LP Efusi Pleura
LP Efusi Pleura
Oleh
Wahyu Dini Candra Susila, S.Kep
NIM 122311101043
a. Cairan Pleura
Cavum pleurae terdapat sedikit cairan serous yang membuat
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis menjadi licin sehingga
mencegah terjadinya gesekan. Cairan ini diproduksi oleh pleura parietalis
dan diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh
limfa dan kembali ke darah. Pada orang normal, cairan di rongga pleura
sebanyak 10-20 mL (Price & Wilson, 2006).
Cairan pleura mengandung 1.500-4.500 sel/ mL terdiri dari makrofag
(75%), limfosit (23%), eritrosit dan mesotel bebas. Cairan pleura normal
mengandung protein 1-2 g/100 mL. Elektroforesis cairan pleura
menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar
protein serum, namun kadar protein berat molekul rendah seperti albumin,
lebih tinggi dalam cairan pleura. Kadar molekul bikarbonat cairan pleura
20-25% lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat plasma, sedangkan
kadar ionatrium lebih rendah 3-5% dan kadar ion klorida lebih rendah 6-
9% sehingga pH cairan pleura lebih tinggi dibandingkan dengan pH
plasma.
b. Fisiologi Pleura
Pleura berperan dalam sistem pernapasan melalui tekanan pleura
menimbulkan tekanan transpulmonar yang selanjutnya mempengaruhi
pengembangan paru dalam proses respirasi. Pengembangan paru terjadi
bila kerja otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi rekoil elastik
(elastic recoil) paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi.
Jumlah cairan rongga pleura diatur keseimbangan starling (laju filtrasi
kapiler di pleura parietal) yang ditimbulkan oleh tekanan pleura dan
kapiler, kemampuan sistem penyaliran limfatik pleura serta keseimbangan
elektrolit (Price & Wilson, 2006). Ketidakseimbangan komponen-
komponen gaya ini menyebabkan penumpukan cairan sehingga terjadi
efusi pleura. Bila terserang penyakit, pleura mungkin akan meradang,
selain itu udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura sehingga
menyebabkan paru tertekan atau kolaps.
3. Klasifikasi
Efusi pleura dapat dibedakan menurut cairan yang mengisi pleura, yaitu
sebagai berikut (Price & Wilson, 2006):
a. Hidrotoraks
Penimbunan transudate pada pleura.
b. Empiema
Efusi pleura yang mengandung nanah. Empiema disebabkan oleh perluasan
infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru, atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.
Empiema yang tidak ditangani dengan drainase yang baikdapat
membahayakan rangka toraks.
c. Hemotoraks
Perdarahan sejati ke dalam rongga pleura, bukan merupakan efusi pleura yang
yang berdarah. Penyebab paling sering yaitu trauma. Trauma dapat dibedakan
sebagai trauma tembus (luka tusuk) dan trauma tumpul (fraktur iga yang
selanjutnya menyebabkan laserasi paru atau pembuluh darah intercostal).
d. Kilotoraks
Terisinya rongga pleura oleh getah bening yang disalurkan oleh duktus
torasikus sebagai akibat trauma atau keganasan.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya, tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan
jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus
sistemis, tumor dan tuberculosis (Muttaqin, 2008).
4. Etiologi
Penyebab terjadinya efusi pleura menurut Somantri (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, sirosis hepatik dan tumor
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi tuberculosis, pneumonia, tumor,
infark paru, radiasi dan penyakit kolagen
c. Efusi hemorargi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru dan tuberculosis
6. Patofisiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningakatn kecepatan
produksi cairan pleura, penurunan kecepatan pengeluaran cairan, dan atau
keduanya yang disebabkan oleh mekanisme di bawah ini yaitu:
a. Peningakatan tekanan pada kapiler subpleura
b. Peningakatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
d. Peningkatan negatif intrapleura
e. Kerusakan drainase ilmfatik ruang pleura
Didalam rongga pleura terdapat + 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis
hepatis karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan
antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung
banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau
nihil sehingga berat jenisnya rendah (Nurarif dan Kusuma, 2013).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh efusi pleura yaitu:
a. Fibrotoraks
Yaitu perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis sebagai
akibat dari eksudat yang mengalami peradangan akan mengalami
organisasi sehingga menimbulkan fibrotoraks. Fibrotoraks yang meluas
dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan
yang terdapat di bawahnya (Price & Wilson, 2006).
b. Infeksi
Adanya cairan abnormal pada pleura dapat mengakibatkan infeksi.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Tierny (2002) pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosis efusi pleura antara lain;
1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial,
pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau
dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara
bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis).
Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus.
