Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki
peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang. maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa kesehatan sebagai hak diwujudkan dalam
bentuk pelayanan kesehatan kepada asasi manusia harus pemberian berbagai seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta
aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat; c. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang memitiki etik dan moral yang
tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, penzman, serta pembinaan,
pengawasah, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan
dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan; d. bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan
masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, dan untuk
memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan terkait
dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan; e. bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam berbagai
peraturan perundangundangan dan belum menampung kebutuhan hukum masyarakat sehingga
perlu dibentuk undang-undang tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara komprehensif; f.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e, perlu membentuk Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan;
UU KESEHATAN
UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) memuat 12 Pasal yang mengatur mengenai
ketentuan pidana yaitu Pasal 190 sampai dengan Pasal 201.
Dilihat dari subjeknya ada tindak pidana yang subjeknya khusus untuk subjek tertentu dan ada yang
subjeknya setiap orang.
Tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh subjek tertentu/khusus diatur dalam 190 yaitu
tindak pidana hanya dapat dilakukan khusus oleh Pimpinan fasilitas kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Tindak pidana yang bisa dilakukan oleh setiap orang diatur dalam Pasal 191 sampai dengan Pasal
200.
Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perseorangan dan korporasi.
Tindak pidana dalam UU Kesehatan,ditinjau dari rumusannya dapat dibagi dua yaitu tindak pidana
formil dan tindak pidana materiil.
Tindak pidana formil dirumuskan sebagai wujud perbuatan yang tanpa menyebutkan akibat yang
disebabkan oleh perbuatan itu (Wirjono Prodjodikoro, Bandung 2003, hal36).
Tindak pidana materiil dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat
tertentu,tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu(Ibid, hal 36).
Dalam praktek sering terjadi wujud perbuatan dan akibat yang ditimbulkan dicantumkan dalam
rumusan tindak pidana.
Tindak pidana materiil diatur dalam Pasal 190 ayat (2) dan Pasal 191.
Pasal selebihnya mengatur tindak pidana formil.
Ancaman pidana yang teringan adalah denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta-
rupiah) dan yang terberat adalah paling lama 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp.
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)
Berikut Isi atau Substansi Undang Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan
Pada ketentuan umum (Pasal 1), dijelaskan beberapa hal diantaranya:
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang telah diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
5. Asuhan Keperawatan merupakan suatu rangkaian interaksi Perawat dengan Klien atau
Pasien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien atau Pasien dalam merawat dirinya.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta
telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi atau STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat atau SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian kewenangan
untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.
13. Klien atau Pasien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
14. Organisasi Profesi Perawat meruapakan wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
15. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi Perawat
untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu dan
meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
16. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
Pada Bab IV, diatur tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Registrasi Ulang . Pada bab ini antara
lain diatur (sebagaimana tercantum pada Bagian Kedua; Registrasi) pada Pasal 18, disebutkan
antara lain :
1. Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
atau STR.
2. Surat Tanda Registrasi atau STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Konsil Keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik adalah
pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang
menjadi kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan
pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta
akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak
nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan
berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan
asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh
seorang perawat professional yaitu:
Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas
tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap
tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang
harus ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:
Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus
bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka
perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
Cara penyelesaian:
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya.
Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan
hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau
hukuman penjara jika :
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan
pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang
terpenting.
A. Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari
hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:
1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan,
misalnya: pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu
panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan
cedera karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur
klien.
B. Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat
A. Karakteristik Perawat
Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang
dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.
Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran,
gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- Rp1.000.000,- per bulan
tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-.
Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Kompas, 2007).
Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan
berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan
tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
B. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam Determinants of Health
Service Utilization, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-
faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Sosio Kultural
Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai
contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular
yang dapat mengurangi angka penyakit.
2. Faktor Organisasional