Anda di halaman 1dari 14

AUDIT INTERNAL

Definisi Audit Internal

Audit Internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen
dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi
organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta
meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian, dan pengelolaan.
Audit internal adalah bagian dari fungsi pemantauan dalam pengendalian internal yang
memeriksa dan mengevaluasi kecukupan serta efektivitas pengendalian lainnya.

Evolusi Auditing Internal

Auditing internal dimulai sebagai fungsi klerikal yang dilakukan oleh satu orang, yang
terutama terdiri dari pelaksanaan verifikasi tagihan secara independen sebelum
melakukan pembayaran. Setelah bertahun-tahun, auditing internal berevolusi menjadi
aktivitas yang sangat professional yang mencakup penilaian atas efisiensi dan
efektivitas semua tahap operasi perusahaan, baik yang bersifat keuangan maupun non-
keuangan. Perubahan ini mengakibatkan terbentuknya department auditing internal,
status manajemen senior bagi direktur/manajer fungsi audit internal, serta tanggung
jawab pelaporan langsung kepada dewan komisaris atau komite auditnya.

Untuk menjadi seorang auditor internal bersertifikat (CIA=certificate internal auditor),


seseorang harus lulus ujian ini dan memiliki minimum dua tahun pengalaman sebagai
auditor internal atau yang setara. Kriteria untuk pengalaman auditing internal ini
meliputi pengalaman auditing dalam akuntansi publik.

Pada tahun 1999, Institute of Internal Auditors Board of Directors mengembangkan


kerangka kerja yang baru yang
mengharuskan dikembangkan tiga perangkat standar yang baru:

1. Standar Atribut
Membahas karakteristik organisasi dan individu yang melakukan jasa audit internal.
2. Standar Kinerja
Menguraikan sifat jasa auditing internal serta memberikan kriteria mutu untuk
mengukur pelaksaan jasa-jasa ini.
3. Standar Implementasi
Menerapkan standar atribut dan kinerja pada jenis-jenis jasa tertentu (misalnya, audit
ketaatan, investigasi kecurangan, proyek penilaian sendiri pengendalian).

Standar Praktik

IAA telah menetapkan standar praktik yang mengikat para anggotanya.

Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalah masalah berikut ini :

Indepedensi

Keahlian profesional

Ruang lingkup pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan audit

Pengelolaan departemen audit internal

Independensi
Sesuai dalam Standar 100 , auditor internal harus independen dari aktivitas-aktivitas
yang mereka audit .Independensi dapat dicapai melalui status organisasional dan
obyektivitas .Obyektivitas akan menurun jika auditor internal memikul tanggung
jawab operasi atau membuat keputusan manajemen .

Keahlian Profesional

Standar-standar ini mengakui bahwa baik departemen maupun auditor perorangan


harus memiliki pengetahuan , keterampilan , dan disiplin untuk melaksanakan
tanggung jawab audit .

Standar untuk auditor internal meliputi :

1. Ketaatan pada standar perilaku

2. Kecakapan dalam hubungan manusia dan komunikasi

3. Pendidikan profesional yang berkelanjutan

Ruang Lingkup Pekerjaan

Standar ini mengakui bahwa perkerjaan auditor internal mungkin meluas melampaui
pertimbangan pengendalian internal dalam audit keuangan . Ruang lingkup standar
pekerjaan memberikan pedoman dalam setiap melaksanakan setiap jenis audit .

Pengelolaan Departemen Audit Internal

Standar ini memberikan petunjuk bagi manajer departemen auditing internal


.Petunjuk tersebut berisi kewenangan dan tanggung jawab departemen , hinggan
menetapkan serta mempertahankan program pengendalian mutu untuk departemen
tersebut .

Hubungan dengan Auditor Eksternal

Biasanya ada hubungan yang erat antara auditor internal dan auditor independen
diluar entitas . Pekerjaan auditor internal bisa menjadi pelengkap, tetapi bukan
pengganti pekerjaan auditor independen dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Seperti disebutkan diatas salah satu tanggung jawab direktur auditing internal adalah
mengkoordinasikan pekerjaan auditor internal dan auditor eksternal . Sudah menjadi
hal yang biasa dalam praktik bagi auditor eksternal untuk mereview rencana program
kerja departemen auditing internal selama tahun terkait guna meminimumkan
duplikasi pekerjaan .

