Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ifke Adriana Manuho

NIM : 14061100

Kelas :B

1.1 Latar Belakang

Air susu ibu(ASI) merupakan asupan gizi utama bagi bayi. ASI adalah sumber makanan
terbaik bagi bayi karena memiliki begitu banyak zat penting yang baik guna meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap penyakit (Kodrat, 2010). Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Pemberian ASI dimulai sejak bayi dilahirkan sampai bayi
berusia 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain (Kementrian Kesehatan RI,2013). Oleh karena itu dapat disimpulkan pemberian ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan merupakan upaya guna meningkatkan kekebalan tubuh.
Kurangnya perhatian dalam pemberian ASI eksklusif mempengaruhi kualitas kesehatan
bayi dan menjadi salah satu masalah di seluruh dunia. Data statistik pemberian ASI Eksklusif
berdasarkan kriteria MDGs 2005-2015 Goal 1 (Pemberantasan Kemiskinan dan Kelaparan)
presentase bayi mendapatkan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 % dengan
inisiasi menyusui dini dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3 %, dan 74,7 % kolostrum
ibu diberikan kepada bayinya (Riskesdas,2010). Sumber dari World Health Statistics pada
tahun (2011) memperlihatkan data yang menyatakan kematian bayi lebih dari 50%
disebabkan oleh penyakit infeksi terkait daya tahan tubuh, berupa pneumonia (1,4 juta
kematian tiap tahun), diare(840.000 kematian tiap tahun), dan malaria (610.000 kematian tiap
tahun), Kasus di Amerika dan Eropa proporsi terbesar kematian terjadi pada usia neonatal
atau bayi berusia satu bulan terhitung 30 hari sejak lahir (Kementrian Kesehatan,2013). Dari
data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif dapat menentukan kualitas
kesehatan bayi guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Di ASEAN masalah pemberian ASI eksklusif juga menadi salah satu pemicu tingginya
presentase penyakit yang disebabkan masalah terkait kekebalan tubuh. Sumber dari World
Health Statistics pada tahun (2011) memperlihatkan data di Asia Tenggara proporsi terbesar
kematian terjadi pada usia neonatal atau bayi berusia satu bulan terhitung 30 hari sejak lahir
(Kementrian Kesehatan,2013). Data mengenai pemberian ASI pada bayi di beberapa Negara
ASEAN pada tahun 2010 cakupan ASI eksklusif di India sudah mencapai 46%, di Filipina
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24% (Harwono.A,2012). Dengan demikian diperoleh
hasil presentase pemberian ASI eksklisif di ASEAN masih tergolong rendah.
Pemberian ASI eksklusif di Negara berkembang seperti Indonesia masih tergolong
rendah. Berdasarkan riskesdas 2010, angka pemberian ASI eksklusif bagi bayi yang berusia
dibawah 6 bulan adalah sebesar 15,3%, Bayi yang menggunakan susu formula mencapai
27,9%, Pemberian ASI eksklusif di 51 negara berdasarkan pengukuran indikator yang telah
ditetapkan, Indonesia rangking ke 37 dari 51 negara (AIMI, 2013). Di Kota Padang bayi yang
lahir hidup pada tahun 2011 berjumlah 16.590 dan hanya 5.068 yang memperoleh ASI
Ekslusif (Dinas Kesehatan Kota Padang,2012). Hasil yang diperoleh memperlihatkan di
Indonesia pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah.

Di Sulawesi Utara pemberian ASI eksklusif masih menjadi masalah yang dominan. Dari
data yang diperoleh di Sulawesi Utara jumlah bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2008 sebanyak
46.244 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 16.164 bayi atau 19,2%
(www.sulutprov.go.id/diskes1/gizi.html , 2010 ). Cakupan Pemberian ASI Ekslusif di
Sulawesi Utara pada tahun 2012 menurut data Dinas Kesehatan Provinsi kota Manado hanya
mendapatkan presentase 9,59% yaitu presentase yang paling kecil dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain dan merupakan pencapaian yang sangatlah kecil apabila dibandingkan
dengan target nasional yaitu 80% (H.Arini,2012). Dari data yang diperoleh didapatkan hasil
bahwa Sulawesi utara khususnya di kota Manado, presentase pemberian ASI eksklusif belum
menjawab tantangan nasional.

Anda mungkin juga menyukai