2. CT SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor
paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :
a) menentukan adanya tumor dan ukurannya
b) mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum
dan pembuluh darah besar
c) mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk
menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.
3. Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
4. Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan
rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada
tuberkulosis kronik tahap lanjut.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain :
a. Pemeriksaan Biokimia
b. Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut:
9. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan pada efusi pleura adalah
6. Torakosintesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,
dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi
lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian
Gambar 2. Torakosintesis
7. Pemberian antibiotic
Jika ada empiema maupun infeksi
8. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali
9. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dyspnea akan semakin meningkat pula
10. Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan
B. Pathway
Transudat Eksudat
Efusi pleura
Desakan pada
Ekspansi paru dinding pleura Drainase Penekanan pada
menurun
Resiko tinggi abdomen
tindakan
Nyeri akut drainase
Sesak nafas
Anoreksia
Insufisiensi
oksigen Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan
kebutuhan tubuh
pola nafas
Gangguan
metabolisme
Energi berkurang
Ansietas Defisit
perawatan diri
Intoleransi
aktivitas
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
pekerjaan, status perkawinan. Laki-laki lebih beresiko mengalami efusi
pleura.
b. Riwayat kesehatan: diagnosa medis, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat kesehatan terdahulu terdiri dari penyakit yang pernah
dialami, alergi, imunisasi, kebiasaan/pola hidup, obat-obatan yang digunakan,
riwayat penyakit keluarga.
Keluhan utama yang biasanya dirasakan klien yaitu sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokalisasi terutama padasaat batuk dan bernafas, batuk yang dialami klien
efusi pleura adalah batuk non produktif.
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat
badan menurun. Kaji sejak kapan keluhan-keluhan tersebut muncul, dan apa
saja tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut,
termasuk riwayat penggunaan obat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji faktor predisposisi yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura
seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, dan asites.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami TB paru, asma atau kanker paru, penyakit-
penyakit tersebut dapat menyebabkan efusi pleura.
f. Genogram
g. Pengkajian Keperawatan:
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan berbeda pada setiap klien.
2) Pola nutrisi/metabolik
Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan dan mengalami
penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi klien.
4) Pola aktivitas & latihan
Klien biasanya mengalami penurunan pada pola aktivitas dan latihannya
karena sesak nafas yang dialami.
5) Pola tidur & istirahat
Klien bisa mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat, karena rasa
nyeri dan sesak nafas yang dialami.
6) Pola kognitif & perceptual
Tidak ada gangguan pada pola kognitif dan perceptual klien.
7) Pola persepsi diri
Tidak ada gangguan pada pola persepsi diri klien.
8) Pola seksualitas & reproduksi
Tidak ada gangguan pada pola seksualitas dan reproduksi.
9) Pola peran & hubungan
Klien dapat mengalami ganggguan pada pola peran dan hubungannya
dengan orang lain maupun lingkungannya.
10) Pola manajemen & koping stres
Klien dapat mengalami gangguan pada pola ini karena gangguan
kesehatan yang dialaminya.
11) Sistem nilai dan keyakinan
Kaji pola ibadah klien, biasanya klien yang lebih dekat dengan Tuhannya
maka akan lebih berpikiran positif.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, tanda vital
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): kepala, mata,
telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, urogenital, ekstremitas, kulit
dan kuku, dan keadaan lokal.
Paru-paru
Inspeksi : Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan yang disertai
penggunaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan
ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada
sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung
pada sisi yang sakit).
Palpasi : Pendorongan mediastinum kearah hemithoraks kontralateral
yang diketahui dari posisi trachea dan ictus cordis. Vokal
fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah
cairannya >300 cc. Pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada dada yang sakit.
Perkusi : Perkusi terdengar redup hingga pekak,tergantung dari jumlah
cairannya.
Auskultas : Suara nafas berkurang pada sisi yang sakit. Pada posisi duduk,
cairan semakin ke atas semakin tipis.
Jantung
Inspeksi : letak ictus cordis normal berada pada ICS 5 pada linea
mid klavikula kiri. Pemriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pergeseran jantung.
Palpasi : untuk menghitung frekuensi jantung (heart rate) dan
harus memerhatikan kedalaman dan teratur tidaknya
denyut jantung. Selain itu, perlu juga memeriksa adanya
thrill, yaitu getaran ictus cordis.
Perkusi : dilakukan untuk menetukan batas jantung daerah mana
yang terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menetukan
apakah terjadi pergeseran jantung karena pendorongan
cairan efusi pleura.
