkan anak
sesak nafas atau diare, yang dapat menyebabkan kematian. Dari penelitian
retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun. Studi
kasus campak yang dirwat inap di rumah sakit selama kurun waktu lima tahun (1984-
1988), memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret dan mencapai puncak
pada bulan Mei, Agustus, September, dan Oktober.

Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara


tidak teratur. Didaerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun. Wabah
terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan
populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Telah
diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum,
sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penulit. Penyulit yang sering dijumpai
ialah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%), dan lain-
lain (7,9%).
Secara biologik, campak mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukaan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vector), adanya
siklus musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara
tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.

Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaaan terutama
didaerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program
imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian yang
tinggi. di daerah perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan
rumah ssakit. Hal inii tidak berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah
urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat
menular seperti campak. Daerah semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar
biasa penyakit campak.

3.4 PATOFISIOLOGI

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus
masuk kedalam limfatik lokala, bebas meupun berhubungan dengan sel mononuclear,
kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dimulailah penyabaran ke sel jarring limforetikular
seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan
T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif mebelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diktaui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke 9-19, focus infeksi yang berda di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel.
Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinis dari system saluran nafas diawali dengan keluhan
batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang
terjadi ialah proses peradangan epitel pada saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercaak Koplik, yang dapat tanda pasti
untuk menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed


hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke 14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T.

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan
diduga terjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga
dapat terjjadi, selain itu capak dampat menyebabkan gizi kurang.

3.5 GAMBARAN KLINIS

3.6 LANGKAH DIAGNOSTIK

3.7 KOMPLIKASI
3.8 DIAGNOSA BANDING
3.9 PENATALAKSANAAN

3.10 PENCEGAHAN

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi


berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru
dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.

Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang
berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tpe Edmonstone B) dan (2)
vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak uang berada
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium). Sejak tahun 1967
vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh
karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala
atypical measles yang hebat. Sebaliknya vaksin campak yang berasal dari virus hidup
yang dilemahkan, dikembangkan dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz
(1965) dan kemudian menjadi star

Anda mungkin juga menyukai