Berikut adalah perbedaan antara auditor internal dengan auditor eksternal :

Auditor Internal Auditor Eksternal

Pemberi kerja Perusahaan dan unit-unit Kantor akuntan publik


pemerintahan

Organisasi nasional Institute of Internal American Institute of


Auditors (IIA) Certified
Public Accoutant
Gelar sertifikasi Certified Internal Auditor (AICPA)
(CIA)
Lisensi untuk praktik Ceritified Public
Accountant (CPA)
Tanggung jawab utama Tidak ada
Ada
Ruang lingkup audit Kepada dewan komisaris
Kepada pihak ketiga
Semua aktivitas dalam
sebuah organisasi Terutama laporan
keuangan
AUDIT INVESTIGASI

A. PENGERTIAN AUDIT INVESTIGASI

Audit investigatif merupakan penelitian secara mendalam terhadap fakta-fakta.


Penelitian tersebut berdasarkan pada informasi yang diperoleh yang mungkin berasal
dari pengaduan/laporan, dugaan dan fakta-fakta, serta analisis lebih lanjut terhadap
fakta-fakta tersebut yang pada akhirnya menjadi dasar untuk membuktikan atau tidak
membuktikan pengaduan/ laporan atau dugaan tersebut.
Pelaksanaan audit investigasi tidak berjalan sendiri tetapi melibatkan semua pihak,
mulai pimpinan, para pejabat struktural, tim konsultan hukum, dan auditor investigatif.

B. TUJUAN AUDIT INVESTIGASI

Tujuan audit investigasi adalah untuk mengidentifikasi dan mengungkap


kecurangan atau kejahatan, maka pendekatan, prosedur dan teknik yang digunakan di
dalam audit investigatif relatif berbeda dengan pendekatan, prosedur dan teknik yang
digunakan di dalam audit keuangan, audit kinerja atau audit dengan tujuan tertentu
lainnya.

C. TAHAPAN AUDIT INVESTIGASI

Praktik audit Investigatif sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Tahap perencanaan
Perencanaan audit Investigatif dilakukan setelah adanya informasi awal, kemudian
organisasi pengawas membentuk tim Audit Investigasi. Pelaksanaan Audit Investigasi
harus dilakukan oleh auditor yang kompeten, memiliki integritas serta independensi.
Tugas pertama tim tersebut menelaah informasi awal tersebut. Pada tahap ini tim harus
menentukan:
1. jenis-jenis penyimpangan yang terjadi,
2. modus operandi,
3. sebab-sebab penyimpangan,
4. unsur-unsur kerjasama,
5. pihak-pihak yang terlibat,
6. estimate besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus korupsi tersebut.

2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini tim harus memperoleh bukti audit yang memperkuat dugaan
tindakan pidana korupsi. Bukti diperoleh dengan cara-cara:
1. Inspeksi,
2. Observasi,
3. Wawancara,
4. Konfirmasi,
5. Analisa,
6. Pemeriksaan bukti tertulis,
7. Perbandingan,
8. Rekonsiliasi,
9. Penelusuran,
10. Perhitungan kembali,
11. Penelahaan,
12. Review analitis, dan
13. Pemaparan
3. Tahap Pelaporan

Pelaporan hasil audit investigatif harus memenuhi unsur


1. Akurat,
2. Jelas,
3. Berimbang,
4. Relevan, dan
5. Tepat waktu.

Dalam melakukan audit investigasi, terdapat beberapa teknik yang dapat


dipergunakan. Tujuh di antaranya, ialah:
1. Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
2. Meminta informasi dan konfirmasi
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk berbohong.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk menegaskan
kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi dapat diterapkan
untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan. Harus diperhatikan
apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya kepentingan dalam audit
investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan konfirmasi kepada pihak
ketiga lainnya
3. Memeriksa Dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi
lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup
komputer forensik.
4. Review Analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu (think
analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa
auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual
disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan wajar atau tidak
diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan antara apa yang
dihadapi dengan benchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah
merumuskan patokan.
Kenali pola hubungan (relationship pattern) data keuangan yang satu dengan data
keuangan yang lain atau data non-keuangan yang satu dengan data non-keuangan yang
lain.
5. Menghitung Kembali (Reperform)
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang berpengalaman
karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya sangat kompleks,
didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi perubahan dan
renegosiasi berkali-kali.
6. Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum. Pemerikasan
dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar setiap
tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan.
Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
7. Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi
kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa mengalir
secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau beberapa
tempat penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk kuat mengenai
pelaku fraud.