Auskultasi : dilakukan untuk menentukan bunyi jantung I dan II
tunggal atau gallop dan adakah bunti jantung III yang
merupakan gejala payah jantung, serta adakah murmur
yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi
darah.
i. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium cairan pleura didapatkan kadar protein yang
rendah untuk jenis efusi transudat dan kadar protein yang tinggi untuk jenis
efusi eksudat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami efusi
pleura adalah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan cairan dalam
pleura, penurunan ekspansi paru
b. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan dinding pleura, gesekan pleura
akibat cairan berlebih
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kelelahan, anoreksia
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan sesak nafas yang dialami
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, ancaman
kematian, ketidaktahuan tentang pengobatan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Pola nafas NOC: NIC: Airway Management
Oxygen therapy
pola nafas klien menjadi Respiratory
1. Untuk menentukan dosis pemeberian
1. Kaji fungsi pernapasan,
berhubungan efektif status
oksigen pada klien
catat klien, sianosis dan
dengan setelah Indikator:
perubahan tanda vital 2. Posisi semi fowler dapat
peningakatan cairan dilakukan 1. Frekuensi
2. Berikan posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru-paru
dalam pleura, tindakan pernafasan
klien
penurunan ekspansi keperawatan dalam rentang
3. Pemberian oksigen yang berlebihan
paru selama 1 x 24 normal (RR =
dapat mengakibatkan keracunan
3. Berikan terapi oksigen
jam 16-24x/menit)
oksigen, dan dapat menimbulkan
sesuai dosis
2. Kedalaman
kebutaan pada klien
pernafasan 4. Cemas yang dialami klien dapat
dalam rentang memperburuk keadaan klien, dapat
4. Monitor adanya kecemasan
normal meningkatkan RR klien
pasien terhadap oksigenasi 5. Mengambil cairan yang berada di
pleura, agar fungsi paru-paru dapat
5. Kolaborasi dalam tindakan maksimal
torakosintesis
2. Nyeri akut Nyeri akan NOC: NIC: Pain management
1. Karakteristik nyeri dikaji agar
berhubungan berkurang a. Pain control 1. Kaji karakteristik nyeri
intervensi yang diberikan sesuai
dengan penekanan setelah b. Pain level secara komprehensif
dinding pleura dilakukan Indikator: dengan tipe nyeri
2. Gunakan komunikasi 2. Komunikasi terapeutik diguanakan
akibat cairan perawatan a. Mampu
terapeutik untuk menggali agar klien merasa lebih nyaman dan
berlebih sesuai mengontrol
pengalaman klien tentang rasa saling percaya dapat dibina,
indikasi 1x24 nyeri yang
nyeri yang dirasakan sehingga klien bersedia
jam dialami
3. Observasi respon non verbal
mengungkapkan pengalamannya
b. Melaporkan
klien 3. Respon non verbal yang ditunjukkan
bahwa nyeri
4. Evaluasi ketidakefektifan klien menggambarkan apa yang
yang dialami
pengobatan yang pernah dirasakan klien
berkurang 4. Evaluasi dilakukan sebagai bahan
dilakukan terhadap nyeri
evaluasi agar tidak memberikan terapi
5. Gunakan pendekatan
yang sama
multidisipliner untuk
5. Analgesik diberikan untuk mengurangi
manajemen nyeri:
nyeri yang dialami klien
penggunaan analgesik 6. Teknik kontrol nyeri non farmakologis
6. Ajarkan tentang teknik
dapat membantu menurunkan rasa
pengontrolan nyeri non
nyeri yang dialami klien
farmakologis
3. Gangguan pola tidur Setalah NOC : NIC: sleep enhancement
1. Memotivasi pasien agar bisa tidur
berhubungan dilakukan anxiety reduction 1. Jelaskan pentingnya tidur
dengan nyeri dan tindakan comfort level yang adekuat 2. Meningkatkan kualitas tidur pasien
sesak nafas yang keperawatan sleep: extent and 2. Ciptakan lingkungan yang
dialami 1x24 jam pattern nyaman 3. Melibatkan keluarga dalam perawatan
pasien akan Indikator: 3. Diskusikan dengan pasien pasien
dapat tidur a. jumlah jam dan keluarga tentang teknik
seperti pola tidur dalam tidur pasien 4. Memantau jam tidur pasien
tidur batas normal 4. Instruksikan untuk
sebelumnya 6-8 jam memonitor tidur pasien 5. Keadaan stress dapat mengganggu
b. pola tidur, 5. Bantu pasien untuk pasien untuk memulai tidurnya
kualitas dalam menghindari keadaan stress
batas normal sebelum waktu tidur 6. Mencegah terganggunya waktu tidur
c. perasaan 6. Monitor waktu makan/minum pasien
segar setelah yang dapat mengganggu
bangun tidur waktu tidur
DAFTAR PUSTAKA