Anda di halaman 1dari 4

Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke LIFO.

Penyesuaian ini
membutuhkan asumsi penting sehingga bisa menimbulkan kesalahan. Laba LIFO mencakup
laba kepemilikan atas persediaan awal. Terdapat manfaat untuk menghitung persediaan awal
(PAFIFO) dikali tingkat inflasi untuk lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan:

HPPLIFO = HPPFIFO + (PAFIFO x r), dengan r sebagai tingkat inflasi.

Perhatikan bahwa r, bukan merupakan tingkat inflasi umum seperti indeks harga
konsumen (IHK) atau indeks harga produsen (IHP). Indeks ini merupakan inflasi yang terkait
dengan lini persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan memiliki beberapa
lini produk, indeks produknya harus diestimasi secara terpisah.
Jika r bukan tingkat inflasi pada umumnya seperti Consumer Price Index-CPI atau
Index Harga Produsen, dan yang dimaksud adalah indeks inflasi sehubungan dengan lini
persediaan tertentu yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini perusahaan mempunyai berapa
lini produk, secara teori, tiap lini tersebut harus diestimasi secara terpisah.
Estimasi r yang pertama dapat menggunakan angka yang dikeluarkan oleh
Departemen Perdagangan untuk industri khusus perusahaan. Kedua, jika perusahaan
menjalankan usaha berdasarkan komoditas dapat digunakan dengan asumsi bahwa komponen
biaya persediaan lain berubah secara proporsional terhadap bahan bakunya. Ketiga, analis
dapat menggunakan tingkat inflasi perusahaan pesaing. Jika terdapat perusahaan dengan lini
produk serupa menggunakan biaya persediaan LIFO, tingkat inflasi dapat diestimasi sebesar
peningkatan cadangan LIFO dibagi dengan persediaan perusahaan pesaing berdasarkan FIFO
pada akhir periode lalu sebagai berikut :

Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi

Biaya persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen :

1. Bahan baku atau bahan mentah biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk.
2. Tenaga kerja biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk
jadi.
3. Overhead biaya tidak langsung pada proses manufaktur, seperti penyusutan peralatan
manufaktur, gaji penyedia dan biaya prasarana.

Overhead sering kali merupakan komponen biaya produk terbesar dan paling sulit
diukur untuk tingkat produksi. Total overhead harus dialokasikan pada seluruh hasil
produksi. Analis biaya ini harus waspada bahwa alokasi biaya overhead bukan merupakan
ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan.
Jika peningkatan pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat,
lebih banyak biaya overhead yang tinggal dineraca dan profitabilitas meningkat. Kemudian
saat kuantitas persediaan menurun, laporan laba rugi tidak hanya terbebano niaya overhead
periode berjalan tetapi juga biaya overhead perode sebelumnya yang berasal dari persediaan
tahun berjalan, karenanaya laba menjadi turun. Oleh karena itu analisi harus waspada
terhadap dampak perubahan tingkat prduksi terhadap laba yang dilaporkan

Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah


Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau valuasi persediaan adalah menilai
pada biaya perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of cost or
market- LOCOM). Penilaian ini dapat memengaruhi secara signifikan laba berjalan dan nilai
perusahaan. Aturan LOCOM menyatakan bahwa jika harga pasar persediaan turun melebihi
biaya perolehan persediaan untuk alasan apa pun termasuk keusangan, rusak, perubahan
harga maka nilai persediaan diturunkan untuk mencerminkan kerugian ini.
Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini
melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai
realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan
normal. Batas atas nilai pasar, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya penyelesaian
dan penyerahan yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika
nilai persediaan diturunkan dari biaya perolehan awal menjadi nilai pasar, angka penurunan
yang terjadi telah mencakup realisasi laba kotor normal atas penjualan yang akan dilakukan.
Biaya (cost) merupakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu
dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis
persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan
ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya
persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar. Dalam praktik, beberapa perusahaan dengan
sukarela mengungkapkan biaya persediaan terkini, biasanya pada catatan.
PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG

Aset jangka panjang merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
penghasilan operasi (atau mengurangi biaya operasi) untuk lebih dari satu periode. Bentuk
aset jangka panjang yang paling umum adalah aset tetap berwujud seperti bangunan, pabrik
dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten,
merek dagang, copyright, dan goodwill.

Akuntansi Aset Jangka Panjang


1. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Proses akuntansi aset jangka panjang mencakup tiga aktivitas terpisah, diantaranya
kapitalisasi, alokasi, dan penurunan nilai. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses
penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan
dapat berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang
menciptakan akun aset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara
periodik sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini
dinamakan penyusutan untuk aset berwujud, amortisasi untuk aset tak berwujud, dan
deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses
penurunan nilai buku aset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi
biaya tersisa yang masih tercatat pada neraca.
Kapitalisasi. Aset jangka panjang diciptakan melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi
berarti menempatkan aset di neraca, bukan membebankan biayanya di laporan laba rugi.
Untuk aset berwujud (hard assets) seperti Plant Property and Equiptment (PPE), proses
ini cukup sederhana; aset dicatat sesuai nilai perolehan. Sedangkan untuk aset tak
berwujud (soft assets) seperti litbang, iklan, biaya upah, kapitalisasi lebih bermasalah.
Semua aset ini diragukan menghasilkan keuntungan di masa depan, meskipun dapat
ditempatkan sebagai aset tapi tidak satu pun baik jumlah keuntungan masa depannya
maupun usia ekonomisnya dapat diukur secara andal. Konsekuensinya, biaya aset tak
berwujud internal segera dibiayakan dan tidak dicatat pada neraca.
Alokasi merupakan pembebanan biaya aset secara periodik sepanjang periode
manfaat yang diharapkan. Alokasi biaya disebut penyusutan (depreciation) jika terkait
dengan aset tetap, amortisasi (amortization) jika digunakan untuk aset tak berwujud, dan
deplesi (depletion) jika dikaitkan dengan sumber daya alam. Ketiga istilah tersebut
mengacu pada alokasi. Alokasi biaya merupakan proses untuk mengaitkan biaya aset
dengan manfaatnya dan bukan merupakan proses valuasi. Nilai tercatat aset (nilai
kapitalisasi dikurangi alokasi biaya kumulatif) tidak perlu mencerminkan nilai wajar.
Tiga faktor yang menentukan nilai alokasi biaya, yaitu periode manfaat, nilai sisa, dan
metode alokasi.
Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto)
lebih kecil dibandingkan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset
perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto
taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca
dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama. Nilai wajar aset lalu menjadi
biaya baru dan disusutkan sepanjang masa manfaat yang tersisa. Nilai aset tidak boleh
dipulihkan/dinaikkan meskipun taksiran arus kas kemudian membaik.
Terdapat dua distorsi terkait dengan penurunan nilai aset:
1. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat
diturunkan namun tidak dapat dinaikkan.
2. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi
laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada
neraca.

Penurunan nilai aset masih merupakan proses alokasi, bukan perpindahan kea rah
penilaian. Atau penurunan nilai aset diakui saat ekspektasi manajer mengenai manfaat
aset masa depan lebih kecil dari nilai tercatat. Hal ini menghasilkan penghapusan
langsung dengan tujuan untuk dapat mengaitkan lebih baik alokasi biaya masa depan
dengan manfaat masa depan.

Anda mungkin juga menyukai