D. PENDEKATAN AUDIT INVESTIGASI


Sebagaimana halnya penyelidikan dan penyidikan, audit investigatif bisa dilaksanakan
secara REAKTIF atau PROAKTIF.
1. REAKTIF; Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor
melaksanakan audit setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain
mengenai kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif
yang bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau
mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor lain yang
melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena adanya
permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang reaktif maka auditor
tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia informasi tentang adanya dugaan atau
indikasi kecurangan dan kejahatan.

2. PROAKTIF; audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit
investigatif.
Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan menganalisis
informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya
kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan
pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang
tinggi. Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya
kecurangan dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang
menjadi kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang
bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih berlangsung
sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kejahatan
tersebut lebih mudah dilaksanakan.
Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat
digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak
hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan
bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan
penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.

Pemeriksaaan Dalam Acara Hukum Pidana

Idealnya pendekatan auditing dan hukum berjalan seiringan. Undang-Undang


mengatur tahapan hukum acara pidana sebagai berikut:

1. Penyelidikan
2. Penyidikan
3. Penuntutan
4. Pemeriksaan disidang pengadilan
5. Putusan pengadilan
6. Upaya hukum
7. Pelaksanaan putusan pengadilan
8. Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan

Dari tahap 1 sampai dengan tahap 6 merupakan satu rangkaian pemeriksaan yang
merupakan upaya pembuktian.

Penyelidikan

Adalah serangkaia kegiatan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu


perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat/tidaknya
penyelidikan dilakukan. Penyelidikan merupakan satu rangkaian yang mendahului
tindakan penyidikan lainnya. Penyelidik memiliki wewenang sebagai berikut:

Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak


pidana
Mencari keterangan dan barang bukti
Meyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal

Atas perintah penyidik, penyidik dapat melakukan tindakan:

Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan


Pemeriksaan dan penyitaan surat
Membawa dan menghdapkan seseorang kepada penyidik

Wewenang penyelidik dalam mencari keterangan dan barang bukti sudah memasuki
ruang lingkup pembuktian. Jika keterangan yang diperoleh dari beberapa orang saling
bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan dengan barang bukti yang
ditemukan, makan penyelidik dapat menduga telah terjadi suatu tindak pidana.

Penyidikan

Adalah serangkaian tindakan jaksa (pemnuntut umum)untuk memantau


perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuaan dimulainya penyidikan
dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil
penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberi petunjuk gunadilengkapi oleh
penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan.
Penuntut umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan yang
buktinya tidak lengkap. Karena bukti ini akan menjadi alat bukti disidang pengadilan
untuk membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Ditahap prapenuntutan,
pembuktian merupakan fokus utama dalam meneliti berkas perkara hasil
penyelidikan.

Penuntutan

Adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke pengadilan negeri


yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum pidana dengan
permintaan agar diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Setelah
penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari
penyelidikan yang lengkap dari penyidik, maka segera menentukan apakah berkas
perkara itu sudah/belum memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.

Pemeriksaan dipengadilan

Acara pemeriksaan di sidang pengadilan tidak lain berkenaan dengan pembutian.


Bukti-bukti yang diperoleh ditingkat peyidikan diperiksa kembali di sidang
pengadilan untuk dijadikan alat bukti:

Saksi-saksi yang telah diperiksa penyidik dipanggil kembali ke sidang


pengadilan untuk memperoleh alat bukti keterangan saksi.
Tersangka yang sudah diperiksa ditahap penyidikan diperiksa kembali
disidang pengadilan untuk mendapat alat bukti keterangan terdakwa
Ahli yang telah memberikan keterangan dipanggil kembali untuk didengar
pendapatnya aatu dibacakan laporannya disidang pengadilan agar diperoleh
alat bukti keterangan ahli
Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang
pengadilan untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk

Putusan pengadilan

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila diperoleh
dua bukti yang sah yang meyakinkan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa benar terdakwalah yang bersalah. Atas alat bukti yang diperoleh disidang
pengadilan hakim menjatuhkan putusan:

Putusan pemidanaan
Putusan bebas
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum
Upaya hukum

Adakah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima pusat pengadilan
yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk
mengajukan kasasi dalam kepentingan hukum dalam serta menunrut cara yang diatur
didalam Undang-Undang.

file:///C:/Users/DESKTOP/Downloads/Audit-Investigatif-Pak-oleh-Inspektur-I.pdf
http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/11/30/prosedur-dan-tahapan-audit-
investigasi/
https://masherla.wordpress.com/2011/11/22/pengertian-audit-investigasi/

Anda mungkin juga menyukai