Audit Internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen
dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi
organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta
meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian, dan pengelolaan.
Audit internal adalah bagian dari fungsi pemantauan dalam pengendalian internal yang
memeriksa dan mengevaluasi kecukupan serta efektivitas pengendalian lainnya.
Auditing internal dimulai sebagai fungsi klerikal yang dilakukan oleh satu orang, yang
terutama terdiri dari pelaksanaan verifikasi tagihan secara independen sebelum
melakukan pembayaran. Setelah bertahun-tahun, auditing internal berevolusi menjadi
aktivitas yang sangat professional yang mencakup penilaian atas efisiensi dan
efektivitas semua tahap operasi perusahaan, baik yang bersifat keuangan maupun non-
keuangan. Perubahan ini mengakibatkan terbentuknya department auditing internal,
status manajemen senior bagi direktur/manajer fungsi audit internal, serta tanggung
jawab pelaporan langsung kepada dewan komisaris atau komite auditnya.
1. Standar Atribut
Membahas karakteristik organisasi dan individu yang melakukan jasa audit internal.
2. Standar Kinerja
Menguraikan sifat jasa auditing internal serta memberikan kriteria mutu untuk
mengukur pelaksaan jasa-jasa ini.
3. Standar Implementasi
Menerapkan standar atribut dan kinerja pada jenis-jenis jasa tertentu (misalnya, audit
ketaatan, investigasi kecurangan, proyek penilaian sendiri pengendalian).
Standar Praktik
Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalah masalah berikut ini :
Indepedensi
Keahlian profesional
Independensi
Sesuai dalam Standar 100 , auditor internal harus independen dari aktivitas-aktivitas
yang mereka audit .Independensi dapat dicapai melalui status organisasional dan
obyektivitas .Obyektivitas akan menurun jika auditor internal memikul tanggung
jawab operasi atau membuat keputusan manajemen .
Keahlian Profesional
Standar ini mengakui bahwa perkerjaan auditor internal mungkin meluas melampaui
pertimbangan pengendalian internal dalam audit keuangan . Ruang lingkup standar
pekerjaan memberikan pedoman dalam setiap melaksanakan setiap jenis audit .
Biasanya ada hubungan yang erat antara auditor internal dan auditor independen
diluar entitas . Pekerjaan auditor internal bisa menjadi pelengkap, tetapi bukan
pengganti pekerjaan auditor independen dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Seperti disebutkan diatas salah satu tanggung jawab direktur auditing internal adalah
mengkoordinasikan pekerjaan auditor internal dan auditor eksternal . Sudah menjadi
hal yang biasa dalam praktik bagi auditor eksternal untuk mereview rencana program
kerja departemen auditing internal selama tahun terkait guna meminimumkan
duplikasi pekerjaan .
1. Tahap perencanaan
Perencanaan audit Investigatif dilakukan setelah adanya informasi awal, kemudian
organisasi pengawas membentuk tim Audit Investigasi. Pelaksanaan Audit Investigasi
harus dilakukan oleh auditor yang kompeten, memiliki integritas serta independensi.
Tugas pertama tim tersebut menelaah informasi awal tersebut. Pada tahap ini tim harus
menentukan:
1. jenis-jenis penyimpangan yang terjadi,
2. modus operandi,
3. sebab-sebab penyimpangan,
4. unsur-unsur kerjasama,
5. pihak-pihak yang terlibat,
6. estimate besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus korupsi tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini tim harus memperoleh bukti audit yang memperkuat dugaan
tindakan pidana korupsi. Bukti diperoleh dengan cara-cara:
1. Inspeksi,
2. Observasi,
3. Wawancara,
4. Konfirmasi,
5. Analisa,
6. Pemeriksaan bukti tertulis,
7. Perbandingan,
8. Rekonsiliasi,
9. Penelusuran,
10. Perhitungan kembali,
11. Penelahaan,
12. Review analitis, dan
13. Pemaparan
3. Tahap Pelaporan
2. PROAKTIF; audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit
investigatif.
Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan menganalisis
informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya
kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan
pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang
tinggi. Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya
kecurangan dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang
menjadi kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang
bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih berlangsung
sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kejahatan
tersebut lebih mudah dilaksanakan.
Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat
digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak
hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan
bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan
penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.
1. Penyelidikan
2. Penyidikan
3. Penuntutan
4. Pemeriksaan disidang pengadilan
5. Putusan pengadilan
6. Upaya hukum
7. Pelaksanaan putusan pengadilan
8. Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan
Dari tahap 1 sampai dengan tahap 6 merupakan satu rangkaian pemeriksaan yang
merupakan upaya pembuktian.
Penyelidikan
Wewenang penyelidik dalam mencari keterangan dan barang bukti sudah memasuki
ruang lingkup pembuktian. Jika keterangan yang diperoleh dari beberapa orang saling
bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan dengan barang bukti yang
ditemukan, makan penyelidik dapat menduga telah terjadi suatu tindak pidana.
Penyidikan
Penuntutan
Pemeriksaan dipengadilan
Putusan pengadilan
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila diperoleh
dua bukti yang sah yang meyakinkan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa benar terdakwalah yang bersalah. Atas alat bukti yang diperoleh disidang
pengadilan hakim menjatuhkan putusan:
Putusan pemidanaan
Putusan bebas
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum
Upaya hukum
Adakah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima pusat pengadilan
yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk
mengajukan kasasi dalam kepentingan hukum dalam serta menunrut cara yang diatur
didalam Undang-Undang.
file:///C:/Users/DESKTOP/Downloads/Audit-Investigatif-Pak-oleh-Inspektur-I.pdf
http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/11/30/prosedur-dan-tahapan-audit-
investigasi/
https://masherla.wordpress.com/2011/11/22/pengertian-audit-investigasi/